• Tidak ada hasil yang ditemukan

URAIAN TEORITIS

2.2 Kerangka Teori

2.2.2. Strategi Komunikasi

2.2.2.1. Pengertian Strategi Komunikasi

Strategi Komunikasi terdiri dari dua suku kata yaitu strategi dan komunikasi. Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata strategi dan komunikasi dapat diartikan secara harfiah sebagai berikut:

1. Strategi adalah rencana yang cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran khusus, sesuatu yang patut dikerjakan demi kelancaran komunikasi

2. Komunikasi adalah pengiriman dan penerimaan pesan atau berita antara dua orang atau lebih sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami 3. Strategi komunikasi adalah sesuatu yang patut dikerjakan dan diusahakan

demi terciptanya kelancaran komunikasi.

Strategi komunikasi menurut Hafied Cangara adalah (Cangara, 2013:30):

1. Strategi yang mengakumulasikan, menjelaskan dan mempromokan suatu visi dan satuan komunikasi dalam suatu rumusan yang baik.

2. Strategi untuk menciptakan komunikasi yang konsisten, komunikasi yang dilakukan berdasarkan suatu pilihan (keputusan) dari beberapa opsi komunikasi.

3. Strategi berbeda dengan taktik. Strategi komunikasi menjelaskan tahapan konkret dalam rangkaian aktivitas komunikasi yang berbasis pada satuan teknik bagi pengimplentasian tujuan komunikasi. Adapun taktik adalah satu pilihan tindakan komunikasi tertentu berdasarkan strategi yang telah ditetapkan sebelumnya.

4. Adalah tujuan akhir komunikasi, strategi berperan memfasilitasi perubahan perilaku untuk mencapai tujuan komunikasi manajemen.

(Liliweri, 2011:239-240).

Carl I. Hovland, seorang sarjana psikologi yang menaruh perhatian pada perubahan sikap. Menurutnya, Ilmu komunikasi adalah “suatu usaha yang sistematis untuk merumuskan secara tegas azas-azas dan atas dasar azas-azas tersebut disampaikan informasi serta dibentuk pendapat dan sikap ( a sytematic attempt to formulate in rigorous fashion in the principles by which information is transmitted and opinions and attitudes are formed). Adapun mengenai komunikasinya sendiri, Hovland merumuskan sebagai “proses dimana seseorang (komunikator) menyampaikan perangsang–perangsang untuk merubah tingkah laku orang lain. Dari defenisi tersebut dapat kita ketahui bahwa komunikasi mempelajari dan meneliti perubahan sikap dan pendapat yang diakibatkan oleh informasi yang disampaikan oleh seeorang kepada orang lain (Purba, 2006:28).

Strategi komunikasi merupakan paduan dari perencanaan komunikasi dan manajemen komunikasi untuk mencapai suatu tujuan. Strategi komunikasi harus didukung oleh teori, karena teori merupakan pengetahuan berdasarkan pengalaman (empiris) yang sudah di uji kebenarannya. Banyak teori komunikasi yang telah dijelaskan oleh para ahli, namun rumus Harold D. Lasswell merupakan salah satu cara yang terbaik untuk menerangkan kegiatan komunikasi yang bisa menjadi pendukung strategi komunikasi yaitu dengan menjawab pertanyaan“Who Says What in Which Channel to Whom With What Effect?”

Untuk lebih jelasnya, dalam strategi komunikasi segala sesuatunya harus dipertautkan dengan komponen-komponen yang merupakan jawaban terhadap pertanyaan dalam rumus Lasswell tersebut; Who? (siapakah komunikatornya), Says What? (pesan apa yang disampaikannya), in Which Channel? (media apayang digunakannya), to Whom? (siapa komunikannya), dan With What Effect (efek apa yang diharapkan).

Korelasi Antarkomponen dalam Strategi Komunikasi.

1. Mengenali Sasaran Komunikasi

Sebelum kita melancarkan komunikasi, kita perlu mempelajari siapa-siapa yang akan menjadi sasaran komunikasi kita itu. Sudah tentu ini bergantung pada tujuan komunikasi, apakah agar komunikan hanya sekadar mengetahui (dengan metoode informatif), atau agar komunikan melakukan tindakan tertentu (metode persuasif atau instruktif). Apa pun tujuannya, metodenya, dan banyak sasaran, pada diri komunikan perlu diperhatikan faktor-faktor sebagai berikut:

a. Faktor kerangka referensi

Pesan komunikasi yang akan disampaikan kepada komunikan harus disesuaikan dengan kerangka referensi (field to experience).

Kerangka referensi seseorang terbentuk dalam dirinya sebagai hasil dari paduan pengalaman, pendidikan, gaya hidup, norma hidup, status sosial, ideologi, cita-cita dan sebagainya.

b. Faktor situasi dan kondisi

Yang dimaksud dengan situasi di sini ialah situasi komunikasi pada saat komunikan akan menerima pesan yang kita sampaikan.

Situasi yang bisa menghambat jalannya komunikasi dapat diduga sebelumnya, dapat juga datang tiba-tiba pada saat komunikasi dilancarkan. Sedangkan yang dimaksukan dengan kondisi di sini ialah state of personality komunikan, yaitu keadaan fisik dan psikis komunikan pada saat ia menerima pesan komunikasi.

Ini menjelaskan bahwa sebelum menyampaikan pesan kepada komunikan, komunikator harus mengenal khalayaknya terlebih dahulu. Khalayak (komunikan) itu aktif, sehingga antara komunikator dengan komunikan, bukan saja terjadi saling berhubungan, tetapi juga dapat saling mempengaruhi.

2. Pemilihan Media Komunikasi

Untuk mencapai sasaran komunikasi kita dapat memilih salah satu atau gabungan dari beberapa media, bergantung pada tujuan yang akan dicapai, pesan yang akan disampaikan, dan teknik yang akan dipergunakan.

Menurut Machfoedz (2010:6), macam-macam media komunikasi adalah sebagai berikut:

a. Media atau saluran komunikasi langsung yang terdiri dari dua atau lebih orang yang saling berkomunikasi secara langsung.

Komunikasi dapat berupa tatap muka, melalui telepon atau melalui surat. saluran komunikasi langsung merupakan Saluran yang efektif karena memungkinkan untuk berbicara dan memberikan umpan baik secara langsung.

b. Media komunikasi ada banyaknya jumlahnya, mulai dari yang tradisional sampai yang modern yang saat ini banyak digunakan.

Sebelum memilih media komunikasi, komunikator harus menyusun pesan apa yang akan disampaikan. Menyusun pesan yaitu menentukan tema dari materi pesan. Syarat utama dalam mempengaruhi khalayak dari pesan tersebut ialah mampu membangkitkan perhatian. Awal efektifitas dalam komunikasi ialah bangkitnya perhatian dari khalayak terhadap pesan-pesan yang disampaikan.

3. Pengkajian Tujuan Pesan Komunikasi

Pesan komunikasi (message) mempunyai tujuan tertentu. Ini menetukan teknik yang harus diambil, apakah itu teknik informasi, teknik persuasi atau teknik instruksi.

4. Peranan Komunikator dalam Komunikasi

Ada faktor yang penting pada diri komunikator bila ia melancarkan komunikasi, yaitu daya tarik sumber (source attractiveness) dan kredibilitas sumber ( source credibility).

a. Daya tarik sumber. Seorang komunikator akan berhasil dalam komunikasi, akan mampu mengubah sikap, opini dan perilaku b. Komunikan melalui mekanisme daya tarik jika pihak komunikan

merasa bahwa komunikator ikut serta dengannya.

c. Kredibilitas sumber. Faktor kedua yang bisa menyebabkan komunikasi berhasil ialah kepercayaan komunikan pada komunikator. Kepercayaan ini banyak bersangkutan dengan profesi atau keahlian yang dimiliki seorang komunikator.

Selain itu, Marhaeni Fajar juga menyatakan perumusan strategi dan peranan komunikator dalam bukunya Ilmu Komunikasi Teori dan Praktik (Fajar, 2009:184-204) yang dapat dijabarkan sebagai berikut:

1. Mengenal Khalayak

Mengenal khalayak merupakan langkah pertama bagi komunikator dalam usaha komunikasi yang efektif. Dalam proses komunikasi, baik komunikator maupun khalayak, mempunyai kepentingan yang salam. Untuk menciptakan persamaan kepentingan tersebut, maka komunikator harus mengerti dan memahami kerangka pengalaman dan kerangka referensi secara tepat dan saksama, yang meliputi:

a. Kondisi kepribadian dan kondisi fisik khalayak yang terdiri dari:

- Pengetahuan khalayak mengenai pokok persoalan

- Kemampuan khalayak untuk menerima pesan-pesan lewat media yang digunakan

- Pengetahuan khalayak terhadap perbendaharaan kata-kata yang digunakan

b. Pengaruh kelompok dan masyarakat serta nilai-nilai dan norma-norma kelompok dan masyarakat yang ada

c. Situasi di mana khalayak itu berada.

Sementara itu, klasifikasi khalayak dapat dibagi menjadi beberapa bagian seperti berikut:

a. Innovator ataupun penemu ide adalah orang-orang yang kaya akan ide baru dan karena mudah atau sukar menerima ide baru orang lain.

b. Early adopter adalah orang-orang yang cepat atau bersedia untuk mencoba apa yang dianjurkan kepadanya.

c. Early Majority adalah kelompok orang-orang yang mudah menerima ide-ide baru, asal saja sudah diterima oleh orang banyak.

d. Non-adopters adalah orang-orang yang tidak suka menerima ide baru dan tidak suka mengadakan perubahan-perubahan atas pendapatnya yang semula.

2. Menyusun Pesan

Setelah mengenal khalayak dan situasinya, maka langkah selanjutnya dalam perumusan strategi, ialah menyusun pesan, yaitu menentukan tema dan materi. Syarat utama adalah mempengaruhi khalayak dari pesan tersebut ialah mampu membangkitkan perhatian.

3. Menetapkan Metode

Seperti yang telah disinggung, bahwa mencapai efektifitas dari suatu komunikasi selain akan tergantung dari kemantapan isi pesan, yang diselaraskan dengan kondisi khalayak dan sebagainya, maka juga akan turut dipengaruhi oleh metode-metode penyampainnya kepada sasaran dalam hal ini metode penyampaian dapat dilihat dari dua aspek yaitu menurut cara pelaksanaanya dan menurut bentuk isinya.

Menurut cara pelaksanaanya, dapat diwudjudkan dalam dua bentuk, yaitu:

a. Redundancy (Repetition) adalah cara mempengaruhi khalayak dengan jalan mengulang-ngulang pesan kepada khalayak.

b. Canalizing, adalah cara mempengaruhi khalayak untuk menerima pesan yang disampaikan kemudian secara perlahan-lahan merubah sikap dan pola penikirannya ke arah yang kita kehendaki.

c. Informatif, dalam komunikasi massa dikenal salah satu pesan yang informatif, yaitu suatu bentuk isi pesan yang bertujuan mempengaruhi khalayak dengan jalan (metode) memberikan penerangan.

d. Persuasif, berarti mempengaruh dengan cara membujuk. Dalam hal ini khalayak digugah baik pikirannya, maupun dan terutama perasaannya.

e. Edukatif, memberikan suatu ide kepada khalayak berdasarkan fakta-fakta pendapat dan pengalaman yang dapat dipertanggung jawabkan dari segi.

f. kebenarannya dengan teratur dan terencana dengan tujuan mengubah tingkah laku manusia ke arah yang diinginkan.

g. Kursif ialah berpikir untuk menerima dengan jalan memaksa tanpa memberi kesempatan berpikir untuk menerima gagasan-gagasan yang dilontarkan.

h. Metode kursif ini biasanya dimanifestasikan dalam bentuk peraturan-peraturan, intimidasi dan biasanya didukung oleh kekutan tangguh.

4. Seleksi dan Penggunaan Media

Sebagaimana dalam menyusun pesan dari suatu komunikasi yang ingin dilancarkan, kita harus selektif, dalam arti menyesuaikan keadaan dan kondisi khalayak, maka dengan sendirinya dalam penggunaan media pun harus demikian pula.

Dokumen terkait