• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III Piutang Negara dalam Hukum Positif

B. Pengertian Piutang Negara Macet

23

Berdasarkan ketentuan Undang-undang Nomor 49 Prp. Tahun 1960 Pasal 8, yang dimaksud dengan piutang negara atau hutang kepada negara adalah sejumlah uang yang wajib dibayar kepada negara atau badan-badan yang baik secara langsung atau tidak langsung dikuasai oleh negara berdasarkan suatu peraturan, perjanjian atau

sebab apapun24

Penanggung Hutang memiliki beberapa kewajiban yang harus dilaksanakan, antara lain memenuhi panggilan Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang (KPKNL), menemui petugas yang ditunjuk menangani BKPN (Berkas Kasus Piutang Negara) dengan menunjukkan identitas dan/atau surat kuasa yang dibuat/dilegalisasi Notaris, memberikan jawaban atau informasi yang diminta petugas dengan mengisi dan menandatangani berita acara tanya jawab dengan menyampaikan kemampuan, kondisi usaha, permasalahan, dan rencana penyelesaian hutang. Selain itu Penanggung Hutang juga memiliki kewajiban untuk menandatangani Pernyataan Bersama yang berisi pengakuan jumlah hutang dan jangka waktu penyelesaian. Dalam hal Penanggung Hutang keberatan mengenai besarnya jumlah hutang, yang bersangkutan wajib menyerahkan bukti-bukti yang sah. Penanggung Hutang juwa wajib

.

Orang atau badan yang berhutang menurut perjanjian atau peraturan yang bersangkutan disebut dengan Penanggung Hutang. Sepanjang tidak diatur dalam perjanjian atau peraturan yang bersangkutan, maka para anggota pengurus dari badan- badan yang berhutang tersebut bertanggung jawab secara tanggung renteng untuk menyelesaikan hutang kepada negara itu.

24

50

melaksanakan pembayaran yang telah ditetapkan dalam Pernyataan Bersama pada rekening KPKNL pada bank yang telah ditunjuk. Penanggung Huang yang tidak memenuhi panggilan dan/atau tidak bersedia menandatangani Pernyataan Bersama tanpa alasan yang sah, maka akan diterbitkan PJPN, yang dilanjutkan dengan penyampaian Surat Paksa, penyitaan barang jaminan dan/atau harta kekayaan lain,

kemudian dilaksanakan lelang25

Piutang negara pada tingkat pertama pada prinsipnya diselesaikan oleh instansi-instansi dan badan-badan yang bersangkutan. Apabila tidak memungkinkan lagi untuk diurusi sendiri oleh instansi-instansi dan badan-badan yang bersangkutan disebabkan oleh karena ternyata Penanggung Hutang tidak ada kesediaan menyelesaikan hutangnya maka pengurusan piutang negara tersebut diserahkan kepada PUPN atau DJKN

.

26

Dalam hal-hal tertentu, dimana dikhawatirkan negara akan dirugikan maka DJKN atau PUPN dapat langsung mengambil tindakan ( mengadakan pengurusan langsung) tanpa menunggu penyerahan dari instansi-instansi atau badan-badan yang bersangkutan. Hal ini dilakukan apabila dalam hal piutang-piutang atau kredit-kredit itu dipergunakan tidak sesuai dengan permohonan, tujuan dan syarat-syarat tujuan pemberian kredit atau berhubungan dengan adanya laporan yang telah diuji kebenarannya bahwa Penanggung Hutang yang memang sama sekali mengabaikan kewajiabn untuk melakukan pembayaran terhadap hutangnya.

.

25

Abdoel Bahar, loc.cit.

26

S. Mantayborbir, SH., MH., Aneka Hukum Perjanjian Sekitar Pengurusan Piutang Negara, Penerbit Pustaka Bangsa Press, Jakarta 2004, Hal 166.

Untuk mengetahui apakah sebuah kredit atau piutang negara yang dikeluarkan dipergunakan tidak sesuai dengan permohonan, tujuan dan syarat-syarat tujuan pemberian kredit atau berhubungan dengan adanya laporan yang telah diuji kebenarannya bahwa Penanggung Hutang yang memang sama sekali mengabaikan kewajiabn untuk melakukan pembayaran terhadap hutangnya sebagaimana diuraikan di atas, maka dalam hal ini PUPN dapat melakukan pengawasan yang waktunya dapat dilakukan bersamaan dengan kegiatan pengurusan atau secara khusus diluar kegiatan pengurusan terhadap pemberian kredit tersebut.

B.2. Piutang Negara Macet

Piutang negara macet adalah piutang yang bersumber dari pemerintah dan dana masyarakat yang dikelola oleh bank-bank pemerintah. Kemudian termasuk juga piutang yang berasal dari lembaga-lembaga negara, badan-badan negara, dan instansi pemerintah non perbankan seperti tunggakan-tunggakan non bank seperti tunggakan kepada Telkomsel, Telkom, PLN, Pelindo, Departemen Keuangan, dan lain-lain yang

bersifat tunggakan non pajak27

Di dalam Undang-undang Nomor 49 Prp. Tahun 1960 tidak dijumpai istilah piutang macet atau kredit macet. Pengertian piutang negara macet dapat dipedomani dari penjelasan Pasal 4 Undang-undang Nomor 49 Prp. Tahun 1960, yaitu : “Piutang negara pada tingkat pertama pada prinsipnya diselesaikan oleh instansi-instansi dan badan-badan yan bersangkutan”. Dari penjelasan Pasal 4 Undang-undang Nomor 49

.

27

52

Prp. Tahun 1960 dapat diartikan bahwa piutang negara baru dikategorikan macet setelah instansi atau badan negara yang bersangkutan mengupayakan penyelesaian sesuai dngan ketentuan intern instansi dan badan yang bersangkutan.

Piutang negara tersebut dikatakan dengan istilah piutang negara macet karena sebagian besar piutang negara tersebut berasal dari kredit macet bank pemerintah disamping piutang dari lembaga-lembaga negara, badan-badan negara, dan instansi pemerintah non perbankan walaupun sebagian nesar bukan berasal dari pemberian kredit namun karena tunggakan tersebut pada umumnya sudah lama, tidak disertai barang jaminan juga dalam praktiknya penagihannya kendala yang dihadapi cukup

sulit sehingga piutang negara tersebut lebih dikenal dengan piutang negara macet28

Sebagaimana disebutkan di atas, piutang negara macet tersebut umumnya atau sebagian besar berasal dari kredit macet bank-bank pemerintah. Untuk menentukan apakah suatu kredit dikatakan bermasalah didasarkan pada kolektibilitas kreditnya. Kolektibilitas adalah keadaan pembayaran pokok atau angsuran dan bunga kredit oleh debitur serta tingkat kemungkinan diterimanya kembali dana tersebut oleh pihak kreditur. Kolektibilitas kredit ditetapkan oleh Bank Indonesia. Berdasarkan Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia Nomor 31/147/KEP/DIR tentang Kualitas Aktiva Produktif, kolektibilitas kredit terdiri dari 5 (lima) golongan, yaitu

.

29

Kredit digolongkan lancar apabila memenuhi kriteria di bawah ini : : 1. Lancar (Pass) 28 Ibid. 29

Mantayborbir, S., Pengurusan Piutang Negara Macet Pada PUPN/BUPLN (Suatu Kajian

a. Pembayaran tepat waktu, perkembangan rekening baik dan tidak ada tunggakan serta sesuai dengan persyaratan kredit;

b. hubungan debitur dengan bank baik dan debitur selalu menyampaikan informasi keuangan secara teratur dan akurat;

c. dokumentasi kredit lengkap dan pengikatan agunan kuat. 2. Dalam perhatian khusus (Special Mention)

Kriteria kredit dalam perhatian khusus adalah :

a. Terdapat tunggakan pembayaran pokok dan/atau bunga sampai 90 (sembilan puluh) hari;

b. jarang mengalami cerukan;

c. hubungan debitur dengan bank baik dan debitur selalu menyampaikan informasi keuangan secara teratur dan masih akurat;

d. dokumentasi kredit lengkap da pengikatan agunan kuat; e. pelanggaran perjanjian kredit tidak prinsipil.

3. Kurang lancar (Substandard)

Kredit digolongkan kurang lancar apabila memenuhi kriteria di bawah ini :

a. Terdapat tunggakan pembayaran pokok dan/atau bunga yang telah melampaui 90 (sembilan puluh) hari sampai dengan 180 (seratus delapan puluh) hari; b. terdapat cerukan yang berulang kali khususnya untuk menutupi kerugian

operasional dan kekurangan arus kas;

c. hubungan debitur dengan bank memburuk dan informasi keuangan tidak dapat dipercaya;

54

e. pelanggaran terhadap persyaratan pokok kredit;

f. perpanjangan kredit untuk menyembunyikan kesulitan keuangan.

4. Diragukan (Doubtful)

Kredit digolongka n diraguk an apabila memenuhi kriteria di bawah ini :

a. Terdapat tunggakan pembayaran pokok dan/atau bunga yang telah melampaui 180 (seratus delapan puluh) hari sampai dengan 270 (dua ratus tujuh puluh) hari;

b. terjadi cerukan yang bersifat permanen khususnya untuk menutupi kerugian operasional dan kekurangan arus kas;

c. hubungan debitur dengan bank semakin memburuk dan informasi keuangan tidak tersedia atau tidak dapat dipercaya;

d. dokumentasi kredit tidak lengkap dan pengikatan agunan yang lemah;

e. pelanggaran yang prinsipil terhadap persyaratan pokok dalam perjanjian kredit.

5. Macet (Loss)

Kredit digolongkan macet apabila memenuhi kriteria di bawah ini :

a. Terdapat tunggakan pembayaran pokok dan/atau bunga yang telah melampaui 270 (dua ratus tujuh puluh) hari;

b. dokumentasi kredit dan/atau pengikatan agunan tidak ada.

Kredit macet pada hakikatnya adalahsuatu keadaan dimana seorang debitur tidak mampu membayar lunas kredit bank tepat pada waktunya. Dalam hukum perdata, keadaan yang sedemikian disebut wan prestasi atau ingkar janji. Sebagaimana telah diketahui bahwa kredit merupakan perjanjian pinjam uang, maka debitur yang

tidak dapat membayar lunas hutangnya setelah jangka waktunya habis, adalah

wanprestasi30

30

S. Mantayborbir, SH., MH., op.cit., Hal 19.

. Ada beberapa jenis wanprestasi yang dikenal selama ini, yaitu : a. Debitur tidak melaksanakan sama sekali apa yang telah diperjanjikan; b. debitur melaksanakan sebagian apa yang telah diperjanjikan;

c. debitur terlambat melaksanakan apa yang telah diperjanjikan; d. debitur menyerahkan sesuatu yang tidak diperjanjikan;

e. debitur melakukan perbuatan yang dilarang oleh perjanjian yang telah diperbuatnya.

Dari kelima jenis wanprestasi di atas, kredit macet masuk dalam perbuatan- perbuatan sebagai berikut :

a. Debitur sama sekali tidak dapat membayar angsuran kredit (beserta bunganya); b. debitur membayar sebagian angsuran kredit (beserta bunganya). Pembayaran

angsuran kredit tidak dipersoalkan apakah debitur telah membayar sebagian besar atau sebagian kecil angsuran. Walaupun debitur kurang membayar satu kali angsuran, tetap tergolong kreditnya sebagai kredit macet. Soal bank melepaskan haknya, itu soal lain;

c. debitur membayar lunas kredit beserta bunganya) setelah jangka waktu yang diperjanjikan berakhir. Hal ini tidak termasuk debitur membayar lunas setelah perpanjangan jangka waktu kredit yang telah disetujui bank atas permohonan debitur, karena telah terjadi perubahan perjanjian yang disepakati bersama. Jadi yang dimaksud tidak pernah terjadi perubahan perjanjian kredit sedikitpun.

56

Penentuan piutang negara macet sebagaimana tersebut di atas adalah terhadap waktu atau saat piutang negara tersebut telah dinyatakan sebagai piutang negara macet. Sedangkan untuk menentukan besarnya piutang negara yang macet tersebut didasarkan pada ketentuan sebagai berikut :

a. Penetapan besarnya jumlah piutang negara yang macet yang berasal dari perbankan, didasarkan atas peraturan tentang kategori kredit perbankan yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia dengan ketentuan bunga, denda dan ongkos yang dapat dibebankan maksimal selama 6 (enam) bulan setelah kredit dikategorikan macet dalam hal ini adalah Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia Nomor 31/147/KEP/DIR tentang Kualitas Aktiva Produktif tanggal 12 Nopember 1998 dan dengan terlebih dahulu meneliti kelengkapan dokumen yang diperlukan sesuai

dengan peraturan yang berlaku31

31

S. Mantayborbir, SH., MH., op.cit., Hal. 27. ;

b. penetapan besarnya jumlah piutang negara yang macet yang berasal dari non perbankan, didasarkan atas perhitungan pada saat piutang tersebut jatuh tempo, dengan ketentuan denda dan/atau beban lainnya apabila ada sesuai dengan perjanjian atau peraturan perundang-undangan yang berlaku, hanya dapat diperhitungkan paling lama 6 (enam) bulan setelah jatuh tempo, kecuali ditetapkan tersendiri berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan hal tersebut. Penetapan jumlah piutang negara macet tersebut juga harus meneliti kelengkapan dokumen yang diperlukan sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Dokumen terkait