• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II. PENGATURAN PERBURUAN PAUS DI DALAM HUKUM

A. Perjanjian Internasional

1. Pengertian Perjanjian Internasional

Hukum Internasional di dalam pelaksanaannya, memiliki beberapa beberapa sumber. Di dalam Statuta Mahkamah Internasional, tertulis bahwa hukum Internasional bersumber dari 29

1. Perjanjian / konvensi Internasional yang diakui oleh pihak pihak yang terlibat di dalamnya (international conventions, whether general or particular, establishing rules expressly recognized by the contesting states).

:

2. Kebiasaan International (international custom, as evidence of a general practice accepted as law).

3. Prinsip hukum umum yang diakui oleh negara negara beradab. (the general principles of law recognized by civilized nations) .

4. Keputusan Pengadilan terdahulu dan pendapat para ahli yang telah diakui oleh negara negara.(judicial decisions and the teachings of the most highly qualified publicists of the various nations, as subsidiary means for the determination of rules of law).

Di dalam skripsi ini, akan dibahas lebih lanjut mengenai perjanjian internasional sebagai suatu hukum internasional yang mengikat para pihak yang telah menyepakatinya. Subjek hukum Internasional sendiri tidak hanya terbatas pada negara saja, dimana organisasi internasional juga termasuk kedalamnya. Berikut ini, pendapat beberapa ahli terkemuka mengenai perjanjian Internasional :

29

Menurut Wayan Parthiana, perjanjian internasional ialah:

“Kata sepakat antara dua atau lebih subjek hukum internasional mengenai suatu objek atau masalah tertentu dengan maksud untuk membentuk hubungan hukum atau melahirkan hak dan kewajiban yang diatur oleh hukum Internasional” 30

Di Indonesia sendiri, ada disebutkan pengertian mengenai perjanjian internasional. Hal ini terdapat di dalam Undang-undang No.24 Tahun 2000 yang menyebutkan perjanjian internasional adalah perjanjian, dalam bentuk dan nama tertentu, yang diatur dalam hukum internasional yang dibuat secara tertulis serta menimbulkan hak dan kewajiban dibidang hukum publik” 31

Pengertian perjanjian Internasional menurut G.Schwarzenberger32

Pengertian perjanjian internasional menurut Ian Brownlie

:

“Treatie are agreement between subjects of international law. They may be bilateral (ie. Concluded between contracting parties) or multilateral (ie. Concluded more than contracting parties).”

“Perjanjian ialah suatu kesepakatan antara subjek-subjek international. Yang di dalamnya mencakup kesepaktan bilateral dan multilateral yang menyebabkan perikatan terhadap pihak pihak yang menyepakatinya”.

33

“Perjanjian internasional sebagai suatu kesepakatan antara negara-negara dalam bentuk tertulis dibawah hukum internasional, baik di dalam suatu badan ataupun beberapa badan yang terkait mengenai tujuan khusus yang ingin dicapai”

:

“Treaty as an International agreement concluded between states in written form and governed by International law, whether embodied in a single instrument or in two or more related instruments and whatever its particular designation.”

30

Wayan Parthiana, Perjanjian Internasional, bagian 1, cet.I, Mandar Maju, Bandung, 2002, hlm.11.

31

Pasal 1 ayat (1) Undang-undang No.24 Tahun 2000 tentang Perjanjian Internasional

32

G.Schwarenberger, A manual of International Law, Vol.1, Edisi ke-4, London 1960, hlm.26.

33

Ian Browlie, Principles of Public International Law, (Oxford University Press, 3rd edition, 1979), hlm. 602.

Mochtar Kusumaatmadja di dalam bukunya, mengartikan perjanjian internasional sebagai perjanjian yang diadakan antara anggota masyarakat bangsa-bangsa dan bertujuan untuk mengakibatkan akibat-akibat hukum tertentu karena itu dapat dinamakan perjanjian internasional, perjanjian itu harus diadakan oleh subjek-subjek hukum internasional yang menjadi anggota masyarakat internasional.34 Di dalam bukunya, Mochtar Kusumaatmadja tidak hanya membatasi perjanjian internasional dalam lingkup negara saja, melainkan juga organisasi internasional dan lain lain

35

. Perjanjian Internasional menurut Mochtar, ada kalanya dinamakan traktat (treaty), pakta (pact), konvensi (convention) , piagam (statuta), charter, deklarasi, protokol, arrangement, accord, modus vivendi, convenant dan sebagainya.36

Boer Mauna, di dalam bukunya yang berjudul Hukum Internasional, menuliskan bahwa perjanjian internasional adalah semua perjanjian yang dibuat oleh negara sebagai salah satu subjek hukum internasional, yang diatur oleh hukum internasional dan berisikan ikatan-ikatan yang mempunyai akibat hukum. 37

Pengertian lebih jauh mengenai makna dan istilah perjanjian Internasional yang digunakan oleh para ahli hukum yaitu 38

1. Traktat, merupakan istilah yang sudah umum dipergunakan untuk perjanjian internasional antara negara negara yang substansinya tergolong penting bagi para pihak.

:

39

34

Mochtar Kusumaatmadja, Pengantar hukum Internasional, Buku 1- Bagian Umum, (Bandung : Binacipta, 1990), hlm. 84

35

Mochtar Kusumaatmadja, op.cit., hlm 85

36 Mochtar Kusumaatmadja, op,cit., hlm 82 37

Boer Mauna, Hukum Internasional, Pengertian Peranan dan Fungsi dalam Era DInamika Global, edisi ke-2, (Bandung: P.T, Alumni.2005), dikutip dari Myers, “The Names and Scope of Treaties”, 51 American Journal of International Law, 574,575 (1957).

38

Tenri Ariantim Andi., Istilah-Istilah hukum perjanjian internasional,

http://satutujuhsatusatu.blogspot.com/2009/11/istilah-istilah-hukum-perjanjian.html, diakses pada 2 Novermber 2014 pukul 20.06 WIB

39

2. Treaties (Perjanjian Internasional / Traktat). Umumnya, traktat ini digunakan untuk perjanjian yang materi merupakan hal-hal yang sangat prinsipil dan memerlukan pengesahan /ratifikasi.40

3. Convention (Konvensi). Kata konvensi ini umumnya digunakan untuk perjanjian multilateral yang beranggotakan banyak pihak.41 Konvensi juga digunakan secara umum di dalam bahasa indonesia untuk menyebut nama suatu perjanjian internasional multilateral, baik yang dipreakarsai oleh negara-negara maupun oleh lembaga atau organisasi internasional. Pada umumnya kovensi ini digunakan untuk perjanjian-perjanjian internasional multilateral yang mengatur temntang masalah yang besar, penting dan dimaksudkan untuk berlaku sebagai kaidah hukum internasional yang dapat berlaku secara luas, baik dalam ruang lingkup regional maupun umum. Namun, ada pula perjanjian yang sebenarnya merupakan perjanjian bilateral tetapi diberi nama konvensi.42

4. Persetujuan. Istilah persetujuan (agreement, arrangement) digunakan untuk perjanjian-perjanjian internasional yang ditinjau dari segi isinya lebih bersifat teknis dadministratif. Jika dibandingkan dengan substansi traktat (treaty) ataupun kjonvensi (convention) yang berkenaan dengan masalah masalah yang besar dan penting, substansi dari persetujuan berkenanan dengan masalah-masalah yang besar dan penting, substansi dari persetujuan berkenaan dengan masalah-masalah teknis yang ruang lingkupnya relatif kecil.43 Saat ini, istilah agreement jauh lebih sering digunakan jika dibandingkan dengan istilah arrangement. Istilah persetujuan juga digunakan untuk perjanjian yang mengatur materi mengenai bidang ekonomi, kebudayaan, teknik dan ilmu pengetahuan.44

40

Boer Mauna. Hukum Internasional; Pengertian; Peranan; dan Fungsi dalam Era Dinamika Global. Hal.89.

41

Ibid. Hal. 91

42

Op.cit. I Wayan Parthiana. hal. 29.

43

Ibid. hal 32.

44

5. Charter (piagam). Istilah charter ini umumnya digunakan untuk perangkat internasional seperti dalam pembentukan suatu organisasi international dimana penggunaan istilah ini berasal dari kata Magna Carta.45 Istilah ini juga dipergunakan untuk perjanjian-perjanjian internasional yang dijadikan sebagai konstitusi suatu organisasi internasional.46

6. Protokol, jika digunakan dalam pengertian suatu instrument perjanjian biasanya dikaitkan pada instrumen tunggal yang memberikan amandemen atau pelengkap terhadap persetujuan internasional sebelumnya. 47 Istilah protokol ini juga diberikan pada instrumen perjanjian yang memperpanjang masa berlakunya suatu perjanjian atau konvensi yang sudah hampir berakhir masa berlakunya.48

7. Declaration (Deklarasi). Isi dari deklarasi umumnya lebih ringkas dan padat serta mengenyampingkan ketentuan-ketentuan formal seperti surat kuasa (full powers), ratifikasi, dll.49 Deklarasi, dalam bahasa Indonesia, diartikan sebagai pernyataan ataupun pengumuman. Pada umumnya isi dari deklarasi tersebut lebih merupakan kesepakatan antara para pihak yang masih bersifat umum dan berisi tentang hal-hal yang merupakan pokok-pokok saja. Akan tetapi, ada pula deklarasi yang berisikan kaidah hukum yang mnegikat secara kuat sebagai kaidah hukum dalam pengertian yang sesungguhnya.50

8. Final Act, adalah suatu dokumen yang berisikan laporan sidang dari suatu konferensi yang mnyebutkan perjanjian-perjanjian dan terkadang disertai anjuran dan harapan.51

9. Agreed Minutes and Summary Records, yaitu catatan mengenai hasil perundingan yang telah disepakati oleh pihak-pihak dalam perjanjian.

45

Ibid. hal 92.

46

Op.cit. I Wayan Parthiana. hal 31.

47 Op.cit. Boer Mauna. hal. 92 48

Sumaryo Suryokusumo. Hukum Perjanjian Internasional. hal 23. Tatanusa, 2008.

49

Op.cit. Boer Mauna. hal 93

50

Op.cit. I Wayan Parthiana.hal 29

51

Catatan ini selanjutnya akan digunakan sebagai rujukan dalam perundingan-perundingan selanjutnya.52

10.Memorandum of Understanding, yaitu perjanjian yang mengatur pelaksanaan teknis operasional suatu perjanjian induk. Jenis perjanjian ini umumnya dapat segera berlaku setelah penandatanganan tanpa memerlukan pengesahan. 53

11.Arrangement, yaitu suatu perjanjian yang mengatur pelaksanaan teknik operasional pada proyek-proyek jangka pendek yang betul-betul bersifat teknis.54

12.Exchange of Notes. Perjanjian ini dilakukan dengan mempertukarkan dua dokumen, yang kemudian ditandatangani oleh kedua belah pihak pada masing-masing dokumen.55

13.Process-Verbal. Istilah ini dipakai untuk mencatat pertukaran atau penyimpanan piagam pengesahan atau untuk mencatat kesepakatan hal-hal yang bersifat teknik administratif atau perubahan-perubahan kecil dalam suatu persetujuan.56

14.Modus Vivendi, yakni suatu perjanjian yang bersifat sementara dengan maksud akan diganti dengan pengaturan yang tetap dan terperinci. Biasanya dibuat secara tidak resmi dan tidak memerlukan pengesahan.57

15.Statuta. Istilah statuta (Statute) biasa dipergunakan untuk perjanjian-perjanjian internasional yang dijadikan sebagai konstitusi suatu organisasi internasional. Organisasi atau lembaga internasional yang menggunakan istilah statuta untuk piagamnya adalah Mahkamah Internasional Permanen dan Mahkamah Internasional yang

52 Ibid. hal.94. 53 Ibid. hal 95 54 Ibid. hal 95 55 Ibid. hal 95 56 Ibid. hal 96 57 Ibid. hal 96.

masing piagamnya disebut Statute of Permanent Court of International Justice, dan Statute of International Court of Justice.58

16.Kovenan. Istilah kovenan (Covenant) juga mengandung arti yang sama dengan piagam, jadi digunakan sebagai konstitusi suatu organisasi internasional. 59

17.General Act. Suatu general act adalah benar-benar sebuah traktat tetapi sifatnya mungkin resmi mungkin juga tidak resmi.60

18.Pakta (Pact). Istilah pakta dalam bahasa Inggris pact dipergunakan untuk perjanjian-perjanjian internasional dalam bidang militer, pertahanan, dan keamanan. Misalnya perjanjian tentang organisasi kerjasama pertahanan dan keamanan Atlantic Treaty Organisation/NATO disebut dengan pakta atlantik.61

Di dalam kasus ini, Jepang secara langsung telah melakukan perjanjian internasional dengan suatu organisasi internasional yaitu International Whaling commission (IWC) sehingga Jepang terikat terhadap konvensi yang dianut oleh anggota tersebut yaitu International Convention for the Regulation of Whaling

(ICRW). Segala bentuk peraturan yang telah ditetapkan tidak boleh dilanggar oleh negara anggotanya karena bersifat mengikat meskipun sistem keanggotaannya bersifat sukarela.

Dikarenakan adanya perjanjian internasional inilah, sengeketa antara Jepang dengan salah satu anggota IWC yaitu Australia dapat mengajukan gugatannya untuk diputus oleh Mahkamah Internasional dengan catatan adanya kesepakatan bersama untuk membawa kasus tersebut ke Mahkamah Internasional.