• Tidak ada hasil yang ditemukan

Memaparkan kesimpulan dan saran yang diberikan oleh penulis

BAB II

URAIAN TEORITIS

2.1 Pengertian Pengembangan Pariwisata

Ekowisata Tangkahan perlu di kembangkan menjadi destinasi wisata yang baik supaya banyak di kunjungi wisatawan. Yoeti (1987:2) mendefenisikan, ” pengembangan pariwisata adalah salah satu cara untuk membuat suatu objek wisata menjadi menarik dan dapat membuat pengunjung tertarik untuk mengunjunginya”. Ada syarat yang harus dipenuhi agar ekowisata Tangkahan menjadi daerah tujuan wisata yang baik,

1. Harus memiliki daya tarik baik itu wisata alam maupun wisata buatan manusia.

2. Ada fasilitas penunjang lainya, seperti permainan rekreasi yang dapat membuat wisatawan lebih betah.

3. Tersedianya tempat belanja baik itu cenderamata maupun tempat jual makanan khas.

4. Tersedianya fasiltas umum yang vital, seperti toilet, tempat parkir, dan tempat makan sehingga mempermudah pengunjung, bukan itu saja tetapi harus ada jalan yang memadai.

Dari teori diatas maka penelitian ini akan mengkaji mengenai tentang daya tarik wisata dan fasilitas penunjang yang ada di Tangkahan.

2.2 Sarana dan Prasarana

Dalam penulisan ini akan dibahas mengenai sarana dan prasarana yang ada di ekowisata Tangkahan.

2.2.1 Prasarana Pariwisata

Yoeti (1996: 197) mendefenisikan, ”...Prasarana pariwisata adalah semua fasilitas utama atau dasar yang memungkinkan sarana kepariwisataan dapat hidup dan berkembang dalam rangka memberikan pelayanan kepada para wisatawan”. Untuk itulah di perlukannya prasarana pariwisata di wisata Tangkahan.

Yang termasuk prasarana pariwisata meliputi:

1. Prasarana perhubungan, meliputi: jalan raya dan jembatan.

2. Instalasi pembangkit listrik.

3. Instalasi air bersih.

4. Instalasi penyulingan bahan bakar minyak.

5. Sistem pengairan atau irigasi untuk kepentingan pertanian, peternakan dan perkebunan.

6. Sistem perbankan dan moneter.

7. Sistem telekomunikasi seperti telepon, pos, telegraf, faksimili, telex, email, dan lain.

8. Prasarana kesehatan seperti rumah sakit dan pusat kesehatan masyarakat.

9. Prasarana keamanan, pendidikan dan hiburan.

2.2.2 Sarana Pariwisata

Yoeti (1996: 197) mendefenisikan, ”...Sarana Pariwisata adalah fasilitas dan perusahaan yang memberikan pelayanan kepada wisatawan baik secara langsung maupun tidak langsung.

Maju mundurnya sarana kepariwisataan tergantung pada jumlah kunjungan wisatawan.

Yang termaksuk sarana pariwisata meliputi:

1. Perusahaan perjalanan seperti Travel Agent, dan Tour Operator.

2. Perusahaan transportasi, terutama transportasi angkutan wisata.

3. Industri-industri dalam kepariwisataan.

4. Hotel dan jenis akomodasi lainnya.

5. Bar dan Restaurant.

6. Toko cenderamata dan pusat kerajinan.

7. Objek dan atraksi wisata

2.3 Pengertian Pariwisata

Pariwisata berkembang karena adanya gerakan manusia dalam mencari sesuatu yang belum diketahui, menjelajah wilayah baru, mencari suasana atau untuk perjalanan baru dimana yang didukung dengan pendapat beberapa ahli dibawah ini mengenai pengertian pariwisata.

Menurut Undang-Undang No. 10 Tahun 2009 tentang kepariwisataan, “... pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah”.

2.3.1 Jenis-Jenis Pariwisata

Penelitian ini membahas tentang jenis wisata alam dan wisata buatan manusia yang terdapat di ekowisata Tangkahan. Kusumanegara (2009:3) mengklasifikasikan jenis pariwisata antara lain,

1. Wisata Alam

Kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau kelompok dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi, pengembangan pribadi, atau mempelajari daya tarik alam dengan memanfaatkan potensi sumber daya alam, baik itu alami maupun budi daya. Kebanyakan para pecinta alam yang melakukan wisata ini. Bagi yang suka memotret, sangat cocok melakukan wisata sejenis ini. Suasana lingkungan yang segar, asri, sangat mendukung untuk melakukan relaksasi.

2. Wisata Buatan Manusia (Man Made)

Suatu destinasi wisata yang di kelola oleh pihak tertentu yang dibuat semenarik mungkin guna untuk mendatangkan wisatawan. Selain jenis-jenis wisata tersebut, masih banyak lagi jenis wisata yang lain, tergantung kepada kondisi dan situasi perkembangan dunia kepariwisataan di suatu daerah atau negara yang ingin mengembangkan industri pariwisatanya. Hal ini tergantung pada selera atau daya kreativitas para profesional yang berkepentingan dalam industri pariwisata ini. Semakin kreatif dan banyak gagasan yang dimiliki, semakin bertambah pula bentuk dan jenis wisata yang dapat diciptakan.

2.3.2 Unsur-Unsur pariwisata

Agar ekowisata Tangkahan dapat menjadi destinasi wisata yang baik, maka harus ada unsur-unsur pariwisata seperti pendapat ahli dibawa ini. Menurut Pendit (1994) unsur-unsur yang terlibat dalam industri pariwisata meliputi hal-hal sebagai berikut,

1. Attraction

Atrraction atau atraksi adalah produk utama sebuah destinasi wisata. Atraksi berkaitan

dengan what to see dan what to do. Apa yang bisa dilihat dan apa yang bisa di lakukan oleh wisatawan di destinasi tersebut. Atraksi bisa berupa keindahan alam, keunikan alam, serta atraksi buatan manusia seprti sarana permainan dan hiburan yang unik dan berbeda dari daerah atau negara lain.

2.Accessibility

Accessibility atau aksesibilitas adalah sarana dan infrastruktur untukmenuju destinasi.

Akses jalan merupakan aspek penting bagi perkembangan sebuah destinasi.

3.Amenity

Amenity atau amenitas adalah segala fasilitas pendukung yang bisa

memenuhi kebutuhan dan keinginan wisatawan selama berada di destinasi.

Amenitas berkaitan dengan ketersediaan sarana akomodasi untuk menginap maupun beristirahat serta restoran atau warung untuk makan dan minum.

Kebutuhan lain juga yang dibutuhkan wisatawan saat berada di destinasi, seperti toilet umum, rest area, tempat parkir, tempat sampah yang sebaiknya tersedia di sebuah destinasi.

Tentu saja fasilitas tersebut juga perlu melihat dan mengkaji situasi dan kondisi dari destinasi

sendiri dan kebutuhan wisatawan. Tidak semua amenitas harus berdekatan dan berada di daerah utama destinasi.

2.3.3 Tujuan Pariwisata

Daerah tujuan wisata harus memiliki antraksi wisata sebagai media untuk menarik minat wisatawan tanpa terkecuali ekowisata Tangkahan. A.Ihkaryono, (1997:11) mendefenisikan, ”...

daerah yang berdasarkan kesiapan sarana dan prasarana dinyatakan siap menerima kunjungan wisatawan”. Menurut Yoeti (1996) menyatakan bahwa, ”… daya tarik wisata atau “tourist attraction”, istilah yang lebih sering digunakan, yaitu segala sesuatu yang menjadi daya tarik bagi orang untuk mengunjungi suatu daerah tertentu”.

2.4 Pengertian Potensi Wisata

Dalam penulisan ini akan dibahas tentang potensi ekowisata Tangkahan yang akan dikembangkan yang didukung dengan pendapat ahli tentang potensi wisata. Adapun defenisi potensi wisata menurut Pendit (1999) mendefenisikan, ”… potensi wisata adalah segala macam bentuk sumber daya yang terdapat di suatu daerah tertentu yang bisa di kembangkan menjadi suatu aneka antraksi wisata”. Menurut Undang-Undang No. 10 Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan, daya tarik wisata adalah segala seuatu yang memiliki keunikan, keindahan, dan nilai yang berupa keanekaragaman alam, hasil buatan manusia yang menjadi sasaran atau tujuan kunjungan wisatawan.

2.5 Destinasi dan Atraksi Wisata

Penelitian ini membahas tentang destinasi wisata dan atraksi wisata yang ada di ekowisata Tangkahan. Pada dasarnya destinasi wisata dan atraksi wisata adalah segala sesuatu

yang ada di daerah tujuan wisata yang merupakan daya tarik agar orang-orang mau datang berkunjung ke tempat itu. Menurut Yoeti (1996) Suatu daerah untuk menjadi DTW (Daerah Tujuan Wisata) yang baik harus dikembangkan 3 (tiga) hal agar daerah itu menarik untuk dikunjungi yaitu,

1. Adanya something to see (sesuatu yang menarik untuk dilihat)

2. Adanya something to buy (sesuatu yang menarik dan khas untuk dibeli) 3. Adanya something to do (sesuatu aktivitas yang dapat dilakukan di tempat itu)

Ketiga hal di atas merupakan unsur-unsur yang kuat untuk daerah tujuan wisata, sedangkan untuk pengembangan suatu daerah tujuan wisata harus ada beberapa hal yang harus diperhatikan, antara lain,

1. Harus mampu bersaing dengan destinasi wisata yang ada dan serupa dengan destinasi wisata di tempat lain.

2. Harus tetap, tidak berubah dan tidak berpindah-pindah kecuali dari bidang pembangunan dan pengembangan.

3. Harus memiliki sarana dan prasarana yang memadai serta mempunyai ciri-ciri khas tersendiri.

4. Harus menarik dalam pengertian secara umum (bukan pengertian dari subjektif) dan sadar wisata masyarakat setempat.

2.6 Pengertian Stakeholder

Dalam pengembangan Tangkahan sebagai destinasi wisata, peran stakeholder sangat diperlukan. Freeman (1984) mendefinisikan, “… stakeholder sebagai kelompok atau individu yang dapat mempengaruhi atau dipengaruhi oleh suatu pencapaian tujuan tertentu”. Biset (1998)

secara singkat mendefinisikan, ”… stakeholder sebagai orang dengan suatu kepentingan atau perhatian pada permasalahan”. Menurut ISO 26000 SR mendefenisikan, ’’… stakeholder adalah Individu atau kelompok yang memiliki kepentingan terhadap keputusan serta aktivitas

organisasi”.

2.7 Wisatawan

Wisatawan adalah faktor penting dalam perkembangan suatu destinasi wisata. Penulisan ini membahas tentang wisatawan yang datang berkunjung kesuatu destinasi wisata. Ada beberapa pengertian wisatawan menurut beberapa ahli sebagai berikut,

Menurut Undang-Undang No. 10 Tahun 2009 Pasal 1 ayat 2 Tentang Kepariwisataan menjelaskan bahwa, “… wisatawan adalah orang yang melakukan perjalanan wisata”.

Ada beberapa jenis dan macam wisatawan menurut Yoeti (1996:143- 154) sebagai berikut,

1. Wisatawan Asing (foreign tourist)

Adalah orang asing yang melakukan perjalanan wisata, yang datang memasuki ke suatu negara lain yang bukan merupakan negara di mana ia biasa tinggal.

2. Wisatawan dalam Negeri (Domestic Tourist)

Adalah wisatawan dalam negeri, yaitu seorang warga negara suatu negara yang melakukan perjalanan wisata dalam batas wilayah negaranya sendiri tanpa melewati perbatasan negaranya.

BAB III

GAMBARAN UMUM WISATA TANGKAHAN

3.1 Sejarah Singkat Tangkahan

Kawasan Ekowisata Tangkahan pada awal abad ke 20 tahun 1900 merupakan kawasan hutan yang terdiri dari hutan lindung natur reservaat dan hutan produksi, dimana model ladang berpindah-pindah maupun untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga, kayu bakar, berburu dan lainnya merupakan bahagian dari pemenuhan kebutuhan sehari-hari dalam bingkai kearifan tradisional. Walaupun begitu, beberapa pengusaha dari luar memulai pengelolaan kayu pada era 1930 melibatkan penduduk lokal sebagai tenaga kerja generasi pertama, dan proses pengelolaan kayu dengan menggunakan alat tradisional dan diangkut ketepi sungai oleh beberapa ekor kerbau, dan dialirkan melalui sungai ke Tanjung Pura. Era ini merupakan langkah permulaan penduduk tersebut mencari sumber penghasilan baru selain bercocok tanam tanaman berumur panjang dengan pola persil.

Pada pertengahan tahun 1960 dimulai gelombang pengelolaan kayu generasi kedua yang lebih besar dengan melibatkan beberapa pemodal luar. Seiring dengan peningkatan jumlah penduduk, pasokan kayu tetap didistribusikan ke kota Tanjung Pura yang merupakan hilir sungai Batang Serangan. Sisa eksploitasi kayu tersebut menjadi areal perladangan masyarakat melalui Surat Izin Menggarap (SIM), dan komoditi nilam adalah salah satu komoditi unggulannya, disamping itu getah mayang dan jelutung sudah mulai dipungut oleh penduduk dengan agen dari luar serta beberapa tanaman lainnya.

Seiring dengan peningkatan jumlah penduduk, pembukaan areal hutan untuk perkebunan semakin luas dan ditetapkannya kawasan hutan tersebut menjadi Taman Nasional pada awal 1980 tidak mampu menghentikan aktivitas pengambilan kayu yang sudah tidak terbatas antara

Kawasan Hutan Produksi atau Taman Nasional. Serta selama puluhan tahun aktivitas pengambilan kayu sudah merupakan sistem nilai yang menjadi kebiasaan penduduk

Akhir 1980, beberapa tokoh l bebas dari penjara ilegal logging, sebahagian meneruskan aktivitasnya dan sebahagian lagi menginisiatif membuka objek wisata yang selanjutnya diikuti oleh beberapa tokoh masyarakat dan pemuda di dusun setempat; Kuala Gemoh dan Kuala Buluh Desa Namo Sialang.

Kebangkitan pariwisata kembali bermula dan dipelopori oleh pemuda dan pemudi di Desa Namo Sialang dan Desa Sungai Serdang yang menginginkan perubahan sosial dan ekonomi, obsesi modernisasi. Dengan konsep pengembangan pariwisata maka dibentuklah Tangkahan Simalem Ranger pada 22 April 2001, yaitu sebuah perkumpulan yang mempelopori pengembangan bukan hanya sungai tetapi hutan juga dapat menjadi tempat pariwisata seperti di Bukit Lawang, serta upaya pemberhentian berbagai aktivitas-aktivitas pembalakan kayu dan perambahan yang dilakukan oleh orang tua mereka sendiri untuk diberhentikan. Gerakan pemuda-pemudi tersebut berubah menjadi sebuah gerakan sosial di Desa Namo Sialang dan Desa Sei Serdang, dimana mereka aktif dalam aktivitas sosial desa, musyawarah maupun berbagai kegiatan adat, yang akhirnya menarik simpati kalangan orang tua, melibatkan berbagai lapisan masyarakat, mendorong terciptanya sebuah gagasan baru dan gerakan ini mempengaruhi banyak pola pikir baru masyarakat tentang nilai-nilai keorganisasian.

Akhirnya pada tanggal 19 Mei tahun 2001, atas inisiatif Tangkahan Simalem Ranger berkumpulah pemimpin-pemimpin kelompok penebang, perambah, tokoh-tokoh masyarakat, dan perangkat Desa Namo Salang serta Desa Sei Serdang yang kemarin terlibat konflik secara langsung maupun tidak langsung, bersepakat untuk mengembangkan pariwisata dengan menetapkan beberapa tokoh sebagai dewan pengurus. Musyawarah ini kemudian disebut sebagai

Kongres I Lembaga Pariwisata Tangkahan melalui proses pemungutan suara untuk memilih dewan pengurus, ADART dan menyusun dasar-dasar pengembangan pariwisata. Hari itu disebut sebagai Kongres I dan merupakan tonggak penting dalam pelestarian Taman Nasional Gunung Leuser, hal ini merupakan prestasi pemuda-pemudi local yang tergabung dalam Tangkahan Simalem Ranger yang mana pada saat itu hanya berpikir sederhana tentang pariwisata bukan pada aspek luas lainnya..

Seiring waktu berjalan, karena banyaknya objek wisata yang cukup menarik semua terdapat di dalam Taman Nasional, maka Lembaga Pariwisata Tangkahan menyepakati membuat sebuah kerjasama MoU dengan Balai Taman Nasional Gunung Leuser yang ditandatangani pada 22 April 2002 oleh Kepala Balai TNGL saat itu Ir. Awriya Ibrahim MSc selaku pemangku kawasan untuk memberikan hak kelola Taman Nasional kepada masyarakat Desa Namo Sialang dan Desa Sei Serdang melalui Lembaga Pariwisata Tangkahan Njuhang Pinem sebagai ketua umum Lembaga Pariwisata Tangkahan mengatakan bahwa penandatanganan tersebut merupakan hal yang cukup berani dilakukan pada saat itu, karena merupakan dipercayakan atas property right aset kolektif seluas kurang lebih 17.500 ha zona inti TNGL batas administratif desa untuk

pengembangan ekowisata. Sebagai kewajibannya masyarakat Desa Namo Sialang dan masyarakat Desa Sei Serdang bertanggung jawab penuh didalam pengamanan dan kelestarian Taman Nasional Gunung Leuser yang berbatasan dengan wilayah desa tersebut.

Seiring waktu berjalan kekhawatiran banyak pihak tentang penandatanganan tersebut tidak terbukti, malah dapat menjadi moment penting di Taman Nasional Gunung Leuser selanjutnya untuk menginisiasi kolaborasi managemen sebelum diterbitkannya P.19 Tahun 2004 tentang kolaborasi managemen kawasan KPA dan KSA. Kini acuan kolaborasi tersebut serta

berbagai sistem dan strategi pengembangan kawasan telah banyak diadopsi di tingkat nasional dan internasional.

3.2 Letak Geografis

Berdasarkan letak geografis, kawasan ekowisata tangkahan terletak pada 341’1”LU-98 4’28,2”BT. Tangkahan merupakan sebuah kawasan di perbatasan Taman Nasional Gunung Leuser TNGL di sisi Sumatera utara, berada pada ketinggian 130-200 meter di atas permukaan laut. Secara administratif tangkahan termasuk ke dalam Kecamatan Batang Serangan, Kabupaten Langkat, Provinsi Sumatera Utara, tepatnya di dalam Desa Namo Sialang dan Desa Sei Serdang.

Jenis tanah di kawasan ekowisata Tangkahan ini terdiri atas podsolik dan litosol dengan topografi berupa kawsasan landai, berbukit dengan kemiringan yang bervariasi.

Berdasarkan data Lembaga Pariwisata Tangkahan, kawasan yang dikembangkan sebagai salah satu kawasan ekowisata ini termasuk dalam Taman Nasional Gunung Leuser. Secara geografis Tangkahan mempunyai batas-batas sebagai berikut: Sebelah Utara berbatasan dengan perkebunan kelapa sawit milik PTPN II Kuala Sawit. Sebelah Selatan berbatasan dengan perkebunan kelapa sawit milik PT.Ganda Prima. Sebelah Timur berbatasan dengan Dusun Kuala Buluh. Sebelah Barat berbatasan dengan Taman Nasional Gunung Leuser TNGL.

Berdasarkan data yang diperoleh dari Lembaga Pariwisata Tangkahan, kawasan pariwisata alternatif Tangkahan meliputi kawasan ekowisata ± 103 hektar, kawasan perkampungan seluas ± 18.526 hektar, dan kawasan hutan ± seluas 17.653 hektar, sehingga keseluruhan luas kawasan Tangkahan mencapai ± 36.653 hektar.

3.3 Alam dan Iklim

Suhu udara di kawasan ekowisata Tangkahan ini adalah 21,1 C-27,5 C dengan kelembaban yang berkisar antara 80-100. Musim hujan di kawasan ini berlangsung secara merata sepanjang tahun tanpa musim kering yang berarti dengan curah hujan rata-rata 2000-3200 mm tahun. Karena musim hujan yang merata dan kawasan yang rata-rata masih tertutup hutan, air bukanlah masalah di daerah ini. Sebahagian besar kebutuhan air masyarakat di kawasan ini diperoleh dari unsur tanah dan sungai.

3.4 Kependudukan

Kecamatan Batang Serangan memiliki 6 wilayah Desa Sungai Serdang, Namo Sialang, Sungai Musam, Kuala Musam, Sungai Bamban dan Karya Jadi dan 1 wilayah kelurahan yaitu kelurahan Batang Serangan yang merupakan ibukota kecamatan Batang Serangan. Kecamatan Batang Serangan memiliki luas 99. 332 hektar 993, 32 Km2 dengan jumlah penduduk 13.776 jiwa dengan kepadatan penduduk rata-rata 38 jiwakm2. Tiga wilayah desa dalam wilayah administratif Kecamatan Batang Serangan tersebut memiliki berbatasan wilayah hutan Taman Nasional Gunung Leuser yaitu Desa Sungai Serdang, Desa Namo Sialang dan Desa Sungai Musam. Kecamatan Batang Serangan berbatasan di sébelah Utara dengan Kecamatan Sungai Lepan dan Sawit Seberang, di sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Bahorok, sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Padang Tualang dan di sebelah Barat berbatasan dengan kawasan hutan TNGL di wilayah Nangroe Aceh Darussalam NAD.

Kawasan Ekowisata Tangkahan Desa Namo Sialang dan Desa Sei Serdang meliputi 30 wilayah dusun yang terdiri dari dusun masyarakat kampung dan dusun kebun dari keberadaan afdeling perkebunan PTPN II Kebun kuala sawit dan wilayah afdeling perkebunan swasta PT.

Prima dan PT. Puskopad.

3.5 Sosial

Kawasan Ekowisata Tangkahan merupakan kawasan yang mempunyai status sosial yang dianggap cukup baik jika dilihat dari pendapatan perkapitanya, namun jika dilihat dari perbandingan jumlah bangunan sekolah dengan jumlah penduduk, status sosial dianggap rendah karena jumlah bangunan sekolah yang ada tidak cukup menampung semua warga yang wajib sekolah dan yang sedang bersekolah.

3.6 Gambaran Umum Ekowisata Tangkahan Gambar 3.1

Tangkahan Visitor Center

Dokumentasi Pribadi Rio Fahmi Huseini R, Tahun 2018

Gambar diatas adalah Tangkahan Visitor Center yang biasa digunakan wisatawan untuk menanyakan apa saja paket wisata yang ada di Tangkahan. Tangkahan adalah sebuah kawasan di

Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL), Kabupaten Langkat, Sumatera Utara. Tangkahan diapit oleh Desa Namo Sialang dan Desa Sei Serdang. Kombinasi dari vegetasi hutan hujan tropis dan topografi yang berbukit, menjadikan Tangkahan sebagai tempat yang ideal untuk berwisata. Sungai Buluh dan Batang Serangan yang membelah hutan ini merupakan tipe sungai khas hutan tropis, dilengkapi dengan beraneka ragam jenis tumbuhan aneka warna dan tebing bercorak di sepanjang sungai. Air sungai yang jernih dan bernuansa hijau menciptakan panorama dan atmosfer yang alami. Akses menuju Tangkahan dapat ditempuh dengan perjalanan darat dari Kota Medan Sumatera Utara. Dilanjutkan melewati Kota Binjai dengan kendaraan umum melalui terminal bus Pinang Baris Medan. Jarak Medan–Tangkahan sekitar 110 kilometer. Dapat juga di tempuh dengan menggunakan kendaraan pribadi dengan waktu tempuh sekitar 3,5 jam dari Kota Medan. Tangkahan adalah salah satu destinasi wisata yang potensial untuk dikembangan dikarenakan menawarkan sejumlah panorama alam yang indah dan sungai yang jernih dengan keadaan alam yang sejuk.

BAB IV PEMBAHASAN

4.1 Potensi Wisata Tangkahan

Setiap destinasi wisata harus memiliki daya tarik wisata untuk dapat menarik minat wisatawan untuk datang berkunjung. Tangkahan yang berada di kawasan Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL) Kabupaten Langkat Sumatera Utara ini memiliki potensi wisata yang cukup menjanjikan untuk dikembangkan baik itu potensi wisata alamnya maupun potensi wisata buatan manusia.

4.1.1 Potensi Wisata Alam

Gambar 4.1

Potensi Wisata Alam Tangkahan

Dokumentasi Pribadi Rio Fahmi Huseini R, Tahun 2018.

Dilihat dari gambar diatas bahwa potensi wisata alam Tangkahan sebagai destinasi wisata cukup baik, karena menawarkan keindahan pemandangan hutan hujan tropis, topografi yang berbukit dan udara segar yang menyejukkan (something to see). Tangkahan banyak dikunjungi wisatawan mancanegara karena pemandangan alamnya. Tak heran jika turis mancanegara menyebut Tangkahan sebagai The Hidden Paradise di Sumatera Utara.

Selain melihat pemandangan yang indah, Tangkahan ini salah satu tempat dimana ada 7 gajah yang bisa dimanfaatkan untuk tracking. Tracking disini maksudnya adalah wisatawan akan diajak masuk kedalam hutan dengan menunggang gajah. Gajah yang ditunggangi para wisatawan adalah gajah-gajah terlatih yang juga digunakan untuk patroli atau melindungi Taman Nasional dari kegiatan ilegal seperti pemburuan, perambahan, dan tentu saja illegal loging. Dilihat dari segi daya tariknya sangat baik dan didukung dengan iklim yang nyaman sehingga potensial untuk dikembangkan.

4.1.2 Potensi Wisata Buatan Manusia

Selain potensi wisata alam, Tangkahan juga memiliki potensi wisata buatan manusia yang tidak kalah menarik dari potensi alamnya. Potensi wisata buatan manusia menjadi daya tarik tambahan agar wisatawan mau berkujung ke Tangkahan. Daya tarik wisata buatan manusia yang ada di Tangkahan seperti wahana permainan air,dan spot untuk berfoto. Dapat dilihat dari gambar berikut ini,

Gambar 4.2

Wahana Permainan Air (Tubing)

Dokumentasi Pribadi Rio Fahmi Huseini R, Tahun 2018.

Gambar 4.3 Spot Foto

Dokumentasi Pribadi Rio Fahmi Huseini R, Tahun 2018.

Gambar diatas adalah potensi wisata buatan manusia yang ada di Tangkahan yang dapat menarik wisatawan untuk berkunjung ke Tangkahan, dimana terdapat seperti tubing dan spot foto berbentuk sarang burung.

4.2 Kendala yang Dihadapi Pihak Stakeholder Dalam Pengembangan Wisata Tangkahan Guna peningkatan Kunjungan Wisatawan

Dalam proses pengembangan potensi Tangkahan sebagai destinasi wisata tidak terlepas dari kendala-kendala yang dihadap oleh pihak stakeholder seperti :

1. Keterbatasan Sarana dan Prasarana Wisata

Kawasan Tangkahan dalam pengadaan sarana dan prasarana belum tersedia dengan baik.

Kawasan Tangkahan dalam pengadaan sarana dan prasarana belum tersedia dengan baik.

Dokumen terkait