• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II URAIAN TEORITIS

2.4 Pengertian Potensi wisata

Dalam penulisan ini akan dibahas tentang potensi ekowisata Tangkahan yang akan dikembangkan yang didukung dengan pendapat ahli tentang potensi wisata. Adapun defenisi potensi wisata menurut Pendit (1999) mendefenisikan, ”… potensi wisata adalah segala macam bentuk sumber daya yang terdapat di suatu daerah tertentu yang bisa di kembangkan menjadi suatu aneka antraksi wisata”. Menurut Undang-Undang No. 10 Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan, daya tarik wisata adalah segala seuatu yang memiliki keunikan, keindahan, dan nilai yang berupa keanekaragaman alam, hasil buatan manusia yang menjadi sasaran atau tujuan kunjungan wisatawan.

2.5 Destinasi dan Atraksi Wisata

Penelitian ini membahas tentang destinasi wisata dan atraksi wisata yang ada di ekowisata Tangkahan. Pada dasarnya destinasi wisata dan atraksi wisata adalah segala sesuatu

yang ada di daerah tujuan wisata yang merupakan daya tarik agar orang-orang mau datang berkunjung ke tempat itu. Menurut Yoeti (1996) Suatu daerah untuk menjadi DTW (Daerah Tujuan Wisata) yang baik harus dikembangkan 3 (tiga) hal agar daerah itu menarik untuk dikunjungi yaitu,

1. Adanya something to see (sesuatu yang menarik untuk dilihat)

2. Adanya something to buy (sesuatu yang menarik dan khas untuk dibeli) 3. Adanya something to do (sesuatu aktivitas yang dapat dilakukan di tempat itu)

Ketiga hal di atas merupakan unsur-unsur yang kuat untuk daerah tujuan wisata, sedangkan untuk pengembangan suatu daerah tujuan wisata harus ada beberapa hal yang harus diperhatikan, antara lain,

1. Harus mampu bersaing dengan destinasi wisata yang ada dan serupa dengan destinasi wisata di tempat lain.

2. Harus tetap, tidak berubah dan tidak berpindah-pindah kecuali dari bidang pembangunan dan pengembangan.

3. Harus memiliki sarana dan prasarana yang memadai serta mempunyai ciri-ciri khas tersendiri.

4. Harus menarik dalam pengertian secara umum (bukan pengertian dari subjektif) dan sadar wisata masyarakat setempat.

2.6 Pengertian Stakeholder

Dalam pengembangan Tangkahan sebagai destinasi wisata, peran stakeholder sangat diperlukan. Freeman (1984) mendefinisikan, “… stakeholder sebagai kelompok atau individu yang dapat mempengaruhi atau dipengaruhi oleh suatu pencapaian tujuan tertentu”. Biset (1998)

secara singkat mendefinisikan, ”… stakeholder sebagai orang dengan suatu kepentingan atau perhatian pada permasalahan”. Menurut ISO 26000 SR mendefenisikan, ’’… stakeholder adalah Individu atau kelompok yang memiliki kepentingan terhadap keputusan serta aktivitas

organisasi”.

2.7 Wisatawan

Wisatawan adalah faktor penting dalam perkembangan suatu destinasi wisata. Penulisan ini membahas tentang wisatawan yang datang berkunjung kesuatu destinasi wisata. Ada beberapa pengertian wisatawan menurut beberapa ahli sebagai berikut,

Menurut Undang-Undang No. 10 Tahun 2009 Pasal 1 ayat 2 Tentang Kepariwisataan menjelaskan bahwa, “… wisatawan adalah orang yang melakukan perjalanan wisata”.

Ada beberapa jenis dan macam wisatawan menurut Yoeti (1996:143- 154) sebagai berikut,

1. Wisatawan Asing (foreign tourist)

Adalah orang asing yang melakukan perjalanan wisata, yang datang memasuki ke suatu negara lain yang bukan merupakan negara di mana ia biasa tinggal.

2. Wisatawan dalam Negeri (Domestic Tourist)

Adalah wisatawan dalam negeri, yaitu seorang warga negara suatu negara yang melakukan perjalanan wisata dalam batas wilayah negaranya sendiri tanpa melewati perbatasan negaranya.

BAB III

GAMBARAN UMUM WISATA TANGKAHAN

3.1 Sejarah Singkat Tangkahan

Kawasan Ekowisata Tangkahan pada awal abad ke 20 tahun 1900 merupakan kawasan hutan yang terdiri dari hutan lindung natur reservaat dan hutan produksi, dimana model ladang berpindah-pindah maupun untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga, kayu bakar, berburu dan lainnya merupakan bahagian dari pemenuhan kebutuhan sehari-hari dalam bingkai kearifan tradisional. Walaupun begitu, beberapa pengusaha dari luar memulai pengelolaan kayu pada era 1930 melibatkan penduduk lokal sebagai tenaga kerja generasi pertama, dan proses pengelolaan kayu dengan menggunakan alat tradisional dan diangkut ketepi sungai oleh beberapa ekor kerbau, dan dialirkan melalui sungai ke Tanjung Pura. Era ini merupakan langkah permulaan penduduk tersebut mencari sumber penghasilan baru selain bercocok tanam tanaman berumur panjang dengan pola persil.

Pada pertengahan tahun 1960 dimulai gelombang pengelolaan kayu generasi kedua yang lebih besar dengan melibatkan beberapa pemodal luar. Seiring dengan peningkatan jumlah penduduk, pasokan kayu tetap didistribusikan ke kota Tanjung Pura yang merupakan hilir sungai Batang Serangan. Sisa eksploitasi kayu tersebut menjadi areal perladangan masyarakat melalui Surat Izin Menggarap (SIM), dan komoditi nilam adalah salah satu komoditi unggulannya, disamping itu getah mayang dan jelutung sudah mulai dipungut oleh penduduk dengan agen dari luar serta beberapa tanaman lainnya.

Seiring dengan peningkatan jumlah penduduk, pembukaan areal hutan untuk perkebunan semakin luas dan ditetapkannya kawasan hutan tersebut menjadi Taman Nasional pada awal 1980 tidak mampu menghentikan aktivitas pengambilan kayu yang sudah tidak terbatas antara

Kawasan Hutan Produksi atau Taman Nasional. Serta selama puluhan tahun aktivitas pengambilan kayu sudah merupakan sistem nilai yang menjadi kebiasaan penduduk

Akhir 1980, beberapa tokoh l bebas dari penjara ilegal logging, sebahagian meneruskan aktivitasnya dan sebahagian lagi menginisiatif membuka objek wisata yang selanjutnya diikuti oleh beberapa tokoh masyarakat dan pemuda di dusun setempat; Kuala Gemoh dan Kuala Buluh Desa Namo Sialang.

Kebangkitan pariwisata kembali bermula dan dipelopori oleh pemuda dan pemudi di Desa Namo Sialang dan Desa Sungai Serdang yang menginginkan perubahan sosial dan ekonomi, obsesi modernisasi. Dengan konsep pengembangan pariwisata maka dibentuklah Tangkahan Simalem Ranger pada 22 April 2001, yaitu sebuah perkumpulan yang mempelopori pengembangan bukan hanya sungai tetapi hutan juga dapat menjadi tempat pariwisata seperti di Bukit Lawang, serta upaya pemberhentian berbagai aktivitas-aktivitas pembalakan kayu dan perambahan yang dilakukan oleh orang tua mereka sendiri untuk diberhentikan. Gerakan pemuda-pemudi tersebut berubah menjadi sebuah gerakan sosial di Desa Namo Sialang dan Desa Sei Serdang, dimana mereka aktif dalam aktivitas sosial desa, musyawarah maupun berbagai kegiatan adat, yang akhirnya menarik simpati kalangan orang tua, melibatkan berbagai lapisan masyarakat, mendorong terciptanya sebuah gagasan baru dan gerakan ini mempengaruhi banyak pola pikir baru masyarakat tentang nilai-nilai keorganisasian.

Akhirnya pada tanggal 19 Mei tahun 2001, atas inisiatif Tangkahan Simalem Ranger berkumpulah pemimpin-pemimpin kelompok penebang, perambah, tokoh-tokoh masyarakat, dan perangkat Desa Namo Salang serta Desa Sei Serdang yang kemarin terlibat konflik secara langsung maupun tidak langsung, bersepakat untuk mengembangkan pariwisata dengan menetapkan beberapa tokoh sebagai dewan pengurus. Musyawarah ini kemudian disebut sebagai

Kongres I Lembaga Pariwisata Tangkahan melalui proses pemungutan suara untuk memilih dewan pengurus, ADART dan menyusun dasar-dasar pengembangan pariwisata. Hari itu disebut sebagai Kongres I dan merupakan tonggak penting dalam pelestarian Taman Nasional Gunung Leuser, hal ini merupakan prestasi pemuda-pemudi local yang tergabung dalam Tangkahan Simalem Ranger yang mana pada saat itu hanya berpikir sederhana tentang pariwisata bukan pada aspek luas lainnya..

Seiring waktu berjalan, karena banyaknya objek wisata yang cukup menarik semua terdapat di dalam Taman Nasional, maka Lembaga Pariwisata Tangkahan menyepakati membuat sebuah kerjasama MoU dengan Balai Taman Nasional Gunung Leuser yang ditandatangani pada 22 April 2002 oleh Kepala Balai TNGL saat itu Ir. Awriya Ibrahim MSc selaku pemangku kawasan untuk memberikan hak kelola Taman Nasional kepada masyarakat Desa Namo Sialang dan Desa Sei Serdang melalui Lembaga Pariwisata Tangkahan Njuhang Pinem sebagai ketua umum Lembaga Pariwisata Tangkahan mengatakan bahwa penandatanganan tersebut merupakan hal yang cukup berani dilakukan pada saat itu, karena merupakan dipercayakan atas property right aset kolektif seluas kurang lebih 17.500 ha zona inti TNGL batas administratif desa untuk

pengembangan ekowisata. Sebagai kewajibannya masyarakat Desa Namo Sialang dan masyarakat Desa Sei Serdang bertanggung jawab penuh didalam pengamanan dan kelestarian Taman Nasional Gunung Leuser yang berbatasan dengan wilayah desa tersebut.

Seiring waktu berjalan kekhawatiran banyak pihak tentang penandatanganan tersebut tidak terbukti, malah dapat menjadi moment penting di Taman Nasional Gunung Leuser selanjutnya untuk menginisiasi kolaborasi managemen sebelum diterbitkannya P.19 Tahun 2004 tentang kolaborasi managemen kawasan KPA dan KSA. Kini acuan kolaborasi tersebut serta

berbagai sistem dan strategi pengembangan kawasan telah banyak diadopsi di tingkat nasional dan internasional.

3.2 Letak Geografis

Berdasarkan letak geografis, kawasan ekowisata tangkahan terletak pada 341’1”LU-98 4’28,2”BT. Tangkahan merupakan sebuah kawasan di perbatasan Taman Nasional Gunung Leuser TNGL di sisi Sumatera utara, berada pada ketinggian 130-200 meter di atas permukaan laut. Secara administratif tangkahan termasuk ke dalam Kecamatan Batang Serangan, Kabupaten Langkat, Provinsi Sumatera Utara, tepatnya di dalam Desa Namo Sialang dan Desa Sei Serdang.

Jenis tanah di kawasan ekowisata Tangkahan ini terdiri atas podsolik dan litosol dengan topografi berupa kawsasan landai, berbukit dengan kemiringan yang bervariasi.

Berdasarkan data Lembaga Pariwisata Tangkahan, kawasan yang dikembangkan sebagai salah satu kawasan ekowisata ini termasuk dalam Taman Nasional Gunung Leuser. Secara geografis Tangkahan mempunyai batas-batas sebagai berikut: Sebelah Utara berbatasan dengan perkebunan kelapa sawit milik PTPN II Kuala Sawit. Sebelah Selatan berbatasan dengan perkebunan kelapa sawit milik PT.Ganda Prima. Sebelah Timur berbatasan dengan Dusun Kuala Buluh. Sebelah Barat berbatasan dengan Taman Nasional Gunung Leuser TNGL.

Berdasarkan data yang diperoleh dari Lembaga Pariwisata Tangkahan, kawasan pariwisata alternatif Tangkahan meliputi kawasan ekowisata ± 103 hektar, kawasan perkampungan seluas ± 18.526 hektar, dan kawasan hutan ± seluas 17.653 hektar, sehingga keseluruhan luas kawasan Tangkahan mencapai ± 36.653 hektar.

3.3 Alam dan Iklim

Suhu udara di kawasan ekowisata Tangkahan ini adalah 21,1 C-27,5 C dengan kelembaban yang berkisar antara 80-100. Musim hujan di kawasan ini berlangsung secara merata sepanjang tahun tanpa musim kering yang berarti dengan curah hujan rata-rata 2000-3200 mm tahun. Karena musim hujan yang merata dan kawasan yang rata-rata masih tertutup hutan, air bukanlah masalah di daerah ini. Sebahagian besar kebutuhan air masyarakat di kawasan ini diperoleh dari unsur tanah dan sungai.

3.4 Kependudukan

Kecamatan Batang Serangan memiliki 6 wilayah Desa Sungai Serdang, Namo Sialang, Sungai Musam, Kuala Musam, Sungai Bamban dan Karya Jadi dan 1 wilayah kelurahan yaitu kelurahan Batang Serangan yang merupakan ibukota kecamatan Batang Serangan. Kecamatan Batang Serangan memiliki luas 99. 332 hektar 993, 32 Km2 dengan jumlah penduduk 13.776 jiwa dengan kepadatan penduduk rata-rata 38 jiwakm2. Tiga wilayah desa dalam wilayah administratif Kecamatan Batang Serangan tersebut memiliki berbatasan wilayah hutan Taman Nasional Gunung Leuser yaitu Desa Sungai Serdang, Desa Namo Sialang dan Desa Sungai Musam. Kecamatan Batang Serangan berbatasan di sébelah Utara dengan Kecamatan Sungai Lepan dan Sawit Seberang, di sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Bahorok, sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Padang Tualang dan di sebelah Barat berbatasan dengan kawasan hutan TNGL di wilayah Nangroe Aceh Darussalam NAD.

Kawasan Ekowisata Tangkahan Desa Namo Sialang dan Desa Sei Serdang meliputi 30 wilayah dusun yang terdiri dari dusun masyarakat kampung dan dusun kebun dari keberadaan afdeling perkebunan PTPN II Kebun kuala sawit dan wilayah afdeling perkebunan swasta PT.

Prima dan PT. Puskopad.

3.5 Sosial

Kawasan Ekowisata Tangkahan merupakan kawasan yang mempunyai status sosial yang dianggap cukup baik jika dilihat dari pendapatan perkapitanya, namun jika dilihat dari perbandingan jumlah bangunan sekolah dengan jumlah penduduk, status sosial dianggap rendah karena jumlah bangunan sekolah yang ada tidak cukup menampung semua warga yang wajib sekolah dan yang sedang bersekolah.

3.6 Gambaran Umum Ekowisata Tangkahan Gambar 3.1

Tangkahan Visitor Center

Dokumentasi Pribadi Rio Fahmi Huseini R, Tahun 2018

Gambar diatas adalah Tangkahan Visitor Center yang biasa digunakan wisatawan untuk menanyakan apa saja paket wisata yang ada di Tangkahan. Tangkahan adalah sebuah kawasan di

Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL), Kabupaten Langkat, Sumatera Utara. Tangkahan diapit oleh Desa Namo Sialang dan Desa Sei Serdang. Kombinasi dari vegetasi hutan hujan tropis dan topografi yang berbukit, menjadikan Tangkahan sebagai tempat yang ideal untuk berwisata. Sungai Buluh dan Batang Serangan yang membelah hutan ini merupakan tipe sungai khas hutan tropis, dilengkapi dengan beraneka ragam jenis tumbuhan aneka warna dan tebing bercorak di sepanjang sungai. Air sungai yang jernih dan bernuansa hijau menciptakan panorama dan atmosfer yang alami. Akses menuju Tangkahan dapat ditempuh dengan perjalanan darat dari Kota Medan Sumatera Utara. Dilanjutkan melewati Kota Binjai dengan kendaraan umum melalui terminal bus Pinang Baris Medan. Jarak Medan–Tangkahan sekitar 110 kilometer. Dapat juga di tempuh dengan menggunakan kendaraan pribadi dengan waktu tempuh sekitar 3,5 jam dari Kota Medan. Tangkahan adalah salah satu destinasi wisata yang potensial untuk dikembangan dikarenakan menawarkan sejumlah panorama alam yang indah dan sungai yang jernih dengan keadaan alam yang sejuk.

BAB IV PEMBAHASAN

4.1 Potensi Wisata Tangkahan

Setiap destinasi wisata harus memiliki daya tarik wisata untuk dapat menarik minat wisatawan untuk datang berkunjung. Tangkahan yang berada di kawasan Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL) Kabupaten Langkat Sumatera Utara ini memiliki potensi wisata yang cukup menjanjikan untuk dikembangkan baik itu potensi wisata alamnya maupun potensi wisata buatan manusia.

4.1.1 Potensi Wisata Alam

Gambar 4.1

Potensi Wisata Alam Tangkahan

Dokumentasi Pribadi Rio Fahmi Huseini R, Tahun 2018.

Dilihat dari gambar diatas bahwa potensi wisata alam Tangkahan sebagai destinasi wisata cukup baik, karena menawarkan keindahan pemandangan hutan hujan tropis, topografi yang berbukit dan udara segar yang menyejukkan (something to see). Tangkahan banyak dikunjungi wisatawan mancanegara karena pemandangan alamnya. Tak heran jika turis mancanegara menyebut Tangkahan sebagai The Hidden Paradise di Sumatera Utara.

Selain melihat pemandangan yang indah, Tangkahan ini salah satu tempat dimana ada 7 gajah yang bisa dimanfaatkan untuk tracking. Tracking disini maksudnya adalah wisatawan akan diajak masuk kedalam hutan dengan menunggang gajah. Gajah yang ditunggangi para wisatawan adalah gajah-gajah terlatih yang juga digunakan untuk patroli atau melindungi Taman Nasional dari kegiatan ilegal seperti pemburuan, perambahan, dan tentu saja illegal loging. Dilihat dari segi daya tariknya sangat baik dan didukung dengan iklim yang nyaman sehingga potensial untuk dikembangkan.

4.1.2 Potensi Wisata Buatan Manusia

Selain potensi wisata alam, Tangkahan juga memiliki potensi wisata buatan manusia yang tidak kalah menarik dari potensi alamnya. Potensi wisata buatan manusia menjadi daya tarik tambahan agar wisatawan mau berkujung ke Tangkahan. Daya tarik wisata buatan manusia yang ada di Tangkahan seperti wahana permainan air,dan spot untuk berfoto. Dapat dilihat dari gambar berikut ini,

Gambar 4.2

Wahana Permainan Air (Tubing)

Dokumentasi Pribadi Rio Fahmi Huseini R, Tahun 2018.

Gambar 4.3 Spot Foto

Dokumentasi Pribadi Rio Fahmi Huseini R, Tahun 2018.

Gambar diatas adalah potensi wisata buatan manusia yang ada di Tangkahan yang dapat menarik wisatawan untuk berkunjung ke Tangkahan, dimana terdapat seperti tubing dan spot foto berbentuk sarang burung.

4.2 Kendala yang Dihadapi Pihak Stakeholder Dalam Pengembangan Wisata Tangkahan Guna peningkatan Kunjungan Wisatawan

Dalam proses pengembangan potensi Tangkahan sebagai destinasi wisata tidak terlepas dari kendala-kendala yang dihadap oleh pihak stakeholder seperti :

1. Keterbatasan Sarana dan Prasarana Wisata

Kawasan Tangkahan dalam pengadaan sarana dan prasarana belum tersedia dengan baik.

Hal ini akan mempengaruhi minat wisatawan untuk datang berkunjung. Sarana di Tangkahan hanya berupa pondok untuk istirahat dan home stay yang mengandalkan rumah masyarakat sebagai tempat menginap wisatawan. Sama halnya dengan prasarana yang masih kurang memadai seperti kondisi jalan menuju wisata Tangkahan yang masih kurang baik.

2. Keterbatasan Dana Dalam Pengembangan

Dengan terbatasnya dana yang di miliki pihak pengelola, maka pembangunan fasilitas belum memadai, pembinaan sumber daya manusia yang kurang, serta kurangnya promosi.

3. Terbatasnya Sumber Daya Manusia Dalam Bidang Pariwisata

Sumber daya manusia sekitar wisata Tangkahan memang terbatas di bidang pariwisata yang mengakibatkan kurangnya kesadaran akan pentingnya pariwisata. Sehingga wisata Tangkahan belum dapat dikelola dengan baik.

4. Rendahnya Kesadaran Wisatawan Akan Lingkungan

Wisatawan yang berkunjung ke wisata Tangkahan berasal dari berbagai daerah dan berbagai kalangan serta memiliki tingkah laku yang berbeda. Sebagian wisatawan memang sudah memilki kesadaran akan lingkungan, namun tidak menutupi kemungkinan bahwa wisatawan lainya kurang akan kesadaran tentang lingkungan.

4.3 Upaya Stakeholder dalam Mengembangkan Wisata Tangkahan Guna Peningkatan Kunjungan Wisatawan

Jumlah kunjungan wisatawan yang berkunjung ke Kabupaten Langkat mengalami fluktuasi dari tahun ke tahun. Dapat dilihat dari tabel dibawah ini,

Tabel 4.1

Jumlah Wisatawan yang Berkunjung Ke Wisata Tangkahan Tahun 2014-2016 No. Tahun Wisatawan Asing Wisatawan

Domestik

Jumlah/Total

1 2014 8.567 40.433 49.000

2 2015 3.495 47.139 50.634

3 2016 4.885 13.715 18.600

Sumber : Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Pemkab Langkat

Beberapa langkah konkrit yang dilakukan pemerintah setempat sebagai upaya pengembangan potensi wisata Tangkahan guna peningkatan kunjungan wiatawan antara lain melakukan kegiatan promosi, penyuluhan kepada masyarakat tentang objek wisata dalam merawat, menjaga, melestarikan lingkungan serta memberikan pelatihan sadar wisata kepada masyarakat sekitar objek wisata. Hal tersebut dilakukan dengan harapan pengelolaan objek wisata Tangkahan lebih terarah.

Pihak pengelola berupaya membenahi kawasan wisata Tangkahan ini dengan mengacu pada unsur-unsur pariwisata seperti pembenahan Attraction (atraksi wisata), Accessibility (aksesibilitas), Amenity (fasilitas pendukung).

4.3.1 Upaya Pengembangan Attraction Untuk Peningkatan Wisatawan

Supaya potensi alam yang di miliki wisata Tangkahan lebih dikenal, maka pihak stakeholder berupaya membuat atraksi wisata lainya berupa atraksi wisata buatan manusia sebagai daya tarik tambahan untuk menarik minat wisatawan untuk berkunjung seperti fasilitas

untuk berfoto ria dengan berlatarkan sarang burung. Fasilitas yang disediakan oleh pihak pengelola ini untuk menunjang kegiatan pariwisata di Tangkahan (something to do). Dapat dilihat dari gambar dibawah ini fasilitas untuk berfoto ria yang disediakan oleh pihak stakeholder yang menyerupai sangkar burung.

Gambar 4.4

Fasilitas Tempat Berfoto Berbentuk Sangkar Burung

Dokumentasi Pribadi Rio Fahmi Huseini R, Tahun 2018.

4.3.2 Upaya Pengembangan Accessibility

Aksesibilitas merupakan hal yang sangat vital bagi perkembangan suatu destinasi wisata, dikarenakan akses yang memadai akan mempermudah wisatawan menuju tempat wisata yang ingin di kunjunginya. Akses menuju Objek wisata Tangkahan masih belum memadai, karena jalannya yang masih sangat tidak baik dapat dilihat dari gambar dibawah. Pihak stakeholder juga berupaya mengajukan ke pemerintah agar akses jalan menuju wisata Tangkahan diperbaiki

supaya dapat dilalui wisatawan dengan baik. Dapat dilihat dari gambar dibawah akses menuju wisata Tangkahan.

Gambar 4.5

Aksesibilitas Wisata Tangkahan

Dokumentasi Pribadi Rio Fahmi Huseini R, Tahun 2018.

4.3.3 Upaya Pengembangan Amenity ( Fasilitas Pendukung)

Upaya yang dilakukan pihak stakeholder terkait fasilitas pendukung demi perkembangan Tangkahan seperti,

1. Akomodasi

Akomodasi yang ada di wisata Tangkahan berupa hotel dan home stay yang di jadikan tempat penginapan wisatawan. Fasilitas yang disediakan tiap hotel dan home stay berbeda-beda, seperti tempat tidur atau kasur yang disediakan dan kamar mandi. Tarif per malam berkisar antara Rp.100.000-Rp.150.000 per kamar. Dapat dilihat gambar di bawah ini hotel dan home stay yang ada di wisata Tangkahan.

Gambar 4.6 Home Stay

Dokumentasi Pribadi Rio Fahmi Huseini R, Tahun 2018.

2. Jasa Kuliner atau Rumah Makan

Dapat dilihat dari gambar dibawah fasilitas jasa kuliner yang disediakan pihak stakeholder demi menunjang keberlangsungan pariwisata Tangkahan. Pihak stakeholder telah

menyediakan jasa kuliner atau rumah makan dengan harga terjangkau, karena harga makanan diseluruh rumah makan disetarakan agar tidak terjadi ketimpangan antara pihak pengelola rumah makan. Pihak stakeholder juga berupaya menambah jumlah rumah makan di Tangkahan untuk mengantisipasi peningkatan kujungan wisatawan.

Gambar 4.7

Jasa Kuliner atau Rumah Makan

Dokumentasi Pribadi Rio Fahmi Huseini R, Tahun 2018.

3. Tempat Parkir

Pihak stakeholder wisata Tangkahan berupaya menyediakan lahan parkir untuk menampung kendaraan wisatawan baik yang beroda dua maupun kendaraan beroda empat.

Dengan adanya tempat parkir ini pengunjung akan merasa nyaman akan kendaraan yang digunakan. Tarif untuk parkir kendaraan roda dua sebesar Rp. 5.000 dan untuk kendaraan roda empat sebesar Rp. 30.000. Dapat dilihat dari gambar dibawah areal parkir yang telah disediakan oleh pihak stakeholder.

Gambar 4.8 Tempat Parkir

Dokumentasi Pribadi Rio Fahmi Huseini R, Tahun 2018

4. Toilet Umum

Dapat dilihat dari gambar dibawah dimana wisata Tangkahan sudah terdapat fasilitas berupa toilet umum. Jumlah toilet umum sudah memadai, dimana terdapat beberapa toilet umum.

Tarif untuk pengunjung yang menggunakan toilet umum sebesar Rp. 2.000 per orang. Dari segi kebersihan toilet umum ini sudah memadai karena adanya petugas kebersihan untuk membersihkan toilet umum setiap hari.

Gambar 4.9 Toilet Umum

Dokumentasi Pribadi Rio Fahmi Huseini R, Tahun 2018.

5. Tempat Sampah

Fasilitas pendukung yang ada di wisata Tangkahan berupa tempat sampah belum memadai, karena tempat sampah yang disediakan tidak ada disekitar Tangkahan. Tetapi, seluruh fasilitas pendukung baik itu rumah makan, toko souvenir menyediakan tempat sampahnya masing-masing.

6. Kios Cinderamata

Kios cinderamata merupakan sektor kedua yang paling mendominasi setelah rumah makan. Cinderamata yang dijual merupakan hasil kerajinan tangan, seperti aksesoris, jam dinding dan hiasan. Pihak stakeholder berupaya menambah jumlah souvenir yang akan dijual dengan memamfaatkan kerajinan masyarakat sekitar (something to buy). Dapat dilihat dari gambar dibawah ini kios cenderamata yang ada di Tangkahan.

Dokumen terkait