• Tidak ada hasil yang ditemukan

RESPON TERHADAP STRES SISWA-SISWI KELAS II SLTP STELLA DUCE 2 YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 20052006

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "RESPON TERHADAP STRES SISWA-SISWI KELAS II SLTP STELLA DUCE 2 YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 20052006"

Copied!
133
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Bimbingan Dan Konseling

Oleh

Yohanes Nara Boleng Lamen

NIM : 001114044

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)

i

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Bimbingan Dan Konseling

Oleh

Yohanes Nara Boleng Lamen

NIM : 001114044

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(3)
(4)
(5)

iv

“Akhir hidup yang mulia adalah bukan berapa banyak ilmu yang kamu miliki tetapi berapa banyak kamu berbuat baik kepada orang lain”

(6)
(7)

vi

RESPON TERHADAP STRES SISWA-SISWI KELAS II

SLTP STELLA DUCE 2 YOGYAKARTA

TAHUN AJARAN 2005/2006

Yohanes Nara Boleng Lamen Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2007

Penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan metode survey. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui respon-respon terhadap stres siswa-siswi kelas II SLTP Stella Duce 2 Tahun Ajaran Yogyakarta 2005/2006, dan mengusulkan topik-topik bimbingan yang tepat bagi siswa-siswi kelas II SLTP Stella Duce 2 Yogyakarta Tahun Ajaran 2005/2006. Masalah yang diteliti dalam penelitian ini adalah pertama, bagaimanakah respon terhadap stres siswa-siswi kelas II SLTP Stella Duce 2 Yogyakarta Tahun Ajaran 2005/2006? Kedua, apakah topik bimbingan yang tepat bagi siswa-siswi kelas II SLTP Stella 2 Yogyakarta Tahun Ajaran 2005/2006?

Populasi penelitian adalah siswa-siswi kelas II SLTP Stella Duce 2 Yogyakarta Tahun Ajaran 2005/2006, yang berjumlah 106 orang. Instrumen yang dipakai dalam penelitian ini adalah berupa kuesioner Respon Terhadap Stres. Kuesioner ini disusun sendiri oleh peneliti dan dibantu oleh dosen pembimbing. Analisis data yang dipakai dalam penelitian ini adalah pertama, memberikan skor jawaban siswa sesuai dengan sifat item. Kedua, memasukkan skor jawaban siswa ke dalam tabulasi data dengan bantuan komputer program Microsoft Excel versi XP 2001 for windows. Ketiga, menghitung skor setiap item yang terdapat pada item- item yang memuat respon konstruktif/positip terhadap stres, dan menghitung besarnya persentase pada item- item yang memuat respon konstruktif/positif tersebut. Keempat menghitung skor item yang terdapat pada item- item yang memuat respon destruktif/negatif terhadap stres, dan menghitung besarnya persentase pada item- item yang memuat respon destruktif/negatif tersebut. Kelima skor terendah pada item- item destruktif/negatif dipakai untuk mengusulkan topik bimbingan.

(8)

vii

STUDENTS OF STELLA DUCE 2 JUNIOR HIGH SCOOL

YOGYAKARTA ACADEMIC YEAR OF 2005/2006.

Yohanes Nara Boleng Lamen Sanata Dharma University

Yogyakarta 2007

This research was descriptive study which used survey method. This study was to find out the responses toward stress of the second grade students of Stella Duce 2 Junior High School Yogyakarta academic year 2005/2006; and to propose appropriate guidance topics for the second grade students of Stella Duce 2 Junior High School Yogyakarta academic year of 2005/2006. The problems formulated in this study were: (1) What responses are the second grade students of Stella Duce 2 Junior High School Yogyakarta academic year of 2005/2006 have toward stress and (2) What guidance topics are appropriate for the second grade students of Stella Duce 2 Junior High Scholl Yogyakarta academic year of 2005/2006.

The population of this study was 106 students, the second grade students of Stella Duce 2 Junior High School Yogyakarta academic year 2005/2006. The instrument employed in this study was a questionnaire on Responses toward Stress which was developed by the writer with the guidance of the sponsors. The data analysis implemented in this study were firstly, scoring the respondents answer based on the items category; secondly, tabulating the data by using Microsoft Excel program; thirdly, calculating the score of each item included in constructive/positive responses toward stress category and calculating the percentage of the score; fourthly, calculating the score of each item included in destructive/negative responses toward stress category and calculating the percentage of the score; and lastly, the lowest score in the destructive/negative responses category was used as the basis of proposing guidance topics.

(9)
(10)

ix

Penulis mengucap syukur kepada Tuhan Yesus yang memberikan banyak

karunia, kasih dan kelembutan-Nya selama penyelesaian skripsi ini.

Dalam penyelesaian skripsi ini penulis menyadari banyak pihak yang

membantu sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. Penulis berterima kasih kepada

banyak pihak yang telah memberikan bantuan baik dalam bentuk meteri maupun

dalam bentuk dukungan moral. Rasa syukur dan terima kasih yang sebesar-besarnya

ini saya persembahkan kepada:

1. Dr. M.M Sri Hastuti, M.Si, Ketua Program Studi Bimbingan dan Konseling

yang menyetujui penulis mengadakan penelitian ini.

2. Ibu Dra. M.J. Retno Priyani, M.Si, sebagai pembimbing I yang telah banyak

menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran, di sela-sela kesibukannya sehingga

skripsi ini dapat dimulai dan diselesaikan.

3. Ibu Dra. Ign. Esti Sumarah, M.Hum, sebagai pembimbing II yang telah

memberikan dorongan, perhatian, semangat dan kasih yang begitu besar

sehingga penulis tetap bersemangat menyelesaikan skripsi ini.

4. Para dosen Program Studi Bimbingan dan Konseling yang telah mengajarkan

banyak hal bagi pembentukan kepribadian dan perkembangan mental penulis

(11)

x

2, yang menyediakan waktu sehingga penelitian ini bisa berjalan.

7. Ibu Dra. Listyawati, staf bimbingan dan konseling di SLTP Stella Duce 2, atas

bantuan yang diberikan kepada penulis selama mengadakan penelitian.

8. Siswa-siswi kelas II SLTP Stella Duce 2 Yogyakarta Tahun Ajaran

2005/2006.

9. Bapa Markus B. Lamen dan Ibu Yohana J.I. yang telah merawat dan

membesarkan serta tetap mengasihi dan mencintai, walau selalu dibuat pusing

oleh penulis.

10.Adik Sinta Lamen dan Tini Lamen atas dukungan dan doanya.

11.Bapa Dominikus O. R. dan Ibu Yohana Yohanes atas kasih sayang dan

cintanya.

12.Manajemen d’ Lamaholot band dan teman-temanku di d’ Lamaholot band.

Terima kasih atas semua perhatian dan dorongan kalian. Love you and Rock N

Roll.

13.Teman-teman semua di Merpati 374 dan Mranggen, Sinduadi, Sleman

(12)

xi

Diucapkan juga mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang

telah memberikan bantuannya namun tidak dapat disebutkan satu persatu.

Semoga Tuhan Pengasih senantiasa memberikan rahmat berlimpah kepada

saudara semua.

Disadari bahwa karya ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu, saran-saran

yang membangun sangat diharapkan. Semoga karya sederhana ini berguna bagi

siapa saja yang membacanya. Semoga respon terhadap stres yang saudara dan

saya berikan, makin hari makin terkontrol dan terkendali.

(13)

xii

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ……….… i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING……….………… ii

HALAMAN PENGESAHAN……….... iii

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN………..……... iv

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA………... v

ABSTRAK………. vi

ABSTRACT………..…. vii

KATA PENGANTAR………...…. ... viii

DAFTAR ISI... xi

DAFTAR TABEL... xv

DAFTAR LAMPIRAN... xvi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Rumusan Masalah... 7

C. Tujuan Penelitian... 7

D. Manfaat Penelitian... 8

E. Batasan Istilah……….…. 9

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Hakekat Stres……….….. 10

(14)

xiii

a. Peristiwa Traumatik……….……… 16

b. Kecemasan………..……. 16

c. Frustrasi……….……... 17

d. Ketidakmampuan Mengendalikan Situasi……… 17

4. Perubahan Fisiologis Akibat Stres………. 18

B. Siswa SLTP Sebagai Remaja……….. 18

1. Karakteristik Remaja……….. 19

a. Ketidakstabilan Perasaan dan Emosi……… 19

b. Sikap dan Moral Semakin Menonjol……… 20

c. Hal Kecerdasan atau Kemampuan Mental………...… 20

d. Masa yang Kritis……….…. 20

2. Sumber-sumber Stres Pada Remaja……… 21

a. Dari Dalam Diri……… 21

1) Penyakit……….……. 21

2) Konflik……… 22

b. Keluarga……… 23

c. Sekolah………. 24

d. Lingkungan Hidup……… 24

C. Respon Terhadap Stres………. 25

1. Respon Konstruktif………. 26

a. Melakukan Olah Raga……….. 26

b. Melakukan Diskus i/Sharing dengan Orang Lain………….… 27

1) Teman Dekat……….…. 27

(15)

xiv

1) Melalui Buku, Koran, Majalah/Surat Kabar... 30

2) Melalui Radio dan Televisi... 31

f. Rekreasi... 32

g. Relaksasi……….………. 32

h. Menangis……….…. 33

2. Respon Destruktif……….…. 33

a. Menyerang Orang Lain……….... 34

b. Merusak Barang……….….. 34

c. Diam……….… 35

d. Menyendiri………... 35

e. Konsumsi Makanan Berlebihan………... 36

f. Konsumsi Minuman Beralkohol……….. 36

g. Proyeksi……… 37

h. Merokok………... 37

i. Membuat Keributan……….. 38

1) Menyanyi dan Berteriak Keras-keras………. 38

2) Menyetel Musik Keras-keras………. 38

j. Melakukan Sesuatu Tanpa Tujuan………. 39

D. Bimbingan……… 39

1. Pengertian Bimbingan………..…….. 39

2. Ragam Bimbingan………...…….. 41

a. Bimbingan Karier………..…….. 41

b. Bimbingan Akademik………..…… 41

(16)

xv

4. Peranan Bimbingan Untuk Mengarahkan Siswa Memberikan

Respon Konstruktif Terhadap Stres………... 44

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian………...……….. 47

B. Populasi dan Sampel Penelitian………... 47

C. Alat Pengumpul Data……… 48

D. Pengumpulan Data……… 56

E. Analisis Data………. 57

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANNYA A. Hasil Penelitian………. 61

B. Pembahasan Hasil Penelitian……… 64

BAB V USULAN TOPIK-TOPIK BIMBINGAN UNTUK MENGARAHKAN RESPON KONSTRUKTIF/POSITIF TERHADAP STRES SISWA-SISWI KELAS II SLTP STELLA DUCE 2 YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2005/2006 A. Pengendalian Diri………..……….. 77

B. Pentingnya Konsentrasi……….. 78

C. Bahaya Merokok……….………..…………. 79

D. Kesehatan Tubuh………... 80

E. Tuhanku... 81

BAB VI RINGKASAN KESIMPULAN DAN SARAN A. Ringkasan ... 83

B. Kesimpulan... 87

(17)

xvi

DAFTAR TABEL

Halaman

1. Tabel 1. Jumlah subyek penelitian di kelas II SLTP Stella Duce 2 Yogyakarta

Tahun Ajaran 2005/2006………..48

2. Tabel 2. Daftar Aspek Respon Terhadap Stres Siswa-siswi Kelas II SLTP

Stella Duce 2 Yogyakarta Tahun Ajaran 2005/2006………50

3. Tabel 3. Daftar Pelaksanaan pengumpulan data penelitian siswa-siswi kelas

II SLTP Stella Duce 2 Yogyakarta Tahun Ajaran 2005/2006……..56

4. Tabel 4. Usulan Topik-topik bimbingan untuk mengarahkan respon

Konstruktif/positif terhadap stress siswa-siswi kelas II SLTP Stella

(18)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

1. Kuesioner respon terhadap stress

2. Perhitungan reliabilitas dan data hasil uji coba

3. Perhitungan taraf va liditas

4. Data item- item yang memuat respon konstruktif/positif terhadap stress

5. Data item- item yang memuat respon destruktif/negatif terhadap stress

(19)

A. Latar Belakang Masalah

Stres adalah reaksi yang dirasakan ketika seseorang mendapatkan tekanan dari

luar (Swee dan Smith, 1991:3). Stres merupakan bagian dari kehidupan manusia.

Selama manusia masih hidup dan berinteraksi dengan orang lain serta lingkungan,

pasti akan mengalami stres. Stres tidak memandang usia dan jenis kelamin. Siapa

saja bisa terkena stres, kapan dan dimana saja. Stres tidak mungkin dihilangkan

begitu saja dari kehidupannya manusia. Stres nyaris melekat pada kehidupan itu

sendiri. Stres merupakan salah satu dinamika dalam kehidupan manusia.

Stres yang dialami setiap orang berbeda-beda dalam hal berat ringannya.

Ada yang mengalami stres berat, ada pula yang mengalami stres ringan. Berat

ringannya stres tergantung pada sumber stres (Stresor) dan kepribadian orang

yang mengalami stres. Bila sumber stres dapat diidentifikasi dan direspon

dengan cara-cara yang baik misalnya, berolahraga atau relaksasi, dan melakukan

kegiatan-kegiatan positif lainnya, maka stres itu menjadi lebih ringan.

Sebaliknya bila sumber stres tidak dapat diidentifikasi dan direspon dengan

cara-cara yang kurang baik misalnya, merokok, minuman keras, menyerang

orang lain, merusak barang, kebut-kebutan di jalan, narkoba, atau

(20)

Stres yang dialami seseorang bisa menggejala melalui ketegangan fisik dan

psikologis. Gejala stres melalui ketegangan fisik antara lain: sakit kepala, susah

tidur, gatal-gatal pada kulit, tekanan darah tinggi, sakit punggung, dan lain

sebagainya. Gejala stres melalui ketegangan psikologis antara lain, cemas,

gugup, mudah tersinggung, cepat marah, gelisah, dan tidak tenang. Ketegangan

fisik dan psikologis tersebut harus segera ditangani sehingga ketegangannya jadi

berkurang. Bila ketegangan fisik dan psikologis tidak segera ditangani, dapat

menimbulkan respon yang kurang baik yang dapat merugikan diri sendiri dan

lingkungan.

Ketegangan fisik dan psikologis berbeda antara orang yang satu dengan

orang yang lainnya karena stres merupakan pengalaman pribadi. Semua orang

mengalami stres tetapi tidak selalu mengalami gejala yang sama. Ada yang

mengalami gejala stres melalui ketegangan pada fisiknya saja atau pada

psikologinya saja, atau bahkan dua-duanya. Masing- masing orang mengalami

gejala- gejala tersebut dan memberikan respon sesuai dengan perkembangan

kepribadiannya. Orang yang memiliki kepribadian matang akan lebih mampu

mengatasi ketegangan-ketegangan tersebut dibandingkan orang yang

kepribadiannya belum matang.

Stres yang merupakan bagian dari kehidupan manusia, dialami juga oleh

siswa-siswi SLTP. Siswa-siswi SLTP berada dalam usia 12-15 tahun memasuki

(21)

siswa-siswi SLTP pada usia ini bukan lagi seorang anak, tetapi belum juga sebagai

orang dewasa. Mereka dituntut oleh lingkungan masyarakat untuk berperan

seperti orang dewasa namun mereka belum mampu meninggalkan kebiasaan

seperti pada masa anak-anak. Tuntutan seperti ini membuat mereka serba sala h.

Mereka belum mampu berperan seperti orang dewasa karena belum mempelajari

peran-peran baru yang harus dilakukan. Mereka masih memiliki peran-peran

lama yang diperolehnya pada masa anak-anak. Keadaan ini membuat mereka

mengalami kebingungan dan keteganga n-ketegangan yang dapat menimbulkan

stres.

Selain tuntutan berperan dari lingkungan masyarakat yang dapat

menimbulkan stres, perannya sebagai siswa-siswi SLTP juga dapat menimbulkan

stres. Misalnya: tugas sekolah yang banyak, peraturan sekolah dan

sanksi-sanksinya, tuntutan kurikulum, suasana kelas, kondisi fisik sekolah, dan

hubungan antara guru dan murid yang kurang baik. Hal- hal lain yang dapat

menyebabkan remaja mengalami stres yaitu, kondisi lingkungan masyarakat

yang tidak nyaman, dan keadaan keluarga yang tidak harmonis. Fenomena

sekarang menunjukkan banyak kasus bunuh diri di kalangan remaja bahkan

anak-anak, yang dipicu oleh masalah besar yang dihadapinya seperti keluarga

berantakan, perselisihan dengan teman, dan biaya pendidikan yang mahal.

Fenomena lain yang lebih menyedihkan adalah masalah tersebut muncul karena

(22)

Keringnya kasih sayang untuk remaja adalah penyebab utama terjerumusnya

remaja ke dalam perilaku negatif. Kecanggihan teknologi telah mengubah

hubungan antar manusia seperti hubungan orang tua-anak, guru-murid, dan

teman-teman sebaya, diganti dengan televisi, handphone, film, musik, games,

dan sejenisnya sebagai teman dan sahabatnya. Kondisi demikian membuat

remaja tenggelam dalam dunianya sendiri dengan sarana-sarana tersebut. Dengan

demikian, bila ia mengalami masalah, ia akan mencari solusi dengan mendengar

dan meniru apa yang didengar dan dilihatnya tanpa melihat baik atau buruknya.

Remaja yang masih labil, sering terjerumus ke hal- hal yang negatif ketika

mengalami masalah. Misalnya, merokok, minuman keras, perilaku seks

menyimpang, narkoba, perkelahian, dan lain- lainnya. Masalah- masalah tersebut

berujung pada rasa jengkel dan stres yang mendalam. Stres tersebut harus segera

ditangani dengan memberikan pengetahuan dan pemahaman yang tepat

bagaimana memberikan respon yang baik terhadap stres.

Remaja yang mengalami stres, berusaha memberikan respon sesuai dengan

cara dan kemampuannya sendiri-sendiri. Ada yang memberikan respon

konstruktif dan ada pula yang memberikan respon destruktif. Respon konstruktif

yang dimaksud adalah reaksi terhadap stres dengan cara-cara yang baik seperti,

olah raga, relaksasi, atau rileks, rekreasi, yang dapat menstimulasi kreativitas

yang mendorong kesuksesan. Sedangkan respon destruktif yang dimaksud adalah

(23)

menyimpang lain yang membuat remaja kehilangan keseimbangan hidup, dan

dapat menimbulkan kematian. Respon yang buruk terhadap stres yang sedang

dihadapi dapat menimbulkan persoalan baru, yang bisa menjadi penyebab stres

yang lebih berat.

Remaja yang sedang stres, diharapkan dapat memberikan respon

konstruktif sehingga kehidupannya menjadi lebih baik. Mereka mampu menata

kehidupannya denga n lebih baik tanpa terpuruk dalam stres yang

berkepanjangan. Tetapi kenyataannnya, kebanyakan remaja memberikan respon

destruktif terhadap stres yang sedang dialaminya. Respon yang sering dilakukan

antara lain, malas sekolah, nakal, masa bodoh, kebut-kebut an di jalan, tawuran,

merusak barang, merokok, minuman keras, narkoba, dan kegiatan negatif

lainnya. Respon seperti ini tentu sangat berbahaya bagi perkembangan

kepribadian remaja dan keamanan lingkungan. Remaja dapat berkembang

menjadi pribadi yang tidak utuh karena tidak mampu memberikan respon yang

baik untuk keluar dari stres yang sedang di alami. Mereka tetap dalam keadaan

stres karena respon yang diberikan tidak mampu membantu dirinya untuk keluar

dari situasi stres. Remaja yang memberikan respon yang tidak baik berpengaruh

terhadap keamanan lingkungan. Misalnya, perkelahian, pencurian,

kebut-kebutan, mabuk-mabukan dan keributan lain yang mengganggu kenyamanan

lingkungan. Jika hal ini dibiarkan akan menjadi satu penyakit masyarakat yang

(24)

bila remaja dibantu untuk membekali dirinya dengan pengetahuan praktis

bagaimana memberikan respon yang baik terhadap stres.

Remaja sebagai siswa-siswi di SLTP, merupakan bagian dari sekolah dan

menjadi tanggung jawab sekolah. Segala persoalan yang dialami oleh mereka,

menjadi tanggung jawab sekolah untuk membantu mengatasinya. Sekolah

memberikan bantuan kepada remaja melalui tenaga pendidik yang ada. Tenaga

pendidik itu antara lain, guru pengajar, guru pelatih dan guru pembimbing.

Remaja yang sedang stres, menjadi tanggung jawab guru pembimbing

untuk dibantu dicarikan jalan keluar atau mengarahkan mereka agar dapat

memberikan respon yang baik. Remaja dibantu untuk melihat hal- hal apa yang

akan terjadi bila mereka memberikan respon yang buruk terhadap stres yang

sedang dialami. Jika yang terjadi adalah hal yang merugikan diri sendiri, remaja

dituntun untuk berusaha memberikan respon yang baik atau positif, sehingga

tidak merugikan diri sendiri.

Kenyataan yang ditemui di SLTP Stella Duce 2 Yogyakarta, malah agak

memprihatinkan. Guru pembimbing kesulitan memberikan bantuan yang tepat

karena remaja malu mengungkapkan persoalan yang sedang dihadapi. Mereka

cenderung menutup diri bila sedang mengalami persoalan. Hal ini kalau

dibiarkan akan membuat remaja jatuh dalam persoalan yang lebih besar yang

dapat menimbulkan stres yang lebih berat pula. Bila stres berat dialami oleh

(25)

Keadaan seperti ini butuh peran proaktif dari guru pembimbing. Guru

pembimbing diharapkan lebih tanggap terhadap setiap sikap dan tingkah laku

remaja yang menunjukan gejala, mereka sedang bermasalah atau tidak. Peran

proaktif guru pembimbing harus dibantu dengan mengumpulkan data-data

melalui sebuah penelitian sehingga guru pembimbing tahu pasti siapa saja yang

sedang bermasalah dan mengalami stres, dan harus segera dibantu. Bantuan ini

diharapkan dapat membuat remaja keluar dari situasi stres dengan melakukan

respon yang baik. Respon yang baik, akan membantu remaja termotivasi

kembali untuk memperbaiki hidupnya dan meraih sukses. Mereka dapat hidup

lebih baik dan tidak melakukan tindakan yang membahayakan dirinya dan

lingkungan hidupnya.

B. Rumusan Masalah

Masalah- masalah yang akan diteliti dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimanakah respon terhadap stres pada siswa-siswi kelas II SLTP

Stella Duce 2 Yogyakarta Tahun Ajaran 2005/2006?

2. Apakah topik bimbingan yang tepat bagi siswa-siswi kelas II SLTP

Stella Duce 2 Yogyakarta Tahun Ajaran Tahun 2005/2006?

C. Tujuan Penelitian

(26)

1. Mengetahui respon-respon terhadap stres pada siswa-siswi kelas II

SLTP Stella Duce 2 Yogyakarta Tahun Ajaran 2005/2006

2. Mengusulkan topik-topik bimbingan yang tepat bagi siswa-siswi kelas

II SLTP Stella Duce 2 Yogyakarta Tahun Ajaran 2005/2006

D. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini antara lain:

1. Bagi penulis:

a). Mampu mengungkapkan secara empiris-faktual data-data

mengenai respon terhadap stres yang dilakukan oleh

siswa-siswi kelas II SLTP Stella Duce 2 Yogyakarta Tahun Ajaran

2005/2006

b). Mampu mengusulkan topik-topik bimbingan yang tepat bagi

siswa-siswi kelas II SLTP Stella Duce 2 Yogyakarta Tahun

Ajaran 2005/2006 yang sedang mengalami stres.

2. Bagi Siswa-siswi kelas II SLTP Stella Duce 2 Yogyakarta Tahun

Ajaran 2005/2006:

a) Lebih mampu memahami stres yang sedang dialami dengan

memahami gejala- gejala yang muncul pada dirinya.

b) Mampu memberikan respon yang baik terhadap stres yang

(27)

3. Bagi guru pembimbing:

a) Memperoleh data-data siswa-siswi yang sedang mengalami

stres

b) Mampu memberikan bimbingan yang tepat bagi siswa-siswi

yang sedang mengalami stres.

c) Membantu siswa-siswi mengarahkan respon yang baik

terhadap stres yang sedang dialami.

E. Batasan Istilah

1. Stres adalah respon jiwa dan raga terhadap tekanan mental dan beban

kehidupan yang tidak dapat ditanggung oleh seseorang.

2. Respon adalah reaksi kompleks yang diberikan oleh seseorang, berupa

tingkah laku atau perbuatan yang dilakukan ketika mengalami stres.

3. Topik bimbingan adalah tema-tema bimbingan yang berisi mengenai

(28)

Pada bab ini akan dibahas tentang hakekat stres, siswa SLTP sebagai

remaja, respon terhadap stres, dan peranan bimbingan dalam mengarahkan

respon yang baik terhadap stres.

A. Hakekat Stres

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat

pesat sekarang ini membawa banyak perubahan dalam berbagai aspek

kehidupan manusia. Manusia dituntut untuk dapat beradaptasi dengan semua

perubahan itu. Ada yang dapat beradaptasi, namun ada pula yang tidak dapat

beradaptasi dengan semua perubahan tersebut (Mahsun, 2004:11). Akibatnya,

banyak orang mengalami stres. Ada yang mengalami stres ringan dan mudah

diatasi, tetapi ada yang mengalami stres berat dan sulit diatasi.

Untuk lebih memahami apa itu stres, bagaimana menyikapinya

denga n berbagai penyebab pada umumnya serta perubahan fisiologis yang

dirasakan, akan dibahas lebih lanjut pada bagian di bawah ini.

1. Pengertian Stres

Banyak ahli yang memberikan definisi tentang stres, diantaranya

(29)

yang dirasakan ketika mendapatkan tekanan dari luar. Reaksi yang dirasakan

merupakan bentuk pertahanan diri terhadap besarnya tekanan dan kekuatan

dari luar.

Tyrer (1984:6) mengartikan stres sebagai reaksi jiwa dan raga

terhadap perubahan yang terjadi dalam kehidupan. Perubahan-perubahan

tersebut disebabkan oleh berbagai peristiwa kehidupan yang dialami oleh

seseorang. Semakin banyak atau semakin kurang perubahan yang dialami

oleh seseorang, berpengaruh pada tingkat stres yang diala mi. Ada orang yang

mampu bertahan ketika mengalami banyak perubahan dalam hidupnya,

namun ada pula yang tidak mampu bertahan pada sedikit perubahan yang di

alami dalam kehidupannya. Semakin tinggi kemampuan untuk bertahan pada

berbagai perubahan dalam kehidupan, semakin rendah tingkat stres yang

dialami. Semakin rendah kemampuan untuk bertahan pada berbagai

perubahan kehidupan, semakin tinggi tingkat stres yang dialami.

Menurut Hans Selye (Hawari, 2001:17) stres adalah respon tubuh

yang sifatnya non spesifik terhadap setiap tuntutan beban yang dialami oleh

seseorang. Misalnya, respon tubuh pada saat seseorang mengalami beban

pekerjaan yang berat. Bila seseorang menerima beban pekerjaan sebagai

suatu tugas yang harus dilaksanakan dengan sungguh-sungguh, orang

tersebut tidak mengalami ketegangan-ketegangan yang nampak dalam fungsi

(30)

bila ia menganggap sebagai suatu beban yang menyusahkan, ia akan

mengalami ketegangan-ketegangan yang nampak dalam fungsi organ

tubuhnya seperti, pusing, gugup, nafas sesak, dan susah tidur. Jika demikian,

ia sedang mengalami stres.

Dalam perkembangan selanjutnya, dampak stres tidak hanya

mengenai gangguan fungsional hingga kelainan organ tubuh, tetapi juga

berdampak pada kejiwaan. Lebih lanjut Hans Selye (Mahsun, 2004:10)

menambahkan bahwa setiap orang pernah mengalami stres. Stres tidak hanya

ditimbulkan oleh penyakit yang serius, luka fisik, atau mental yang parah,

tetapi juga oleh hal kecil yang kelihatannya sangat sepele seperti, soal makan,

tidur atau minuman yang tidak sesuai dengan keinginan.

Stres adalah bumbu kehidupan karena emosi atau aktivitas apa pun

bisa menimbulkan stres. Ia tidak selalu negatif. Stres dapat digunakan sebagai

rangsangan untuk lebih waspada dan siap menghadapi suatu situasi baru yang

penuh tantangan. Hans Selye menambahkan (Mahsun, 2004:10), sebenarnya

stres merupakan respon tubuh terhadap apa yang terjadi di sekeliling dan di

dalam diri orang itu sendiri.

Makin dan Lindley (1994:8 ) mengatakan bahwa stres merupakan

respon terhadap tekanan-tekanan yang dirasakan dalam kehidupan. Sejumlah

tekanan tertentu dapat memberikan rangsangan yang sehat yakni, tidak

(31)

terlalu sedikit dapat menimbulkan stres. Rangsangan yang berlebihan,

menimbulkan ketegangan yang besar yang akhirnya menimbulkan stres.

Tetapi rangsangan yang terlalu sedikit, membuat orang tidak dapat

melakukan sesuatu dengan lebih baik. Hal ini dapat menimbulkan stres pula.

Jadi, stres adalah respon tubuh atas rangsangan atau perubahan yang

dialaminya. Rangsangan atau perubahan-perubahan yang dialami dalam

hidup, direspon oleh tubuh. Respon itu dapat berupa tingkah laku atau

perbuatan, bisa juga dalam bentuk perubahan fisiologis yang dialami oleh

tubuh.

2. Macam-macam Stres

Seringkali orang beranggapan bahwa stres merupakan malapetaka

yang menyusahkan hidup. Stres mematikan semangat dan mengurangi

kreativitas. Hampir setiap orang menganggap stres buruk. Padahal

sebenarnya, stres dapat dimanfaatkan (Swee dan Smith, 1991:1). Hawari

(2001:18) mengatakan bahwa tidak semua bentuk stres mempunyai konotasi

negatif. Cukup banyak yang positif. Seseorang yang sedang dalam situasi

stres, dapat memanfaatkan ketegangan akibat stres yang dialami, dengan

lebih giat berusaha atau terpacu untuk lebih giat berkreativitas.

Ada dua macam stres bila dilihat dari akibat yang ditimbulkan atau

(32)

a. Eustress

Eustress artinya stress yang memotivasi kemajauan kegiatan dan

mendorong melakukan sesuatu yang bermanfaat untuk hidup. Ketika orang

mengalami stres, ia memberi respon yang baik. Situasi stres tersebut

dijadikan sebagai motivasi untuk maju. Misalnya, promosi jabatan. Jabatan

yang lebih tinggi memerlukan tanggung jawab yang lebih berat bagi yang

bersangkutan. Kesanggupan menjalankan beban tugas jabatan baru dengan

baik, tanpa keluhan fisik dan mental, dikatakan seseorang mengalami

eustress (Hawari, 2001:18). Orang tersebut tidak menganggap beban

pekerjaan baru sebagai suatu yang menyusahkan tetapi sebaliknya sebagai

satu tantangan yang harus dijalankan dengan penuh tanggung jawab. Ia tidak

menganggap sebagai suatu malapetaka, melainkan suatu keberhasilan kerja.

Eustress menjadikan seseorang mampu bangkit, dan berusaha untuk maju

walau mengalami tekana n dan perubahan dari luar. Looker dan Gregson

(2005:50) menambahkan bahwa, eustress membangkitkan rasa percaya diri,

mampu mengatasi dan menangani tugas-tugas baru. Tanda-tanda eustress

antara lain: tertantang, bersemangat, mencintai, bahagia, tenang, terkontrol,

kreatif, efektif, efisien, senang, dan produktif (Looker dan Gregson,

(33)

b. Distress

Distress merupakan stres yang merugikan dan merusak hidup. Stres

ini benar-benar melumpuhkan karena orang memberikan respon yang buruk

sehingga kegiatan yang baik tidak dapat dilakukan (Tyrer, 1984:28).

Misalnya, mahasiswa yang memiliki ketakutan yang abnormal terhadap

ujian. Ia tidak dapat menjawab semua pertanyaan yang diberikan karena

ketakutan mendalam yang ia rasakan. Ketakutan tersebut membuatnya gugup

dan melupakan semua hal yang ia pelajari sebelumnya. Keadaan ini membuat

ia hancur karena tidak lulus ujian. Distress benar-benar merugikan karena

perasaan tidak enak akan dialami berminggu- minggu, bahkan berbulan-bulan

(Tyrer, 1984:62). Lebih lanjut, Looker dan Gregson (2005:111),

mengemukakan tanda-tanda distress antara lain: berdebar-debar, sesak napas,

gangguan pencernaan, lelah, susah tidur, tangan dan kaki dingin, sering ingin

kencing, makan berlebihan atau sebaliknya kehilangan selera makan,

merokok, minuman keras, mudah tersinggung, susah berkonsentrasi, dan

selalu membuat kesalahan.

3. Penyebab Stres Umumnya

Swee dan Smith (1991:28) mengatakan bahwa, penyebab stres pada

umumnya menyangkut, peristiwa traumatik, kecemasan, frustrasi, dan

ketidakmampuan mengendalikan situasi. Berikut ini akan dibahas satu

(34)

a. Peristiwa Traumatik

Peristiwa traumatik dalam kehidupan seseorang, dapat menjadi

penyebab stres. Misalnya, kema tian salah satu orang tua. Peristiwa kematian

tersebut memunculkan rasa kehilangan yang sangat dalam. Seseorang

membutuhkan waktu yang sangat lama untuk bisa menyesuaikan diri dengan

keadaan baru yakni tanpa salah satu orang tua. Boenisch dan Haney

(2005:89) mengatakan, bila anda baru kehilangan seseorang yang penting

dalam kehidupan anda, coba pertimbangkan untuk bergabung dengan sebuah

kelompok yang dapat membantu anda mengatasai perasaan-perasaan anda.

Kelompok menjadi tempat untuk berbagi perasaan dan kesedihan. Selain

kematian, peristiwa traumatik yang dapat menimbulkan stres antara lain,

kecelakaan yang menyebabkan kecacatan pada tubuh. Tubuh yang cacat pada

sebagian orang merupakan malapetaka yang bisa mendatangkan rasa putus

asa. Rasa putus asa ini memunculkan ketakutan-ketakutan yang

menyebabkan seseorang mengalami stres karena merasa tak berguna.

b. Kecemasan

Kecemasan adalah gangguan alam perasaan yang ditandai dengan

perasaan takut dan khawatir yang me ndalam dan berkelanjutan (Hawari,

2001:18). Kecemasan dapat mencakup berbagai hal yang dialami dalam

(35)

yang memberi pengaruh besar terhadap kehidupan seperti, masa depan,

keuangan, kehidupan dan cinta, dapat menyebabkan stres berat. Kecemasan

pada setiap orang berbeda. Ada sebagian orang yang mudah sekali merasa

cemas, dan ada sebagian orang yang tidak mudah merasa cemas. Mudah atau

tidaknya seseorang mengalami kecemasan tergantung ketahanannya terhadap

setiap persoalan dalam hidup. Orang yang kuat menghadapi setiap persoalan

hidup, tidak lekas cemas. Sebaliknya orang yang tidak kuat menghadapi

setiap persolan hidup, biasanya lekas cemas dan mudah mengalami stres.

c. Frustrasi

Frustrasi adalah kegagalan memperoleh kepuasan, keadaan emosiona l

yang diakibatkan oleh rasa terkekang, kecewa dan kekalahan (Kartono,

2003:180). Frustrasi dapat bertahan sesaat atau bisa menjadi sangat lama.

Frustrasi yang ringan menyebabkan stres yang ringan dan mudah

disembuhkan. Frustrasi yang berat menimbulkan stres berat dan sukar

disembuhkan (Swee dan Smith, 1991:30). Jenis-jenis frustrasi yang dapat

menyebabkan stres berat antara lain, kegagalan berkomunikasi dengan

orang-orang yang dicintai, dan tidak adanya penghargaan atas kerja keras yang telah

dilakukan dengan baik.

d. Ketidakmampuan Mengendalikan Situasi

Perasaan tidak mampu mengendalikan situasi sering menyebabkan

(36)

tidak mampu mengatasi situasi hidup yang sedang dialami. Perasaan tertekan

membuat seseorang tidak mampu untuk berpikir jernih untuk memulihkan

situasi yang sedang dihadapi. Orang bisa mengalami stres berat karena

merasa tidak bisa apa-apa terhadap situasi yang sedang melandanya.

4. Perubahan Fisiologis Akibat Stres

Perubahan fisiologis berkaitan erat dengan emosi. Ketika mengalami

stres, epinefrin (Adrenalin) suatu hormon stres dilepaskan dari kelenjar

adrenal. Hormon ini bersama hormon lain beredar dalam tubuh untuk

meningkatkan tekanan darah, denyut jantung dan kecepatan pernapasan.

Kadar gula darah dalam tubuh meningkat, dan menyebabkan tubuh menjadi

tegang (Swart, 2002:3). Perubahan yang terjadi dalam tubuh memperkuat

emosi untuk menyiapkan diri menghadapi segala kemungkinan yang akan

terjadi.

Emosi yang meningkat bersamaan dengan perubahan dalam tubuh

akibat dilepaskan epinefrin, sangat berbahaya bagi tubuh. Kadar lemak dalam

darah akan meningkat dan dapat menyebabkan penyakit jantung yang bisa

mendatangklan kematian (Swart, 2002:38).

B. Siswa SLTP Sebagai Remaja

Siswa-siswi SLTP dapat dikategorikan sebagai remaja atau berada

(37)

dan masa dewasa, yakni antara umur 12 sampai 21 tahun. Menurut Yusuf

(2004:184), masa remaja bisa dibedakan sebagai berikut: Masa remaja awal

(12-15 tahun), masa remaja pertengahan (16-18 tahun), dan masa remaja

akhir (19-21 tahun). Jadi dapat dikatakan bahwa siswa-siswi SLTP, yang

rata-rata berumur 12-15 tahun, telah masuk pada masa remaja yakni masa

remaja awal.

Lebih lanjut, Yusuf mengatakan bahwa, masa remaja adalah masa

bertumbuhnya perasaan baru tentang identitas. Pada masa ini terjadi banyak

perubahan dan perkembangan yang tidak terjadi pada masa sebelumnya,

terlebih pada perubahan fisik (Hurlock, 1996:184). Perubahan ini

menimbulkan ketegangan psikologis. Ketegangan psikologis nampak dalam

gejala seperti, mudah tersinggung, gelisah, cepat marah, dan bingung.

Berikut akan dibahas karakteristik remaja dan sumber-sumber stres

yang khas pada remaja.

1. Karakteristik Remaja

Menurut Mappiare (1982:32), ciri-ciri khas masa remaja awal adalah

sebagai berikut:

a. Ketidakstabilan Perasaan dan Emosi

Pada masa ini remaja mengalami perasaan yang sangat peka. Perasaan

(38)

berganti dengan krisis kepercayaan diri yang berlebihan. Pada masa ini,

remaja mengalami ketidakstabilan perasaan dan emosinya.

b. Sikap dan Moral Semakin Menonjol

Organ-organ seks yang telah matang menyebabkan remaja tertarik

mendekati lawan jenisnya. Ada kecenderungan untuk memenuhi dorongan

seks, yang dinilai kurang baik oleh masyarakat. Keadaan demikian sering

menimbulkan masalah dengan orang tua atau orang dewasa lainnya.

c. Hal Kecerdasan atau Kemampuan Mental

Kemampuan mental dan kemampuan berpikir remaja mulai

sempur na. Remaja sudah mampu mengambil kesimpulan dan mencerna

informasi abstrak. Hal- hal yang tidak masuk akal tidak akan diterima.

Akibatnya, banyak terjadi pertentangan dengan orang tua, guru atau orang

dewasa lainnya.

d. Masa yang Kritis

Pada masa ini, remaja mengalami masa kritis. Dikatakan kritis karena,

remaja dihadapkan dengan soal apakah mampu menghadapi dan

memecahkan masalah yang dialami dalam kehidupannya. Apabila mereka

mampu menghadapi masalah dengan baik, akan menjadi modal untuk

menghadapi masalah la innya. Tetapi, jika mereka tidak mampu menghadapi

masalah dengan baik pada masa ini, kelak mereka tidak menjadi orang

(39)

2. Sumber-sumber Stres Pada Remaja

Setiap orang mengalami stres dalam hidupnya. Stres yang dialami

dapat berupa stres berat atau juga stres ringan. Berat ringannya stres

tergantung juga pada sumber stres. Menurut Hawari (2001:3), banyak sekali

sumber stres yang menjadi penyebab stres dalam kehidupan sehari- hari. Pada

umumnya sumber stres yang dialami oleh setiap orang hampir sama. Tetapi

pada orang tertentu dalam masa tertentu, bisa mengalami sumber stres yang

berbeda dari orang lain. Hal yang paling nyata adalah sumber stres pada

remaja. Sumber stres pada remaja tidak bisa disamakan dengan sumber stres

pada orang lain yang bukan remaja. Remaja memiliki karakteristik dan

permasalahan sendiri. Berikut akan dibahas sumber stres yang khas yang

sering dialami oleh remaja.

a. Dari dalam diri

Stres bisa bersumber dari dalam diri remaja sendiri. Ada dua sumber stres

dari dalam diri remaja yakni:

1) Penyakit

Berbagai penyakit fisik yang kronis atau cidera dapat menimbulkan

stres seperti, penyakit jantung, kanker, liver, atau kecelakaan yang

menyebabkan cacat pada tubuh (Hawari, 2001:10). Penyakit dan

cidera, berpengaruh terhadap tuntutan fisik dan psikologis remaja.

(40)

Jika remaja mampu beradaptasi dan menerima kenyataan terhadap

penyakit dan cacat yang dideritanya, mereka tidak terlalu stres.

Sebaliknya, jika mereka tidak dapat beradaptasi dan menerima

kenyataan terhadap penyakit dan cacat yang dideritanya, mereka akan

stres berat.

2) Konflik

Konflik dapat menjadi penyebab stres pada remaja. Konflik terjadi

karena ada pertentangan antar motif untuk memenuhi kebutuhan.

Remaja bertingkah laku disebabkan oleh adanya kebutuhan yang

ingin dipenuhinya. Dalam bertindak untuk memenuhi kebutuhan

tersebut, sering kali terjadi konflik yang menimbulkan stres. Handoko

(1992:52), mengatakan ada tiga bentuk konflik antar motif dalam

pemenuhan kebutuhan yakni:

- Konflik mendekat- mendekat. Konflik ini terjadi apabila

pada saat yang bersamaan terjadi dua motif yang positif,

menyenangkan dan menguntungkan. Pada saat seperti ini

timbul kebimbangan, motif mana yang dipilih. Memilih

salah satu motif berarti mengorbankan motif yang lain.

Misalnya, remaja mengikuti latihan menyanyi atau nonton

(41)

terhadap kedua pilihan tersebut menyebabkan stres karena

kedua hal tersebut menyenangkan.

- Konflik mendekat- menjauh. Konflik ini terjadi apabila pada

saat yang bersamaan timbul dua motif yang berlawanan

tentang suatu objek. Motif yang satu positif sedangkan motif

yang lain negatif. Misalnya, remaja merokok. Satu sisi,

merusak kesehatan, sedangkan sisi lain berhenti merokok

merupakan kehilangan salah satu kenikmatan hidup.

- Konflik menjauh- menjauh. Konflik ini terjadi apabila pada

saat yang bersamaan timbul dua motif yang sama-sama yang

tidak menyenangkan. Kedua motif yang tidak

menyenangkan tersebut, harus dipilih salah satu. Misalnya,

kumpul dengan teman-teman atau ketemu pacar. Memilih

teman berarti mengorbankan pacar. Memilih pacar berarti

mengorbankan teman-teman. Dua pilihan ini sama-sama

tidak menyenangkan.

b. Keluarga

Keluarga adalah unit sosial terkecil yang memberikan fondasi primer

bagi remaja. Baik-buruknya struktur keluarga memberikan pengaruh baik

atau buruk nya kepribadian remaja (Kartono, 2003:57). Lebih lanjut Hawari

(42)

keluarga tidak harmonis. Kondisi keluarga yang dapat menimbulkan stres

pada remaja antara lain:

1) Hubungan kedua orang tua dingin, penuh ketegangan, acuh tak acuh.

2) Kedua orang tua jarang di rumah dan tidak ada waktu untuk bersama

dengan anak.

3) Komunikasi antara orang tua dan anak tidak serasi.

4) Kedua orang tua berpisah atau bercerai.

5) Salah satu orang tua menderita kelainan jiwa atau kepribadian.

6) Orang tua dalam mendidik anak tidak sabar, pemarah, dan otoriter.

c. Sekolah

Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal yang secara

sistematis melaksanakan program pengajaran, bimbingan dan pelatihan,

dalam rangka membantu siswa agar mampu mengembangkan potensinya,

baik yang menyangkut aspek moral-spiritual, intelektual, emosional, maupun

sosial (Yusuf, 2004:54). Sekolah dapat menjadi salah satu sumber stres bagi

remaja bila tuntutan kurikulum terlalu berat, lingkungan fisik sekolah tidak

memadai, hubungan guru- murid tidak harmonis, hubungan murid- murid tidak

baik. Akibatnya siswa melakukan aktivitas dalam keadaan tertekan.

d. Lingkungan Hidup

Kondisi lingkungan hidup berpengaruh sangat besar bagi kesehatan

(43)

mempengaruhi aktivitas remaja. Remaja dapat beraktivitas dengan nyaman

tanpa mengalami ketakutan atau tekanan-tekanan. Lingkungan hidup yang

bersih, menjamin kesehatan remaja. Mereka tidak takut mengidap salah satu

penyakit berat yang membahayakan dirinya. Mereka tidak mudah mengalami

stres karena lingkungannya nyaman dan aman. Tetapi sebaliknya, jika

mereka hidup pada lingkungan yang tidak nyama n dan aman, akan mudah

sekali mengalami stres. Misalnya, mereka tinggal di daerah kumuh, dekat

dengan pabrik yang bising, atau di pusat perkotaan yang sangat sibuk, dengan

tingkat kejahatan yang sangat tinggi (Hawari, 2001:8).

C. Respon Terhadap Stres

Ada dua macam respon yang sering dilakukan remaja ketika

mengalami stres. Kedua macam respon tersebut adalah, respon konstruktif

atau respon positif dan respon destruktif atau respon negatif. Remaja yang

melakukan respon konstruktif bisanya dapat mengatasi stres yang dihadapi

dan mampu membangun kembali kehidupannya dengan lebih baik. Remaja

yang melakukan respon destruktif, biasanya tidak mampu mengatasi stres

yang sedang dialami. Kehidupannya menjadi tidak teratur. Banyak muncul

(44)

1. Respon Konstruktif

Respon konstruktif terhadap stres yaitu, reaksi yang dipertimbangkan

lebih dahulu, yang memungkinkan remaja memikirkan cara-cara yang tepat

untuk mengatasi stres (Swee dan Smith, 1991:44). Respon konstruktif

terhadap stres antara lain:

a. Melakukan Olah Raga

Salah satu kegiatan yang paling sering dilakukan remaja ketika

mengalami stres adalah berolahraga. Olah raga yang paling sering dilakukan

adalah olah raga senam. Olah raga senam dapat dilakukan di mana saja tanpa

terikat pada salah satu tempat senam kebugaran tertentu. Swee dan Smith

(1991:75) mengatakan, senam paling baik adalah senam yang anda lakukan

sendiri dalam waktu senggang di rumah dan tanpa peralatan tambahan. Untuk

membangkitkan semangat berolah raga senam, seringkali dipakai iringan

musik. Olah raga senam membantu membentuk daya tahan tubuh dan mental

menjadi lebih kuat. Otot-otot yang tegang dan kaku dapat dikendorkan karena

sirkulasi darah dalam tubuh semakin lancar. Olah raga senam, membakar

zat-zat racun yang merugikan tubuh dan menghasilkan zat-zat-zat-zat yang

menghilangkan rasa sakit. Selain olah raga senam, kegiatan olah raga lain

yang sering dilakukan adalah, lari pagi, sepak bola, bola volley, bola basket,

dan lain- lain. Kenton (2003:75) mengungkapkan bahwa olah raga yang

(45)

lebih baik sebelumnya, dan mampu merasakan kebahagiaan dalam jangka

waktu yang cukup lama. Olah raga merupakan bagian dari pengendalian rutin

dan baik terhadap stres.

b. Melakukan Diskusi/Sharing dengan Orang Lain

1) Teman Dekat

Remaja yang sedang mengalami stres, cenderung mencari teman

dekatnya untuk menceriterakan pikiran, perasaan, dan

ketegangan-ketegangan yang sedang dialami. Teman dekat dianggap dapat mengerti

pikiran, perasaan dan ketegangan-ketegangan yang sedang dialami.

Mereka dapat memberikan penghiburan, masukan, dorongan, dan

gagasan yang baik untuk mengatasi stres yang sedang dialami. Teman

dekat dianggap sebagai orang yang bersedia dan senang menerimanya

dalam keadaan apa pun. Soekanto (1989:44) menambahkan bahwa,

dengan melakukan diskusi dengan teman dekatnya, sesungguhnya remaja

sedang melatih diri untuk mengemukakan pendapat, perasaan, dan

pikiran, sekaligus melatih diri untuk mendengarkan masukan- masukan

yang baik dari teman-temannya.

2) Orang Tua

Orang tua menjadi tempat keluh kesah remaja ketika mereka mengalami

stres. Remaja mengungkapkan ketegangan yang dirasakan akibat stres

(46)

orang tua. Dukungan dan perhatian tersebut sebagai kekuatan bagi remaja

untuk keluar dari beban stres yang sedang dihadapi. Orang tua memiliki

peranan yang sangat penting dalam upaya pengembangan pribadi remaja.

Orang tua yang penuh kasih sayang, mendidik, dan mengajarkan remaja

dengan nilai- nilai yang baik, merupakan faktor yang kondusif untuk

mempersiapkan remaja me njadi pribadi yang sehat (Yusuf, 2004:37).

Hubungan orang tua dan remaja seperti ini, membuka peluang terjalin

relasi yang mendalam. Remaja dapat mengungkapkan semua perasaan

dan pikirannya tanpa merasa malu dan takut. Mereka percaya, orang tua

mampu membantu dengan sepenuh hati karena, orang tua merupakan

pendukung yang paling dekat dengannya (Keliat, 1999:15).

3) Anggota keluarga yang lain

Anggota keluarga yang lain seperti: kakak, paman/Oom, bibi/tante, dapat

menjadi penolong yang baik ketika remaja mengalami stres. Jika remaja

malu mengungkapkan ketegangan perasaan dan pikiran yang sedang

dialaminya kepada orang tua, mereka dapat mengungkapkannya kepada

anggota keluarga yang lain. Kakak, paman/Oom, bibi/tante, merupakan

keluarga dekat yang bisa mengerti dan memahami ketegangan perasaan

dan pikiran yang sedang dialami oleh remaja. Mereka mampu

(47)

kembali hidupnya lebih baik. Tanpa bantuan anggota keluarga, remaja

merasa lemah, hambar, dan patah semangat (Kartono, 2003:121)

c. Berbicara dengan Konselor/Guru Pembimbing

Remaja yang sedang stres, sering mendatangi konselor atau guru

pembimbing di sekolah untuk membicarakan keadaan dirinya. Mereka yakin,

konselor atau guru pembimbing dapat memberikan bantuan yang maksimal

terhadap beban stres yang sedang dipikulnya. Mereka percaya dapat dibantu

karena konselor atau guru pembimbing merupakan tenaga profesional.

Konselor atau guru pembimbing mampu mendengarkan, memahami dan turut

merasakan apa yang dialami oleh remaja. Konselor atau guru pembimbing

mampu memberi masukan yang tepat bagi remaja sesuai dengan keahliannya,

dan selaras dengan tujuan pelayanan bimbingan yang diembannya. Tujuan

pelayanan bimbingan yang dimaksud adalah, membantu setiap siswa yang

bermasalah, baik dengan dirinya sendiri, sesama dan lingkungan hidupnya,

untuk mencapai perkembangan diri yang optimal (Winkel, 1997:68). Remaja

percaya kepada konselor atau guru pembimbing dapat menyimpan rahasia.

Oleh karena itu, mereka mengungkapkan secara jujur, pikiran, perasaan dan

beban stres yang sedang dialami, dan mengharapkan bantuan untuk

(48)

d. Berbicara dengan guru yang lain.

Sebagian remaja, malu mengungkapkan pikiran, perasaan dan

ketegangan-ketegangan yang dialaminya kepada konselor atau guru

pembimbing ketika sedang mengalami stres. Mereka lebih mudah

mengungkapkan kepada guru-guru yang lain, yang dirasa lebih dekat dengan

dirinya. Guru-guru lain yang dapat dimintai bantuan ketika mengalami stres

antara lain, wali kelas, guru mata pelajaran dan kepala sekolah. Wali kelas

dan guru mata pelajaran dianggap dekat karena intensitas pertemuan di kelas

yang cukup banyak, yang dapat menimbulkan ikatan emosional yang dalam.

Guru-guru menjadi teladan seperti layaknya orang tua. Guru-guru

mengajarkan nilai-nilai dan norma-norma untuk remaja (Sarwono, 2004:124).

Sedangkan kepala sekolah dianggap sebagai pimpinan sekolah yang dapat

memberikan bantuan atas masalah- masalah berat yang dihadapi remaja.

Misalnya, remaja stres karena belum mampu membayar uang sekolah.

Kepala sekolah diharapkan bantuannya dengan memberikan keringanan atau

toleransi pembayaran uang sekolah.

e. Mencari Informasi

1) Melalui Buku, Koran, Majalah/Surat Kabar

Remaja yang mengalami stres, sering berusaha untuk mengatasinya

dengan mencari informasi melalui buku bacaan, koran, majalah atau

(49)

bertujuan untuk membantu menambah pengetahuan dan pemahaman

mengenai stres. Bertambahnya pengetahuan ini, memudahkan remaja

untuk mengatasi stres yang sedang dialami. Soekanto (1989:61)

mengungkapkan bahwa, selain mencari informasi, kegiatan membaca

dapat digunakan sebagai rekreasi. Kegiatan membaca sebagai rekreasi

mempunyai fungsi- fungsi positif antara lain: mengurangi kebosanan

dalam hidup, sebagai bahan bacaan yang memberikan tokoh ideal

bagi remaja, menimbulkan optimisme bagi remaja, dan menambah

wawasan berpikir.

2) Melalui Radio dan Televisi

Radio dan televisi, dapat menjadi sarana untuk mendapatkan

informasi tentang stres. Acara-acara tertentu di radio dan televisi

menampilkan berbagai kiat hidup sehat dan bagaimana menata hidup

secara baik. Acara-acara tersebut, menjadi satu informasi yang sangat

penting bagi remaja untuk mengatur hidupnya lebih baik sehingga

terhindar dari stres berat. Menurut Soekanto (1989:62), radio dan

televisi merupakan sumber informasi mengenai pola-pola hidup

seperti, pola berpakaian, bergaul, penampilan dan gaya hidup.

Pola-pola tersebut mempengaruhi perilaku remaja. Diharapkan, dengan

adanya informasi- informasi tersebut, remaja lebih mampu mengatur

(50)

f. Rekreasi

Rekreasi sangat penting untuk mengurangi keteganga n perasaan dan

pikiran yang disebabkan oleh stres. Soekanto (1989:41) mengatakan bahwa,

rekreasi merupakan salah satu kebiasaan remaja. Pola-pola rekreasi yang

sering dilakukan remaja antara lain: bersantai-santai, pesta, dan

bermain-main. Pola-pola rekreasi tersebut tergantung pada remaja yang bersangkutan.

Mereka boleh melakukan pola-pola rekreasi apa saja sesuai dengan

kebutuhan dan keadaan sosial-ekonomi masing- masing. Dewasa ini, rekreasi

yang sering dilakukan remaja antara lain: pergi ke pantai, ke mall atau super

market, ke daerah wisata yang menarik, ke tengah sawah yang hijau atau ke

tempat lain yang dapat memberikan kenyamanan perasaan dan pikiran.

g. Relaksasi

Relaksasi merupakan cara yang paling baik untuk mengatasi stres.

Cara ini kadang dipakai oleh remaja yang sedang stres, untuk

mengidentifikasikan emosi-emosi pada dirinya. Relaksasi membantu remaja

untuk mengendalikan dan menguasi emosi-emosinya (Swee dan Smith,

1991:55). Relaksasi bisa dilaksanakan dengan cara-cara sederhana seperti:

menenangkan diri, menarik napas dalam-dalam, menutup mata sambil

berusaha untuk rileks, dan duduk tegak sambil berdoa. Wilkinson (2003:42)

(51)

cemas, sehingga remaja memperoleh kekuatan kembali untuk keluar dari

situasi stres yang sedang dihadapi.

h. Menangis

Remaja tak jarang merespon stres yang sedang dihadapi dengan

menangis. Menangis bukan berarti tidak mampu menghadapi stres. Menangis

sebagai sarana untuk mengurangi beban pikiran dan perasaan. Menurut

Keliat (1991:13), menangis memulihkan kembali keseimbangan biokimia di

dalam tubuh yang sedang kacau akibat stres, sehingga tubuh kembali normal.

Menangis menyejukkan batin dan membawa pergi kesedihan dari hati.

Menangis membuat remaja lebih tenang untuk menghadapi stres yang sedang

dialami, sambil berusaha untuk bangkit kembali dari situasi stres tersebut.

2. Respon Destruktif

Remaja sering pula memberikan respon destruktif atau negatif

terhadap stres yang sedang dihadapi. Tidak disadari oleh remaja bahwa,

respon demikian tidak baik dan malah menimbulkan persolan baru. Persoalan

baru dapat pula menjadi penyebab stres yang lebih berat. Respon destruktif

atau respon negatif benar-benar melumpuhkan sehingga orang tidak dapat

melakukan kegiatan yang baik (Tyrer, 1984:28). Ada beberapa respon

(52)

a. Menyerang Orang Lain

Remaja yang sedang stres, sering menyalahkan orang lain, mengamuk

dan menyerang orang-orang di sekitarnya. Mereka membenci orang atau

hal-hal yang dianggap sebagai penyebab stres pada dirinya. Mereka memukul,

menyepak dan mencerca orang lain di sekitarnya. Menurut Keliat (1999:13),

respon seperti ini merupakan respon spontan yang berbahaya. Oleh karena

itu, remaja harus benar-benar diawasi ketika sedang memberikan respon

seperti ini. Berbagai serangan yang dilakukan terhadap orang lain merupakan

akibat dari tekanan emosi yang meninggi ketika mengalami stres.

b. Merusak Barang

Barang atau benda-benda di sekitar menjadi sasaran luapan emosi

ketika remaja sedang mengalami stres. Mereka merusak apa saja yang ada di

dekatnya sebagai luapan emosi. Tindakan pengrusakan ini dimaksudkan

untuk mengurangi emosi berlebihan yang sedang dialami sehingga menjadi

lebih tenang. Tetapi tidak disadari bahwa, respon seperti ini bisa

mendatangkan bahaya. Misalnya, menumbuk kaca. Kaca adalah barang yang

mudah pecah. Pecahan kaca bisa saja melukai tangan atau bagian tubuh yang

lain. Contoh lainnya adalah, menendang tembok atau memecahkan piring,

gelas yang ada disekitarnya. Tindakan ini bisa mendatangkan luka pada

tubuh. Menurut Soekanto (1989:16), tindakan merusak barang merupakan

(53)

c. Diam

Remaja yang sedang stres, kebanyakan pasif dan acuh tak acuh

terhadap situasi yang ada di sekitarnya. Mereka malas berbicara kepada siapa

pun, tidak seperti hari- hari biasanya. Mereka tidak perduli terhadap segala

sesuatu di sekitarnya. Tugas-tugas sekolah dan rumah diabaikan. Mereka

lebih suka diam dan tidak mau berhubungan dengan siapa pun. Respon

seperti ini menyebabkan remaja tidak dapat bergaul dengan orang yang

berada di sekitarnya. Akibatnya, tidak ada masukan atau penguatan dari

orang lain. Menurut Makin dan Lindley (1994:135), keadaan seperti ini dapat

membuat remaja bertindak nekat seperti, tawuran, mencuri dan merampok.

d. Menyendiri

Remaja seirng menyendiri bila sedang mengalami stres. Mereka

sering kali mengurung diri dalam kamar. Mereka tidak mau diganggu oleh

orang lain. Pada saat seperti ini, komunikasi dengan orang lain menjadi

terhambat. Mereka tidak memiliki orang yang dapat dijadikan tempat untuk

mencurahkan pikiran dan perasaannya. Akibatnya, stres yang dialami bisa

lebih berat karena mereka tidak dibantu oleh orang lain. Remaja yang sering

menyendiri ketika mengalami stres bisa disebabkan karena perasaan rendah

diri. Menurut Adler (Mulyatiningsih, Pancariatno, Yohanes, Rohayati,

2004:39), rasa rendah diri berarti perasaan kurang berharga yang ditimbulkan

(54)

sempurna. Rasa rendah diri harus segera dihilangkan bila tidak ingin jatuh ke

dalam stres berat.

e. Konsumsi Makanan Berlebihan

Makanan adalah sumber energi untuk melakukan kegiatan sehari- hari.

Makanan sangat penting bagi pertumbuhan dan perkembanga n tubuh. Tubuh

yang kuat memampukan seseorang untuk menghadapi segala macam

kegiatan hidupnya. Tetapi mengkonsumsi makanan berlebihan,

membahayakan tubuh. Hal seperti ini sering dilakukan remaja ketika

mengalami stres. Mereka lebih banyak mengkonsumsi makanan dari

biasanya. Beragam makanan dimakan, tidak perduli dengan kandungan gizi

atau nutrisinya. Makanan yang sering dikonsumsi remaja antara lain: aneka

makanan kecil, cake, permen dan makanan ringan lainnya. Swarth (2002:53)

mengemukakan bahwa, makanan seperti itu dapat menaikan tekanan darah

dan bisa mengakibatkan kegemukan. Bila tubuh mengalami kegemukan

(obesitas), banyak penyakit yang akan diderita. Penyakit itu antara lain:

jantung dan tekanan darah tinggi.

f. Konsumsi Minuman Beralkohol

Hal lain yang sering dilakukan remaja ketika mengalami stres adalah,

mengkonsumsi minuman berlebihan. Remaja yang sedang stres sering

melarikan diri ke minuman keras atau alkohol. Mereka beranggapan bahwa

(55)

persoalan yang sedang dihadapi. Menurut Swarth (2002:13), alkohol akan

mempengaruhi sistem kerja hati sehingga hati tidak mampu membakar lemak

untuk dijadikan energi. Akibatnya, terjadi penimbunan lemak di hati dan

merusak kerja hati. Jika tidak, lemak tersebut dilepaskan ke dalam darah yang

dapat menyebabkan kerusakan otot jantung.

g. Proyeksi

Remaja kadang-kadang memberikan respon terhadap stres dengan

melakukan proyeksi. Perasaan dan pikiran negatif serta kesalahan sendiri

dilempar kepada orang la in (Kartono, 2003:114). Orang lain disala hkan

padahal kesalahan tersebut dibuatnya sendiri. Dengan demikian, beban stres

yang seharusnya ditanggung, seakan-akan dilemparkan kepada orang lain.

Mereka sepertinya tidak mengalami persoalan. Padahal sesungguhnya, beban

stres yang berat sedang ditanggungnya. Akibatnya, remaja tetap terbelenggu

dalam situasi stres yang dialaminya.

h. Merokok

Merokok sering terjadi ketika remaja mengalami stres. Keyakinan

remaja bahwa merokok dapat mengurangi stres, menyebabkan banyak

bungkus rokok dihabiskan dalam sehari. Merokok bagi mereka, membawa

kenikmatan dan dapat melupakan stres sejenak. Namun tidak disadari oleh

mereka bahwa, merokok satu setengah bungkus per hari, mengurangi kadar

(56)

kebutuhan akan vitamin C setiap hari meningkat dari 60 mg hingga

sekurang-kurangnya 100 mg. Asap rokok menghambat penggunaan oksigen oleh

jaringan tubuh dan merupakan faktor primer timbulnya penyakit

kardiovaskuler (Swarth, 2002:24).

i. Membuat Keributan

Remaja yang stres seringkali menyalurkan ketegangan pikiran dan

perasaannya dengan membuat keributan. Keributan yang sering dilakukan

remaja ketika mengalami stres antara lain:

1) Menyanyi dan Berteriak Keras-keras

Menyanyi merupakan salah satu cara untuk menyalurkan emosi

(Soekanto, 1989:57). Menyanyi bisa mengurangi ketegangan dan

kesedihan yang sedang dialami. Tetapi akan menjadi persoalan jika

tidak melihat situasi dan kondisi yang ada. Remaja yang sedang stres,

tidak perduli terhadap situasi dan kondisi yang ada. Mereka bernyanyi

dan berteriak keras-keras di tengah malam atau pada saat orang di

sekitarnya sedang beristirahat. Mereka tidak mempertimbangkan

waktu dan tempat. Bagi mereka asal bisa lebih tenang dan rileks.

Akibatnya, ketenangan masyarakat sekitarnya terganggu.

2) Menyetel Musik Keras-keras

Musik mampu menena ngkan perasaan dan pikiran dari stres

(57)

pikiran dan perasaan menjadi rileks dan tenang. Tetapi sering kali

remaja senang menyetel musik keras-keras dengan lagu- lagu beraliran

keras seperti rock, dan underground, yang menurut mereka

membangkitkan semangat. Mereka tidak menyadari bahwa, menyetel

musik kelewat keras, sangat mengganggu masyarakat di sekitar.

j. Melakukan Sesuatu Tanpa Tujuan

Mahsun (2004:21), menggolongkan perilaku susah berkonsentrasi dan

tidak bisa tenang ke dalam kategori tanda-tanda seseorang sedang dalam

keadaan stres berat. Keadaan demikian, sering pula dialami remaja. Remaja

yang sedang stres, sering kali tidak dapat berkonsentrasi dengan baik. Mereka

tidak dapat mengikuti pelajaran dengan baik. Tugas-tugas sekolah tidak dapat

diselesaikan. Kegiatan-kegiatan di rumah tidak dijalankan. Mereka sering

kelihatan menatap hampa dan kadang-kadang pergi kemana saja tanpa tujuan

yang jelas.

D. Bimbingan

1. Pengertian Bimbingan

Bimbingan merupakan suatu pertolongan yang menuntun. Hal ini

mengandung pengertian bahwa di dalam memberikan bimbingan, apabila

keadaan menuntut, adalah kewajiban dari pembimbing untuk memberikan

(58)

(Walgito, 2005:4) Lebih lanjut, Walgito (2005:5) mengemukakan bahwa

bimbingan adalah bantuan atau pertolongan yang diberikan kepada individu

atau sekumpulan individu dalam menghindari atau mengatasi

kesulitan-kesulitan di dalam kehidupannya, agar individu atau sekumpulan individu itu

dapat mencapai kesejahteraan hidupnya.

Smith dalam McDaniel (Prayitno dan Amti, 2004:94) mengatakan

bimbingan adalah proses layanan yang diberikan kepada individu- individu

guna membantu mereka memperoleh pengetahuan dan

keterampilan-keterampilan yang diperlukan dalam membuat pilihan-pilihan,

rencana-rencana, dan interpretasi- interpretasi yang diperlukan untuk menyesuaikan

diri yang baik.

Prayitno dan Amti (2004:99) mengemukakan lebih lanjut bahwa

bimbingan adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh orang yang

ahli kepada seorang atau beberapa orang individu, baik anak-anak, remaja,

maupun dewasa, agar orang yang dibimbing dapat mengembangkan

kemampuan dirinya sendiri dan mandiri, dengan memanfaatkan kekuatan

individu dan sarana yang ada dan dapat dikembangkan, berdasarkan

norma-norma yang berlaku.

Jadi dapat dikatakan bahwa, bimbingan merupakan proses pemberian

bantuan yang dilakukan melalui wawancara konseling oleh seorang ahli atau

(59)

sehingga mampu untuk memcahkan persoalannya sendiri, dan dapat

mengadakan penyesuaian diri dengan lingkungannya untuk mencapai

perkembangan yang optimal.

2. Ragam Bimbingan

Ragam bimbingan menunjuk pada bidang kehidupan tertentu atau

aspek perkembangan tertentu yang menjadi perhatian dalam pelayanan

bimbingan (Winkel, 1997:137). Berikut akan dibahas ragam-ragam

bimbingan beserta pengertiannya (Winkel, 1997:139-142).

a. Bimbingan Karier

Bimbingan karier adalah bimbingan dalam mempersiapkan diri

menghadapi dunia pekerjaan, dalam memilih lapangan pekerjaan/profesi

tertentu serta membekali diri supaya siap memangku jabatan tersebut, dan

dalam menyesuaikan diri dengan berbagai tuntutan dari lapangan pekerjaan

yang telah dimasuki.

b. Bimbingan Akademik

Bimbingan akademik adalah bimbingan dalam hal menentukan cara

belajar yang tepat, dalam memilih program studi yang sesuai, dan dalam

mengatasi kesukaran yang timbul berkaitan dengan tuntutan-tuntutan belajar

(60)

c. Bimbingan Pribadi-Sosial

Bimbingan pribadi-sosial adalah bimbingan dalam menghadapi

keadaan batinnya sendiri dan mengatasi berbagai pergumulan dalam batinnya

sendiri; dalam menga tur dirinya sendiri di bidang kerohanian, perawatan

jasmani, pengisian waktu luang, penyaluran nafsu seksual, dan sebagainya;

serta bimbingan dalam membina hubungan kemanusiaan dengan sesama di

berbagai lingkungan (pergaulan sosial).

Jadi dapat dikatakan bahwa ragam bimbingan dimaksudkan untuk

membantu siswa-siswi agar mampu mengatasi pergumulan batinnya, dan

mampu pula membangun hubungan yang baik dengan sesama yang lain di

sekolah. Hubungan yang baik tersebut membantu dirinya untuk belajar

mengembangkan diri berkaitan dengan kebiasaan belajar yang baik,

pemilihan materi belajar yang tepat, dan program studi yang tepat pula

sehingga kelak dapat memasuki dunia pekerjaan cocok dan mampu

memangku karier atau jabatan yang dipercayakan kepadanya.

3. Sifat-sifat Bimbingan

Sifat-sifat bimbingan menekankan tujuan yang ingin dicapai dalam

pelayanan bimbingan. Bimbingan ini bermaksud untuk membantu siswa

untuk berkembang optimal, memperbaiki perkembangan yang salah arah,

atau untuk menyiapkan siswa menghadapi tantangan-tantangan yang akan

(61)

Winkel (1997:137), membagi tiga sifat bimbingan berdasarkan tujuan

yang ingin dicapai yaitu:

a. Bimbingan Perseveratif atau Bimbingan Developmental

Bimbingan perseveratif atau bimbingan developmental merupakan

bimbingan untuk mendampingi siswa agar dapat berkembang secara optimal

dan utuh. Misalnya, membantu siswa bagaimana bersikap terhadap orang tua

yang dianggap terlalu mengekang kebebasan. Siswa dilatih untuk bisa

menentukan sikap terhadap orang tua, dan bertanggung jawab terhadap

keputusannya sendiri.

b. Bimbingan Preventif

Bimbingan preventif merupakan bimbingan untuk membekali siswa

agar mampu menghadapi tantangan-tantangan di masa yang akan datang.

Pada bimbingan ini, siswa dilatih untuk bisa mengatasi persoalannya sendiri.

Apa pun persoalan yang dihadapi oleh siswa, diusahakan untuk bisa dihadapi

dan diselesaikan dengan baik.

c. Bimbingan Korektif

Bimbingan korektif merupakan bimbingan untuk membantu

mengoreksi perkembangan siswa yang salah jalur. Misalnya, siswa yang

berpandangan bahwa setiap ibu tiri itu jahat, dapat diberi bimbingan agar ia

dapat berpikir lebih jernih bahwa tidak setiap ibu tiri itu jahat. Ada ibu tiri

(62)

4. Peranan Bimbingan Untuk Mengarahkan Siswa Membe rikan Respon Konstruktif Terhadap Stres

Persoalan yang dialami oleh remaja dewasa ini semakin kompleks.

Dimana-mana terdengar perkelahian antar pelajar, pencurian, penodongan,

pemerasan, dan perusakan barang, yang dilakukan oleh remaja. Keberadaan

remaja meresahkan masyarakat karena berbagai predikat buruk yang

disandang mereka. Remaja dianggap sebagai sumber kekacauan dan

ketidaknyamanan bagi masyarakat.

Persoalan tersebut di atas terjadi karena remaja sedang dalam keadaan

labil akibat perubahn fisik dan psikologis yang terjadi pada dirinya. Keadaan

sekolah dan keluarga yang tidak kondusif juga menjadi salah satu faktor yang

sangat berpengaruh terhadap terjadinya persoalan remaja. Keadaan fisik,

psikologis, sekolah dan rumah yang tidak mendukung berpengaruh besar

terhadap perkembangan emosi remaja. Remaja bisa cepat sekali marah atau

sebaliknya cepat murung dan masa bodoh. Menurut Mappiare (1982:52),

timbulnya emosi positif atau negatif pada remaja merupakan produk

pengamatan dari pengalaman secara unik dengan lingkungan, orang tua,

sauadara atau lingkungan sosial yang lebih luas.

Persoalan yang banyak dihadapi remaja, membuat mereka cepat putus

asa, tidak bergairah hidup, dan merasa terbebani. Keadaan ini harus mendapat

Gambar

Tabel 2. Daftar Aspek Respon Terhadap Stres Siswa Kelas II SLTP Stella
tabel 3. Daftar pelaksanaan pengumpulan data penelitian siswa-siswi kelas II
Tabel 4. Usulan Topik-topik Bimbingan Untuk Mengarahkan Respon  Konstruktif/Positif Terhadap stres Siswa-siswi Kelas II SLTP Stella Duce 2 Yogyakarta Tahun Ajaran 2005/2006

Referensi

Dokumen terkait

Program Studi Peserta wajib mengisi form kesediaan untuk mengakui semua kredit yang telah ditempuh oleh peserta Program Transfer Kredit Direktorat Pembelajaran

Pengakhiran kepailitan dapat terjadi karena pencabutan (Pasal 18 ayat (1) UUK dan PKPU), perdamaian yang berkekuatan hukum, atau karena telah

 Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas, logis dan sistematis, dalam karya yang estetis dalam gerakan yang mencerminkan anak sehat, dan dalam tindakan

Untuk mempercepat adopsi teknologi yang telah dihasilkan oleh Badan Litbang Departemen Pertanian, maka sejak tahun 2009 telah ditandatngani nota kesepahaman antara Badan

Baiquni pada tahun 2007 dalam Sahputra (2009: 11) menyatakan dalam situasi belajar yang sifatnya kompleks dan menyeluruh serta membutuhkan dan melibatkan interaksi, sering

1) Mendukung konsep materi dalam kegiatan belajar mengajar. 2) Mudah dan aman digunakan baik oleh siswa maupun guru. 3) Sesuai dengan tingkat perkembangan anak. 4) Mendukung

Pelaksanaan pengajaran membaca memiliki beberapa prinsip yang terdiri atas: 1) belajar membaca merupakan suatu proses yang sangat rumit dan peka terhadap

Berdasarkan Panduan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Sulawesi Tengah, pelaksanaan Festival Danau Poso dimaksudkan untuk memberikan kesempatan kepada seluruh elemen masyarakat