• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengertian Persediaan Menurut Baridwan (1982;123) persediaan digunakan untuk menunjukkan barang-barang yang dimiliki untuk dijual kembali atau digunakan untuk memproduksi barang-barang yang dijual.

Persediaan menurut Harnanto (2002;222) adalah meliputi semua barang yang dimiliki dengan tujuan untuk dijual kembali dan atau dikonsumsi dalam operasi normal perusahaan. Menurut Kieso, dkk (2001;444) persediaan adalah pos-pos aktiva yang dimiliki untuk dijual dalam operasi bisnis normal atau barang yang akan digunakan atau dikonsumsi dalam memproduksi barang yang akan dijual.

Persediaan adalah sebagai suatu aktiva yang meliputi barang-barang milik perusahaan dengan maksud untuk dijual dalam suatu periode usaha yang normal atau persediaan barang-barang yang masih dalam proses produksi. (Jusup, 2003;99). Persediaan barang dagangan menurut Assauri (1999;169) adalah elemen yang sangat menentukan dalam penentuan harga pokok penjualan pada perusahaan dagang, eceran, maupun perusahaan partai besar. Persediaan adalah suatu aktiva yang meliputi semua barang yang dimiliki perusahaan pada saat tertentu dengan tujuan untuk dijual atau dikonsumsi dalam satu siklus operasi normal perusahaan. Jenis-jenis persediaan terdiri dari bahan baku, barang dalam proses, bahan penolong, barang jadi, dan persediaan lain - lain. Penilaian persediaan dilakukan dengan

tujuan supaya dapat diketahui berapa jumlah barang yang tersisa dan berapa jumlah barang yang telah dijual. Oleh karena itu, bisa diketahui berapa jumlah laba yang didapat. Metode pencatatan persediaan.

Persediaan merupakan asset perusahaan yang mempunyai pengaruh yang sangat sensitif bagi perkembangan financial perusahaan. Dalam akuntansi, persedian adalah harta lancar yang dimiliki oleh suatu perusahaan yang digunakan untuk kegiatan bisnis untuk dijual tanpa perubahan bentuk atau untuk diproses lebih lanjut dalam perusahaan manufaktur sehingga mempunyai nilai dan bentuk baru kemudian dipasarkan. Perusahaan dagang yang aktifitasnya adalah membeli dan menjualnya kembali, maka persediannya terdiri dari barang-barang dagangan yang mau dijual.

Beberapa pengertian mengenai persediaan, dapat disimpulkan bahwa persediaan merupakan salah satu unsur yang paling efektif dalam kegiatan perusahaan dagang maupun manufaktur karena hampir seluruh pendapatannya diperoleh dari penjualan barang sebagai persediaan yang secara terus menerus diperoleh, diubah dan kemudian dijual kembali.

Persediaan adalah meliputi semua barang yang dimiliki dengan tujuan untuk dijual kembali. Tanpa adanya persediaan pada suatu waktu tertentu perusahaan tidak dapat memenuhi kebutuhan masyarakat yang memerlukannya.

Ikatan Akuntan Indonesia (2007 : 14.1) menjelaskan bahwa pengertian persedian yaitu : ” Persediaan adalah aktiva :

a. Tersedia untuk dijual dalam kegiatan usaha normal;

b. Dalam proses produksi dan atau dalam pengadaan; atau

c. Dalam bentuk bahan atau perlengkapan (supplies) untuk digunakan dalamproses produksi atau pemberian jasa,”

Ikatan Akuntan Indonesia (2007 : 14.2) lebih ditegaskan lagi apa saja yang dapat dikategorikan sebagai persedian yaitu :

”Persediaan meliputi barang yang dibeli dan disimpan untuk dijual kembali misalnya barang dagang dibeli pengecer untuk dijual kembali, atau pengadaan tanah dan properti lainnya untuk dijual kembali. Persedian juga mencakupi barang jadi yang telah diproduksi, atau barang dalam penyelesaian yang sedang diproduksi perusahaan, dan termasuk bahan serta perlengkapan yang akan digunakan dalam proses produksi”.

Definisi di atas menjelaskan bahwa persediaan merupakan suatu aktiva milik perusahaan yang tujuannya untuk dijual tanpa mengadakan perubahan yang mendasar terhadap barang tersebut, baik berupa bentuk maupun manfaat dari barang tersebut. Definisi tersebut juga menyatakan bahwa persediaan diperoleh melalui proses produksi sampai menjadi barang yang siap untuk dijual ke pasar dengan kata lain barang yang dibeli diubah bentuknya terlebih dahulu.

Kieso, Weygandt, Warfield (2002 : 443) menyatakan bahwa :

”Persediaan adalah pos - pos aktiva yang dimiliki untuk dijual dalam operasi bisnis normal atau barang yang akan digunakan / komsumsi dalam memproduksi barang yang akan dijual”.

Soemarso (2004 : 384) menyatakan bahwa:

Persediaan barang dagang (merchandise inventory) adalah barang barang yang dimiliki perusahaan untuk dijual kembali. Untuk perusahaan pabrik, termasuk dalam persediaan adalah barang-barang yang akan digunakan untuk proses produksi selanjutnya. Persediaan dalam perusahaan pabrik terdiri dari persediaan bahan baku, persediaan dalam proses dan persediaan barang jadi.

Dari uraian di atas diketahui bahwa jenis persediaan yang dimiliki perusahaan

Pabrik dapat digolongkan menjadi 3 bagian yaitu;

1. persediaan bahan baku (raw material inventory)

2. persediaan barang dalam proses (work in process inventory) 3. persediaan barang jadi (finished good inventory)

Untuk memahami secara lebih jelas perbedaan dan keberadaan tiap-tiap jenis persediaan tersebut, maka dapat dilihat dari penggolongan persediaan seperti yang dikemukakan oleh K.Fed Skousen, Earl K.Stice dan James D.Stice (2001 : 514)

Persediaan bahan baku merupakan barang-barang yang diperole untuk digunakan dalam proses produksi. Beberapa bahan baku yang diperoleh secara langsung dari sumber-sumber alam. Namun demikian, lebih sering lagi Bahan baku diperoleh dari perusahaan lain yang merupakan produksi akhir dari pemasok tersebut. Sebagai contoh sederhana, kertas cetak merupakan produk akhir dari pabrik kertas, tetapi merupakan bahan baku bagi percetakan. Meskipun istilah bahan baku sangat digunakan secara luas untuk mencakup seluruh bahan baku yang digunakan dalam proses produksi

namun sebutan ini sering dibatasi untuk barang-barang yang secara fisik dimasukkan kedalam produk yang dihasilkan. Barang-barang dalam proses (good in process), dapat juga disebut pekerjaan dalam proses (work in process), barang-barang yang membutuhkan pemrosesan lebih lanjut sebelum dapat dijual. Demikian juga barang jadi (finished good) merupakan produk yang telah diproduksi dan menunggu untuk dijual.

2. Klasifikasi Persediaan

Di dalam akuntansi penggolongan persediaan sangat dipengaruhi oleh sifat dan jenis usaha perusahaan yang bersangkutan. Dalam sebuah perusahaan dagang, persediaan terdiri dari berbagai macam dan jenis, dimana barang-barang yang dibeli dengan tujuan akan dijual kembali. Oleh karena itu, dalam perusahaan dagang hanya dikenal satu klasifikasi persediaan yang disebut dengan persediaan barang dagangan. Perusahaan manufaktur juga memiliki persedian, akan tetapi berbeda halnya dengan persediaan pada perusahaan dagang, pada perusahaan manufaktur tidak semua persediaan siap untuk dijual. Oleh karena itu persediaan pada perusahaan manufaktur diklasifikasikan menjadi tiga kategori yaitu (Stice, dkk. 2004;654):

a. Persediaan bahan baku adalah barang-barang yang dibeli untuk digunakan dalam proses produksi.

b. Persedian barang dalam proses adalah barang yang terdiri dari bahan-bahan yang telah diproses namun masih membutuhkan pengerjaan lebih lanjut sebelum dijual. Persediaan ini terdiri dari tiga komponen biaya:

1) Bahan baku langsung, yaitu bahan baku yang secara langsung dapat diidentifikasi dalam barang yang diproduksi.

2) Tenaga kerja langsung, yaitu biaya tenaga kerja yang secara langsung dapat diidentifikasi dengan barang yang diproduksi

3) Overhead pabrik, yaitu bagian dari overhead pabrik yang dibebankan atas barang yang diproduksi.

c. Persediaan barang jadi

persedian barang jadi adalah barang yang sudah selesai diproduksi selain bahan baku langsung dan tenaga kerja langsung. Menurut Harnanto (2002;222) penggolongan persediaan sangat dipengaruhi oleh sifat dan jenis uasaha perusahaan yang bersangkutan. Bagi perusahaan dagang yang didalam usahanya adalah membeli dan menjual kembali barang dagangan, pada umumnya persediaan yang dimiliki klarisifikasikan sebagai berikut :

1) Persediaan barang dagangan, barang-barang yang dimiliki dengan tujuan akan dijual kembali di masa yang akan datang. Barang-barang ini tidak akan berubah sampai dengan barang dagang tersebut dijual kembali.

2) Lain-lain persediaan, seperti supplies kantor (toko), dan alat-alat pembungkus dan lain sebagainya. Barang-barang ini biasanya dipakai (dikonsumsi) dalam jangka waktu relatif pendek dan akan dibebankan sebagai beban administrasi dan umum atau beban

pemasaran. Oleh karena itu biasanya terhadap jenis persediaan ini diperlakukan sebagai biaya yang dibayar dimuka atau persediaan suplies.

Dokumen terkait