• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2. Pengertian Prestasi Belajar

Pengertian prestasi belajar menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka yang diberikan oleh guru. Prestasi merupakan apa yang telah dicapai oleh siswa setelah melakukan kegiatan belajar (Tohirin, 2006: 151).

Dimyati & Mudjiono (2010: 4-5) mengungkapkan bahwa prestasi belajar adalah suatu pencapaian tujuan pengajaran yang ditunjukan dengan peningkatan kemampuan mental siswa. Prestasi belajar ini sebagai dampak pengajaran dan dampak pengiring. Dampak pengajaran adalah hasil yang dapat diukur, seperti tertuang dalam rapor, angka dalam ijazah, atau kemampuan meloncat setelah latihan. Dampak pengiring adalah terapan pengetahuan dan kemampuan di bidang lain, suatu transfer belajar. Syah (2005: 141), mengemukakan bahwa prestasi adalah tingkat keberhasilan siswa mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam

17

sebuah program. Prestasi merupakan kemampuan nyata siswa sebagai hasil dari melakukan atau usaha kegiatan belajar dan dapat diukur hasilnya.

Sukmadinata (2005: 102) mengemukakan bahwa prestasi belajar adalah realisasi atau pemekaran dari kecakapan potensial/kapasitas yang dimiliki seseorang. Penguasaan hasil belajar oleh siswa dapat dilihat dari perilakunya, baik perilaku dalam bentuk penguasaan pengetahuan, keterampilan berpikir maupun keterampilan motorik. Suryabrata (2006: 297), mengartikan prestasi belajar sebagai nilai yang merupakan perumusan terakhir yang diberikan oleh guru mengenai kemajuan atau hasil belajar murid-muridnya selama masa tertentu. Sedangkan Djamarah (2011: 19) menjelaskan prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan, baik secara individual maupun kelompok.

Tohirin (2006: 151) mengemukakan bahwa pencapaian prestasi belajar atau hasil belajar siswa, merujuk kepada aspek-aspek kognitif, afektif dan psikomotor. Oleh karena itu, ketiga aspek di atas menjadi indikator prestasi belajar. Artinya, prestasi belajar harus mencakup aspek-aspek kognitif, afektif dan psikomotor. Namun, dalam penelitian ini hanya mengukur aspek kognitif siswa. Anderson & Krathwohl (2015: 99-133) mengemukakan kategori-kategori dalam dimensi proses kognitif, sebagai berikut.

a. Mengingat (C1)

Proses mengingat adalah mengambil pengetahuan yang dibutuhkan dari memori jangka panjang (Anderson & Krathwohl, 2015: 99). Pengetahuan yang dibutuhkan ini boleh jadi pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, atau

18

metakognitif, serta kombinasi dari beberapa pengetahuan ini. Proses-proses kognitif dalam kategori mengingat, meliputi:

1) mengenali atau mengidentifikasi, yaitu menempatkan pengetahuan dalam memori jangka panjang yang sesuai dengan pengetahuan tersebut, misalnya mengenali tanggal terjadinya peristiwa-peristiwa penting dalam sejarah Indonesia,

2) mengingat kembali atau mengambil, yaitu mengambil pengetahuan yang dibutuhkan dalam memori jangka panjang, misalnya mengingat kembali tanggal peristiiwa-peristiwa penting dalam sejarah Indonesia.

b. Memahami (C2)

Proses memahami adalah mengkonstruksi makna dari materi pembelajaran, termasuk apa yang diucapkan, ditulis, dan digambar oleh guru (Anderson & Krathwohl, 2015: 100). Proses-proses kognitif dalam kategori memahami, meliputi:

1) menafsirkan, atau memiliki nama lain mengklarifikasi, memparafrasakan, merepresentasi, dan menerjemahkan, merupakan mengubah satu bentuk gambaran menjadi bentuk lain, misalnya memparafrasakan ucapan dan dokumen penting,

2) mencontohkan, atau mengilustrasikan, atau memberi contoh, yaitu menemukan contoh atau ilustrasi tentang konsep atau prinsip, misalnya memberi contoh tentang aliran-aliran seni lukis,

19

3) mengklasifikasikan, atau mengategorikan, atau mengelompokkan, yaitu menentukan sesuatu dalam satu kategori, misalnya mengklasifikasikan kelainan-kelainan mental yang telah diteliti atau dijelaskan,

4) merangkum, atau mengabstraksi, atau menggeneralisasi, yaitu mengabstraksikan tema umum atau poin-poin pokok, misalnya menulis ringkasan pendek tentang peristiwa-peristiwa yang ditayangkan di televisi, 5) menyimpulkan, atau menyarikan, atau mengekstrapolasi, atau

menginterpolasi, atau memprediksi, yaitu membuat kesimpulan yang logis dari informasi yang diterima, misalnya dalam belajar bahasa asing, menyimpulkan tata bahasa berdasarkan contoh-contohnya,

6) membandingkan, atau mengontraskan, atau memetakan, atau mencocokkan, yaitu menentukan hubungan antara dua ide, dua objek, dan semacamnya, misalnya membandingkan peristiwa-peristiwa sejarah dengan keadaan sekarang,

7) menjelaskan atau membuat model, yaitu membuat model sebab-akibat dalam sebuah sistem, misalnya menjelaskan sebab-sebab terjadinya peristiwa-peristiwa penting pada abad ke-18 di Indonesia.

c. Mengaplikasikan (C3)

Proses mengaplikasikan adalah menerapkan atau menggunakan suatu prosedur dalam keadaan tertentu (Anderson & Krathwohl, 2015: 101). Proses-proses kognitif dalam kategori mengaplikasikan, meliputi:

20

1) mengeksekusi atau melaksanakan, yaitu menerapkan suatu prosedur pada tugas yang familier, misalnya membagi satu bilangan dengan bilangan lain, kedua bilangan ini terdiri dari beberapa digit,

2) mengimplementasikan atau menggunakan, yaitu menerapkan suatu prosedur pada tugas yang tidak familier, misalnya menggunakan hukum Newton kedua pada konteks yang tepat.

d. Menganalisis (C4)

Proses menganalisis adalah memecah-mecah materi menjadi bagian-bagian penyusunnya dan menentukan hubungan-hubungan antarbagian-bagian itu dan hubungan antara bagian-bagian tersebut dan keseluruhan struktur atau tujuan (Anderson & Krathwohl, 2015: 101). Proses-proses kognitif dalam kategori menganalisis, meliputi:

1) membedakan, atau menyendirikan, atau memilah, atau memfokuskan, atau memilih, yaitu membedakan bagian materi pelajaran yang relevan dari yang tidak relevan, bagian yang penting dari yang tidak penting, misalnya membedakan antara bilangan yang relevan dan bilangan yang tidak relevan dalam soal cerita matematika,

2) mengorganisasikan, atau menemukan koherensi, atau memadukan, atau membuat garis besar, atau mendeskripsikan peran, atau menstrukturkan, yaitu menentukan bagaimana elemen-elemen bekerja atau berfungsi dalam sebuah struktur, misalnya menyusun bukti-bukti dalam cerita sejarah jadi bukti-bukti yang mendukung dan menentang suatu penjelasan historis,

21

3) mengatribusikan atau mendekonstruksi, yaitu menentukan sudut pandang, bias, nilai, atau maksud di balik materi pelajaran, misalnya menunjukkan sudut pandang penulis suatu esai sesuai dengan pandangan politik si penulis. e. Mengevaluasi (C5)

Proses mengevaluasi adalah mengambil keputusan berdasarkan kriteria dan/atau standar (Anderson & Krathwohl, 2015: 102). Proses-proses kognitif dalam kategori mengevaluasi, meliputi:

1) memeriksa, atau mengoordinasi, atau mendeteksi, atau memonitor, atau menguji, yaitu menemukan inkonsistensi atau kesalahan dalam suatu proses atau produk; menentukan apakah suatu proses atau produk memiliki konsistensi internal; menemukan efektivitas suatu prosedur yang sedang dipraktikkan, misalnya memeriksa apakah kesimpulan-kesimpulan seorang ilmuwan sesuai dengan data-data amatan atau tidak,

2) mengkritik atau menilai, yaitu menemukan inkonsistensi antara suatu produk dan kriteria eksternal; menentukan apakah suatu produk memiliki konsistensi eksternal; menemukan ketepatan suatu prosedur untuk menyelesaikan masalah, misalnya menentukan satu metode terbaik dari dua metode untuk menyelesaikan suatu masalah.

f. Mencipta (C6)

Proses mencipta adalah memadukan bagian-bagian untuk membentuk sesuatu yang baru dan koheren atau untuk membuat suatu produk yang orisinal (Anderson & Krathwohl, 2015: 102). Proses-proses kognitif dalam kategori mencipta, meliputi:

22

1) merumuskan atau membuat hipotesis, yaitu membuat hipotesis-hipotesis berdasarkan kriteria, misalnya membuat hipotesis tentang sebab-sebab terjadinya suatu fenomenon,

2) merencanakan atau mendesain, yaitu merencanakan prosedur untuk menyelesaikan suatu tugas, misalnya merencanakan proposal penelitian tentang topik sejarah tertentu,

3) memproduksi atau mengkonstruksi, yaitu menciptakan suatu produk, misalnya membuat habitat untuk spesies tertentu demi suatu tujuan.

Dari beberapa pendapat ahli di atas, dalam penelitian ini merujuk pendapat Suryabrata (2006: 297) yang mengatakan bahwa prestasi belajar sebagai nilai yang merupakan perumusan terakhir yang diberikan oleh guru mengenai kemajuan atau hasil belajar murid-muridnya selama masa tertentu. Dengan demikian, prestasi belajar yang diukur dalam penelitian ini adalah ranah kognitif siswa.

Dokumen terkait