• Tidak ada hasil yang ditemukan

SKRIPSI ANALISIS METODE PENCATATAN DAN PENILAIAN PERSEDIAAN BARANG DAGANGAN PADA PT. INDOMARCO PRISMATAMA MAKASSAR SURIYANI ISMAIL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SKRIPSI ANALISIS METODE PENCATATAN DAN PENILAIAN PERSEDIAAN BARANG DAGANGAN PADA PT. INDOMARCO PRISMATAMA MAKASSAR SURIYANI ISMAIL"

Copied!
76
0
0

Teks penuh

(1)

INDOMARCO PRISMATAMA MAKASSAR

SURIYANI ISMAIL 105730 1881 10

FAKULTAS EKONOMI & BISNIS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR MAKASSAR

2014

(2)

INDOMARCO PRISMATAMA MAKASSAR

Oleh :

SURIYANI ISMAIL 105730 1881 10

Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas

Muhammadiyah Makassar

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR MAKASSSAR

2014

(3)
(4)
(5)

V

Pendidikan bukan hanya untuk yang muda tapi untuk semua umur

belajar tak mengenal usia maka menuntut ilmu wajib

sampai nafas terakhir

dan belajar tak berarti tanpa budi pekerti

PERSEMBAHAN Aku persembahan untuk

Kedua orang tuaku Yang selalu menuntun aku Menjadi anak yang berbakti

(6)

Naidah. SE. M. Si

Tekhnik Analisis data yang digunakan adalah Metode penilaian dan pencatatan. Adapun tekhnik pengumpulan data yang dipakai adalah penelitian pustaka, penelitian lapang yaitu observasi dan wawancara. Analisis data dalam penelitian ini dengan penelitian lapang yaitu observasi yaitu melakukan pengamatan langsung ketempat penelitian khususnya ke lokasi penelitian dan menemukan makna yang terkait dengan rumusan masalah.

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa Indomarco Prismatama Makassar menerapkan metode prefektual dalam proses pencatatan dan penilaian persediaan barang dagangan, sehingga harga pokok barang yang terjual langsung dapat diketahui dari kartu persediaan pada sistem tekhnologi informasi (STI) tanpa harus melakukan perhitungan secara fisik. Sedangkan untuk menilai persediaan barang dagangan, di Indomarco Prismatama Makassar menerapakan metode identifikasi khusus yaitu setiap barang yamg disimpan ditandai secara khusus sehinga biaya perunitnya dapat diketahui dan metode LIFO ( Last In First Out ) kolkulasi biaya persediaan membandingkan persediaan yang dinilai pada biaya perunit, sehingga biaya yang dikeluarkan dapat diminalisir sehingga cocok untuk penjualan barang – barang eceran.

Jadi kesimpulan dari penelitian diatas, yaitu Indomarco Prismatama menggunakan metode prefektual PT Indomarco prismatama Makassar menerapkan metode prefektual dalam dalam pencatatan terhadap persediaan barang dagangan.dalam penggunaan metode ini akun pembelian dan penjualan diganti dengan akun persediaan barang dagangan. Penerapan metode ini memudahkan pihak PT Indomarco Prismatama Makassar untuk mengetahui stock dan nilai barang dagangan sewaktu – waktu dibutuhkan tanpa harus menghitung barang dagangan digudang atau di toko penjualan.

Kata kunci: pencatatan dan penilaian persediaan barang sesuai dengan Metode Prefektual

(7)

V

Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kepada Allah SWT atas karunia, petunjuk, rahmat, dan hidayahNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini dengan judul:”Analisis Penerapan Metode Pencatatan Dan Penilaian Persediaan Barang Dagangan Sesusai PSAK no. 14 Pada PT. Indomarco Prismatama Makassar”.Adapun tujuan penulisan Skripsi ini adalah untuk memenuhi salah satu syarat dalam memperoleh kelulusan pada program sarjana Akuntansi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Muhammadiyah Makassar Skripsi ini tidak terlepas dari dukungan dan bantuan dari berbagai pihak.

Teriring ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada kedua orang tua penulis, Ayahanda dan Ibunda yang tercinta dan sanak saudara atas segala jerih payah, dorongan dan doanya demi mencapai keberhasilan penulis dalam menempuh cita-cita. Dalam penyusunan skripsi ini, berbagai cobaan maupun kesulitan, rintangan dan hambatan yang penulis temui sejak dari awal pembuatan skripsi hingga menjelang penyelesaiannya tetapi dapat teratasi berkat prinsip yang disadari penulis.

Selanjutnya ucapan terima kasih dan penghargaan penulissampaikan pula kepada:

1. Bapak Dr. H. Irwan Akib, M.Pd selaku Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar.

ii

(8)

VI

kasih atas waktu, kesabaran, bimbingan dan pengarahan dalam menyelesaikan skripsi ini.

4. Ibu Hj. Nuidah, SE., M.Si, selaku Dosen Pembimbing 2, terima kasih atas waktu, kesabaran, bimbingan dan pengarahan dalam menyelesaikan skripsi ini.

5. Bapak Ismail Badollahi, SE.,M.Si, Ak..selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan BisnisUniversitas Muhammadiyah Makassar.

6. Mama yang tersayang beserta keluarga Terima kasih atas semua yang diberikan padaku, kasih sayangnya, doa restunya, bimbingannya, dan semua nasehat untuk bekal hidupku.

7. Pimpinan PT. Indomarco Prismatama Makassar yang Telah Bersedia Menerima penulis Untuk Melaksanakan Penelitian.

8. Staf Karyawan PT. Indomarco Prismatama Makassar yang telah bersedia memberikan bantuan untuk memperoleh data-data dan informasi terim kasih atas kerjasamanya.

9. Sri Wahyuni dan Risnawati Jahamang yang telah banyak memberikan bantuan kepada penulis selama menyusun skripsi serta seluruh teman-teman dari Akuntansi 6 “2010”tanpa terkecuali terima kasih atas kebersamaannya selama ini.

(9)

VII

terselesaikan. Oleh karena itu dengan hati terbuka penyusun senantiasa mengharapkan kritik dan saran yang bersifat konstruktif dari semua pihak demi kesempurnaan skripsi ini. Penyusun juga berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat kepada semua pihak yang membutuhkannya.

Aamiin. Billahi FiiSabililhaq, Fastabiqul Khaerat, Wassalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Makassar, Juli 2014

Suriyani Ismail

(10)

VII

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ... II

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... III ABSTRAK ... IV KATA PENGANTAR ... V

DAFTAR ISI... VIII DAFTAR GAMBAR ... IX

DAFTAR TABEL... X

I PENDAHULUAN ...1

A. Latar Belakang ...1

B. Rumusan Masalah ...4

C. Tujuan Penelitian ...4

D. Manfaat Penelitian ...4

II TINJAUAN PUSTAKA...5

A. Pengertian Metode Pencatatan Dan Penilaian...5

B. Pengertian Persedian Barang Dagang ...14

C. Arti Penting Persediaan...22

(11)

VIII

III METODOLOGI PENELITIAN...28

A. Tempat Dan Waktu Penelitian ...28

B. Metode Pegumpulan Data...28

C. Jenis Dan Sumber Data ...29

D. Definisi Operasional... 30

E. Metode Analisis Data... 32

IV ANALISIS HASIL PENELITIAN ... 33

A. Gambarang Umun Tentang Penelitian ... 33

B. Penilaian dan pencatatan Persediaan Barang ... 39

C. Sistem Penilain dan Pencatatan Barang Pesediaan Dagang... 48

V KESIMPULAN DAN SARAN... 60

A. Kesimpulan... 60

B. Saran ... 61

DAFTAR PUSTAKA ... 63

RIWAYAT HIDUP... 64

(12)

IX

1.

Kerangka Fikir ... 27

(13)

X

4.2 Penjualan Barang Dagang... 49 4.3 Harga Perolehan Persediaan Akhir ... 50 4.4 Harga Pokok Barang Yang tersedia ... 51

(14)

BAB I

PENDAHULAUAN

A. Latar Belakang

Secara umum, perusahaan dagang dapat didefiniskan sebagai organisasi yang melakukan kegiatan usaha dengan membeli barang dari pihak lain / perusahaan lain kemudian menjualnya kembali kepada masyarakat. Setiap perusahaan pasti bertujuan untuk menghasilkan laba optimal agar dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya, memajukan, serta mengembangkan usahanya ketingkat yang lebih baik.

Salah satu unsur yang paling aktif dalam perusahaan dagang adalah pencatatan dan penilaian ketersediaan barang dagang. tujuan akutansi ketersediaan adalah untuk :

1. Menentukan laba-rugi peridik yaitu melalui proses mempertemukan antara harga pokok barang dijual dengan hasil penjualan dalam suatu periode akutansi.

2. Menentukan jumlah persediaan yang akan disajikan.

Ketersediaan merupakan barang dagangan yang dibeli kemudian disimpan untuk dijual dalam operasi normal perusahaan sehingga perusahaan senatiasa member perhatian yang besar dalam persediaan. Persedian mempunyai arti yang

1

(15)

sangat strategis bagi perusahaan baik perusahaan dagang maupun perusahaan industri.

Modal yang tertanam dalam persedian sering kali merupakan harta lancar yang paling besar dalam perusahaan, dan juga merupakan bagian yang paling besar dalam harta perusahaan. Penjualan akan menrun jika barang tidak tersedia, dalam bentuk, jenis, mutu, dan jumlah yang di inginkan pelanggan. Prosedur pembelian tidak efisien atau upaya penjualan yang tidak memadai dapat membebani suatu perusahaan dengan persediaan yang berlebihan dan tidak terjual. Jadi, penting bagi perusahaan untuk pencatatan dan penilaian ketersediaan secara cermat untuk membatasi biaya penyimpangan yang terlalu besar.

Persediaan sangat rentang terhadap kerusakan maupun pencurian.

Pencatatan dan penilaian ketersediaan juga bertujuan melindungi harta perusahaan dan juga agar informasi mengenai persediaan lebih dapat dipercaya.

Pencatatan dan penilaian ketersediaan dapat dilakukan dengan melakukan tindakan pengamanan untuk mencegah terjadinya kerusakan, pencurian, maupun tindakan penyimpangan lainnya.

Kerusakan, pemasukan yang tidak benar, lalai untuk mencapai permintaan, barang yang dikeluarkan tidak sesuai dengan pesanan, dan semua kemungkinan lainnya, dapat menyebabkan catatan persediaan berbeda dengan persediaan ynag sebenarnya yang ada di gudang. Untuk itu, fiperluan pemeriksaan persediaan secara periodik atas catatan dan penilaian ketersediaan dengan perhitungan yang

(16)

sebenarnya. Kebanyakan perusahaan melakukan perhitungan fisik sekali setahun.

Namun ada juga melakukannya sebulan sekali dan sehari sekali.

PT. Indomarco Prismatama Makassar adalah sebuah perusahaan nasional di bidang penjualan barang dagang, atau lebih dikenal sebagai minimarket yang menjual semua jenis barang yang dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari, diantara minyak goreng, terigu, gula pasir, sabun cuci, sabun mandi, kopi, beras, susu, kacang ijo dan divisi lain-lain. Karena cukup banyak jenis produk dan mobilitas keluar masuk barang sehingga dikhawatirkan akan terjadi kehilangan ataupun pencurian stock barang, akibatnya diperlukan pencatatan dan penilaian ketersediaan barang yang baik agar tidak terjadi penyelewengan dalammenjalankan tugas.

Menunjukkan nilai suatu barang yang diproduksi untuk dijual atau dikonsumsi. Nilai total kekayaan dalam bentuk persediaan dalam proses. Pada umumnya persediaan dinilai berdasarkan biaya (Yamit, 1999;199). Besarnya biaya atau ongkos persediaan tergantung pada prosedur akuntansi yang ditetapkan oleh perusahaan dalam menilai persediaan. Metode akuntansi yang digunakan untuk menilai persediaan sangat penting.

Tujuan utama perusahaan adalah untuk mendapatkan keuntungan atau laba.

Tujuan pokok akuntansi persediaan adalah untuk menentukan laba rugi periodik yaitu melalui proses mempertemukan antara harga pokok barang dijual dengan hasil penjualan dalam satu periode akuntansi dan menentukan jumlah persediaan yang akan disajikan dalam neraca (Harnanto, 2002;223).

(17)

Mengingat bahwa pencatatan dan penilaian ketersediaan barang sangat penting bagi perusahaan dalam mencapai efesiensi dan efektifitas, maka penulis tertarik untuk mengangkat hal tersebut dalam sebuah karya tulis ilmiah.

Berdasarkan uraian tersebut, maka judul dari penelitian ini adalah “Analisis Metode Pencatatan Dan Penilaian Persediaan Barang Dagangan Pada PT Indomarco Prismatama Makassar.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan maka masalah pokok dalam penelitian ini adalah : Bagaimanakah analisis metode pencatatan dan penilaian persedian barang dagangan pada PT.Indomarco Prismatama Makassar ?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini berdasarkan rumusan masalah yang ada yakni:

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui analisis metode pencatatan dan penilaian persediaan barang dagang PT Indomarco Prismatama Makassar.

D. Manfaat Penelitian

Adapun Manfaat dari penelitian ini adalah

1. Sebagai bahan masukan bagi pihak perusahaan sehubungan dengan metode pencatatan dan penilaian persediaan barang dagang.

2. Sebagai bahan acuan bagi pihak yang mengadakan penulisan dengan masalah yang sama.

(18)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Metode Pencatatan dan Penilaian 1. Pengertian Metode Pencatatan

Menurut kamus besar bahasa Indonesia yang dimaksud dengan pencatatan adalah proses, cara, perbuatan mencatat atau Pendaftaran.

mencatat adalah membuku, memperingatkan, memperoleh, mengecamkan, mencatatkan, mencetak, mencontoh, mendaftar, mendapat, menggores, mengopi, mengukir, meniru, menjiplak, mentranskripsikan, menulis, menurun, menyadari, menyalin, menyurat, meraih, merekam.

mendokumentasikan, mengabadikan, menyimpan, merekam.

mencatatkan adalah membukukan, mencantumkan, mengagendakan, menuliskan. memasukkan, mengikutkan, menyertakan. pencatatan carik, dabir, juru tulis, katib, notulis, panitera, penulis, penyadur, penyalin, perekam; pencatatan dan kodifikasi, pencoretan, pendaftaran, pendataan, penulisan, penyalinan, penyensusan, penyuratan, perekaman, registrasi.

catatan adalah goresan, notasi, tulisan; disposisi, kronik, memo, pemberitahuan, peringatan, pesan, surat.

Istilah persediaan menunjukkan barang-barang yang dimiliki untuk dijual dalam kegiatan normal perusahaan serta, untuk perusahaan manufaktur, barang-barang yang sedang diproduksi atau akan dimasukkan ke

5

(19)

dalam proses produksi. Sifat barang diklasifikasikan sebagai persediaan sangat bervariasi menurut sifat aktivitas perusahaan, dan dalam beberapa hal meliputi aktiva yang biasa tidak dianggap sebagai persediaan. Persediaan merupakan salah satu unsur yang paling aktif dalam operasi perusahaan, yang secara kontinue diperoleh dan diproduksi dan dijual. Sebagian besar sumber daya perusahaan acapkali diinvestasikan dalam bentuk barang-barang yang dibeli dan diproduksi. Biaya barang-barang ini harus dicatat, dikelompokkan, diikhtisarkan selama periode akuntansi. Pada akhir periode, biaya dialokasikan di antara aktivitas periode berjalan dan aktivitas masa mendatang, yaitu diantara barang-barang yang berada dalam persediaan untuk dijual pada periode mendatang Metode Pencatatan Persediaan Ada dua metode yang dapat digunakan dalam hubungannya dengan pencatatan persediaan:

a. Metode fisik

Penggunaan metode fisik mengharuskan adanya perhitungan barang yang masih ada pada tanggal penyusunan laporan keuangan. Perhitungan persediaan ini diperlukan untuk mengetahui berapa jumlah barang yang masih ada dan kemudian diperhitungkan harga pokoknya. Dalam metode ini mutasi persediaan barang tidak diikuti dalam buku-buku,

setiap pembelian barang dicatat dalam rekening pembelian. Karena tidak ada catatan mutasi persediaan barang, maka harga pokok penjualan juga tidak dapat diketahui sewaktu-waktu. Harga pokok penjualan baru

(20)

dapat dihitung apabila persediaan akhir sudah dihitung.

Kelemahan dari metode ini adalah bila barang yang dimiliki jenisnya dan jumlahnya banyak, maka perhitungan fisik akan memakan waktu yang cukup lama dan akibatnya laporan keuangan juga akan terlambat. Tidak diikutinya mutasi persediaan dalam buku menjadikan metode ini sangat sederhana baik pada saat pencatatan pembelian maupun pada waktu melakukan pencatatan penjualan.

b. Metode Perpetual

Metode perpetual setiap jenis persediaan dibuat rekening sendiri- sendiri yang merupakan buku pembantu persediaan. Rekening yang digunakan untuk mencatat persediaan ini terdiri dari beberapa kolom yang dapat dipakai untuk mencatat pembelian, penjualan, dan saldo persediaan. Setiap perubahan dalam persediaan diikuti dengan pencatatan dalam rekening persediaan sehingga jumlah persediaan sewaktu-waktu dapat diketahui dengan melihat kolom saldo dalam rekening persediaan.

Masing-masing kolom dirinci lagi untuk kuantitas dan harga perolehannya.

Dibandingkan dengan metode pencatatan fisik, metode ini merupakan cara yang lebih baik untuk mencatat persediaan yaitu dapat membantu memudahkan penyusunan neraca dan laporan laba rugi, juga dapat digunakan untuk mengawasi barang-barang dalam gudang.

(21)

Metode Perpetual, pada waktu membeli barang dibuat jurnal yang mendebet akun Persediaan Barang Dagangan dan mengkredit akun Hutang atau Kas. Pada waktu menjual barang dibuat jurnal yang mendebet akun Harga Pokok Penjualan dan mengkredit akun Persediaan sehingga akun Persediaan akan menunjukkan harga pokok dari persediaan yang ada di gudang.

Menggunakan Sistem Periodik, jika ada penjualan barang tidak dibuat jurnal untuk harga pokok dari barang yang dijual di bagian akuntansi. Pada akhir tahun, persediaan yang ada di gudang penyimpanan dihitung jumlah kuantitasnya dan ditentukan nilai/harga belinya. Untuk menentukan persediaan yang dipakai/dijual, persediaan yang pernah ada (persediaan awal ditambah pembelian selama satu periode) dikurangi dengan persediaan akhir periode.

Jurnal yang pertama mendebet akun Ikhtisar Laba Rugi dan mengkredit akun Persediaan sejumlah persediaan awal. Jurnal yang kedua didasarkan atas hasil inventarisasi fisik barang pada akhir tahun.

Jurnalnya mendebet akun Persediaan Barang Dagangan dan mengkredit akun Ikhtisar Laba Rugi. Ayat jurnal ini dibuat sekaligus dalam satu periode.

Ada dua sistem pencatatan persediaan menurut Kieso, dkk (2001;446) yaitu sistem perpetual dan sistem periodik:

(22)

1) Sistem perpetual

Menurut sistem persediaan perpetual, catatan yang berkelanjutan menyangkut perubahan persediaan dicerminkan dalam akun persediaan. Yaitu, semua pembelian dan penjualan (pengeluaran) barang dicatat secara langsung ke akun persediaan pada saat terjadi.

Karakteristik akuntansi dari sistem perpetual adalah:

a) Pembelian barang dagang untuk dijual atau pembelian bahan baku untuk diproduksi didebet ke persediaan dan bukan ke pembelian.

b) Biaya transportasi masuk, retur pembelian dan pengurangan harga, serta diskon pembelian dicatat dalam persediaan bukan akun terpisah.

c) Harga pokok penjualan diakui untuk setiap penjualan dengan mendebet akun harga pokok penjualan dan mengkredit persediaan.

d) Persediaan merupakan akun pengendali yang didukung oleh buku besar pembantu yang berisi catatan persediaan individual. Buku besar pembantu memperlihatkan kuantitas dan biaya dari setiap jenis persediaan yang ada di tangan.

2) Pengaruh Metode Penilaian Persediaan Semua metode penilai persediaan didasarkan atas harga perolehan. Setiap perusahaan bebas untuk memilih salah satu metode penilaian persediaan yang dianggap

(23)

cocok dan perlu diketahui juga pengaruh dari masing-masing metode yang digunakan.

3) Biaya-Biaya Yang Harus Dimasukkan Dalam Persediaan Salah satu masalah paling penting dalam menangani persediaan berhubungan dengan berapa jumlah persediaan yang harus dicatat dalam akun. Pembelian persediaan, seperti aktiva lain, umumnya diperhitungkan atas biaya. Berikut biaya-biaya yang harus dimasukkan dalam persediaan.

a) Biaya produk, adalah biaya yang melekat pada persediaan dan dicatat dalam akun persediaan.

b) Biaya periode, seperti beban penjualan dan beban umum serta adminstrasi yang dianggap tidak berhubungan langsung dengan produksi barang.

c) Biaya manufaktur, barang dalam proses dan barang jadi meliputi bahan, tenaga kerja langsung, dan biaya overhead manufaktur.

Biaya overhead manufaktur meliputi bahan tidak langsung, tenaga kerja tidak langsung, dll.

d) Kepemilikan Persediaan

Barang-barang yang seharusnya dimasukkan dalam persediaan dari suatu usaha memegang kepemilikan hukum. Pengalihan hak adalah istilah hukum yang ditujukan pada titik dimana kepemilikan berubah Barang Dalam Perjalanan Kepemilikan barang dalam

(24)

perjalan tergantung dari persyaratan penjualan. Ketika persyaratannya adalah FOB (free on board) shipping point, barang sudah menjadi milik pembeli ketika barang masih dalam perjalanan dimasukkan dalam persediaan pembeli. Ketika barang dikirim dengan persyaratan penjualan FOB (free on board) destination, barang-barang tersebut masih menjadi milik penjual selama barang masih dalam perjalanan dan dimasukkan dalam persediaan penjual.

Barang Konsinyan Dalam kepemilikan barang konsinyasi, pengirim tetap memegang hak kepemilikan dan tetap memasukkan barang tersebut kedalam persediaan sampai barang tersebut berhasil dijual atau digunakan oleh penyalur dan pelanggan. Barang lain yang dimiliki perusahaan tetapi barada dalam pengawasan pihak lain untuk menyimpan, pemrosesan atau pengiriman juga harus ditunjukkan sebagai bagian dari persediaan akhir dari perusahaan yang memiliki barang tersebut. Dalam menghitung jumlah persediaan sering terdapat barang yang masih dalam perjalanan dan yang berada di tempat pihak lain (konsinyasi). Untuk tujuan perpajakan barang itu dapat dianggap berada di tangan wajib pajak (termasuk persediaan). Untuk tujuan PPN (Pajak Pertambahan Nilai), Pasal 1 bagian (c) UU PPN 1984 menyatakan penyerahan barang (kena pajak) kepada pedagang perantara dianggap merupakan transaksi penyerahan (penjualan). Oleh karena itu,

(25)

menyimpang dari praktek akuntansi (yang diikuti PPh/ Pajak Penghasilan), umtuk tujuan pelaporan dan penghitungan PPN barang konsinyasi tidak termasuk persediaan penitip (consignor) walaupun barangnya secara nyata belum terjual.

Sistem perpetual, setiap transaksi yang mempengaruhi jumlah nilai persediaan akan dicatat dalam perkiraan persediaan. Pembelian barang akan dicatat menambah persediaan dan penjualan barang akan dicatat mengurangi persediaan. Dengan demikian perkiraan persediaan dan penjualan barang akan dicatat mengurangi persediaan. Dengan demikian perkiraan persediaan barang akan dicatat senantiasa menunjukkan keadaan jumlah sisa persediaan barang yang masih ada beserta mutasi perubahannya. Oleh karena itu, dengan melihat catatan dalm perkiraan telah dapat diketahui sisa persediaan tanpa harus menghitung secara pisik barang tersebut.

2. Pengertian Metode Penilaian

Penilaian persediaan adalah menentukan nilai persediaan yang akan disajikan dalam laporan keuangan. Penilaian persediaan mempunyai pengaruh penting pada pendapatan yang dilaporkan pada posisi keuangan perusahaan. Oleh karena itu penilaian persediaan atas harus sesuai dengan kenyataan sehingga persediaan tersebut benar-benar menunjukkan jumlah atau nilai yang wajar dicantumkan dalam laporan keuangan.

(26)

Hubungannya dengan persediaan,harga pokok adalah jumlah semua pengeluaran-pengeluaran langsung atau tidak langsung yang berhubungan dengan perolehan, penyiapan dan penepatan persediaan tersebut agar dapat dijual. Untuk menentukan nilai persediaan ada banyak metode yang dipergunakan. Untuk menghindari kerugian atau resiko akibat persediaan, maka diperlukan metode penilaian persediaan yang baik oleh manajemen untuk mengoptimalkan persediaan sehingga nilai dari persediaan tersebut disajikan secara wajar dalam laporan keuangan.

Average Cost Method menghitung harga pos-pos yang terdapat dalam persediaan atas dasar biaya rata-rata barang yang sama yang tersedia selama suatu periode. Biaya rata-rata bisa berupa biaya rata-rata tertimbang (weight average method) digunakan jika menggunakan system periodic dan biaya rata-rata bergerak (moving average method) jika menggunakan system perpetual. Pada perpetual inventory system, setiap terjadi pemakaian barang perlu diketahui harga pokok barang yang dipakai. Oleh karena itu setiap kali terjadi pembelian barang harus dihitung saldo persediaan setelah pembelian tersebut. Perhitungan harga dilakukan dengan menjumlahkan harga pembelian dan nilai persediaan dibagi dengan Jumlah persediaan setelah pembelian.

Metode akuntansi yang digunakan untuk menilai persediaan sangat penting, karena akan berpengaruh terhadap nilai rupiah persediaan dan biaya

(27)

barang yang dijual. Pemilihan metode akuntansi persediaan di Indonesia mengacu pada Pernyataan Standart akuntansi Keuangan.

a. FIFO (First In First Out) Metode FIFO

Masuk pertama keluar pertama menganggap bahwa barang yang terlebih dahulu dibeli akan dijual terlebih dahulu, dengan demikian harga perolehan barang yang lebih dahulu dibeli dianggap akan menjadi harga pokok penjualan lebih dahulu juga.

b. LIFO (Last In First Out) Metode LIFO

Masuk terakhir keluar pertama menganggap bahwa barang yang dibeli lebih akhir akan dijual terlebih dahulu, dengan demikian harga perolehan barang yang dibeli paling akhir akan dialokasikan terlebih dahulu sebagai harga pokok pendahuluan.

c. Metode rata-rata Metode rata-rata

Didasarkan pada anggapan bahwa barang tersedia untuk dijual adalah homogen. Metode ini tidak mudah untuk menentukan berapa unit yang harus keluar terakhir, dengan demikian pengalokasian harga perolehan barang yang tersedia untuk dijual dilakukan atas adasar harga perolehan rata-rata.

(28)

B. Pengertian Persedian Barang Dagang 1. Pengertian Persedian Barang Dagang

Pengertian Persediaan Menurut Baridwan (1982;123) persediaan digunakan untuk menunjukkan barang-barang yang dimiliki untuk dijual kembali atau digunakan untuk memproduksi barang-barang yang dijual.

Persediaan menurut Harnanto (2002;222) adalah meliputi semua barang yang dimiliki dengan tujuan untuk dijual kembali dan atau dikonsumsi dalam operasi normal perusahaan. Menurut Kieso, dkk (2001;444) persediaan adalah pos-pos aktiva yang dimiliki untuk dijual dalam operasi bisnis normal atau barang yang akan digunakan atau dikonsumsi dalam memproduksi barang yang akan dijual.

Persediaan adalah sebagai suatu aktiva yang meliputi barang-barang milik perusahaan dengan maksud untuk dijual dalam suatu periode usaha yang normal atau persediaan barang-barang yang masih dalam proses produksi. (Jusup, 2003;99). Persediaan barang dagangan menurut Assauri (1999;169) adalah elemen yang sangat menentukan dalam penentuan harga pokok penjualan pada perusahaan dagang, eceran, maupun perusahaan partai besar. Persediaan adalah suatu aktiva yang meliputi semua barang yang dimiliki perusahaan pada saat tertentu dengan tujuan untuk dijual atau dikonsumsi dalam satu siklus operasi normal perusahaan. Jenis-jenis persediaan terdiri dari bahan baku, barang dalam proses, bahan penolong, barang jadi, dan persediaan lain - lain. Penilaian persediaan dilakukan dengan

(29)

tujuan supaya dapat diketahui berapa jumlah barang yang tersisa dan berapa jumlah barang yang telah dijual. Oleh karena itu, bisa diketahui berapa jumlah laba yang didapat. Metode pencatatan persediaan.

Persediaan merupakan asset perusahaan yang mempunyai pengaruh yang sangat sensitif bagi perkembangan financial perusahaan. Dalam akuntansi, persedian adalah harta lancar yang dimiliki oleh suatu perusahaan yang digunakan untuk kegiatan bisnis untuk dijual tanpa perubahan bentuk atau untuk diproses lebih lanjut dalam perusahaan manufaktur sehingga mempunyai nilai dan bentuk baru kemudian dipasarkan. Perusahaan dagang yang aktifitasnya adalah membeli dan menjualnya kembali, maka persediannya terdiri dari barang-barang dagangan yang mau dijual.

Beberapa pengertian mengenai persediaan, dapat disimpulkan bahwa persediaan merupakan salah satu unsur yang paling efektif dalam kegiatan perusahaan dagang maupun manufaktur karena hampir seluruh pendapatannya diperoleh dari penjualan barang sebagai persediaan yang secara terus menerus diperoleh, diubah dan kemudian dijual kembali.

Persediaan adalah meliputi semua barang yang dimiliki dengan tujuan untuk dijual kembali. Tanpa adanya persediaan pada suatu waktu tertentu perusahaan tidak dapat memenuhi kebutuhan masyarakat yang memerlukannya.

Ikatan Akuntan Indonesia (2007 : 14.1) menjelaskan bahwa pengertian persedian yaitu : ” Persediaan adalah aktiva :

(30)

a. Tersedia untuk dijual dalam kegiatan usaha normal;

b. Dalam proses produksi dan atau dalam pengadaan; atau

c. Dalam bentuk bahan atau perlengkapan (supplies) untuk digunakan dalamproses produksi atau pemberian jasa,”

Ikatan Akuntan Indonesia (2007 : 14.2) lebih ditegaskan lagi apa saja yang dapat dikategorikan sebagai persedian yaitu :

”Persediaan meliputi barang yang dibeli dan disimpan untuk dijual kembali misalnya barang dagang dibeli pengecer untuk dijual kembali, atau pengadaan tanah dan properti lainnya untuk dijual kembali. Persedian juga mencakupi barang jadi yang telah diproduksi, atau barang dalam penyelesaian yang sedang diproduksi perusahaan, dan termasuk bahan serta perlengkapan yang akan digunakan dalam proses produksi”.

Definisi di atas menjelaskan bahwa persediaan merupakan suatu aktiva milik perusahaan yang tujuannya untuk dijual tanpa mengadakan perubahan yang mendasar terhadap barang tersebut, baik berupa bentuk maupun manfaat dari barang tersebut. Definisi tersebut juga menyatakan bahwa persediaan diperoleh melalui proses produksi sampai menjadi barang yang siap untuk dijual ke pasar dengan kata lain barang yang dibeli diubah bentuknya terlebih dahulu.

Kieso, Weygandt, Warfield (2002 : 443) menyatakan bahwa :

”Persediaan adalah pos - pos aktiva yang dimiliki untuk dijual dalam operasi bisnis normal atau barang yang akan digunakan / komsumsi dalam memproduksi barang yang akan dijual”.

Soemarso (2004 : 384) menyatakan bahwa:

(31)

Persediaan barang dagang (merchandise inventory) adalah barang barang yang dimiliki perusahaan untuk dijual kembali. Untuk perusahaan pabrik, termasuk dalam persediaan adalah barang-barang yang akan digunakan untuk proses produksi selanjutnya. Persediaan dalam perusahaan pabrik terdiri dari persediaan bahan baku, persediaan dalam proses dan persediaan barang jadi.

Dari uraian di atas diketahui bahwa jenis persediaan yang dimiliki perusahaan

Pabrik dapat digolongkan menjadi 3 bagian yaitu;

1. persediaan bahan baku (raw material inventory)

2. persediaan barang dalam proses (work in process inventory) 3. persediaan barang jadi (finished good inventory)

Untuk memahami secara lebih jelas perbedaan dan keberadaan tiap- tiap jenis persediaan tersebut, maka dapat dilihat dari penggolongan persediaan seperti yang dikemukakan oleh K.Fed Skousen, Earl K.Stice dan James D.Stice (2001 : 514)

Persediaan bahan baku merupakan barang-barang yang diperole untuk digunakan dalam proses produksi. Beberapa bahan baku yang diperoleh secara langsung dari sumber-sumber alam. Namun demikian, lebih sering lagi Bahan baku diperoleh dari perusahaan lain yang merupakan produksi akhir dari pemasok tersebut. Sebagai contoh sederhana, kertas cetak merupakan produk akhir dari pabrik kertas, tetapi merupakan bahan baku bagi percetakan. Meskipun istilah bahan baku sangat digunakan secara luas untuk mencakup seluruh bahan baku yang digunakan dalam proses produksi

(32)

namun sebutan ini sering dibatasi untuk barang-barang yang secara fisik dimasukkan kedalam produk yang dihasilkan. Barang-barang dalam proses (good in process), dapat juga disebut pekerjaan dalam proses (work in process), barang-barang yang membutuhkan pemrosesan lebih lanjut sebelum dapat dijual. Demikian juga barang jadi (finished good) merupakan produk yang telah diproduksi dan menunggu untuk dijual.

2. Klasifikasi Persediaan

Di dalam akuntansi penggolongan persediaan sangat dipengaruhi oleh sifat dan jenis usaha perusahaan yang bersangkutan. Dalam sebuah perusahaan dagang, persediaan terdiri dari berbagai macam dan jenis, dimana barang-barang yang dibeli dengan tujuan akan dijual kembali. Oleh karena itu, dalam perusahaan dagang hanya dikenal satu klasifikasi persediaan yang disebut dengan persediaan barang dagangan. Perusahaan manufaktur juga memiliki persedian, akan tetapi berbeda halnya dengan persediaan pada perusahaan dagang, pada perusahaan manufaktur tidak semua persediaan siap untuk dijual. Oleh karena itu persediaan pada perusahaan manufaktur diklasifikasikan menjadi tiga kategori yaitu (Stice, dkk. 2004;654):

a. Persediaan bahan baku adalah barang-barang yang dibeli untuk digunakan dalam proses produksi.

b. Persedian barang dalam proses adalah barang yang terdiri dari bahan- bahan yang telah diproses namun masih membutuhkan pengerjaan lebih lanjut sebelum dijual. Persediaan ini terdiri dari tiga komponen biaya:

(33)

1) Bahan baku langsung, yaitu bahan baku yang secara langsung dapat diidentifikasi dalam barang yang diproduksi.

2) Tenaga kerja langsung, yaitu biaya tenaga kerja yang secara langsung dapat diidentifikasi dengan barang yang diproduksi

3) Overhead pabrik, yaitu bagian dari overhead pabrik yang dibebankan atas barang yang diproduksi.

c. Persediaan barang jadi

persedian barang jadi adalah barang yang sudah selesai diproduksi selain bahan baku langsung dan tenaga kerja langsung. Menurut Harnanto (2002;222) penggolongan persediaan sangat dipengaruhi oleh sifat dan jenis uasaha perusahaan yang bersangkutan. Bagi perusahaan dagang yang didalam usahanya adalah membeli dan menjual kembali barang dagangan, pada umumnya persediaan yang dimiliki klarisifikasikan sebagai berikut :

1) Persediaan barang dagangan, barang-barang yang dimiliki dengan tujuan akan dijual kembali di masa yang akan datang. Barang-barang ini tidak akan berubah sampai dengan barang dagang tersebut dijual kembali.

2) Lain-lain persediaan, seperti supplies kantor (toko), dan alat-alat pembungkus dan lain sebagainya. Barang-barang ini biasanya dipakai (dikonsumsi) dalam jangka waktu relatif pendek dan akan dibebankan sebagai beban administrasi dan umum atau beban

(34)

pemasaran. Oleh karena itu biasanya terhadap jenis persediaan ini diperlakukan sebagai biaya yang dibayar dimuka atau persediaan suplies.

C. Arti Penting Persediaan

Menurut Jusup (2003;99) baik dalam perusahaan dagang maupun perusahaan manufaktur persediaan berpengaruh terhadap neraca maupun laporan laba rugi. Dalam neraca, persediaan merupakan bagian yang sangat besar dari seluruh jumlah aktiva lancar yang dimiliki perusahaan. Persediaan barang dagang merupakan salah satu akun penting dalam perusahaan. Apabila persediaan dikelola dengan tepat maka akan memudahkan perusahaan mencapai target yang diharapkan, sebaliknya apabila persediaan barang dagang dikelola secara tidak tepat maka akan mengakibatkan perusahaan jauh dari target yang diharapkan.

Bagi sebagian perusahaan, persediaan merupakan bagian yang paling aktif dalam operasi perusahaaan, yang secara terus-menerus dibeli atau diproduksi.

Sebagian besar dari sumber daya perusahaan dapat diinvestasikan dalam barang yang dibeli atau diproduksi. Hal tersebut menunjukkan betapa pentingnya kegiatan pembelian dan penjualan persediaan dalam operasi perusahaan.

Dalam laporan laba rugi, persedian memegang peranan yang sangat vital dalam penentuan hasil operasi perusahaan untuk suatu periode. Manajemen harus berusaha untuk menjaag keseimbangan persediaan agar tidak terlalu tinggi dan juga tidak tertlalu rendah. Persediaan yang terlalu kecil akan menimbulkan

(35)

kekecewaan konsumen, sebaliknya persedian yang terlalu tinggi akan menyebabkan biaya penyimpanan dan pemeliharan persediaan akan melambung.

Menurut Jusup (2003;99) baik dalam perusahaan dagang maupun perusahaan manufaktur persediaan berpengaruh terhadap neraca maupun laporan laba rugi. Dalam neraca, persediaan merupakan bagian yang sangat besar dari seluruh jumlah aktiva lancar yang dimiliki perusahaan. Bagi sebagian perusahaan, persediaan merupakan bagian yang paling aktif dalam operasi perusahaaan, yang secara terus-menerus dibeli atau diproduksi.

Sebagian besar dari sumber daya perusahaan dapat diinvestasikan dalam barang yang dibeli atau diproduksi. Hal tersebut menunjukkan betapa pentingnya kegiatan pembelian dan penjualan persediaan dalam operasi perusahaan. Dalam laporan laba rugi, persedian memegang peranan yang sangat vital dalam penentuan hasil operasi perusahaan untuk suatu periode. Manajemen harus berusaha untuk menjaag keseimbangan persediaan agar tidak terlalu tinggi dan juga tidak tertlalu rendah. Persediaan yang terlalu kecil akan menimbulkan kekecewaan konsumen, sebaliknya persedian yang terlalu tinggi akan menyebabkan biaya penyimpanan dan pemeliharan persediaan akan melambung.

Perusahaan dagang mendapatkan persediaan dengan cara membeli barang- barang jadi yang siap untuk dijual kembali secara langsung. Pada perusahaan manufaktur persediaan diperoleh dengan cara memproduksi sendiri. Menurut Harnanto (2002;222) untuk mendapatkan persediaan, perusahaan menufaktur harus mengeluarkan biaya-biaya produksi yang meliputi:

(36)

1. Biaya bahan baku

yaitu harga pokok bahan baku yang secara langsung dapat diamati pada setiap unit produk yang dihasilkan oleh perusahaan. Pada perusahaan percetakan misalnya, harga pokok kertas merupakan salah satu komponen biaya bahan bakunya.

2. Biaya tenaga kerja langsung

Biaya tenaga kerja baru yaitu gaji, upah, dan biaya kesejahteraan karyawan yang secara langsung dapat diamati pada setiap unit produk yang dihasilkan oleh perusahaan. Untuk perusahaan percetakan, yang termasuk dalam kategori biaya tenaga kerja langsung tersebut antara lain adalah gaji, upah, dan biaya kesejahteraan karyawan bagian master, setting, dan finishing 3. Biaya produksi tidak langsung atau biaya overhead pabrik

Biaya produksi tidak langsung atau biaya overhead pabrik yaitu semua biaya produksi selain biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung.

Untuk perusahaan percetakan, yang termasuk dalam kategori biaya overhead pabrik antara lain adalah biaya asuransi, depresiasi dan pemeliharaan mesin.

Sehingga biaya produksi bias dikurangi sekecil mungkin untuk mendapat harga barang yang maksimal demi tercapainya suatu hasil yang baik dan bermutu tinggi.

(37)

D. Klasifikasi Jenis-JenisPersediaan Barang Dagang 1. Jenis-Jenis Persediaan

Menurut (Harnanto, 1994), bagi perusahaan dagang yang di dalam usahanya adalah membeli dan menjual kembali barang-barang, pada umumnya jenis persediaan yang dimiliki adalah:

a. persediaan barang dagangan, untuk menyatakan barang-barang yang dimiliki dengan tujuan akan dijual kembali di masa yang akan datang.

Barang-barang ini secara fisik tidak akan berubah sampai barang tersebut dijual kembali.

b. lain-lain persediaan, seperti umumnya supplies kantor dan alat-alat pembungkus dan lain sebagainya. Barang-barang ini biasanya akan dipakai dalam jangka waktu relatif pendek dan akan dibebankan sebagai biaya administratif dan umum atau biaya pemasaran.

2. Klasifikasi Persediaan Barang Dagang

Bagi perusahaan yang di dalam usahanya mengubah atau menambah nilai kegunaan barang, pada umumnya mengklasifikasikan jenis-jenis persediaan ke dalam berbagai kelompok sebagi berikut:

1. persediaan bahan baku, untuk menyatakan barang-barang yang dibeli atau diperoleh dari sumber-sumber alam yang dimiliki dengan tujuan untuk diolah menjadi produk jadi. Dalam hal bahanbakuyang digunakan di dalam proses produksi berupa suku cadang dan harus dibeli dari pihak

(38)

lain, maka barang - barang demikian sering disebut sebagai persediaan suku cadang.

2. persediaan produk dalam proses, meliputi barang-barang yang masih dalam pengerjaan yang memerlukan pengerjaan lebih lanjut sebelum barang itu dijual. Produk dalam proses, pada umumnya dinilai berdasarkan jumlah harga pokok bahanbaku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik yang telah dikeluarkan atau terjadi sampai dengan tanggal tertentu.

3. persediaan produk jadi, meliputi semua barang yang diselesaikan dari proses produksi dan siap untuk dijual. Seperti halnya produk dalam proses, produk jadi pada umumnya dinilai sebesar jumlah harga pokok bahanbaku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik yang diperlukan untuk menghasilkan produk tersebut.

4. persediaan bahan penolong, meliputi semua barang-barang yang dimiliki untuk keperluan produksi, akan tetapi tidak merupakan bahanbakuyang membentuk produk jadi, yang termasuk dalam kelompok persediaan ini antara lain minyak pelumas untuk mesin-mesin pabrik, lem, benang untuk menjilid dan buku-buku pada perusahaan percetakan.

5. lain-lain persediaan, misalnya supplier kantor, alat-alat pembungkus seperti halnya pada perusahaan dagang.

(39)

E. Kerangka pikir

Persediaan barang pada PT. Indomarco Prismatama Makassar, Salah satu tujuannya adalauntuk menentukan jumlah barang melalui proses pencatatan dan penilaian Ketersediaan barang dagang dalam kegiatan penjualan.

Perusahaan untuk mereliasasikan Karena ketersediaan merupakan bagian sangat penting dalam penyusunan penilaian dan pencatatan merealisasikan penilaian persediaan.

Penilaian dan pencatatan ketersediaan barang sangat berpengaruh terhadap kemajuan suatu perusahaan, karena dengaan adanya penilaian maka barang dagang muda dicatat perusahaan tersebut.

Adapun sistem analsis pencatatan dan penilaian ketersediaan barang dagang yang digunakan oleh PT. Indomarco Prismatama Makassar dapat berpengaruh positif terhadap peningkatan elektabilitas perusahaan dapat digambarkan pada bagan skema kerangka pikir, sebagai berikut:

PT. Indomarco Prismatama Makassar

Gudang Persediaan Barang

Pencatatan dan penilaian Barang

Mini Market ( Indomart )

(40)

F. Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap masalah yang akan diteliti dan perlu dibuktikan kebenarannya. Hipotesis menurut Nasution adalah :

”Hipotesis merupakan kebenaran sementara yang perlu diuji kebenarannya oleh karena itu hipotesis berfungsi sebagai kemungkinan untuk menguji kebenaran suatu teori, Memberikan gagasan baru untuk mengembangkan suatu teori dan, Memperluas pengetahuan peneliti mengenai suatu gejala yang sedang dipelajari.”

Menurut Sugiyono (2010:64) menyatakan bahwa “Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian dimana rumusan penelitian telah dinyatakan dalam kalimat” Berdasarkan teori tersebut, dapat disimpulkan bahwa hipotesis penelitian merupakan jawaban sementara dari suatu penelitian yang belum diuji kebenarannya dalam bentuk kalimat.

Hipotesis dalam penelitian ini adalah “Diduga bahwa metode Pencatatan dan Penilaian Ketersediaan Barang Dagang Pada PT. Indomarco Prismatama Makassar sudah sesuai dengan metode FIFO LIFO”.

(41)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan oleh penulis pada PT Indomarco prismatama Makassar yang. berlokasi di Jalan Sultan Alaudin Makassar, sedangkan waktu pelaksanaan penelitian berlangsung kurang lebih 2 (dua) bulan.

B. Metode Pegumpulan Data

Adapun metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Penelitian pustaka (Library research), yaitu pengumpulan data yang bersifat tertulis melalui buku literatur dan bahan pustaka lainnya yang berkaitan dengan masalah yang diteliti.

2. Penelitian lapang (Field research), yaitu pengupulan data yang berkaitan langsung dengan obyek penelitian yang dapat disesuaikan dengan judul skripsi yang diajukan untuk mendapatkan data-data yang dibutuhkan baik berupa data tertulis maupun data berupa dokumen-dokumen berkaitan dengan pembahasan tersebut.

Adapun metode pengumpulan data lapang dengan cara, yaitu :

28

(42)

a. Observasi yaitu dengan melakukan pengamatan langsung ketempat penelitian khususnya pada lokasi penelitian.

b. Wawancara yaitu mengadakan Tanya jawab dengan para karyawan yang dianggap kapabel dalam memberikan informasi data yang dibutuhkan, termasuk kepala kasir .

C. Jenis Dan Sumber Data

1. Jenis data

Adapun jenis data yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Data Kualitatif, adalah data yang diperoleh berupa keterangan keterangan atau informasi secara tertulis, yang dilaksanakan oleh PT Indomarco Prismatama Makassar.

b. Data kuantitatif berupa angka-angka dan dapat dihitung , seperti jumlah Barang.

2. Sumber data

Adapun Sumber data yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

(43)

a. Data primer, yaitu data yang diperoleh dengan mengadakan pengamatan serta wawancara langsung dengan pimpinan dan para karyawan yang ada relefansinya dengan objek penulisan.

b. Data sekunder, yaitu data yang diperoleh dengan jalan mengumpulkan dokumen - dokumen serta literatur - literatur yang erat hubungannya dengan penulisan ini.

D. Definisi Operasional

Analisis adalah kajian yang dilaksanakan terhadap sebuah bahasa guna meneliti struktur bahasa tersebut secara mendalam. Analisis adalah sebuah langkah penjabaran sebauh masalah dari setiap bagian penelahaan bagian itu untuk mendapatkan pemahaman yang tepat serta arti keseluruhan dari masalah tersebut.

Analisis adalah sebuah tindakan yang didalamnya terdapat beberapa aktivitas seperti penguraian, pemilahan dan pembedaan sesuatu untuk kemudian digolongkan serta dikelompokkan kembali berdasarka criteria tertentu. Analisis dapat diartikan sebagai sebuah aktivitas berfikir untuk menguraiakn sebuah masalah yang menyeluruh menjadi bebarapa bagian.

Analisis berarti melakukan evaluasi terhadap kondisi dari pos-pos atau ayat- ayat yang berkaitan dengan akuntansi dan alasan-alasan yang memungkinkan tentang perbedaan yang muncul. Analisis adalah penyelidikan terhadap suatu

(44)

peristiwa (karangan, perbuatan, dan sebagainya) untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya (sebab-musabab, duduk perkaranya, sebagainya

Metode adalah cara, pendekatan, atau proses untuk menyampaikan informasi, Metode adalah suatu cara melakukan sesuatu, terutama yang berkenaan dengan rencana tertentu. Metode adalah seperangkat langkah (apa yang harus dikerjakan) yang tersusun secara sistematis (urutannya logis).

Metode adalah cara yang sudah dipikirkan masak-masak dan dilakukan dengan mengikuti langkah langkah tertentu guna mencapai tujuan yang hendak dicapai. Metode adalah cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yg ditentukan. Drs. Agus M. Hardjana Metode adalah cara yang sudah dipikirkan masak-masak dan dilakukan dengan mengikuti langkah-langkah tertentu guna mencapai tujuan yang hendak dicapai.

Pencatatan adalah proses, cara, perbuatan mencatat atau Pendaftaran.

mencatat adalah membuku, memperingatkan, memperoleh, mengecamkan, mencatatkan, mencetak.

Penilaian adalah menentukan nilai persediaan yang akan disajikan dalam laporan keuangan. Oleh karena itu penilaian persediaan atas harus sesuai dengan kenyataan sehingga persediaan tersebut benar-benar menunjukkan jumlah atau nilai yang wajar dicantumkan dalam laporan keuangan.

Adapun barang yang akan dikaji dalam peneltian ini adalah gula pasir, Kopi, Beras, Terigu, Susu, Minyak goreng, Minuman, Rokok, Telur dan Gas Elpiji.

(45)

E. Metode Analisis Data

Metode yang digunakan untuk menganalisis data ini adalah metode dengan : 1. Metode kualitatif yaitu analisis deskriptif yang didasarkan pada

penggambaran yang mendukung analisis tersebut, analisis ini menekankan pada pemahaman mengenai masalah – masalah dalam hal pencatatan dan penilaian barang pada PT. Indomarco Prismatama Makassar berdasarkan kondisi realitas dan natural setting yang holi atastis, kompleks, dan rinci yang sifatnya menjelaskan secara uraian dalam bentuk kalimat.

2. Metode Kuantitaif yaitu analisis deskriptif yang didasarkan pada pengambaran analsis mengenai nilai-nilai pada penilaian dan pencatatanbarang. Adapun rumus yang digunakan penulis adalah :

Dengan menggunakan rumus maka kita dapat mengetahui harga pokok penjualan :

Dimana :

X : Harga pokok penjualan A : Harga persediaan Barang Y : Harga penjualan

X = A - Y

(46)

BAB IV

ANALISIS HASIL PENELITIAN

A. Gambaran umum penelitian

1. Sejarah singkat PT. Indomart Prismatama Makassar

Indomaret merupakan jaringan minimarket yang menyediakan kebutuhan pokok dan kebutuhan sehari-hari dengan luas penjualan kurang dari 200 M2.

Dikelola oleh PT Indomarco Prismatama, cikal bakal pembukaan Indomaret di Makassar dan toko pertama dibuka di Ancol, Jakarta Utara, pada tahun 1988.

Tahun 1997 perusahaan mengembangkan bisnis gerai waralaba pertama di Indonesia, setelah Indomaret teruji dengan lebih dari 230 gerai.

Bulan Mei 2003 Indomaret meraih penghargaan “Perusahaan Waralaba 2003″ dari Presiden Megawati Soekarnoputri. Hingga Mei 2010 Indomaret mencapai 4261 gerai. Dari total itu 2.444 gerai adalah milik sendiri dan sisanya 1.817 gerai waralaba milik masyarakat, yang tersebar di kota-kota di Jabotabek, Jawa Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah, Jogjakarta, Bali, Lampung dan Medan.

Di Makassar ( Sulawesi Selatan ) terdapat sekitar 197 gerai. Indomaret mudah ditemukan di daerah perumahan, gedung perkantoran dan fasilitas umum karena penempatan lokasi gerai didasarkan pada motto “mudah dan

33

(47)

hemat”. Lebih dari 3.500 jenis produk makanan dan non-makanan tersedia dengan harga bersaing, memenuhi kebutuhan konsumen sehari-hari.

Pada awal tahun 2011, Indomaret merubah logo baru, yaitu logo Indomaret di dalam kotak berwarna merah, biru dan kuning dari atasnya.

Dalam segala hal yang paling penting dalam suatu perusahaan adalah adanya barang -barang yang dicatat keluar dan masuknya barang kesebuah took untuk mengetahui barang-barang apa saja yang paling diminati oleh konsumen dan barang-barang apa saja yang kurang diminati bahkan tidak disukai oleh konsumen maka itulah pentingnya sebuah pencatatan suatu barang.

2. Struktur Organisasi

PT. Indomarco Prismatama dalam pengoperasian usahanya Struktur Organisasi PT. Indomarco Prismatama adalah serangkaian aktivitas yang menyusun suatu kerangka yang menjadi wadah bagi segenap kegiatan yang menunjukkan hubungan - hubungan seluruh pekerjaan atau masing - masing jabatan agar tugas - tugas dalam organisasi efektif dan efesien. Bentuk dan struktur Organasi PT. Indomarco Prismatama adalah organisasi lini yang merupakan hubungan wewenang dan tanggung awab langsung serta vertical yang dikaitkan dengan tugas jabatan tiap atasan atau bawahan .

PT. Indomarco Prismatama mempuanyai mempunyai karakteristik bentuk organisasi dimana didalamnya terdapat pembagian tugas, wewenang dan tanggung jawab yang dilegalasikan kepada anggota-anggotanya

(48)

Gambar 4

Bagan Struktur Organisasi PT.Indomarco Prismatama

Clerk

Area Manager Supervisor Officer

Finance Manager

Distribution Center Manager

Finance Manager

Accounting And Tax Regular Manager Branch

Manager

Accounting And Tax FrancHIse Manager Deputy Branch

Manager

EDP And BIC Manager

Personal And General Affair Manager

Development Manager

Location Manager

(49)

Struktur organisasi PT. Indomarco Prismatama terdiri dari : 1. Branch Manajer

2. Deputi Branch Manajer

3. Manajer - Manajer yang masing - masing bertangung jawab terhadap semua deperteman dibawah pengawasannya

Depertemen - Depertemen yang berada dalam struktur organisasi PT.

Indomarco Prismatama : a) Distributor Center

System distribusi yang dirancang seefesien mungkin dengan jaringan pemasok yang handal dalam menyediakan produk yang terkenal dan berkualitas serta sumber daya manusia yang kompoten, menjadikan PT. Indomarco Prismatama memberikan pelayanan terbaik kepada Konsumen.

Saat ini PT. Indomarco Prismatama di Makassar untuk cabang Makassar menjalin kerja sama dengan pemasok PT. Indomarco Prismatama memiliki posisi baik dalam menentukan produk yang akan dijualnya.

b) Area

Bagian yang bertanggung jawab dalam menjalankan aktivitas toko dalam hal ini yang menentukan tempat - tempat penjualan yang strategis dan mudah di jangkau konsumen.

(50)

c) Finance Reguler

Bagian yang bertanggung jawab atas keluar masuknya uang atas toko - toko yang dimiliki PT. Indomarco Prismatama Makassar.

d) Fiance Francise

Bagian yang bertanggung jawab atas keluar masuknya uang atas toko - toko yang dimiliki PT. Indomarco Prismatama yang pengolahannya system Francise yang dikelolah oleh perorangan.

e) Accountin dan Tax Reguler

Bagian yang bertanggung jawab dalam hal menyusun laporan keuangan dan menyusun laporan pajak untuk toko - toko PT.

Indomarco Prismatama.

f) Accountin dan tax Francise

Bagian yang bertanggung jawab dalam hal menyusun laporan keuangan dan menyusun laporan pajak untuk toko - toko PT.

Indomarco Prismatama yang pengolahannya system Francise /waralaba.

g) EDP dan BIC

Electonic Data Procesing yang bertanggung jawab dalam hal mengentri semua data dan memproses data tersebut untuk menampilkan laporan keuangan secara terkomputerisasi dan bagian BIC mengontrol keluar masuknya barang.

(51)

h) Personel dan General Affair

Bagian yang bertanggung jawab dalam hal perekrutan karyawan dan mengatur bagian kebutuhan semua departemen yang ada di PT.

Indomarco Prismatama dan bagian ini juga bertanggung jawab dalam hal pelatihan karyawan agar sesuai standart yang di inginkan PT.

Indomarco Prismatama.

i) Development

Bagian yang bertanggung jawab dalam hal promosi toko.

j) Location

Bertanggung jawab dalam mencari lokasi yang strategis untuk pembukaan toko-toko baru,yang tujuannya untuk expansi dan bias dijangkau oleh konsumen dengan mudah.

k) Project

Bagian yang bertanggung jawab dalam hal pengembangan took dan renovasi toko.

l) Supervisor

Bertanggung jawab memonitor semua rekap dan laporan di setiap divisi atau depertemen yang membawahinya serta mengontrol kinerja divisi serta membuat laporan kinerja divisi, sehingga pengontoral dapat berjalan dengan baik.

(52)

m) Officer

Staf masing -masing divisi yang membawahinya supervisor dan bertanggung jawab sepenuhnya kepada supervisor setiap divisi / depertemen yang membawahinya.

n) Clerk

Staf yang membantu Officer dalam menyelesaikan tugas - tugasnya.

B. Pencatatan dan Penilaian Persediaan Barang Dagang

1. Jenis - Jenis Persedian Barang

Persediaan yang dimiliki oleh PT. Indomarco Prismatama, produk yang disediakan oleh PT. Indomarco Prismatama dalam hal ini yang ditulis oleh peneliti adalah yang bersangkutan dengan penelitian, adapun brang yang disediakan di PT. Indomarco Prismatama antar lain sebagai berikut :

a. Gula b. Beras c. Air Aqua d. Indomie e. Sabun

f. Minyak goreng g. Terigu

h. Kacang ijo

(53)

i. Makanan Ringan j. Rokok

2. Metode Penilaian Persedian Barang

a. Penilaian Persediaan Berdasarkan Harga Pokok

Penentuan harga pokok persediaan sangat bergantung dari metode penilaian yang dipakai yaitu metode identifikasi khusus, FIFO, LIFO dan metode weighted average.

1) Metode Identifikasi khusus

Dyckman, Dukes, Davis (2000:392) mengatakan bahwa, ”metode identifikasi biaya khusus mensyaratkan bahwa setiap barang yang disimpan harus ditandai secara khusus sehingga biaya per unitnya dapat di identifiksi setiap waktu”. Jika barang yang terlibat berjumlah besar atau mahal atau hanya dalam jumlah kecil yang ditangani, mungkin bisa dilaksanakan penandaan atau penomoran setiap barang ketika dibeli atau diproses.

Metode ini memungkinkan dilakukannya identifikasi biaya per unit khusus untuk setiap barang yang terjual pada tanggal penjualan dan tiap barang yang tetap ada di persediaan. Dengan demikian, metode identifikasi biaya khusus menghubungkan arus biaya secara langsung dengan arus baya secara periodik. Dari sudut pandang teoritis, metode identifikasi khusus sangat menarik, khususnya ketika setiap unsur persediaan unik dan memiliki biaya yang tinggi.

(54)

Namun ketika persediaan terdiri dari berbagai unsur atau unsur- unsur identik yang dibeli pada saat berlainan dengan harga yang berbeda, maka identifikasi khusus akan menjadi lamban membebani dan memakan biaya. Oleh karena itu, metode ini sangat jarang digunakan oleh perusahaan dagang.

2) Metode LIFO (Last In First Out)

Ikatan Akuntan Indonesia (2007:14,21) merumuskan metode LIFO sebagi berikut, “ rumus MTKP/LIFO mengasumsikan barang yang dibeli atau diproduksi terakhir dijual atau digunakan terlebih dahulu, sehingga yang termasuk dalam persediaan akhir adalah yang dibeli atau diproduksi terlebih dahulu”.

Unit-unit yang tetap ada dipersedian akhir dibebankan pada biaya per unit terlama yang terjadi, dan unit-unit tersebut termasuk pada harga pokok penjualan yang dibebankan pada biaya per unit terbaru yang muncul.

Metode LIFO atau MTKP terdiri dari dua macam yaitu:

a) Sistem periodik

Metode LIFO sistem periodik adalah penilaian persediaan yang ditentukan dengan cara saldo periodik yang ada dikalikan harga pokok per unit barang yang masuk pada awal periode. Bila saldo periodik terlalu besar dari barang yang masuk pada awal

(55)

periode, diambilkan dari harga pokok per unit yang masuk berikutnya.

b) Sistem perpetual

Metode LIFO penghubung perpetual adalah suatu metode penilaian persediaan yang pencatatan persediaannya dilakukan secara terus menerus dalam kartu persediaan. Setiap kali ada transaksi, baik pembelian maupun penjualan (pemasukan dan pengeluaran), langsung dicatat dalam kartu persediaan. Harga pokok penjualan dicatat berdasarkan harga pokok barang pertama kali masuk. Jumlah yang masih tersisa merupakan nilai persediaan akhir.

Selama periode inflasi, penggunaan metode LIFO akan menghasilkan kemungkinan laba bersih yang terendah. Alsannya adalah karena harga pokok barang yang diperoleh terahkhir akan mendekati nilai ganti barang yang dijual. Dengan demikian metode ini memberikan perbandingan yang lebih sesuai antara harga pokok dan laba. Keutungan lain metode ini adaah penghematan pajak karena laba yang dihasilkan adalah yang paling rendah, sehingga akan menghasilkan pajak penghasilan yang lebih rendah. Bila dibandingkan dentgan metode FIFO ataupun metode rata-rata dalam periode deflasi, pengaruh yang

(56)

terjadi adalah kebalikannya. Metode LIFO akan menghasilkan kemungkinan laba bersih yang tertinggi.

Alasan utama bagi mereka yang membela metode ini adalah adanya kecenderungan untuk mengurangi pengaruh perkembangan harga pada laba bersih. Kritik terhadap penggunaan metode ini adalah nilai persediaan barang dagang yang ditetapkan di neraca dapat jauh berbeda dengan nilai gantinya. Tetapi hal ini dapat diungkapkan dalam catatan yang menyertai laporan keuangan.

3. Metode Pencatatan Persedian Barang a. Sistem Periodik

Menurut Weygandt, Kieso, Kimmel (2007:262) mengemukakan bahwa : dalam sistem persediaan periodik (periodic inventory system), rincian persediaan barang yang dimiliki tidak disesuaikan secara terus menerus dalam satu periode.

Metode periodik dalam pencatatan persediaan, yaitu setiap pembelian dan penjualan tidak dicatat pada perkiraan persediaan barang dagangan (merchandise inventory), mutasi barang dagangan tidak dicatat, sehingga untuk mengetahui berapa harga pokok barang dagangan yang terjual (cost of merchandise sold) harus dilakukan terlebih dahulu perhitungan secara fisik. Dengan kata lain, dengan sistem atau metode ini, pencatatan yang dilakukan pada saat pembelian (awal) dan pada saat pelaporan akhir.

(57)

Umumnya metode ini digunakan pada perusahaan-perusahaan yang menjual barang yang harganya relatif murah, tetapi frekuensi penjualannya sangat sering. Karena pada perusahaan ini penerapan metode perpetual dianggap terlalu merepotkan dan mahal.

Dengan metode periodik, maka akun-akun seperti retur pembelian, diskon pembelian, dan ongkos angkut masuk digunakan secara terpisah.

Sedangkan pada metode perpetual, untuk menentukan harga pokok penjualan tidak mengenal akun-akun tersebut, namun menggantinya dengan akun persediaan.

Perusahaan yang menggunakan metode pencatatan periodik, maka rekening persediaan tidak di debet untuk mencatat pembelian, dan tidak di kredit apabila terjadi penjualan. Dalam metode ini, transaksi pembelian dicatat dengan mengdebet akun pembelian dan kredit akun Kas atau Utang Dagang, sementara pada saat terjadi transaksi penjualan, maka yang didebet adalah akun kas atau piutang Dagang dan dikredit adalah akun penjualan.

Perhitungan fisik (stock opname) pada saat akhir periode mutlak harus dilakukan oleh perusahaan yang menggunakan metode pencatatan periodik. Hal ini untuk mengetahui dan menetapkan jumlah persediaan barang dagangan akhir dan harga pokok penjualan selama satu periode.

Namun sebelum membahas lebih detail mengenai harga pokok penjualan, Berikut akan dijelaskan beberapa cara untuk menentukan harga pokok

(58)

pembelian. Harga pokok pembelian ini merupakan salah satu komponen dalam perhitungan harga pokok penjualan nantinya.

Perusahaan menggunakan metode pencatatan periodik, pada akhir tahun harus melakukan perhitungan terhadap harga pokok pembelian selama satu periode. Angka-angka untuk menghitungnya dapat diperoleh dari catatan dibuku besar.

Harga pokok penjualan barang ditentukan hanya pada akhir periode akuntansi (seara periodik). Pada saat itu, dilakukan perhitungan persediaan secara periodik untuk menentukan harga pokok barang yang tersedia (persediaan barang dagang). Untuk menentukan harga okok penjualan dalam sistem Periodik, harus:

1) Menentukan harga pokok barang yang tersedia pada awal periode (coet of goods on hand).

2) menambahkannya pada harga pokok barang yang dibeli (cost of goods purchsed).

3) Mengurangkannya dengan harga pokok barang yang tersedia pada akhir periode akuntansi.

Menurut Dycman, Dukes, Davis (2000:381) mengatakan bahwa:

dalam sistem persediaan periodik, perhitungan periodik aktual atas barang-barang yang ada ditangan pada akhir periode akuntansi ketika menyiapkan laporan keuangan.

Barang-barang dihitung, ditimbang, atau jika tidak diukur, dan jumlahnya dikaitkan dengan unit biaya untuk memberi nilai persediaan.

(59)

b. Sistem Perpetual

Menurut Niswonger, Warren, Reeve, dan Fess (1999:366): dalam sistem persediaan perpetual, semua kenaikan dan penurunan barang dagang dicatat dengan cara yang sama seperti mencatat kenaikan dan penurunan kas.

Akun persediaan barang dagang pada awal periode akuntansi mengindikasikan stok pada tanggal tersebut. Pembelian dicatat dengan mendebit persediaan barang dagang dengan mengkredit kas atau utang usaha.

Pada tanggal penjualan.

Harga pokok barang yang terjual dicatat dengan mendebit harga pokok penjualan dan mengkredit persediaan barang dagang. Penggunaan sistem perpetual memberikan sarana pengendalian yang paling efektif atas aktiva tersebut, demikian juga adanya kekurangan dapat ditentukan dengan mengadakan perhitungan periodik barang dan membandingkan perhitungan tersebut dengan saldo buku tambahan. Pemesanan kembali barang secara tepat waktu dan pencegahan kelebihan persediaan dapat dicapai dengan membadingkan saldo buku tambahan dengan tingkat persediaan maksimum dan minimum yang ditentukan terlebih dahulu.

Dycman, Dukes, Devis (2000:383) mengatakan bahwa, ” apabila sistem persediaan atas akun buku besar atas dasar lancar”. Catatan persediaan perpetual untuk setiap barang harus memberikan informasi penerimaan, pengeluaran dan saldo ditangan.

Dengan inforasi ini, kuantitas periodik dan penilaian barang yang ada ditangan tersedia setiap waktu. Jadi perhitungan periodik tidak diperlukan

(60)

kecuali memverifikasi jumlah persediaan. Perhitungan periodik bisanya dilakukan secara tahunan untuk tujuan audit yang membandingkan persediaan ditangan dengan catatan perpetual dan menyatakan data untuk setiap jurnal penyesuaian yang dibutuhkan (misalnya kesalahan dan kerugian). Catatan persediaan harus disesuaikan ke perhitungan periodik apabila terdapat perbedaan pencatatan.

Pencatatan persediaan yang dilakukan secara berkelanjutan langsung pada jumlahnya dan harga pokoknya. Pada sistem ini, perusahaan secara langsung dapat melihat berapa jumlah persediaan beserta harga pokoknya secara akurat. Meskipun pada akhir periode ditemukan adanya ketidak sesuaian jumlah fisik dan pembukuan, penyesuaian persediaan tetap bias dilakukan.

C. Sistem Penilain dan Pencatatan Barang Pesediaan Dagang

Dalam hal ini adalah barang yang akan diteliti, persediaan barang dagang aneka jenis makan sehari - hari atau makanan ringan ( Snack ), dalam pemasangan harganya pun juga diterapkan perunit di barang yang dijual. Dalam operasinya perusahaan ini, tidak menyedikan jumlah barang dalam jangka panjang, tetapi disesuaikan dengan kebutuhan dalam jangka pendek. Ini dilakukan sebagai antisipasi atas barang dagangan yang cepat kadaluarsa.

Proses penentuan nilai barang akhir pada PT Indomatco Prismatama Makassar

(61)

1. Pencatatan dan Penilaian Barang Dagang

No Tanggal Nama Barang Banyak

Unit Harga

1 02 – 04 – 2014 Gula 25 Kg Rp. 337.500

2 02 – 04 – 2014 Beras 50 kg Rp. 294.500

3 02 – 04 – 2014 Air aqua 20 Dos Rp. 380.000

4 02 – 04 – 2014 Indomie 10 bks Rp.700.000

5 02 – 04 – 2014 Sabun cuci 20 Bks Rp. 350.000 6 02 – 04 – 2014 Minyak Goreng 20 ltr Rp. 290.000

7 02 – 04 – 2014 Terigu 30 kg Rp. 336.000

8 02 – 04 – 2014 Kacang ijo 15 kg Rp. 202.500

9 02 – 04 – 2014 Kopi 20 bks Rp. 356.000

10 02 – 04 – 2014 Rokok 50 bks Rp. 650.000

Jumlah Rp. 3.896.500

Dari daftar table diatas dapat disimpulkan bahwa pencatatan dan penilaian barang dagang, keseluruhan berjumlah Rp. 3.896.500, 00

(62)

2. Penjulan Barang Dagang

No Tanggal Nama Barang Banyak

Unit Harga

1 02 – 04 – 2014 Gula 19 Kg Rp. 256.500

2 03 – 04 – 2014 Beras 42 kg Rp. 247.380

3 03 – 04 – 2014 Air aqua 15 Dos Rp. 285.000

4 02 – 04 – 2014 Indomie 7 bks Rp. 490.000

5 04 – 04 – 2014 Sabun 13 Bks Rp. 156.000

6 02 – 04 – 2014 Minyak Goreng 11 ltr Rp. 159.500

7 03 – 04 – 2014 Terigu 23 kg Rp. 257.600

8 03 – 04 – 2014 Kacang iji 9 kg Rp. 121.500

9 02 – 04 - 14 Kopi 12 bks Rp. 213.600

10 02 – 04 – 2014 Rokok 28 bks Rp. 364.000

Jumlah Rp. 2.551.080

(63)

3. Harga Perolehan Persedian akhir

No Tanggal Nama

Barang Byk

Unit

Harga

Pokok Total Harga

1 04-04-2014 Gula 6 Kg Rp. 13.500 Rp. 81.000

2 04-04-2014 Beras 8 kg Rp. 5.890 Rp. 47.120

3 04-04-2014 Air aqua 5 Dos Rp. 19.000 Rp. 95.000 4 04-04-2014 Indomie 3 bks Rp. 70.000 Rp. 210.000

5 04-04-2014 Sabun 7 Bks Rp. 12.000 Rp. 84.000

6 04-04-2014 Minyak

Goreng 9 ltr Rp. 14.500 Rp. 130.500

7 04-04-2014 Terigu 7 kg Rp. 11.200 Rp. 78.400

8 04-04-2014 Kacang iji 6 kg Rp. 13.500 Rp. 81.000

9 04-04-2014 Kopi 8 bks Rp. 17.800 Rp. 142.400

10 04-04-2014 Rokok 22 bks Rp. 13.000 Rp. 286.000

Jumlah Rp. 1.235.420

(64)

Harga pokok penjualan dengan pencatatan dan penilaian sebagai berikut :

Harga pokok barang yang tersedia untuk dijual :

No Tanggal Nama

Barang Byk

Unit Harga

Pokok Total Harga

1 04-04-2014 Gula 6 Kg Rp. 13.500 Rp. 81.000

2 04-04-2014 Beras 8 kg Rp. 5.890 Rp. 47.120

3 04-04-2014 Air aqua 5 Dos Rp. 19.000 Rp. 95.000 4 04-04-2014 Indomie 3 bks Rp. 70.000 Rp. 210.000

5 04-04-2014 Sabun 7 Bks Rp. 12.000 Rp. 84.000

6 04-04-2014 Minyak

Goreng 9 ltr Rp. 14.500 Rp. 130.500

7 04-04-2014 Terigu 7 kg Rp. 11.200 Rp. 78.400

8 04-04-2014 Kacang iji 6 kg Rp. 13.500 Rp. 81.000

9 04-04-2014 Kopi 8 bks Rp. 17.800 Rp. 142.400

10 04-04-2014 Rokok 22 bks Rp. 13.000 Rp. 286.000

Jumlah Rp. 1.235.420

Referensi

Dokumen terkait

PERTANI (Persero) disajikan pada bagian harga pokok penjualan dan persediaan barang dagangan rusak diakui sebagai biaya kerugian dan dicantumkan pada biaya diluar usaha pada

Apabila barang yang terlebih dulu datang mempunyai tanggal expire lebih cepat, maka barang tersebut lebih dulu dikeluarkan dari gudang dan dipajang oleh karyawan

Berdasarkan identifikasi masalah tersebut, dapat dirumuskan masalah pokoknya, yaitu pencatatan dan penilaian persediaan barang dagang pada PD Ratu Amal Palembang masih belum

Dengan menentukan biaya atau nilai realisasi bersih (net realizable value) merupakan cara yang digunakan oleh PT. Mayora untuk menentukan persediaan. Lalu, dengan menentukan biaya

Tujuan yang hendak dicapai dalam pelaksanaan kuliah kerja magang adalah untuk mengetahui kebijakan perusahaan dalam penerapan metode pencatatan dan penilaian persediaan

Maka berdasarkan penelitian yang dilakukan, perusahaan tidak memasukkan biaya bongkr muat dalam penentuan harga pokok persediaan barang dagangan, perusahaan hanya

Dalam metode sistem persediaan perpetual ( perpetual inventory system ), biaya persediaan akhir dan harga pokok penjualan selama tahun berjalan maka dapat

Perusahaan dituntut untuk mampu menerapkan kebijakan akuntansi perusahaan dengan baik agar dapat memberikan informasi yang akurat guna kelancaran aktivitas perusahaan karena itulah