• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

B. Pengertian Status Identitas

Pandangan-pandangan kontemporer tentang pembentukan identitas pada prinsipnya merupakan elaborasi dari teori psikososial Erikson. Pandangan yang paling terkenal adalah pandangan Marcia. Seperti halnya Erikson, Marcia juga percaya bahwa pembentukan identitas merupakan tugas utama yang harus diselesaikan selama masa remaja. Dalam hal ini Marcia menulis : ”The formation

of an ego identity is a major event in the development of personality. Occuring during late adolescence, the consolidation of identity marks the end of childhood and the beginning of adulthood” (Marcia dalam Desmita, 2005).

Proses pencapaian status identitas yang diawali dengan masa ekplorasi dimulai pada masa remaja. Diharapkan pada tahap perkembangan selanjutnya individu telah memiliki suatu komitmen yang menandakan dimilikinya suatu identitas tertentu. Archer (dalam Santrock), mengungkapkan, banyak peneliti status identitas yakin bahwa pola umum individu yang mengembangkan identitas-identitas yang positif mengikuti siklus ”MAMA” moratorium-achiever-moratorium-achiever Siklus ini dapat diciptakan sepanjang hidup (Francis, Fraser, dan Marcia, 1989, dalam Santrock, 2002). Perubahan-perubahan pribadi, keluarga, dan masyarakat tidak dapat dihindari, dan ketika perubahan- perubahan itu terjadi, fleksibilitas dan keterampilan individu sangat berperan penting dalam memfasilitasi perubahan-perubahan tersebut. Alan Waterman (dalam Santrock, 2002) mengungkapkan, beberapa peneliti meyakini

perubahan-perubahan identitas yang paling penting terjadi di masa muda daripada di masa remaja awal.

Marcia (dalam Santrock, 2003), mengembangkan metode interview untuk mengukur ego identity. Marcia menggunakan dua kriteria, yaitu krisis (atau sering disebut juga eksplorasi) dan komitmen. Eksplorasi adalah tingkat dimana individu mulai melihat dan mencoba-coba berbagai alternatif arah dan kepercayaan (peran dan ide-ide) yang ditemui, sedangkan komitmen adalah pemilihan beberapa alternatif dari sejumlah alternatif yang telah dicobanya serta mulai

mengidentifikasikan dirinya dengan alternatif-alternatif tersebut. Dalam penelitian itu, Marcia melakukan proses wawancara tentang status identitas yang meliputi pertanyaan-pertanyaan dalam tiga area (namun dapat dimodifikasi sesuai dengan usia interviewee), yaitu pekerjaan, ideologi dan nilai hubungan antar pribadi.

Marcia mendefinisikan 4 model status identitas, yaitu (1) Identity Foreclosure, (2) Identity diffusion, (3) Identity Moratorium dan (4) Identity achievement, sebagai berikut :

1. Identity Achievement (Pencapaian Identitas)

Identity Achievement adalah status dari seseorang yang telah menyelesaikan periode eksplorasi (krisis) dan telah membuat komitmen dalam berbagai area tertentu. Ciri-ciri orang yang memiliki status identitas ini adalah mantap, mampu memberikan alasan untuk pilihan mereka dalam berbagai area, mampu menggambarkan bagaimana komitmen tersebut dapat dipilih, mampu menghadapi stress, tahan terhadap pengaruh lingkungan yang dapat mengubah harga dirinya, telah menginternalisasi proses pengaturan diri sendiri, peka terhadap harapan lingkungan. Atau dengan kata lain mereka membuat komitmen tentang pilihan ini berdasarkan self constructed yaitu identitas yang ditemukan ini bukanlah identitas yang terakhir, tetapi mereka akan berusaha memodifikasinya terus-menerus sesuai dengan pengalaman mereka.

Dari penjelasan diatas maka dapat disimpulkan Identity Achievement

a) Mampu membuat pilihan dengan mantap dan mampu memberikan alasan untuk pilihan tersebut di berbagai area.

b) Mempunyai komitmen .

c) Mampu memberikan alasan untuk pilihannya. d) Mampu menghadapi stress

e) Mampu bertahan terhadap dari pengaruh lingkungan yang dapat mengubah harga diri

2. Identity Moratorium (Penundaan Identitas)

Seseorang yang memiliki status identitas moratorium adalah seseorang yang sekarang ini tengah mengalami krisis. Mereka belum membuat komitmen tetapi mereka sekarang sedang berjuang secara aktif untuk mencapainya. Ciri-ciri orang dengan status identitas moratorium adalah mereka memiliki kemampuan untuk berpikir secara jernih dalam kondisi stres dan tahan terhadap pengaruh lingkungan yang dapat mengubah harga dirinya.

Dari penjelasan diatas maka dapat disimpulkan Identity Moratorium

memiliki indikator sebagai berikut :

a) Belum mempunyai komitmen pada area tertentu tapi berjuang secara aktif untuk mencapainya

b) Berada dalam masa krisis menentukan komitmen atau pilihan

c) Individu berusaha membentuk komitmen dengan cara kompromi menyatukan pendapat lingkungan (orang tua, teman, dan lain-lain) dengan potensi yang dimilikinya.

3. Identity Foreclosure (Pencabutan Identitas)

Status dari orang-orang yang telah membuat suatu komitmen tanpa pemikiran atau pertimbangan yang matang disebut foreclosure. Komitmen ini dibuat tanpa melalui tahap krisis (exploration). Mereka telah memilih suatu pekerjaan, agama, atau pandangan ideologi, Tetapi pemilihan ini dibuat terlalu awal (tanpa pertimbangan dan keputusan sendiri). Pilihan-pilihan tersebut lebih ditentukan oleh orang tua daripada oleh mereka sendiri. Misalnya memutuskan untuk menjadi seorang dokter bedah karena ayah dan kakeknya adalah seorang dokter bedah. Mereka membuat suatu keputusan tanpa mengetahui apa akibatnya di masa yang akan datang.

Berdasarkan wawancara selama penelitian yang dilakukan oleh Marcia, orang-orang yang tergolong foreclosure memiliki hubungan yang lebih dekat dengan orang tuanya. Kedekatan dengan orang tua atau keluarganya ini, termasuk dalam hal membuat suatu keputusan yang penting bagi hidupnya. Masa kanak-kanaknya sampai remaja dilalui dengan lancar dan dengan sedikit konflik. Hal inilah yang menyebabkan krisis identitas tidak muncul.

Dari penjelasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa Identity Foreclosure memiliki indikator sebagai berikut :

a) Sudah memiliki komitmen pada area tertentu berdasarkan keputusan yang ada tanpa pemikiran yang matang.

b) Belum pernah mengalami tahap krisis dalam menentukan pilihan dalam area tertentu.

c) Orang tua otoriter, sehingga individu tidak mampu membuat pilihan pada area tertentu.

d) Individu tidak mampu mengeksplorasi potensi atau kemampuan yang dimilikinya.

4. Identity Diffusion (Penyebaran Identitas)

Seseorang dengan Identity Diffusion tidak mengalami tahap krisis dan tidak pula membuat suatu komitmen. Hal ini mungkin terjadi karena mereka belum memasuki tahap krisis ataupun karena mereka seakan-akan menjauh dari pencarian identitas. Ada 2 bentuk Identity Diffusion yaitu (1) apatis, hal ini menyebabkan mereka merasa tidak memiliki tempat dan mengalami isolasi sosial, (2) cenderung kompulsif (Berzonsky, Nelmeyer, 1994, dan Donovan 1975, dalam Soekandar & Bernadetta, 2001).

Dari wawancara penelitian Marcia diketahui bahwa orang yang memiliki status identitas ini memiliki jarak dengan orang tua mereka. Hal ini menunjukkan adanya masalah dalam perkembangan psikososial yang pertama yaitu Basic Trust. Ciri-ciri orang yang memiliki Identity diffusion adalah sulit berpikir di bawah tekanan dan mengikuti harapan-harapan lingkungan (dengan kata lain mudah terpengaruh).

Dari penjelasan di atas maka dapat disimpulkan, Identity Diffusion

mempunyai indikator sebagai berikut : a) Belum mampu membuat komitmen. b) Mudah putus asa.

c) Cenderung kompulsif.

d) Memiliki jarak dengan orang tuanya (baik fisik dan psikis). e) Mengalami isolasi sosial.

f) Tidak memiliki minat terhadap pekerjaan dan ideologi tertentu . g) Sulit berpikir dibawah tekanan

h) Individu mudah terpengaruh lingkungan berhubungan dengan harga dirinya.

Dengan demikian pengertian Status Identitas dalam penelitian ini adalah suatu keadaan dimana seseorang mampu membuat pilihan dalam berbagai area kehidupan (kesehatan, pekerjaan, seksual, pendidikan, hubungan interpersonal), mempunyai komitmen dengan baik terhadap area kehidupan tersebut, mampu menghadapi stress saat memiliki permasalahan dalam hidup, selalu dapat berproses kearah yang lebih positif, serta mampu bertahan dari pengaruh negatif lingkungan.

C. Orang dengan HIV dan AIDS (ODHA)

Dokumen terkait