BAB II KAJIAN TEORITIS
A. Deskripsi Teoritis
4. Pengertian Sikap dan Pembentukannya
Dalam arti yang sempit sikap adalah pandangan atau kecenderungan mental. Mengutip dari Bruno (1987), Muhibbin Syah menjelaskan bahwa sikap adalah kecenderungan yang relatif menetap untuk bereaksi dengan cara baik atau buruk terhadap orang lain atau berang tertentu. Dengan demikian, pada prinsipnya sikap itu dapat kita anggap sebagai suatu kecenderungan siswa untuk bertindak dengan cara tertentu.41
Sikap didefinisikan sebagai kecenderungan dalam subyek menerima atau menolak suatu obyek berdasarkan penilaian terhadap obyek itu sebagai obyek yang baik atau tidak baik.42 Menurut Gagne dalam Ratna Wilis Dahar (1990), sikap merupakan pembawaan yang dapat dipelajari, dan dapat mempengaruhi perilaku seseorang terhadap benda-benda, kejadian-kejadian, atau makhluk hidup lainnya. Sekelompok sikap yang penting ialah sikap-sikap kita terhadap orang lain.43
Sikap diasumsikan sebagai pola mengadakan respons yang dimiliki, lebih tepat dipelajari seseorang. Sikap seseorang dapat diperoleh dan menghasilkan kepuasan dalam pemenuhan kebutuhan.44 W.J. Thomas dalam Abu Ahmadi (1985), memberi batasan sikap sebagai suatu kesadaran individu yang menentukan perbuatan-perbuatan yang nyata ataupun yang mungkin akan terjadi di dalam kegiatan-kegiatan sosial.45
Dari definisi tentang sikap di atas, dapat disimpulkan bahwa sikap merupakan suatu kesediaan untuk bereaksi dan melakukan tindakan yang merupakan reaksi terhadap sesuatu atau objek tertentu yang berasal dari dalam maupun luar dirinya.
41
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Suatu Pendekatan Baru, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1996), h. 120
42
W.S Winkel, op.cit, h. 72 43
Ratna Wilis Dahar, op. cit, h. 140 44
Samuel Soeitoe, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Lembaga Penerbit FE UI, 1982), h. 55 45
Sikap terhadap objek, gagasan, atau orang tertentu merupakan orientasi yang bersifat menetap dengan komponen-komponen sebagai berikut:46
a. Komponen kognitif
Komponen kognitif terdiri dari seluruh kognisi yang dimiliki seseorang mengenai objek sikap tertentu, fakta, pengetahuan, dan keyakinan tentang objek. b. Komponen afektif
Komponen afektif menyangkut perasaan atau emosi seseorang terhadap objek, terutama penilaian.
c. Komponen Perilaku
Komponen perilaku terdiri dari kesiapan seseorang untuk bereaksi atau kecenderungan untuk bertindak terhadap objek.
Sikap menentukan jenis atau tabiat tingkah laku dalam hubungannya dengan perangsang yang relevan, orang-orang atau kejadian-kejadian. Dapat dikatakan bahwa sikap merupakan factor internal, tetapi tidak semua factor internal adalah sikap. Adapun cirri-ciri sikap adalah sebagai berikut:47
a. Sikap itu dipelajari (learnabilty)
Sikap merupakan hasil belajar. Beberapa sikap dipelajari tidak sengaja tanpa kesadaran kepada sebagian individu. Barangkali yang terjadi adalah mempelajari sikap dengan sengaja bila individu mengerti bahwa hal itu akan membawa lebih baik (untuk dirinya sendiri), membantu tujuan kelompok, atau memperoleh sesuatu nilai yang sifatnya perseorangan.
b. Memiliki kestabilan (stability)
Sikap bermula dari dipelajari, kemudian menjadi lebih kuat, tetap dan stabil melalui pengalaman.
c. Personal-sosietal significancy
Sikap melibatkan hubungan antara seseorang dan orang lain dan juga antara orang dan barang atau situasi.
d. Berisi kognisi dan affeksi
Komponen kognisi daripada sikap adalah berisi informasi yang factual, misalnya: obyek itu dirasakan menyenangkan atau tidak menyenangkan.
e. Approach-Avoidance directionality
46
David o. Sears, et. al., Psikologi Sosial, (Jakarta: Erlangga, 1999), h. 138 47
Bila seseorang memiliki sikap yang favorable terhadap sesuatu obyek, mereka akan mendekati dan membantunya, sebaliknya bila seseoran memiliki sikap yang unfavorable, mereka akan menghindarinya.
Sikap seseorang tidak dibawa sejak lahir, tetapi harus dipelajari selama perkembangan hidupnya. Karena itulah sikap selalu berubah-ubah dan dapat dipelajari. Sikap tidak semata-mata berdiri sendiri, melainkan selalu berhubungan dengan suatu obyek.
Proses pembentukan sikap berdasarkan teori insentif adalah proses menimbang baik-buruknya berbagai kemungkinan posisi dan kemudian mengambil alternatif yang terbaik. Salah satu versi terkenal dari pendekatan insentif terhadap sikap adalah teori respons kognitif (Green-wald, 1968; Petty, 1981). Teori ini mengasumsikan bahwa seseorang memberi respons terhadap suatu komunikasi dengan beberapa pikiran positif atau negatif, dan bahwa pikiran-pikiran ini sebaliknya menentukan apakah orang akan mengubah sikapnya sebagai akibat komunikasi atau tidak.48
Berdasarkan teori insentif tersebut, sikap tidak terbentuk dengan sendirinya, melainkan terbentuk akibat dari adanya interaksi serta komunikasi antar sesama manusia terhadap obyek tertentu. Interaksi tersebut akan mengubah sikap seseorang ke arah yang dia sukai.
Ada banyak faktor yang mempengaruhi terbentuknya sikap yang secara garis besar dibagi dua, yaitu faktor intern dan ekstern. Faktor intern adalah faktor-faktor yang terdapat dalam diri orang yang bersangkutan sendiri, seperti selektifitas. Sedangkan faktor ekstern adalah faktor-faktor pembentukan sikap yang terdapat dari luar diri seseorang, diantaranya: 49
a. Sifat obyek yang dijadikan sasaran sikap. b. Kewibawaan orang yang mengemukakan sikap.
c. Sifat orang atau kelompok yang mendukung sikap tersebut. d. Media komunikasi yang digunakan dalam menyampaikan sikap. e. Situasi pada saat sikap itu dibentuk.
Bahan pelajaran, media dan sumber yang dipelajari oleh siswa, kesemuanya akan membentuk sikap siswa, sehingga guru harus bisa menyeleksi dan mengolah bahan dan sumber belajar siswa sehingga dapat mencapai hasil
48
David o. Sears, et. al., op. cit, h. 144 49
belajar yang optimal. Sikap siswa yang positif sama dengan tujuan pendidikan itu sendiri. Selain itu interaksi yang terjadi dalam proses belajar mengajar bisa membentuk sikap siswa.Hal ini dalam pendidikan dikenal sebagai bentuk kerjasama antar siswa maupun kerjasama antar siswa dengan guru, dimana siswa merupakan afiliasi dari kelompok belajar di dalam kelas.
Dari beberapa pendapat para ahli di atas, kita dapat menyimpulkan bahwa dalam pembentukan sikap terdapat faktor intern dan ekstern yang mempengaruhinya. Pada kenyataannya faktor ekstern memiliki peranan yang lebih besar dalam mempengaruhi pembentukan sikap seseorang. Hal ini karena manusia sebagai makhluk sosial selalu berinteraksi dengan sesamanya sehingga dari interaksi tersebut akan membentuk sikap ke arah yang dia sukai.