SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Jurusan Manajemen
Oleh:
0612010166 / FE / EM
SULISTYO WAHYUNI
KEPADA
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
JAWA TIMUR
FINANCIAL LEVERAGE TERHADAP PERATAAN LABA
PADA PERUSAHAAN OTOMOTIF YANG TERDAFTAR
DI BURSA EFEK INDONESIA
Disusun Oleh :
0612010166 / FE / EM
SULISTYO WAHYUNI
Telah Dipertahankan Dihadapan Dan Diterima Oleh Tim Penguji Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur
Pada Tanggal 26 November 2010
Pembimbing Utama Tim Penguji :
Ketua
Dr. H. Dhani Ichsanuddin Nur, SE, MS
Pembimbing Pendamping Sekretaris
Dr. H. Dhani Ichsanuddin Nur, SE, MS
Anggota
Dra. Ec. H. Supriyono, MM Drs.EC.H.K.Eko Pranoto, SE, MM
Dra. Ec. Bowo Santoso, MM
Mengetahui, Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Pembangunan Nasional ”Veteran” Jawa Timur
NIP. 030 202 389
i
Dengan memanjatkan puji syukur kehadiran Allah SWT atas segala
rahmat dan hidayahNya telah diberikan, sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini guna memenuhi sebagai persyaratan dalam memperoleh gelar sarjana
Ekonomi jurusan Manajemen dalam jenjang strata satu fakultas Ekonomi
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur dengan judul
“Pengaruh Ukuran Perusahaan, Profitabilitas dan Financial
Leverage terhadap Perataan Laba yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia”.
Dalam menulis skripsi ini , penulis telah mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak yang telah memberikan motivasi , bimbingan , saran serta
dorongan moril yang baik langsung maupun tidak langsung sampai terselesainya
penyusunan skripsi ini. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa hormat
dan terima kasih sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Ir Teguh Soedarto, MP selaku Rektor Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
2. Bapak Dr. Dhani Ichasudin Nur, MM selaku Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas pembangunan Nasioanal “Veteran” Jawa Timur, serta selaku
pembimbing utama yang dengan kerelaan hati telah memberikan
bimbingan dan petunjuk serta pikirannya dalam penyusunan skripsi ini.
3. Bapak Drs. H. K.Eko Pranoto, SE, MM selaku pembimbing pendamping
yang dengan kerelaan hati telah memberikan dan petunjuk serta pikirannya
ii
kepada penulis selama menjadi mahasiswa di Universitas Pembangunan
Nasional “veteran” Jawa Timur.
6. Ayah dan Ibu tercinta serta kakak-kakakku yang selalu memberikan restu,
dukungan dan doanya selama penulis menempuh kuliah sampai dengan
menyelesaikan skripsi.
7. Berbagai pihak yang turut membantu dan menyediakan waktunya demi
terselesainya skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Semoga Allah SWT senantiasa memberikan limpahan berkah, rahmat
dan hidayahNya kepada semua pihak yang telah membantu penlis.
Akhirnya penulis menyadari bahwa tidak ada yang sempurna di dunia
ini, untuk itu penulis menghargai segala bentuk kritik dan saran yang bersifat
membangun karena hal tersebut. Sangat membantu menghantarkan pada
kesempurnaan skripsi ini.
Wassalamualaikum Wr.Wb.
Surabaya, Desember 2011
iii
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR GAMBAR ... viii
DAFTAR LAMPIRAN ... ix
ABSTRAKSI ... v
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1
1.2 Perumusan Masalah ... 6
1.3 Tujuan Penelitian ... 7
1.4 Manfaat Penelitian ... 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hasil Penelitian Terdahulu ... 9
2.2 Landasan Teori ... 12
2.2.1 Pengertian Manajemen Keuangan ... 12
2.2.2 Fungsi Laporan Keuangan ... 15
2.2.3 Tujuan Laporan Keuangan ... 16
2.2.4 Karakteristik Laporan Keuangan ... 16
2.2.5 Pihak-pihak yang berkepentingan dalam laporan keuangan ... 17
2.2.6 Pengertian Laba Bersih ... 18
2.2.6.1 Laba sebagai alat ramal ... 19
2.2.6.2 Tujuan laporan laba bersih ... 19
2.2.7 Pengertian Perataan Laba ... 20
2.2.7.1 Alasan Perataan Laba ... 22
2.2.7.2 Motivasi Perataan Laba ... 23
2.2.7.3 Sasaran Perataan Laba ... 24
iv
2.2.8.3 Financial Leverage ... 30
2.2.9 Hubungan antara ukuran perusahaan, profitabilitas dan financial leverage dengan Perataan Laba ... 32
2.2.9.1 Hubungan antara Ukuran Perusahaan dengan Perataan Laba... 32
2.2.9.2 Hubungan antara Profitabilitas dengan Perataan Laba... 33
2.2.9.1 Hubungan antara Financial Leverage dengan Perataan Laba... 34
2.3 Kerangka Pikir ... 35
2.4 Hipotesis ... 36
BAB III METODE PENELITIAN 3.1Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 37
3.2Teknik Penentuan Populasi dan Sampel ... 40
3.2.1 Populasi ... 40
3.2.2 Sampel ... 40
3.3Teknik Pengumpulan Data ... 41
3.4Uji Outlier dan Normalitas ... 42
3.4.1 Uji Outlier Univariate ... 42
3.4.2 Uji Outlier Multivariate ... 42
3.4.3 Uji Normalitas ... 43
3.5Teknik Analisis dan Uji Hipotesis ... 44
3.5.1 Teknik Analisis ... 44
3.5.2 Uji Hipotesis ... 44
3.5.2.1 Uji t ... 44
3.5.2.2 Uji F ... 45
v BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Deskripsi Obyek Penelitian ... 50
4.1.1 Sejarah Singkat Bursa Efek Indonesia (BEI) ... 50
4.1.2 Visi dan Misi PT. Bursa Efek Indonesia ... 53
4.1.3 Struktur Organisasi Bursa Efek Indonesia ... 54
4.1.4 Sejarah Perusahaan Obyek Penelitian ... 57
4.2. Deskripsi Hasil Penelitian ... 62
4.2.1 Ukuran Perusahaan (X1 4.2.2 Profitabilitas (X ) ... 63
2 4.2.3 Financial Leverage (X ) ... 66
3 4.2.4 Perataan Laba (Y) ... 71
) ... 68
4.3 Uji Outlier dan Normalitas ... 72
4.4.1 Uji Outlier Univariate ... 72
4.4.2 Uji Outlier Multivariate ... 73
4.4.3 Uji Normalitas ... 73
4.3. Analisis Dan Pengujian Hipotesis ... 75
4.4.1. Pengujian Asumsi Klasik ... 75
4.4.2. Penentuan persamaan Regresi Berganda ... 78
4.4.5. Koefisien Determainansi (R2 4.3.6. Uji Hipotesis ... 80
) ... 80
4.4. Pembahasan ... 82
4.4.1. Ukuran Perusahaan Terhadap Perataan Laba ... 82
4.4.2. Profitabiltas Terhadap Perataan Laba ... 84
vi DAFTAR PUSTAKA
vii
Tahun 2004-2008 (Dalam Jutaan) ... 3
Tabel 2. Data Ukuran Perusahaan (X1 Tabel 3. Data Profitabilitas (X ) Perusahaan Otomotif yang terdaftar di BEI Tahun 2005-2008 ... 63
2 Tabel 4. Data Financial Leverage (X ) Perusahaan Otomotif yang terdaftar di BEI Tahun 2005-2008... 66
3 Tabel 5. Perataan Laba (Y) Perusahaan Otomotif yang terdaftar di BEI ) Perusahaan Otomotif yang terdaftar di BEI Tahun 2005-2008 ... 69
Tahun 2005-2008 ... 71
Tabel 6. Hasil Uji Outlier ... 72
Tabel 7. Hasil UjiOutlier Multikolonieritas ... 73
Tabel 8. Hasil Uji Normalitas ... 74
Tabel 9. Hasil Uji Durbin Watson ... 75
Tabel 10. VIF (Variance Inflation Factor) ... 77
Tabel 11. Hasil Korelasi Rank Spearman ... 78
Tabel 12. Tabel Hasil Pengolahan ... 79
ix
Lampiran 2 : Tabel Ukuran Perusahaan, Profitabilitas, financial
Leverage dan Perataan Laba
Lampiran 3 : Hasil Pengolahan Indeks Eckel
Lampiran 4 : Tabel Aktiva dan Total hitung
Lampiran 5 : Analisis Regresi Linear Berganda
Lampiran 6 : Tabel Uji t
Lampiran 7 : Tabel Uji F
x
Oleh :
0612010166 / FE / EM
Sulistyo wahyuni
Abstraksi
Perataan Laba merupakan tindakan yang umum dilakukan manajer secara sengaja untuk meratakan atau menfluktuasikan tingkat laba, sehingga pada saat sekarang dipandang normal bagi suatu perusahaan yang diharapkan mempuyai pengaruh yang bermanfaat bagi evaluasi kinerja manajemen sehingga menarik perhatian pihak luar. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengidentifikasikan dan menganalisis pengaruh Ukuran Perusahaan, Profitabilitas dan financial Leverage terhadap Perataan Laba pada perusahaan
Otomotif yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Tiga faktor yang diuji dalam penelitian ini yang tertuang dalam hipotesa yang berhubungan dengan perataan laba ini adalah Ukuran Perusahaan, Profitabilitas dan Financial Leverage. Untuk mengidentifikasikan perusahaan yang melakukan perataan laba dengan menggunakan Indeks Eckel. Hasil dari
Indeks Eckel ini menunjukan bahwa perataan laba juga dilakukan oleh beberapa perusahaan Otomotif yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara Sampling Purposive. Sampel terdiri dari 5 perusahaan
Otomotif yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama 4 tahun dari tahun 2005-2008. teknik dalam penelitian ini menggunakan analisa dengan uji regresi linear berganda dengan di dukung SPSS 13.
Ukuran Perusahaan secara parsial berpengaruh positif tidak signifikan terhadap perataan laba, Profitabilitas secara parsial berpengaruh positif tidak signifikan terhadap perataan laba, Financial Leverage secara parsial berpengaruh signifikan positif terhadap perataan laba, sehingga hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini tidak teruji kebenarannya.
1
1.1 Latar Belakang
Perkembangan zaman telah banyak membawa perubahan.
Kemajuan teknologi dan perkembangan dunia usaha dalam memasuki pasar
bebas telah menciptakan tingkat persaingan yang tinggi antar perusahaan.
Hal ini menimbulkan tantangan tersendiri bagi setiap perusahaan untuk bisa
mempertahankan posisinya dan menjaga kelangsungan hidup
perusahaannya. Disamping itu, situasi perekonomian yang tidak menentu
mendorong manajemen perusahaan untuk bekerja lebih efektif dan efisien
agar perusahaan mampu menjaga kestabilan aktivitas operasinya sekaligus
meningkatkan kinerja manajemen untuk mendapatkan hasil yang optimal
bagi perusahaan. Sehingga diharapkan dapat menumbuhkan kepercayaan
dari luar, yaitu masyarakat dan para investor.
Laporan keuangan merupakan suatu pencerminan dari suatu
kondisi perusahaan, karena didalam laporan keuangan terdapat
informasi-informasi yang dibutuhkan oleh pihak-pihak yang berkepentingan dengan
perusahaan. Informasi laba merupakan komponen laporan keuangan
perusahaan yang bertujuan untuk menilai kinerja manajemen, membantu
menaksir resiko investasi atau meminjamkan dananya (Kirschenheiter dan
Melumed : 2000, dalam Juniarti dan Carolina : 2005).
Secara umum, semua bagian dari laporan keuangan yang
dipublikasikan seperti neraca, laporan laba rugi, dan laporan perubahan
posisi keuangan adalah penting dan diperlukan dalam pengambilan
keputusan. Namun pada hakikatnya, perhatian para pemakai laporan
keuangan difokuskan pada informasi tentang laba yang terdapat dalam
laporan laba rugi. Sebagaimana disebutkan dalam Statmen Of Financial
Acounting (SAFC) No.1 bahwa selain untuk menilai kinerja manajemen,
juga untuk membantu mengestimasi kemampuan laba yang representatif
serta untuk mengambil resiko dalam investasi atau kredit.
Perataan laba penting untuk dilakukan terutama untuk
menunjukkan kinerja perusahaan dan keadaan keuangan. Perusahaan sering
menghadapi masalah fluktuasi laba, dengan pearataan laba pada laporan
keuangan dapat tercermin bahwa kinerja perusahaan dan keadaan keuangan
perusahaan itu baik, dimana investor dapat menilai bahwa peluang tumbuh
perusahaan lebih baik.
Dalam penelitian perataan laba perusahaan perlu diperhatikan
kenaikan dan penurunan laba dari perusahaan tersebut. Salah satu parameter
yang digunakan untuk mengukur kinerja manajemen adalah laba. Selama
periode tahun 2004 – 2008, laba perusahaan yang bergerak di bidang
Laba Perusahaan Otomotif yang terdaftar di BEI (dalam jutaan Rupiah )
Tabel : 1
No
NAMA PERUSAHAAN
LABA PERUSAHAAN
AVERAGE 2004 2005 2006 2007 2008
1. PT. Astra Internationa ,Tbk 5.405.506 5.457.285 3.712.097 6.519.000 9.191.000 6.056.977,6 2. PT. Astra Otoparts,Tbk 223.158 279.027 282.058 454.907 566.025 361.035 3. PT.Gajah Tunggal,Tbk 478.150 346.835 25.397 42.399 812 178.718,6
4. PT. Goodyear Indonesia,Tbk 24.991 (6.690) 25.397 42.399 812 17.381,8 5. PT. Hexindo Adiperkasa,Tbk 91.418 97.771 39.428 56.623 255.485 108.145 6. PT.Indomobil Sukses
Internasional,Tbk
(58.961) 38.358 1.248 1.382 23.047 1.014,8
7. PT. Indospring,Tbk (18.668) (5.837) 2.172 9.888 31.827 3.876,4 8. PT.Intraco Penta,Tbk 5.440 17.998 7.066 9.514 22.944 12.592,4 9. PT. Multi prima Sejahtera,Tbk (3.404) (11.305) (939) 18.035 4.763 1.430
10. PT.Multistrada Arah Sarana,Tbk 2.015.565 57.068 170.007 29.204 2.974 454.963,6
11. PT.Nipress,Tbk (2.873) 3.069 7.650 5.085 1.551 2.896,4
12. PT. Polychem Indonesia,Tbk 458.097 41.936 (266.964) 57.977 (263.387) 5.531,8
13. PT. Prima Alloy Steel,Tbk 11.986 4.600 (2.761) 2.774 (14.813) 357,2
14. PT. Selamat Sempurna,Tbk 57.371 65.737 66.175 80.325 91.472 72.216
15. PT.Tunas Ridean,Tbk 152.731 142.732 22.211 189.816 245.079 150.513,8 16. PT. United Tractor,Tbk 1.099.633 1.050.729 930.372 1.493.037 2.660.742 1.446.902,6
Sumber : Indonesian Capital Market Directory
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa laba perusahaan Otomotif
penurunan. Rata-rata laba tertinggi adalah sebesar Rp. 6.056.977,6 milik
PT.Astra International,Tbk. Sedangkan PT. Prima Alloy Steel,Tbk.
Memperoleh laba terendah yaitu sebesar Rp. 357,2.
Adanya kecenderungan investor yang terpusat pada informasi laba
tanpa memperhatikan prosedur yang digunakan untuk menghasilkan
informasi laba tersebut, disadari oleh manajemen, sehingga mendorong
adanya praktik manajemen atas laba. (assih dan Gundono:2000). Adanya
kecenderungan manajer dalam melakukan perataan laba untuk mengurangi
fluktuasi laba perusahaannya.
Menurut Barneo, Ronen dan Sadan (1975),menyatakan bahwa
perataan laba dilakukan oleh para manajer untuk mengurangi fluktuasi dari
laba yang dilaporkan dan meningkatkan kemampuan investor untuk
meramalkan arus kas di masa depan. Bidlement (1973) percaya bahwa
manajemen melakukan perataan laba untuk menciptakan suatu aliran laba
yang stabil dan mengurangi covariance atas return dengan pasar.
Perataan laba dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, banyak
penelitian empiris terdahulu telah menguji faktor-faktor tersebut dan temuan
empiris yang didapat menunjukkan simpulan yang belum sepakat, karena
untuk beberapa faktor disimpulkan berpengaruh dan tidak berpengaruh
terhadap perataan laba.
Ukuran perusahaan adalah suatu skala dimana dapat
nilai pasar saham, dan lain-lain. Pada dasarnya ukuran perusahaan hanya
terbagi dalam kategori yaitu besar, menengah dan kecil . Penemuan ukuran
perusahaan ini didasarkan pada log aktiva. Menurut Albretch dan
Richardson (1990) menemukan perusahaan-perusahaan yang lebih besar
memiliki dorongan untuk melakukan perataan laba dibandingkan dengan
perusahaan yang lebih kecil karena perusahaan yang lebih besar diteliti dan
dipandang dengan lebih kritis oleh para investor.
Profitabilitas merupakan ukuran penting untuk menilai sehat atau
tidaknya perusahaan yang mempengaruhinya investor untuk membuat
keputusan. Menurut Ashari et al (1994) menemukan bukti bahwa perusahaan
dengan tingkat profitabilitas rendah mempuyai kecenderungan lebih besar
untuk melakukan perataan laba.
Karakteristik lain yang dapat diperkirakan dapat mempengaruhi
tindakan perataan laba adalah rasio profit dan financial leverage perusahaan
yang mempuyai tingkat profitabilitas rendah akan menemui kesulitan dalam
menarik perhatian pihak ekternal sehingga cara yang mungkin dapat
dilakukan yaitu dengan menunjukkan laba yang relatif stabil.
Financial Leverage menunjukkan sejauh mana aktiva perusahaan
telah dibiayai oleh penggunaan hutang. Tingkat Leverage yang tinggi
mengindikasikan resiko perusahaan yang tinggi pula sehingga stakeholder
(kreditor) sering memperhatikan besarnya resiko ini dengan pemikiran
dihadapkan pada kewajiban yang tinggi pula dan pada kondisi perusahaan
rugi atau pada posisi laba yang tidak terlalu tinggi maka kreditor akan
dihadapkan pada resiko ketidakmampuan perusahaan dalam membayar
utangnya. Karena itu manajer perusahaan dengan rasio leverage yang tinggi
akan cenderung melakukan manajemen laba.
Berdasarkan latar belakang yang telah diuaraikan diatas maka
peneliti tertarik melakukan penelitian tentang “ Pengaruh Ukuran Perusahaan , Profitabilitas dan Financial Leverage terhadap Perataan Laba pada Perusahaan Otomotif yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas dikemukakan sebelumnya maka
permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah :
1. Apakah Ukuran Perusahaan berpengaruh terhadap Perataan Laba pada
Perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia?
2. Apakah Profitabilitas berpengaruh terhadap Perataan Laba pada
Perusahaan yang tedaftar di Bursa Efek Indonesia?
3. Apakah Financial Leverage berpengaruh terhadap Perataan Laba pada
1.3 Tujuan Penelitian
Sesuai dengan latar belakang dan rumusan masalah yang telah
dikemukakan diatas, maka yang hendak di capai dalam penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui adanya pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap
Perataan Laba pada Perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
2. Untuk mengetahui adanya pengaruh Profitabilitas terhadap Perataan
Laba pada Perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
3. Untuk mengetahui adanya pengaruh Financial Leverage terhadap
Perataan Laba pada Perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
1.4 Manfaat Penelitian
Hasil akhir penelitian ini diharapkan memberikan manfaat antara
lain bagi :
1. Perusahaan
Memberikan informasi ilmiah yang akan bermanfaat dalam proses
pengambilan keputusan, serta menjadi bahan dalam rangka menigkatkan
kinerja perusahaan agar lebih efektif dan efisien.
2. Investor dan Masyarakat
Dapat memberikan gambaran mengenai praktik perataan laba pada
perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Sehingga investor
3. Dunia Penelitian
Dapat memberikan manfaat bagi penelitian-penelitian berikutnya
sebagai kajian lebih lanjut penelitian di pasar modal mengenai praktik
perataan laba.
4. Peneliti Sendiri
Menambah pengetahuan mengenai faktor-faktor yang
mempengaruhi praktik perataan laba pada perusahaan-perusahaan di
9
2.1 Penelitian Terdahulu
Sebagai dasar melengkapi landasan teori, berikut disajikan
penelitian terdahulu yang berkaitan dengan masalah yang dihadapi :
a. I Made Narsa,et.al
Judul :
“Faktor- faktor yang mempengaruhi praktik perataan laba selama krisis
moneter pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Surabaya”
Variabel bebas yang digunakan adalah Ukuran Perusahaan (X1)
,
profitabilitas (X2) dan Financial Leverage (X3) sedangkan variabel
terikatnya(Y)adalah praktik perataan laba.
Hipotesis :
1. Di duga ada pengaruh ukuran perusahaan, profitabilitas dan
financial leverage terhadap praktik perataan laba secara silmutan
pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
2. Di duga ada pengaruh ukuran perusahaan, profitabilitas dan
financial leverage terhadap praktik perataan laba secara parsial
Kesimpulan :
1. Berdasarkan uji F dapat disimpulkan bahwa ketiga faktor yang
diteliti secara bersama-sama mempuyai pengaruh yang signifikan
terhadap indek perataan laba.
2. Berdasarkan uji t dapat disimpulkan bahwa ketiga faktor yang
diteliti secara bersama-sama mempuyai pengaruh yang signifikan
terhadap indek perataan laba.
b. Juniarti dan Carolina (2005)
Judul :
“Analisa faktor-faktor yang berpengaruh terhadap perataan laba pada
perusahaan go publik”
Kesimpulan :
1. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel profitabilitas
memilki perbedaan yang signifikan antara perusahaan perataan
laba dengan bukan perataan, sedangkan variabel total aktiva dan
sektor industri tidak memiliki perbedaan signifikan.
2. Faktor besaran perusahaan, profitabilitas dan sektor industri
perusahaan tidak berpengaruh terhadap tindakan perataan laba.
3. Hasil pengujian hipotesis kedua (HO2) diperkuat dengan hasil
pengujian multivariet kedua dan multivariet ketiga, yang
menunjukkan hasil signifikan diatas 5% berarti variabel
multivariet pertama yaitu tidak berpengaruh terhadap terjadinya
tindakan perataan laba.
c. Igan Budiasih
Judul :
“Faktor-faktor yanng mempengaruhi praktik perataan laba”
Variabel bebas yang digunakan adalah Ukuran Perusahaan (X1)
,
Profitabilitas (X2)
,
dan Financial Leverage (X3) dan Deviden pay outratio (X4) sedangkan variabel terikatnya (Y) adalah praktik perataan
laba.
Hipotesis :
1. Diduga ada pengaruh ukuran perusahaan , profitabilitas dan
financial leverage dan deviden pay out ratio terhadap perataan laba
secara silmutan pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia.
2. Diduga ada pengaruh ukuran perusahaan, profitabilitas dan
financial leverage terhadap perataan laba secara parsial pada
perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Kesimpulan :
1. Berdasarkan uji F dapat disimpulkan bahwa ke empat faktor yang
diteliti secara bersama-sama mempuyai pengaruh yang signifikan
2. Berdasarkan uji t dapat disimpulkan bahwa ke empat faktor yang
diteliti secara bersama-sama mempuyai pengaruh yang signifikan
terhadap indek perataan laba.
2.2 Landasan Teori
untuk menilai kondisi keuangan dan prestasi perubahan, analisis
keuangan memerlukan beberapa tolak ukur. Tolak ukur yang sering dipakai
adalah rasio atau indeks yang menghubungkan dua data keuangan yang satu
dengan yang lainnya.
Analisis rasio yang menghubungkan unsur-unsur neraca dan
perhitungan laba rugi satu dengan yang lainnya, dapat memberikan
gambaran tentang sejarah perusahaan dan penilaian posisinya pada saat ini.
Analisis rasio juga memungkinkan manajer keuangan memperkirakan reaksi
para kreditor dan investor dan memberikan pandangan kedalam tentang
bagaimana kira-kira dana dapat diperoleh.
2.2.1 Pengertian Laporan Keuangan
Pengertian laporan keuangan yang terdaftar dalam kerangka dasar
penyusunan dan penyajian laporan keuangan menurut Ikatan Akuntan
Indonesia (1996:2) adalah sebagai berikut : Laporan Keuangan merupakan
suatu proses pelaporan keuangan. Laporan keuangan biasanya meliputi
disajikan dalam berbagai cara misalnya : sebagai laporan arus dana) catatan
lain serta materi yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan.
Sedangkan menurut Husnan (2000:35) Laporan keuangan adalah
data keuangan yang diperoleh untuk menganalisa keuangan, diambilkan
laporan-laporan keuangan pokok yaitu neraca dan laporan laba rugi.
Umumnya kedua laporan tersebut disajikan setahun sekali (akhir tahun atau
pada bulan Desember).
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa laporan keuangan
adalah hasil akhir dari proses akuntasi, dimana laporan keuangan tersebut
meliputi neraca, laporan rugi laba, laporan perubahan posisi keuangan dan
catatan lain dari laporan keuangan. Agar laporan keuangan dapat
memberikan gambaran yang jelas kepada pihak-pihak yang berkepentingan,
maka laporan tersebut disusun berdasarkan pada prinsip akuntasi yang
lazim. Keempat unsur laporan keuangan yang harus disusun dan disajikan
oleh pihak manajemen pada pihak manajemen pada setiap periode akuntasi
adalah sebagai berikut :
a. Neraca
Menurut Baridwan (1992:18) Neraca adalah “laporan yang
menunjukan keadaan keuangan suatu unit usaha pada tanggal tertentu”
keadaan keuangan ini ditunjukkan dengan jumlah harta yang dimiliki
yang disebut aktiva dan jumlah kewajiban perusahaan yang disebut
pasiva merupakan sumber-sumber yang digunakan untuk investasi
tersebut.
Menurut Sutrisno (2000:9) Neraca adalah laporan yang
menunjukkan posisi keuangan suatu perusahaan pada saat tertentu,
neraca mempuyai dua sisi, sisi debit dan sisi kredit.
b. Laporan Rugi Laba
Menurut Astuti (2004:17) Laporan rugi laba adalah laporan yang
mengikhtiarkan pendapatan dan beban perusahaan selama peiode
akuntasi tertentu, yang umumnya setiap kuartal atau setiap tahun.
Sedangkan menurut Sutrisno (2000:10) laporan rugi laba adalah laporan
yang menunjukkan hasil kegiatan perusahaan dalam jangka waktu
tertentu. Laporan ini bisa digunakan sebagai indikator keberhasilan
perusahaan dalam menjalankan usahanya selama satu periode tertentu.
c. Laporan Perubahan Modal
Menurut (Baridwan:18) Laporan perubahan modal laporan yang
menunjukkan hasil usaha dan biaya-biaya selama suatu periode akuntasi.
Laporan perubahan posisi keuangan berguna untuk meringkas
kegiatan-kegiatan pembelanjaan dan investasi yang dilakukan oleh
perusahaan , termasuk jumlah dana yang dihasilkan dari kegiatan usaha
perusahaan dalam tahun buku yang bersangkutan dan melengkapi
penjelasan tentang perubahan-perubahan dalam posisi keuangan selama
d. Laporan Arus Kas
Menurut (Sofyan:93) laporan arus kas memberikan informasi
tentang kemampuan perusahaan dalam mendapatkan laba dan likuiditas
di masa yang akan datang. Dan memberikan informasi yang releven
tentang penerimaan dan pengelaran kas dari suatu perusahaan pada suatu
periode tertentu dengan mengklarifikasikan transaksi berdasarkan pada
kegiatan operasi, pembiayaan dan investasi.
2.2.2Fungsi Laporan Keuangan
Laporan keuangan yang disusun dan disajikan kesemua pihak yang
berkentingan dan axistensi suatu perusahaan, pada hakekatnya merupakan
alat komunikasi yang memberikan informasi mengenai keuangan
perusahaan dan kegiatan yang dilakukan oleh suatu perusahaan. Pihak-pihak
yang berkepentingan dapat menggunakan laporan keuangan yang ada
sebagai dasar pertimbangan dalam pengambilan keputusan. Disamping
sebagai pertanggungjawaban dari pihak manajemen kepada semua pihak
yang menanamkan dan mempercayakan pengelolaan dananya di dalam
perusahaan tersebut, laporan keuangan akan sangat bermanfaat untuk :
1. Mengetahui keadaan dan perkembangan keuangan perusahaan.
2. Mengetahui prestasi keuangan yang telah dicapai dan sedang berjalan.
4. Mengadakan perbaikan penyusunan rencana dan kebijaksanaan
perusahaan pada masa mendatang.
Fungsi laporan keuangan tersebut di atas berguna untuk
mengetahui kondisi keuangan suatu perusahaan.
2.2.3Tujuan Laporan keuangan
Tujuan umum laporan keuangan menurut (Belkaoui:126) adalah:
1. Tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang dapat
dipercaya tentang sumber daya ekonomi dan kewajiban suatu usaha
2. Laporan keuangan menyediakan informasi yang dapat dipercaya tentang
perubahan sumber daya bersih sebagai hasil dari aktivitas-aktivitas
perusahaan yang menghasilkan profit untuk menunjukkan tingkat
kembalian deviden harapan bagi investor.
3. Laporan keuangan dapat menyediakan informasi yang dapat digunakan
untuk mengestimasi earnings potensial perusahaan.
2.2.4Karakteristik Laporan Keuangan
Karakteristik laporan keuangan meliputi :
a. Dapat dipahami dengan mudah
Laporan keuangan harus dapat dipahami oleh para pemakai dan
dinyatakan dalam bentuk suatu istilah yang disesuaikan dengan harta
b. Relevan
Informasi harus relevan bisa membantu pemakai informasi untuk
membentuk harapan atau kesimpulan mengenai hasil-hasil pada masa
lalu, sakarang, dan masa yang akan datang.
c. Tepat waktu
Mengkomunikasikan informasi seawal mungkin untuk menghindari
keterlambatan pembuatan keputusan ekonomi.
d. Dapat diperbandingkan
Perbedaan-perbedaan seharusnya tidak mengakibatkan perlakuan
akuntasi yang berbeda.
2.2.5Pihak-pihak yang berkepentingan dengan laporan keuangan
Menurut (Firdaus:1) pihak-pihak yang berkepentingan dengan
laporan keuangan yaitu :
1. Pemilik perusahaan : untuk menilai hasil / maju mundurnya kegiatan suatu
pimpinan perusahaan tersebut.
2. Kreditur : para kreditor sangat berkentingan dengan analisis laporan
keuangan ini karena dengan mengetahui posisi keuangan perusahaan dapat
dipertimbangkan apakah kredit yang akan mereka berikan aman atau
tidak.
3. Investor : memerlukan laporan keuangan dimana mereka akan
4. Pemegang saham : agar dapat menilai baik atau buruknya manajer dalam
menjalankan perusahaan yang dinilai dari laba yang diperoleh.
5. Pemerintah : berguna untuk penetapan besarnya pajak, untuk data statistik
dan departemen perdangangan, departemen perindustrian dll.
6. Masyarakat : memperoleh kontribusi ( sumbangan ) dana perusahaan
mengenai jumlah orang yang dipekerjakan dan perlindungan pada
penanam modal domestik serta rangkaian aktivitas lainnya.
Laporan keuangan merupakan alat yang sangat penting untuk
memperoleh informasi sehubungan dengan posisi keuangan dan hasil-hasil
yang telah dicapai perusahaan.
Laporan keuangan akan lebih berarti bagi pihak-pihak yang
berkepentingan apabila laporan keuangan tersebut dianalisis,
diperbandingkan dengan tiga atau lebih periode sehingga dapat diperoleh
data yang akurat mengenai perkembangan perusahaan dan kemajuan yang
dapat dicapai, laporan keuangan ini sangat berpengaruh sekali dalam
keputusan yang di ambil manajemen.
2.2.6Pengertian laba Bersih
Laba bersih adalah arus masuk bruto dari manfaat ekonomi yang
timbul dari aktivitas normal perusahaan selama satu periode bila arus kas
masuk itu mengakibatkan kenaikan ekuitas , yang tidak berasal dari
menurut Soemarsono (2002 : 234) laba bersih adalah selisih lebih
pendapatan dan keuntungan terhadap semua biaya dan kerugian. Jumlah ini
merupakan kenaikan bersih selama modal.
2.2.6.1Laba sebagai alat Ramal
Statement of Financial Acconting Concepts (SFAC) No. 1
menyatakan bahwa informasi laba umumnya merupakan perhatian utama
dalam menaksir kinerja atau pertanggung jawaban manajemen dan
informasi laba membantu pemilik atau pihak lain melakukan penaksiran atas
“earning power” perusahaan di masa yang akan datang. (Assih dan
Gudono,2000 :36)
Bagi banyak perusahaan laba dianggap lebih relevan dalam
meramalkan harga pasar saham dimasa yang akan datang dengan
menggunakan nilai masa lalu atas laba akuntasi yang di hitung berdasarkan
harga perolehan historis, peramalan memberikan yang lebih baik atas nilai
yang akan datang dan serangkaian arus kas yang sama daripada nilai laba
masa lalu yang dihitung berdasarkan harga perolehan yang berlaku.
2.2.6.2 Tujuan Laporan laba bersih
Pengetahuan tentang pengukuran yang berbeda-beda atas laba
bersih suatu perusahaan mungkin berguna untuk berbagai tujuan.
Menurut Hendriksen (1995 : 130) menyatakan bahwa tujuan utama
pelapor laba bersih adalah untuk memberikan informasi berguna bagi
yang paling penting bagi para pemakai laporan keuangan adalah untuk
membedakan antara modal yang di investasikan dan laba , antara stok dan
arus keuangan bagian dan proses akuntasi deskriptif.
Tujuan yang lebih khusus meliputi penggunaan laba sebagai
pengukuran efisien manajemen, penggunaan angka laba historis untuk
membantu meramalkan keadaan usaha dan distribusi deviden di masa
yang akan datang. Penggunaan laba sebagai pengukuran keberhasilan serta
sebagai pedoman pengambilan keputusan menajerial di masa yang akan
datang.
2.2.7Pengertian perataan Laba (income smoothing)
Definisi Perataan laba yang dikemukakan oleh Baidlemen dalam
Belkaoui(2002) adalah “usaha yang disengaja untuk meratakan atau
menfluktuasikan tingkat laba sehingga pada saat sekarang dipandang normal
bagi suatu perusahaan. Sedangkan menurut (Assih dkk, 2000) adalah
tindakan yang dilakukan sengaja untuk mengurangi variabilitas laba yang
dilaporkan agar dapat mengurangi resiko pasar atas saham perusahaan, yang
pada akhirnya dapat meningkatkan harga pasar perusahaan. Dalam hal ini,
perataan laba menujukkan suatu manajemen perusahaan untuk mengurangi
variasi abnormal laba pada batas-batas yang diizinkan dalam praktik
Sedangkan menurut (Koch,1981) Perataan laba adalah cara yang
dipergunakan oleh manajemen untuk mengurangi fluktuasi laba yang
dilaporkan agar sesuai dengan target yang diinginkan baik dengan
menggunakan metode akuntasi maupun melalui transaksi. Aryes (1994)
(Narsa) dalam artikelnya mengungkapkan tentang praktik-praktik yang
dapat dilakukan oleh manajer untuk “mangatur” Earning atau keuntungan
demi manunjukkan prestasinya. Manurutnya ada tiga faktor yang dapat
dikaitkan dengan munculnya praktik perataan laba,yaitu:
1. Manajemen Akrual (accruals Manajemen) : dikaitkan dengan segala
aktivitas yang dapat mempengaruhi aliran kas dan juga keuntungan yang
secara pribadi merupakan wewenang dari para manajer, contohnya
adalah mempercepat atau menunda pengakuan pendapat, menganggap
sebagai suatu tambahan investasi atas biaya (misalnya biaya perawatan
aktiva tidak lancar, keuntungan atau kerugian atas penjualan aktiva ) dan
perkiraan-perkiraan akuntasi lainnya seperti beban piutang ragu-ragu
dan perubahan metode akuntasi.
2. Penerapan suatu kebijaksanaan akuntasi yang wajib (adaption of
mandatory accounting changes) : Berkaitan dengan manajer untuk
menetapkan suatu kebijaksanaan akuntasi yang wajib diterapkan atau
menundanya sampai saat berlakunya kebijaksanaan tersebut. Para
baru bila dengan penerapan tersebut dapat mempengaruhi baik aliran kas
maupun keuntungan perusahaan.
3. Perubahan akuntasi secara sukarela (Valuntary Accounting Changes) :
berkaitan dengan upaya manajer untuk mengganti atau merubah suatu
metode akuntasi tertentu diantara sekian banyak metode yang dapat
dipilih yang tersedia dan diakui aleh badan akuntasi yang ada.
Contohnya adalah penggantian metode penyusutan aktiva dari metode
garis lurus ke metode penyusutan yang dipercepat dan sebaliknya.
Beberapa pola dari manajemen laba yang dapat dilakukan oleh
perusahaan yaitu : memaksimalkam laba, meminimalkan laba dan perataan
laba. Penjelasan konsep manajemen laba menggunakan pendekatan teori
keagenaan (agency teory) yang menyatakan praktik perataan laba
dipengaruhi oleh konflik kepentingan antara manjemen (agent) dan pemilik
(principal) yang timbul ketika setiap pihak berusaha untuk mencapai atau
mempertahankan tingkat kemakmuran yang dikehendaki.
2.2.7.1Alasan Perataan Laba
Alasan perataan laba oleh manajemen menurut Hepworth (1953)
dalam Subekti (2005) dalam Budiasih (2006) adalah sebagai berikut :
a. Sebagai rekasa untuk mengurangi laba dan untuk menaikkan biaya
pada periode berjalan yang dapat mengurangi utang pajak.
b. Dapat meningkatkan kepercayaan investor karena kestabilan
c. Dapat mempererat hubungan antara manajer dan karyawan karena
dapat menghindar permintaan kenaikkan upah atau gaji oleh
karyawan.
d. Memiliki dampak psikologis pada perekonomian.
Foster (1986) dalam Suwito dan Herawati (2005) dalam Budiasih
(2006) bahwa tujuan perataan laba adalah untuk memperbaiki citra
perusahaan di mata pihak eksternal dan menunjukkan bahwa perusahaan
tersebut memiliki resiko yang rendah. Dan menurut Barnea, Et. Al (1976)
dalam Salno dan Baridwan (2000) adalah untuk mempermudah investor
untuk memprediksi perusahaan dimasa yang akan datang.
2.2.7.2 Motivasi Perataan Laba
Dipandang dari sisi manajemen Hepworth(1953) mengungkapkan
bahwa manajer yang termotivasi untuk melakukan perataan penghasilan
pada dasarnya ingin mendapatkan berbagai keuntungan ekonomi dan
psikologi,
yaitu:
1. Mengurangi total pajak terutang
2. Meningkatkan kepercayaan diri manajer yang bersangkutan karena
penghasilan yang stabil mendukung kebijakan deviden yang stabil pula.
3. Meningkatkan hubungan antara manajer dan karyawan karena pelaporan
penghasilan yang meningkat tajam memberi kemungkinan munculnya
4. Siklus peningkatan dan penurunan penghasilan dapat ditandingkan
gelombang optimisme dan pesimisme dapat diperlunak.
2.2.7.3Sasaran-sasaran Perataan Laba
Sasaran perataan laba dapat dilakukan terhadap aktivitas-aktivitas
yang dapat digunakan oleh manajemen untuk mempengaruhi aliran laba atau
informasi.
Foster (1986) dan Liauw She Jin dan Machfoedz (2000)
mengklarifikasi beberapa unsur-unsur laporan keuangan yang seringkali
dijadikan sasaran untuk melakukan perataan laba.
Unsur-unsur tersebut diantaranya yaitu :
1. Unsur penjualan
Pembuatan pesanan atau penjualan fiktif saat pembuatan faktur
misalnya penjualan yang sebenarnya untuk periode yang akan datang,
pembuatan faktur dilakukan pada periode ini dan dilaporkan sebagai
penjualan periode ini.
2. Unsur Biaya
Memecah-mecah faktur. Misalnya faktur untuk sebuah
pembelian/pesanan dipecah menjadi beberapa pembelian/pesanan dan
selanjutnya dibuatkan beberapa faktur dengan tanggal yang berbeda
kemudian dilaporkan dalam beberapa periode akuntasi.
Hal ini merupakan alasan yang disederhanakan karena manajemen
komitmen penjualan yang tetap memiliki perataan biaya secara lebih fleksibel.
Sama halnya suatu perusahaan dengan kendali yang baik atas biaya-biayanya
dapat merasa lebih praktis untuk meratakan pendapatan penjualannya.
2.2.7.4Metode dan Dimensi Perataan Laba
Perataan laba dapat dilakukan dengan menggunakan metode atau
taksiran akuntansi (disebut accrual-based manipulation) atau dengan
memperlakukan transaksi yang menyebabkan laba yang dilaporkan lebih
mendekati angka yang di targetkan daripada memaksimumkan aliran kas
yang di harapkan saat ini (disebut real manipulation) (Bortov ,1993)
Sedangkan dalam Dascher dan Malcom (1970) dalam Assih dan
Gudono, menyatakan bahwa perataan laba atau laba yang dilaporkan dapat
dicapai melalui real smoothing atau artificial smoothing. Real smoothing
berarti suatu transaksi yang sesungguhnya untuk dilakukan dan tidak
dilakukan berdasar pengaruh perataannya pada laba. Sementara artificial
smoothing berarti perataan laba dengan menerapkan prosedur akuntasi
untuk memindahkan biaya dan / atau pendapatan dari suatu periode ke
periode yang lain.
Dengan demikian perataan laba dapat dicapai melalui beberapa
dimensi perataan laba. (Ronen dan Sadan,1975) dalam Assih dan Gudono :
1. Perataan laba melalui kejadian dan /atau pengakuan peristiwa.
Manajemen dapat menetapkan waktu terjadinya peristiwa tertentu
manajemen juga dapat menentukan waktu pengakuan beberapa
peristiwa.
2. Perataan laba melalui alokasi selama periode tertentu.
3. Perataan laba melalui klasifikasi
2.2.8Faktor-faktor yang mempengaruhi perataan laba
Beberapa faktor yang mendorong manajer untuk melakukan
perataan laba antara lain : ukuran perusahaan, profitabilitas, dan financial
leverage.
2.2.8.1 Ukuran Perusahaan
Ukuran perusahaan adalah skala dimana dapat diklasifikasikan
besar kecilnya perusahaan menurut berbagai cara antara lain totalaktiva,
log size, nilai pasar saham, dll. Pada dasarnya ukuran perusahaan dibagi
dalam tiga kategori yaitu perusahaan besar (large firm), perusahaan
menengah (medium firm) dan perusahaan kecil ( small firm). Penentuan
ukuran perusahaan ini didasarkan pada total atau nilai aktiva
(Machfoedz,1994).
Menurut Moses (1987) menemukan bukti bahwa
perusahaan-perusahaan yang lebih besar memliki dorongan yang lebih besar pula
untuk melakukan perataan laba dibandingkan dengan
besar menjadi subyek pemeriksaan (pengawasan yang lebih ketat dari
pemerintah dan masyarakat umum/general public).
Hasil lainnya ditemukan menurut Nasser dan Herlina (2003) dalam
Juniarti dan Carolina menyatakan bahwa perusahaan yang memiliki
aktiva besar yang kemudian dikategorikan sebagai perusahaan besar
umumnya akan mendapat lebih banyak perhatian dari berbagai pihak.
Variabel ukuran perusahaan yang digunakan dalam penelitian ini
adalah jumlah total aktiva perusahaan (Juniarti dan Carolina, 2005).
Penelitian sebelumnya baik yang digunakan didalam maupun diluar
negeri. Secara logis nilai aktiva dapat memicu motivasi manajer dalam
melakukan tindakan perataan laba,untuk menimbulkan kesan yang lebih
baik mengenai perusahaannya kepada para pemakai laporan.
Banyak peneliti sebelumnya menyimpulkan bahwa semakin besar
ukuran suatu perusahaan maka semakin besar pula indeks perataan laba.
Variabel ukuran perusahaan yang digunakan adalah :
Size = Log Total Aktiva
(Narsa,et.al,2003:137)
2.2.8.2Profitabilitas
Profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan memperoleh laba
dalam hubungannya dengan penjualan total aktiva maupun modal
sendiri. Profitabilitas selain digunakan untuk mengukur kemampuan
perusahaan dalam mengelola sumber-sumber yang dimilkinya. Sehingga
profitabilitas diduga dapat mempengaruhi laba, karena secara langsung
merupakan instrumen yang terkait langsung dengan objek perataan laba,
hasil empiris dalam penelitian Liauw She Jin dan Machfoedz (2001)
menghasilkan bukti bahwa perusahaan yang mempuyai tingkat
profitabilitas rendah atau menurun lebih cenderung melakukan perataan
laba.
Definisi profitabilitas menurut Weston dan Capeland (1995) dalam
Liauw She Jin (2000) adalah rasio pengukuran efektifitas manajemen
berdasarkan laba yang dilaporkan sehingga profitabilitas diduga
mempengaruhi perataan laba karena secara logis laba merupakan
instrumen yang terkait langsung dengan objek perataan laba.
Penelitian Moses (1987) dalam Assih dan Gudono (2000)
menyatakan bahwa profitabilitas dapat merefleksikan motivasi manajer
untuk dapat meratakan laba.
Rasio profitabilitas adalah rasio yang menunjukkan hasil akhir dari
sejumlah kebijaksanaan dan keputusan-keputusan sehingga dapat
disimpulkan bahwa rasio ini mengukur seberapa besar efektifitas
manajemen secara keseluruhan sebagaimana ditunjukkan dengan
keuntungan yang diperoleh dari pendapatan usaha dan investasi.
Ada berbagai pengukuran terhadap profitabilitas perusahaan
penjualan, total aktiva dan modal sendiri. Secara keeluruhan ketiga
pengukuran ini akan memungkinkan seseorang penganalisa untuk
mengevaluasi tingkat earning dalam hubungannya dengan volume
penjualan, jumlah aktiva dan investasi tertentu dari pemilik perusahaan.
Disini perhatian ditekankan pada profitabilitas, karena untuk dapat
melangsungkan hidupnya, suatu perusahaan haruslah berada dalam
keadaan menguntungkan atau profitable.
Salah satu metode pengukuran profitabilitas adalah dengan
menggunakan Net Profit Margin (NPM), Net Profit Margin menunjukan
keuntungan sehubungan dengan penjualan, margin penghasilan bersih
ini diduga mempengaruhi perataan penghasilan, sebagaimana penelitian
bersih yang dilakukan oleh Archibalt(1967), Dascher dan Malcom
(1969), Barnea,Ronen dan Saden (1975);Beatle,dkk (1994), yang
menginvestasikan berbagai instrument laporan keuangan seperti metode
depresiasi, perubahan kebijakan akuntasi, dan extraordinary items untuk
meratakan penghasilan. Secara logis NPM dapat merefleksikan motivasi
manajer untuk meratakan penghasilan.
Secara sistematis Net Profit Margin dihitung dengan rumus:
NPM = Laba Setelah pajak X 100%
Penjualan Bersih
2.2.8.3 Financial Leverage
Laverage diartikan sebagai penggunaan assets atau sumber dana
(sources of funds) oleh perusahaan yang memiliki biaya tetap (beban
tetap) dengan maksud agar meningkatkan keuntungan potensial sebagai
akibat dari penggunaan tersebut, perusahaan harus mengeluarkan beban
tetap.
Perusahaan menggunakan financial leverage dengan tujuan agar
keuntungan yang diperoleh lebih besar daripada biaya asset dan sumber
dananya, dengan demikian akan meningkatkan keuntungan. Sebaliknya
leverage juga meningkatkan variabilitas (risiko) keuntungan, karena jika
perusahaan ternyata mendapatkan kentungan yang lebih rendah dari
biaya tetapnya maka penggunaan leverage akan menurunkan
keuntungan. Konsep leverage tersebut sangat penting terutama untuk
menunjukkan kepada analis keuangan dalam melihatt trade-of antara
risiko dan tingkat keuntungan dari berbagai tipe keputusan finansial
(Sartono,2001:257).
Menurut Sutrisno (2000:227) leverage dibagi dua macam yaitu
leverage operasi atau operating leverage dan leverage finansial atau
financial leverage. Perusahaan menggunakan leverage operasi dan
finansial dengan tujuan agar keuntungan yang diperoleh perusahaan
Leverage operasi adalah penggunaan aktiva yang menyebabkan
perusahaan harus menanggung biaya tetap berupa penyusutan,
penggunaan leverage operasi oleh perusahaan diharapkan agar
penghasilan yang diperolah atas penggunaan aktiva tetap tersebut cukup
untuk menutup biaya tetap dan biaya variabel. Sedangkan leverage
finansial merupakan penggunaan dana yang menyebabkan perusahaan
yang harus menanggung beban tetap berupa bunga, penggunaan dana
yang menyebabkan beban tetap ini diharapkan penghasilan yang
diperoleh lebih besar dibanding dengan beban yang dikeluarkan.
Leverage yang semakin besar mengakibatkan risiko yang semakin
meningkat. Semakin meningkat besar jumlah hutang yang dipergunakan
perusahaan, maka yang akan ditanggung pemilik modal akan semakin
besar pula . Rasio leverage yang besar menyebabkan turunnya minat
investor untuk menanamkan modalnya pada perusahaan tersebut
sehingga dapat memicu adanya tindakan perataan laba. Financial
leverage diukur menggunakan rasio debt to equity.
Financial Leverage = Total Hutang x100%
Jumlah Modal Sendiri
Leverage keuangan biasanya dipergunakan sumber dana yang
menimbulkan beban tetap. Apabila perusahaan menggunakan hutang,
maka perusahaan harus membayar bunga,(Husnan:619).
Fianacial Leverage menunjukkan proporsi atas penggunaan utang
untuk membiayai investasinya. Perusahaan yang tidak mempuyai
leverage berarti menggunakan modal sendiri 100%.
2.2.9 Hubungan Antara Ukuran Perusahaan, Profitabilitas, Financial
Leverage dengan Perataan Laba
2.2.9.1 Hubungan Antara Ukuran Perusahaan dengan Perataan Laba
Perusahaan yang berukuran kecil akan lebih cenderung untuk
melakukan praktik perataan laba dibandingkan dengan perusahaan besar,
karena perusahaan besar cenderung mendapatkan perhatian yang lebih besar
dari analis dan investor dibandingkan perusahaan kecil. Sebaliknya
perusahaan yang memiliki aktiva besar yang kemudian di kategorikan
sebagai perusahaan besar umumnya akan mendapat lebih banyak perhatian
dari berbagai pihak, Ashari et al (1994).
Sebalikanya menurut (Nasser dan Herlina 2003:295) dalam
Juniarti dan Carolina (2005) menyatakan bahwa perusahaan yang memiliki
aktiva besar yang kemudian dikategorikan sebagai perusahaan besar
umumnya akan mendapatkan lebih banyak perhatian dari berbagai pihak.
yang terlalu drastis, sebab kenaikan laba yang drastis akan menyebabkan
bertambahnya pajak. Sebaliknya penurunan laba yang drastis akan
memberikan image yang kurang baik. Oleh karena itu perusahaan besar
diperkirakan memikirkan kecenderungan yang lebih besar untuk melakukan
tindakan perataan laba.
2.2.9.2 Hubungan antara Profitabilitas dengan Perataan Laba
Kepentingan tim para pemilik perusahaan adalah ingin mengetahui
bagaimana prestasi yang dicapai manajemen perusahaan atas modal yang
diinvestasikan. Biasanya prestasi tersebut diukur berdasarkan laba bersih
yang diperoleh perusahaan.
Menurut (assih dkk,2002) Return on Assets (ROA) merupakan
ukuran penting untuk menilai sehat atau tidaknya perusahaan, yang
mempengaruhi investor untuk membuat keputusan, perusahaan yang
memilki ROA yang lebih cenderungan melakukan perataan laba
dibandingkan dengan perusahaan yang lebih rendah karena manajemen tahu
akan kemampuan untuk mendapatkan laba pada masa mendatang sehingga
memudahkan dalam menunda atau mempercepat laba.
Dalam penelitian Salno dan Baridwan (2000) mencatat beberapa
penelitian menyimpulkan bahwa profitabilitas adalah salah satu variabel
yang mempengaruhi perataan laba. Fluktuasi profitabilitas yang rendah atau
melakukan tindakan perataan laba, terlebih lagi jika perusahaan menetapkan
skema kompensasi bonus didasarkan pada besarnya profit yang dihasilkan.
2.2.9.3 Hubungan Antara Financial Leverage dengan Perataan Laba
Leverage keuangan diukur oleh besarnya aktiva perusahaan yang
dibiayai atau dibelanjai oleh hutang. Menurut Sartono (2001:120), leverage
menunjukkan proporsi penggunaan utang untuk membiayai investasinya,
semakin besar utang perusahaan maka semakin besar pula resiko yang
dihadapi investor sehingga investor akan meminta tingkat keuntungan yang
semakin tinggi akibat kondisi tersebut perusahaan cenderung untuk
melakukan praktik perataan laba.
Menurut Widyaningdyah dalam Narsa (2003) dalam penelitiannya
yang menganalisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap perataan laba
pada perusahaan yang go public di Indonesia, mengajukan Leverage sebagai
salah satu variabel yang diuji. Dalam penelitiannya leverage diukur dengan
menggunakan rasio total hutang terhadap total aktiva dan disimpulkan
bahwa leverage berpengaruh signifikan terhadap perataan laba. Hutang yang
besar mengakibatkan resiko semakin meningkat. Jadi semakin besar
leverage maka resiko yang ditanggung oleh pemilki modal juga akan
2.3 Kerangka Konseptual
Untuk mempermudah pemahaman dalam mengetahui pengaruh
variabel Ukuran Perusahaan, Profitabilitas, dan Financial Leverage terhadap
Perataan Laba maka penulis menyajikan kerangka pemikiran sebagai berikut :
Ukuran Perusahaan (X
1)
Profitabilitas (X
2)
Financial Leverage (X
3)
2.4 Hipotesis Penelitian
Dalam penelitian ini hipotesis yang diteliti adalah:
1. Diduga bahwa Ukuran Perusahaan berpengaruh positif Signifikan
terhadap perataan laba.
2. Diduga bahwa Profitabilitas berpengaruh positif Signifikan terhadap
perataan laba.
3. Diduga bahwa Financial Leverage berpengaruh positif Signifikan
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
Definisi operasional adalah suatu definisi diberikan kepada suatu
variabel dengan cara memberikann arti, atau mendefinisikan kegiatan ataupun
memberikan suatu operasional yang diperlukan untuk mengukur variabel
tersebut. Variabel-variabel yang berhubungan dengan hipotesis ini adalah
ukuran perusahaan (X1)
,
Profitabilitas (X2),
dan Financial Leverage(X3) sertaPerataan Laba (Y). Secara Operasional variabel-variabel tersebut didefinisikan
sebagai berikut :
1. Perataan Laba (Y)
Perataan laba adalah cara yang dilakukan dengan sengaja untuk
meratakan/ mengurangi tingkat laba sehingga pada saat sekarang dipandang
normal bagi suatu perusahaan.
Perataan laba, diukur dengan menggunakan Indeks Eckel yang akan
membedakan perusahaan yang melakukan perataan laba dengan perusahaan
yang bukan perataan laba, maka digunakan rumus sebagai berikut : ( Edi
Suwito,2005) .
Dimana:
ΔІ = perubahan penghasilan bersih/ laba dlam satu periode
ΔS = perubahan penjualan dalam satu periode
CV = koefisien penjualan dari variabel yaitu standar deviasi dibagi
dengan nilai yang diharapkan
Jadi :
CVΔI = Koefisien Variasi dari perubahan laba
CVΔS = Koefisian variasi perubahan penjualan
Dimana CVΔS dan CVΔI
=
√
VarianceExpected Value
Atau
CVΔS
danCVΔІ = √∑ (ΔP –ΔP)² : ΔP n-1
Dimana :
ΔP = Perubahan laba (I) atau penjualan (S) antara tahun n dengan
tahun n-1
ΔP = Rata-rata perubahan laba (I) atau penjualan (S)
n = Banyaknya tahun yang diamati
2
.
Ukuran Perusahaan ( X1)Ukuran perusahaan merupakan ukuran perusahaan dengan melihat
Variabel ini diukur dengan rata-rata jumlah nilai kekayaan yang
dimiliki suatu perusahaan (total aktiva), skala pengukuran ini digunakan
adalah skala rasio.
Size = Log Total Aktiva
(Narsa et al ,2003:137)
3. Profitabilitas (X2)
Profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan memperoleh laba
dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva maupun modal sendiri.
Kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan atau laba
pengukuran variabel yang digunakan adalah Net Profit Margin :
Secara sistematis Net Profit Margin dihitung dengan rumus :
Net Profit Margin = laba setelah pajak x 100%
Penjualan bersih
(Sartono,2001:123)
Skala pengukuran variabel yang digunakan adalah dengan
menggunakan skala rasio pengukurannya menggunakan satuan persen.
4. Financial Leverage (X3)
Financial Leverage adalah sebagai penggunaan assets atau dana
sebagai akibat dari penggunaan tersebut perusahaan harus mengeluarkan
Rumus yang digunakan adalah :
Financial Leverage = Total Hutang x100%
Jumlah Modal Sendiri
(Husnan,1998:113)
Skala pengukuran variabel yang digunakan adalah skala rasio
ukuran yang digunakan adalah persen.
3.2 Teknik Penentuan Populasi dan Sampel
3.2.1 Populasi
Populasi adalah keseluruhan obyek yang akan diteliti. Populasi yang
digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan yang bergerak dibidang
otomotif dan telah terdaftar di Bursa Efek Indonesia sebanyak 16 perusahaan
sampai saat ini.
3.2.2 Sampel
Sampel yang diambil adalah berasal dari data keuangan perusahaan
yaitu laporan laba rugi dan neraca perusahaan. Teknik pengambilan sampel
yang digunakan adalah Sampling Purposive dengan kriteria pemilihan sampel
sebagai berikut :
a. Perusahaan telah mempublikasikan laporan keuangan secara kontinyu
selama tahun 2004 s/d 2008 di Bursa Efek Indonesia
b. Seluruh perusahaan Otomotif dari tahun 2004 s/d 2008
d. Dari 16 Perusahaan setelah diuji dengan Indeks Eckel (1981). Eckel
menggunakan (Coefficient Variation).Variabel penghasilan dan Variabel
penjualan bersih , apabila : untuk perusahaan bukan perataan laba adalah ≥
1 , sedangkan untuk perusahaan perataan laba adalah ≤ 1, maka perusahaan
tersebut digolongkan sebagai perusahaan yang terindikasi melakukan
tindakan perataan laba. ( Eckel 1981 : CVΔi / CV Δs)
Berdasarkan beberapa kualifikasi perusahaan yang akan dijadikan
sampel penelitian :
Perusahaan tersebut adalah :
1. Astra Internasional,Tbk
2. Astra Otoparts,Tbk
3. Hexindo Adiperkasa,Tbk
4. Indomobil Sukses International,Tbk
5. Indospring,Tbk
6. Intraco Penta,Tbk
3.3 Teknik Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu
data yang diperoleh oleh suatu organisasi/ perusahaan dalam bentuk yang
sudah jadi berupa publikasi yang diperoleh dari Bursa Efek Indinesia (BEI) dan
Financial Leverage serta Net Profit Margin tahun 2004–2005, sedangkan untuk
data tahun 2008 menggunakan data laporan keuangan konsolidasi (2005-2008).
3.4 Uji Outlier dan Normalitas
3.4.1 Uji Outlier Univariate
Data Outlier adalah data yang secara nyata berbeda dengan data-data
yang lain. Deteksinya adalah outlier dapat dilakukan dengan menentukan nilai
ambang batas yang dikategorikan sabagai outlier dengan cara mengkonversikan
nilai data penelitian nilai data penelitian kedalam standart score atau disebut
juga dengan Z- score yang mempuyai nilai rata-rata nol dan standart deviasi
satu.
Rumus Z- score :
z = x - X
σ
dimana :
x = Nilai data X = Nilai rata-rata σ = Standart deviasi
Jika sebuah data outlier, maka nilai Z yang didapat lebih besar dari
angka ± 2,50 atau lebih kecil dari angka -2,50 , jika dilihat pada table z , nilai z
= -2,50 sama dengan luas daerah di bawah kurva normal sebesar 99,38. Hal ini
berarti 99,38 % dari adalah data yang normal atau jika data tersebut bervariasi
3.4.2 Uji Outlier Multivariate
Evaluasi terhadap outlier multivariate perlu dilakukan sebab
walaupun data dianalisis menunjukkan tidak ada outlier univariate, tetapi
observasi itu dapat menjadi outlier bila sudah saling dikombinasikan.
Uji outlier multivariate dilakukan dengan menggunakan kriteria jarak
Mahalonobis pada tingkat p < 0,001. jarak Mahalonobis itu dievaluasi dengan
menggunakan χ² pada derajat bebas sebesar jumlah variabel yang digunakan
dalam penelitian (Ferdinand , 2002 : 103).
3.4.3 Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan dalam analisis, peneliti dapat menggunakan
uji-uji statistik. Uji yang paling mudah adalah dengan mengamati skewness
value dari data yang digunakan, yang biasa disajikan dalam statistik deskriptif
dari hampir semua program statistik.
Nilai statistik untuk menguji normalitas itu disebut sebagai z-value
yang dihasilkan melalui rms berikut:
Skewness Nilai – z =
6
N
Dimana N adalah ukuran sampel, bila –z lebih besar dari nlai kritis,
maka dapat diduga bahwa distribusi data adalah tidak normal. Nilai kritis dapat
ditentukan berdasarkan tingkat signifikan yang dikehendaki. Misalnya, bila
mengenai normalitas dari distribusi pada tingkat 0.01 (1%). Nilai kritis lainnya
yang umum digunakan adalah nilai kritis sebesar ±1.96 yang berarti bahwa
asumsi normalitas ditolak pada tingkat signifikan 0.05 (5%)
3.5 Teknik Analisis dan Uji Hipotesis
3.5.1 Teknik Analisis
Teknik analisis dan uji statistik yang dipakai adalah time series,
analisis yang dilakukan dengan membandingkan rasio-rasio financial
perusahaan dari suatu periode ke periode lain. Menggunakan analisis regresi
linier berganda dengan rumus :
Y = β0 + β1X1 + β2X2 + β3X3 + €1
Keterangan :
Y = Perataan Laba X1 = Ukuran Perusahaan
β0
= Konstanta X2 = Profitabilitas β1
,
β2,
β3 = Koefisien RegresiX3 = Financial Leverage
€1 = Distribusi error
3.5.2 Uji hipotesis
a. Uji t
Uji t yang digunakan mengetahui pengaruh masing-masing variabel
bebas (X1
,
X2,
X3) terhadap variabel terkait secara parsial.1.Menentukan Hipotesis yang akan diuji
Ho
:
ß1= 0 (tidak terpengaruhX1,
X2,
X3terhadap Y)H1
:
ß1 # 0 ( terdapat pengaruhX1,
X2,
X3terhadap Y)2.Dalam penelitian ini digunakan tingkat signifikan 5%
3. Menentukan t hitung
:
Thitung= bj
Se (bj)
Dimana :
bj = Koefisien regresi se (bj) = standart error
4.Kriteria pengujian :
Menambah nilait tabdengan nilai atau thitung
-
Ho diterima jika–t tab≤
t hitung atau t hitung≤
t tab-
Hoditolak jika thit<
-thit>
t tabb. Melakukan uji F
Uji F digunakan untuk mengetahui kecocokan model antara variabel
bebas (X1
,
X2,
X3) terhadap variabel terkait ( Y).Langkah-langkah yang dilakukan sebagai berikut :
1.Merumuskan hipotesis yang akan diuji
Ho
:
ß1= 0 (tidak terpengaruhX1,
X2,
X3terhadap Y)H1
:
salah satuß1#
0 ( terdapat pengaruh X1,
X2,
X3terhadap Y)3.Kriteria pengujian
a.Apabila signifikan ≤ 0,05 maka Ho ditolak H1 diterima, artinya secara
simultan variabel bebas berpengaruh terhadap variabel terikat.
b.Apabila signifikan ≥ 0,05 maka Ho diterima dan H1 ditolak, artinya
secara silmutan variabel bebas tidak berpengaruh terhadap variabel
terikat.
3.5.3 Asumsi Klasik
Persamaan regresi tersebut harus bersifat BLUE (Best Linear
Unbiased Estimatot), artinya pengambilan keputusan uji F tidak boleh bias.
Untuk menghasilkan keputusan yang BLUE , maka harus dipenuhi tiga asumsi
dasar yang boleh dilanggar oleh regresi linier, yaitu :
1. Tidak boleh ada Autokolerasi
2. Tidak boleh ada Multikorelasi
3. Tidak boleh ada Heterokesdastisitas
Apabila salah satu dari tiga asumsi dasar tersebut dilanggar maka
persamaan regresi yang diperoleh tidak lagi bersifat BLUE , sehingga
pengmbilan keputusan melalui uji F dan uji T menjadi bias.( Gujarati,1999 :
157).
1. Autokorelasi
Autokorelasi dapat didefinisikan sebagai korelasi antara data observasi
diambil pada waktu tertentu (data cross sectional). Jadi dalam model regresi
linear diasumsikan tidak terdapat gejala autokorelasi.
Identitifikasi ada tidaknya gejala autokorelasi dapat dilihat dengan
menghitung nilai Durbin Watson, dengan persamaan:
t=N
∑
(e
t -e
t-1)²t=2
d=
t=N
∑
e
t²t=1
Keterangan :
Dd = Nilai Durbin Watson
Et = Residual pada waktu ke t
Et-1 = Residual pada waktu ke t-1
N = Banyaknya data
(Gujarati,1999 :215)
2. Multikolinearitas
Multikolinearitas berarti adanya multikolinearitas dapat
mengakibatkan hasil estimasi menjadi kurang tepat karena adanya korelasi
antar variabel-variabel independen.
Hubungan antara variabel bebas yang dikatakan memilki nilai
toleransi tidak mendekati angka atau serta memilki nilai koefisien korelasi
diatas 0,5. pada model regresi linear yang baik tidak boleh terdapat
multikolinearitas. Syarat utama model yang regresi linear tidak terdapat
multikolinearitas adalah nilai VIF disekitar angka satu dan angka tolenransi
mendekati angka satu serta koefisien korelasi antara variabel bebas
dibawah nilai 0,5.(Gujarati,1999 :157).
3. Heteroskedastisitas
Heteroskedastisitas artinya jika variabel penganggu memiliki varians
yang berbeda. Mengikuti Glejser test, nilai absolut dari variabel penganggu
diregresikan terhadap Xi (masing-masing variabel independen). Dengan
tingkat signifikansi 5%, jika dari hasil regresi tersebut diperoleh probabilitas
> 0,05 maka dikatakan varians yang diuji adalah sama. Adanya gejala
heteroskedastisitas mengakibatkan estimator yang diperoleh tidak efisien,
baik dalam sampel kecil maupun sampel besar, walaupun etimator yang
diperoleh menggambarkan populasi (tidak bias) dan bertambahnya sampel
yang digunakan akan mendekati nilai besarnya, ini disebabkan oleh
variansnya tidak minimum, untuk mengetahui ada tidaknya gejala
heteroskedastisitas. Hal ini bisa di identifikasi dengan cara menghitung Rank
Spearman antara residual dengan seluruh variabel bebas.
Rumus Rank Spearman adalah sebagai berikut :
∑
di²
rs = 1 - i
N(N²-1)
Dimana :
di = Selisih ranking standar deviasi (S) dan nilai ranking nilai
mutlak error
N = Banyaknya sampel
(Gujarati,1999 :188)
Apabila koefisien korelasi Rank Spearman untuk seluruh variabel bebas
terhadap residual lebih kecil dari 0,05 maka dapt disimpulkan bahwa dalam
persamaan regresi terhadap heteroskedastisitas. Pengujian hipotesis dalam
penelitian ini terlebih dahulu dilakukan uji asumsi klasik. Adapun asumsi itu
adalah multikolinearitas, heteroskedastisitas dan autokorelasi yang dilakukan
dengan menggunakan program SPSS metode enter dengan memasukkan
semua variabel dan menganalisa dengan menggunakan metode regresi linear
berganda. Dengan degre of freedom (df) 95% tingkat error sebesar 5%
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Deskripsi Obyek Penelitian
4.1.1 Gambaran Umum PT. Bursa Efek Indonesia
Secara historis, pasar modal telah hadir jauh sebelum Indonesia
merdeka. Pasar modal atau bursa efek telah hadir sejak jaman kolonial Belanda
dan tepatnya pada tahun 1912 di Batavia. Pasar modal ketika itu didirikan oleh
pemerintah Hindia Belanda untuk kepentingan pemerintah kolonial atau VOC.
Meskipun pasar modal telah ada sejak tahun 1912, perkembangan dan
pertumbuhan pasar modal tidak berjalan seperti yang diharapkan, bahkan pada
beberapa periode kegiatan pasar modal mengalami kevakuman. Hal tersebut
disebabkan oleh beberapa faktor seperti perang dunia ke I dan II, perpindahan
kekuasaan dari pemerintah kolonial kepada pemerintah Republik Indonesia,
dan berbagai kondisi yang menyebabkan operasi bursa efek tidak dapat berjalan
sebagimana mestinya.
Pemerintah Republik Indonesia mengaktifkan kembali pasar modal
pada tahun 1977, dan beberapa tahun kemudian pasar modal mengalami
pertumbuhan seiring dengan berbagai insentif dan regulasi yang dikeluarkan
Secara singkat, tonggak perkembangan pasar modal di Indonesia
dapat dilihat sebagai berikut:
1. 14 Desember 1912 : Bursa Efek pertama di Indonesia dibentuk di Batavia
oleh Pemerintah Hindia Belanda.
2. 1914 – 1918 : Bursa Efek di Batavia ditutup selama Perang Dunia I
3. 1925 – 1942 : Bursa Efek di Jakarta dibuka kembali bersama dengan Bursa
Efek di Semarang dan Surabaya
4. Awal tahun 1939 : Karena isu politik (Perang Dunia II) Bursa Efek di
Semarang dan Surabaya ditutup.
5. 1942 – 1952 : Bursa Efek di Jakarta ditutup kembali selama Perang Dunia
II
6. 1952 : Bursa Efek di Jakarta diaktifkan kembali dengan UU Darurat Pasar
Modal 1952, yang dikeluarkan oleh Menteri kehakiman (Lukman
Wiradinata) dan Menteri keuangan (Prof