• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

1. Pengertian Stres

Banyak ahli yang memberikan definisi tentang stres, diantaranya adalah Swee dan Smith (1991:3) mengatakan bahwa, stres sebagai reaksi

yang dirasakan ketika mendapatkan tekanan dari luar. Reaksi yang dirasakan merupakan bentuk pertahanan diri terhadap besarnya tekanan dan kekuatan dari luar.

Tyrer (1984:6) mengartikan stres sebagai reaksi jiwa dan raga terhadap perubahan yang terjadi dalam kehidupan. Perubahan-perubahan tersebut disebabkan oleh berbagai peristiwa kehidupan yang dialami oleh seseorang. Semakin banyak atau semakin kurang perubahan yang dialami oleh seseorang, berpengaruh pada tingkat stres yang diala mi. Ada orang yang mampu bertahan ketika mengalami banyak perubahan dalam hidupnya, namun ada pula yang tidak mampu bertahan pada sedikit perubahan yang di alami dalam kehidupannya. Semakin tinggi kemampuan untuk bertahan pada berbagai perubahan dalam kehidupan, semakin rendah tingkat stres yang dialami. Semakin rendah kemampuan untuk bertahan pada berbagai perubahan kehidupan, semakin tinggi tingkat stres yang dialami.

Menurut Hans Selye (Hawari, 2001:17) stres adalah respon tubuh yang sifatnya non spesifik terhadap setiap tuntutan beban yang dialami oleh seseorang. Misalnya, respon tubuh pada saat seseorang mengalami beban pekerjaan yang berat. Bila seseorang menerima beban pekerjaan sebagai suatu tugas yang harus dilaksanakan dengan sungguh-sungguh, orang tersebut tidak mengalami ketegangan-ketegangan yang nampak dalam fungsi organ tubuhnya. Artinya, orang tersebut tidak mengalami stres. Sebaliknya,

bila ia menganggap sebagai suatu beban yang menyusahkan, ia akan mengalami ketegangan-ketegangan yang nampak dalam fungsi organ tubuhnya seperti, pusing, gugup, nafas sesak, dan susah tidur. Jika demikian, ia sedang mengalami stres.

Dalam perkembangan selanjutnya, dampak stres tidak hanya mengenai gangguan fungsional hingga kelainan organ tubuh, tetapi juga berdampak pada kejiwaan. Lebih lanjut Hans Selye (Mahsun, 2004:10) menambahkan bahwa setiap orang pernah mengalami stres. Stres tidak hanya ditimbulkan oleh penyakit yang serius, luka fisik, atau mental yang parah, tetapi juga oleh hal kecil yang kelihatannya sangat sepele seperti, soal makan, tidur atau minuman yang tidak sesuai dengan keinginan.

Stres adalah bumbu kehidupan karena emosi atau aktivitas apa pun bisa menimbulkan stres. Ia tidak selalu negatif. Stres dapat digunakan sebagai rangsangan untuk lebih waspada dan siap menghadapi suatu situasi baru yang penuh tantangan. Hans Selye menambahkan (Mahsun, 2004:10), sebenarnya stres merupakan respon tubuh terhadap apa yang terjadi di sekeliling dan di dalam diri orang itu sendiri.

Makin dan Lindley (1994:8 ) mengatakan bahwa stres merupakan respon terhadap tekanan-tekanan yang dirasakan dalam kehidupan. Sejumlah tekanan tertentu dapat memberikan rangsangan yang sehat yakni, tidak menimbulkan stres. Tetapi rangsangan tertentu yang terlalu banyak atau

terlalu sedikit dapat menimbulkan stres. Rangsangan yang berlebihan, menimbulkan ketegangan yang besar yang akhirnya menimbulkan stres. Tetapi rangsangan yang terlalu sedikit, membuat orang tidak dapat melakukan sesuatu dengan lebih baik. Hal ini dapat menimbulkan stres pula.

Jadi, stres adalah respon tubuh atas rangsangan atau perubahan yang dialaminya. Rangsangan atau perubahan-perubahan yang dialami dalam hidup, direspon oleh tubuh. Respon itu dapat berupa tingkah laku atau perbuatan, bisa juga dalam bentuk perubahan fisiologis yang dialami oleh tubuh.

2. Macam-macam Stres

Seringkali orang beranggapan bahwa stres merupakan malapetaka yang menyusahkan hidup. Stres mematikan semangat dan mengurangi kreativitas. Hampir setiap orang menganggap stres buruk. Padahal sebenarnya, stres dapat dimanfaatkan (Swee dan Smith, 1991:1). Hawari (2001:18) mengatakan bahwa tidak semua bentuk stres mempunyai konotasi negatif. Cukup banyak yang positif. Seseorang yang sedang dalam situasi stres, dapat memanfaatkan ketegangan akibat stres yang dialami, dengan lebih giat berusaha atau terpacu untuk lebih giat berkreativitas.

Ada dua macam stres bila dilihat dari akibat yang ditimbulkan atau cara yang digunakan untuk meresponnya, antara lain:

a. Eustress

Eustress artinya stress yang memotivasi kemajauan kegiatan dan mendorong melakukan sesuatu yang bermanfaat untuk hidup. Ketika orang mengalami stres, ia memberi respon yang baik. Situasi stres tersebut dijadikan sebagai motivasi untuk maju. Misalnya, promosi jabatan. Jabatan yang lebih tinggi memerlukan tanggung jawab yang lebih berat bagi yang bersangkutan. Kesanggupan menjalankan beban tugas jabatan baru dengan baik, tanpa keluhan fisik dan mental, dikatakan seseorang mengalami eustress (Hawari, 2001:18). Orang tersebut tidak menganggap beban pekerjaan baru sebagai suatu yang menyusahkan tetapi sebaliknya sebagai satu tantangan yang harus dijalankan dengan penuh tanggung jawab. Ia tidak menganggap sebagai suatu malapetaka, melainkan suatu keberhasilan kerja. Eustress menjadikan seseorang mampu bangkit, dan berusaha untuk maju walau mengalami tekana n dan perubahan dari luar. Looker dan Gregson (2005:50) menambahkan bahwa, eustress membangkitkan rasa percaya diri, mampu mengatasi dan menangani tugas-tugas baru. Tanda-tanda eustress antara lain: tertantang, bersemangat, mencintai, bahagia, tenang, terkontrol, kreatif, efektif, efisien, senang, dan produktif (Looker dan Gregson, 2005:115).

b. Distress

Distress merupakan stres yang merugikan dan merusak hidup. Stres ini benar-benar melumpuhkan karena orang memberikan respon yang buruk sehingga kegiatan yang baik tidak dapat dilakukan (Tyrer, 1984:28). Misalnya, mahasiswa yang memiliki ketakutan yang abnormal terhadap ujian. Ia tidak dapat menjawab semua pertanyaan yang diberikan karena ketakutan mendalam yang ia rasakan. Ketakutan tersebut membuatnya gugup dan melupakan semua hal yang ia pelajari sebelumnya. Keadaan ini membuat ia hancur karena tidak lulus ujian. Distress benar-benar merugikan karena perasaan tidak enak akan dialami berminggu- minggu, bahkan berbulan-bulan (Tyrer, 1984:62). Lebih lanjut, Looker dan Gregson (2005:111), mengemukakan tanda-tanda distress antara lain: berdebar-debar, sesak napas, gangguan pencernaan, lelah, susah tidur, tangan dan kaki dingin, sering ingin kencing, makan berlebihan atau sebaliknya kehilangan selera makan, merokok, minuman keras, mudah tersinggung, susah berkonsentrasi, dan selalu membuat kesalahan.

3. Penyebab Stres Umumnya

Swee dan Smith (1991:28) mengatakan bahwa, penyebab stres pada umumnya menyangkut, peristiwa traumatik, kecemasan, frustrasi, dan ketidakmampuan mengendalikan situasi. Berikut ini akan dibahas satu persatu penyebab stres umumnya.

a. Peristiwa Traumatik

Peristiwa traumatik dalam kehidupan seseorang, dapat menjadi penyebab stres. Misalnya, kema tian salah satu orang tua. Peristiwa kematian tersebut memunculkan rasa kehilangan yang sangat dalam. Seseorang membutuhkan waktu yang sangat lama untuk bisa menyesuaikan diri dengan keadaan baru yakni tanpa salah satu orang tua. Boenisch dan Haney (2005:89) mengatakan, bila anda baru kehilangan seseorang yang penting dalam kehidupan anda, coba pertimbangkan untuk bergabung dengan sebuah kelompok yang dapat membantu anda mengatasai perasaan-perasaan anda. Kelompok menjadi tempat untuk berbagi perasaan dan kesedihan. Selain kematian, peristiwa traumatik yang dapat menimbulkan stres antara lain, kecelakaan yang menyebabkan kecacatan pada tubuh. Tubuh yang cacat pada sebagian orang merupakan malapetaka yang bisa mendatangkan rasa putus asa. Rasa putus asa ini memunculkan ketakutan-ketakutan yang menyebabkan seseorang mengalami stres karena merasa tak berguna.

b. Kecemasan

Kecemasan adalah gangguan alam perasaan yang ditandai dengan perasaan takut dan khawatir yang me ndalam dan berkelanjutan (Hawari, 2001:18). Kecemasan dapat mencakup berbagai hal yang dialami dalam hidup. Hawari (2001:64) mengatakan, kecemasan mengenai hal- hal penting

yang memberi pengaruh besar terhadap kehidupan seperti, masa depan, keuangan, kehidupan dan cinta, dapat menyebabkan stres berat. Kecemasan pada setiap orang berbeda. Ada sebagian orang yang mudah sekali merasa cemas, dan ada sebagian orang yang tidak mudah merasa cemas. Mudah atau tidaknya seseorang mengalami kecemasan tergantung ketahanannya terhadap setiap persoalan dalam hidup. Orang yang kuat menghadapi setiap persoalan hidup, tidak lekas cemas. Sebaliknya orang yang tidak kuat menghadapi setiap persolan hidup, biasanya lekas cemas dan mudah mengalami stres. c. Frustrasi

Frustrasi adalah kegagalan memperoleh kepuasan, keadaan emosiona l yang diakibatkan oleh rasa terkekang, kecewa dan kekalahan (Kartono, 2003:180). Frustrasi dapat bertahan sesaat atau bisa menjadi sangat lama. Frustrasi yang ringan menyebabkan stres yang ringan dan mudah disembuhkan. Frustrasi yang berat menimbulkan stres berat dan sukar disembuhkan (Swee dan Smith, 1991:30). Jenis-jenis frustrasi yang dapat menyebabkan stres berat antara lain, kegagalan berkomunikasi dengan orang-orang yang dicintai, dan tidak adanya penghargaan atas kerja keras yang telah dilakukan dengan baik.

d. Ketidakmampuan Mengendalikan Situasi

Perasaan tidak mampu mengendalikan situasi sering menyebabkan orang tak berdaya dan stres. Perasaan tertekan akan muncul ketika seseorang

tidak mampu mengatasi situasi hidup yang sedang dialami. Perasaan tertekan membuat seseorang tidak mampu untuk berpikir jernih untuk memulihkan situasi yang sedang dihadapi. Orang bisa mengalami stres berat karena merasa tidak bisa apa-apa terhadap situasi yang sedang melandanya.

Dokumen terkait