• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

C. Respon Terhadap Stres

2. Respon Destruktif

Remaja sering pula memberikan respon destruktif atau negatif terhadap stres yang sedang dihadapi. Tidak disadari oleh remaja bahwa, respon demikian tidak baik dan malah menimbulkan persolan baru. Persoalan baru dapat pula menjadi penyebab stres yang lebih berat. Respon destruktif atau respon negatif benar-benar melumpuhkan sehingga orang tidak dapat melakukan kegiatan yang baik (Tyrer, 1984:28). Ada beberapa respon destruktif yang sering dilakukan remaja ketika mengalami stres antara lain:

a. Menyerang Orang Lain

Remaja yang sedang stres, sering menyalahkan orang lain, mengamuk dan menyerang orang-orang di sekitarnya. Mereka membenci orang atau hal-hal yang dianggap sebagai penyebab stres pada dirinya. Mereka memukul, menyepak dan mencerca orang lain di sekitarnya. Menurut Keliat (1999:13), respon seperti ini merupakan respon spontan yang berbahaya. Oleh karena itu, remaja harus benar-benar diawasi ketika sedang memberikan respon seperti ini. Berbagai serangan yang dilakukan terhadap orang lain merupakan akibat dari tekanan emosi yang meninggi ketika mengalami stres.

b. Merusak Barang

Barang atau benda-benda di sekitar menjadi sasaran luapan emosi ketika remaja sedang mengalami stres. Mereka merusak apa saja yang ada di dekatnya sebagai luapan emosi. Tindakan pengrusakan ini dimaksudkan untuk mengurangi emosi berlebihan yang sedang dialami sehingga menjadi lebih tenang. Tetapi tidak disadari bahwa, respon seperti ini bisa mendatangkan bahaya. Misalnya, menumbuk kaca. Kaca adalah barang yang mudah pecah. Pecahan kaca bisa saja melukai tangan atau bagian tubuh yang lain. Contoh lainnya adalah, menendang tembok atau memecahkan piring, gelas yang ada disekitarnya. Tindakan ini bisa mendatangkan luka pada tubuh. Menurut Soekanto (1989:16), tindakan merusak barang merupakan tindakan agresif akibat stres yang dialami.

c. Diam

Remaja yang sedang stres, kebanyakan pasif dan acuh tak acuh terhadap situasi yang ada di sekitarnya. Mereka malas berbicara kepada siapa pun, tidak seperti hari- hari biasanya. Mereka tidak perduli terhadap segala sesuatu di sekitarnya. Tugas-tugas sekolah dan rumah diabaikan. Mereka lebih suka diam dan tidak mau berhubungan dengan siapa pun. Respon seperti ini menyebabkan remaja tidak dapat bergaul dengan orang yang berada di sekitarnya. Akibatnya, tidak ada masukan atau penguatan dari orang lain. Menurut Makin dan Lindley (1994:135), keadaan seperti ini dapat membuat remaja bertindak nekat seperti, tawuran, mencuri dan merampok. d. Menyendiri

Remaja seirng menyendiri bila sedang mengalami stres. Mereka sering kali mengurung diri dalam kamar. Mereka tidak mau diganggu oleh orang lain. Pada saat seperti ini, komunikasi dengan orang lain menjadi terhambat. Mereka tidak memiliki orang yang dapat dijadikan tempat untuk mencurahkan pikiran dan perasaannya. Akibatnya, stres yang dialami bisa lebih berat karena mereka tidak dibantu oleh orang lain. Remaja yang sering menyendiri ketika mengalami stres bisa disebabkan karena perasaan rendah diri. Menurut Adler (Mulyatiningsih, Pancariatno, Yohanes, Rohayati, 2004:39), rasa rendah diri berarti perasaan kurang berharga yang ditimbulkan karena ketidakmampuan psikologis, sosial, dan keadaan jasmani yang kurang

sempurna. Rasa rendah diri harus segera dihilangkan bila tidak ingin jatuh ke dalam stres berat.

e. Konsumsi Makanan Berlebihan

Makanan adalah sumber energi untuk melakukan kegiatan sehari- hari. Makanan sangat penting bagi pertumbuhan dan perkembanga n tubuh. Tubuh yang kuat memampukan seseorang untuk menghadapi segala macam kegiatan hidupnya. Tetapi mengkonsumsi makanan berlebihan, membahayakan tubuh. Hal seperti ini sering dilakukan remaja ketika mengalami stres. Mereka lebih banyak mengkonsumsi makanan dari biasanya. Beragam makanan dimakan, tidak perduli dengan kandungan gizi atau nutrisinya. Makanan yang sering dikonsumsi remaja antara lain: aneka makanan kecil, cake, permen dan makanan ringan lainnya. Swarth (2002:53) mengemukakan bahwa, makanan seperti itu dapat menaikan tekanan darah dan bisa mengakibatkan kegemukan. Bila tubuh mengalami kegemukan (obesitas), banyak penyakit yang akan diderita. Penyakit itu antara lain: jantung dan tekanan darah tinggi.

f. Konsumsi Minuman Beralkohol

Hal lain yang sering dilakukan remaja ketika mengalami stres adalah, mengkonsumsi minuman berlebihan. Remaja yang sedang stres sering melarikan diri ke minuman keras atau alkohol. Mereka beranggapan bahwa minuman keras atau alkohol dapat membuat dirinya rileks dan menga tasi

persoalan yang sedang dihadapi. Menurut Swarth (2002:13), alkohol akan mempengaruhi sistem kerja hati sehingga hati tidak mampu membakar lemak untuk dijadikan energi. Akibatnya, terjadi penimbunan lemak di hati dan merusak kerja hati. Jika tidak, lemak tersebut dilepaskan ke dalam darah yang dapat menyebabkan kerusakan otot jantung.

g. Proyeksi

Remaja kadang-kadang memberikan respon terhadap stres dengan melakukan proyeksi. Perasaan dan pikiran negatif serta kesalahan sendiri dilempar kepada orang la in (Kartono, 2003:114). Orang lain disala hkan padahal kesalahan tersebut dibuatnya sendiri. Dengan demikian, beban stres yang seharusnya ditanggung, seakan-akan dilemparkan kepada orang lain. Mereka sepertinya tidak mengalami persoalan. Padahal sesungguhnya, beban stres yang berat sedang ditanggungnya. Akibatnya, remaja tetap terbelenggu dalam situasi stres yang dialaminya.

h. Merokok

Merokok sering terjadi ketika remaja mengalami stres. Keyakinan remaja bahwa merokok dapat mengurangi stres, menyebabkan banyak bungkus rokok dihabiskan dalam sehari. Merokok bagi mereka, membawa kenikmatan dan dapat melupakan stres sejenak. Namun tidak disadari oleh mereka bahwa, merokok satu setengah bungkus per hari, mengurangi kadar vitamin C dalam tubuh sebanyak 30% sampai 40%. Dengan merokok,

kebutuhan akan vitamin C setiap hari meningkat dari 60 mg hingga sekurang-kurangnya 100 mg. Asap rokok menghambat penggunaan oksigen oleh jaringan tubuh dan merupakan faktor primer timbulnya penyakit kardiovaskuler (Swarth, 2002:24).

i. Membuat Keributan

Remaja yang stres seringkali menyalurkan ketegangan pikiran dan perasaannya dengan membuat keributan. Keributan yang sering dilakukan remaja ketika mengalami stres antara lain:

Dokumen terkait