• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II URAIAN TEORITIS

2.1.1 Pengertian Bank

Bank merupakan kata yang berasal dari bahasa Italia yaitu dari kata Banco, yang dapat diartikan sebagai meja/bangku. Menyinggung tentang sejarah perbankan, salah satu sejarah yang ada menyebutkan bahwa pada awalnya beberapa orang telah bertindak sebagai pegawai penukar uang di kawasan pantai laut Medeterania (selatan Italia) untuk memberi jasa penukaran uang terhadap para saudagar dan lain sebagainya, yang ketika itu banyak menggunakan laut Medeterania sebagai sarana transportasi. Namun sesuai dengan perkembangan zaman, aktifitas yang ada pun saat itu juga berkembang seperti penyimpanan dan pemberian pinjaman. Perkembangan ini merupakan titik tolak timbulnya institusi perbankan.

Secara sederhana masyarakat awam mendefenisikan bank adalah tempat menabung, menyimpan uang ataupun meminjam uang bagi masyarakat yang membutuhkan. Prof. G.M. Verryn Stuart, mendefinisikan Bank adalah suatu badan yang bertujuan untuk memuaskan kebutuhan kredit, baik dengan alat pembayarannya sendiri atau dengan uang yang diperolehnya dari orang lain maupun dengan jalan memperedarkan alat-alat penukar baru berupa uang giral.

Pada umumnya bank dikenal sebagai lembaga keuangan. Lembaga keuangan adalah lembaga yang kegiatan utamanya mengumpulkan dan menyalurkan dana dari

pihak yang memiliki kelebihan dana (unit surplus) kepada pihak yang membutuhkan dana (unit deifsit). Adapun kegiatan utama lembaga keuangan tersebut berupa menerima simpanan giro, tabungan dan deposito serta berupa tempat untuk meminjam uang (kredit) bagi masyarakat yang membutuhkannya. Disamping itu bank juga dikenal sebagai tempat untuk menukar uang, memindahkan uang atau menerima segala macam bentuk pembayaran dan setoran seperti pembayaran listrik, telepon, air, pajak, uang kuliah dan pembayaran lainnya.

Menurut Peter Rose (1993), bank dapat disebut ”financial departement stores” yang berperan sebagai ”a full service financial instituion”.

Pengertian Bank menurut Undang-Undang RI nomor 10 tahun 1998 tanggal 10 November 1998 tentang perbankan :

Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.

Pengertian dalam Undang-Undang tersebut mengandung kandungan filosofis yang tinggi. Pengertian secara teknis dapat ditemukan pada Peraturan Standard Akuntansi Keuangan (PSAK) dan Surat Keputusan Mentri keuangan RI Nomor 792 tahun 1990. Pengertian Bank menurut PSAK Nomor 31 adalah:

Bank adalah suatu lembaga yang berperan sebagai perantara keuangan antara pihak-pihak yang memiliki kelebihan dana dan pihak-pihak yang

memerlukan dana, serta sebagai lembaga yang berfungsi memperlancar lalu lintas pembayaran.

Sedangkan berdasarkan SK Menteri Keuangan RI Nomor 792 tahun 1990 pengertian bank adalah:

Bank merupakan suatu badan yang kegiatannya di bidang keuangan melakukan penghimpunan dan penyaluran dana kepada masyarakat terutama guna membiayai investasi perusahaan

Berdasarkan defenisi-defenisi di atas dapat disimpulkan bahwa bank merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang keuangan, artinya aktivitas perbankan selalu berkaitan dalam bidang keuangan. Umumnya aktivitas lembaga keuangan meliputi 3 kegiatan utama yaitu :

1. Menghimpunan dana dari masyarakat luas yang dikenal dengan istilah kegiatan funding. Pengertian menghimpun dana maksudnya adalah mengumpulkan atau mencari dana dengan cara membeli dari masyarakat luas. Dana masyarakat yang dihimpun oleh bank dapat disimpan baik dalam bentuk giro, deposito, tabungan. Funding ini dilakukan dengan sasaran meminimumkan biaya perolehan dana. 2. Setelah memperoleh dana dalam bentuk simpanan dari masyarakat, maka

perbankan mengalokasikan atau menyalurkan kembali dana tersebut ke masyarakat dalam bentuk pinjaman atau kredit serta investasi. Alokasi atau penyaluran dana dikenal dengan istilah lending dengan sasaran memaksimumkan pendapatan bank.

3. Memberikan jasa-jasa keuangan lainnya (seperti money changer, transfer, dll) dan jasa non keuangan (seperti pembayaran listrik, air, uang kuliah, pajak, dll) dengan sasaran memaksimumkan kepuasan nasabah. Dan biasanya kegiatan ini diberikan untuk mendukung kelancaran kegiatan menghimpun dan menyalurkan dana.

Dari ketiga kegiatan utama diatas yang menjadi kegiatan pokok perbankan yaitu menghimpun dan menyalurkan dana dari masyarakat dimana kegiatan pokok ini sering disebut sebagai intermediasi keuangan dalam perbankan. Sedangkan memberikan jasa-jasa lainnya hanya merupakan kegiatan pendukung dari kedua kegiatan pokok yang ada. Dan keuntungan utama perbankan yang berdasarkan prinsip konvensional diperoleh dari selisih bunga simpanan yang diberikan kepada penyimpan dengan bunga pinjaman atau kredit yang disalurkan. Keuntungan ini dikenal dengan istilah spread based.

2.1.2 Klasifikasi Bank

Bank-bank yang beroperasi di Indonesia saat ini pada dasarnya dikelompokkan dalam bentuk Bank Umum dan Bank Perkreditan Rakyat (BPR). Sedangkan Bank Indonesia berfungsi sebagai bank sentral. Namun demikian, sejalan dengan terjadinya perubahan dalam kelembagaan perbankan sebagai dampak dikeluarkannya undang-undang di bidang keuangan dan perbankan, bank yang beroperasi di Indonesia dapat dibedakan berdasarkan :

a. Dilihat dari segi fungsinya 1. Bank Sentral

Merupakan bank yang memegang otoritas moneter yang mengambil keputusan perihal kebijakan moneter, baik dalam hal mempengaruhi jumlah uang beredar atau menjaga stabilitas nilai mata uang dalam negeri serta tingkat bunga, yang pada akhirnya mempengaruhi kinerja perekonomian. Indonesia memiliki bank sentral yang dikenal dengan Bank Indonesia. Bank Indonesia ini merupakan lembaga negara independen, bebas dari campur tangan pemerintah dan/atau pihak-pihak lainnya. Adapun tugas dari bank Indonesia adalah sebagai berikut :

a. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter b. Mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran c. Mengatur dan mengawasi Bank.

2. Bank Umum

Bank Umum didefenisikan oleh Undang-Undang No.10 Tahun 1998 sebagai bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan/atau berdasarkan prinsip Syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Sifat jasa yang diberikan adalah umum, dalam arti dapat memberikan seluruh jasa perbankan yang ada. Dan juga dalam hal wilayah operasinya dapat dilakukan di seluruh wilayah. Bank umum sering disebut sebagai bank komersil (commercial bank).

3. Bank Perkreditan Rakyat

Undang-Undang No.7 Tahun 1992 Pasal 1 ayat 6 menyatakan bahwa Bank Perkreditan Rakyat(BPR) adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan/atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Sedangkan menurut Pasal 21 ayat 2 menyatakan bentuk hukum Bank Perkreditan Rakyat (BPR) dapat berupa salah satu Perusahaan Daerah, Koperasi, Perseroan Terbatas, dan bentuk lain yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.

b. Dilihat dari segi kepemilikannya

Ditinjau dari segi kepemilikan maksudnya adalah siapa saja yang memiliki bank tersebut. Kepemilikan ini dapat dilihat dari akte pendirian dan penguasaan saham yang dimiliki bank yang bersangkutan. Terdiri dari sebagai berikut :

1. Bank milik Pemerintah (Bank Persero)

Bank ini merupakan salah satu lembaga keuangan baik akte pendirian, modal, maupun sahamnya secara mayoritas dimiliki oleh pemerintah. Bank milik pemerintah ini (Bank Persero) juga sering disebut sebagai Bank BUMN. Bank persero yang sebelumnya berjumlah 7 bank, diperkecil jumlahnya menjadi 4 bank pada awal dekade 2000-an. Kebijakan ini dilakukan pemerintah sebagai dampak terjadinya krisis perbankan. Keempat bank persero tersebut adalah Bank Tabungan Negara (BTN), Bank Rakyat Indonesia (BRI), Bank Negara Indonesia (BNI), dan Bank Mandiri (yang merupakan penggabungan dari

Bank Bumi Daya, Bank Pembangunan Indonesia, Bank Dagang Negara, dan Bank Exim). Beberapa dari bank persero tersebut telah menjadi milik publik atau go public, melalui penjualan sebagian sahamnya melalui pasar modal, antara lain : Bank Mandiri, Bank Negara Indonesia (BNI), dan Bank Rakyat Indonesia (BRI).

2. Bank Umum Swasta Nasional

Bank umum swasta nasional merupakan bank yang berbadan hukum Indonesia, yang sebagian atau seluruh modalnya, keuntungan, serta akte pendiriannya dimiliki oleh warga negara Indonesia atau disebut swasta nasional. Contoh bank milik swasta nasional antara lain : Bank Danamon, Bank Lippo, Bank Niaga, Bank Central Asia (BCA), Bank Bumi Putra, Bank Muamalat, dan lain sebagainya.

3. Bank Asing

Bank jenis ini merupakan kantor cabang dari suatu bank di luar Indonesia, baik milik swasta asing maupun pemerintah asing. Bank asing, yang sejak awal tahun 1970-an, tidak diijinkan membuka kantor cabang di Indonesia, namun sejak pertengahan tahun 1999 diberi kesempatan membuka kantor cabangnya di beberapa ibukota provonsi seperti Semarang, Surabaya, Bandung, Denpasar, Ujung Pandang, Medan, dan Batam dengan memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan. Contoh bank asing di Indonesia yaitu : Citibank, Hongkong and Shanghai Bank Corporation (HSBC), Standard Chartered Bank, ABN AMRO Bank, dan lain sebagainya.

4. Bank Pemerintah Daerah

Bank ini merupakan bank-bank umum milik pemerintah daerah yaitu Bank-bank Pembangunan Daerah (BPD) yang pendiriannya berdasarkan Undang-undang N0.13 Tahun 1962. Dengan dikeluarkannya Undang-Undang-undang No.7 Tahun 1992 yang telah diubah dengan Undang-Undang No.10 Tahun 1998, Bank Pembangunan Daerah (BPD) harus memilih dan menetapkan badan hukum atas bank tersebut baik dalam bentuk Perseroan Terbatas, Koperasi, atau Perusahaan Daerah. Jumlah Bank Pembangunan Daerah (BPD) sampai dengan pertengahan tahun 2004 mencapai 26 bank antara lain yaitu : BPD DKI Jakarta, BPD Jawa Barat, BPD Sumatera Utara (yang disebut Bank Sumatera Utara/Bank Sumut), BPD Sulawesi Selatan, dan BPD lainnya. 5. Bank Campuran

Perkembangan bank campuran (joint venture bank) di Indonesia diawali ketika pemerintah mengeluarkan kebijakan deregulasi di sektor keuangan dan perbankan yang disebut Paket 27 Oktober 1988 yang membuka perizinan bagi pendirian bank-bank termasuk bank campuran atau bank patungan sebagai salah satu strategi untuk meningkatkan pertumbuhan ekspor dan menarik masuknya investor asing. Kepemilikan saham bank campuran dimiliki oleh warga negara Indonesia dan atau badan hukum Indonesia dengan warga negara asing dab atau badan hukum asing secara kemitraan. Pendirian bank campuran oleh pihak asing pada dasarnya dimaksudkan untuk mempermudah akses pelayanan atas nasbah-nasabahnya yang beroperasi di Indonesia.

Contoh bank campuran antara lain : PT Bank Sumitomo Mitsui Indonesia, PT Bank Merincorp, PT ING Indonesia Bank, PT Interpacific Bank, dan bank campuran lainnya.

c. Dilihat dari segi status

Dilihat dari segi status atau kedudukan maksudnya yaitu menunjukan ukuran kemampuan bank dalam melayani masyarakat baik dari segi jumlah produk, modal maupun kualitas pelayanan. Dilihat dari kemampuannya bank umum dapat dibagi ke dalam 2 macam yaitu :

1. Bank devisa

Bank devisa (foreign exchange bank) adalah bank yang dapat melaksanakan transakasi ke luar negeri dalam valuta asing atau yang berhubungan dengan mata uang asing secara keseluruhan, setelah memperoleh persetujuan dari Bank Indonesia. Kegiatan bank devisa antara lain adalah: menerima simpanan dan memberikan kredit dalam valuta asing, termasuk jasa-jasa keuangan yang terkait dengan valuta asing, misalnya: letter of credit, travelers check, money changer.

2. Bank non devisa

Bank non devisa (non foreign exchange bank) adalah bank yang tidak diperkenankan melakukan transaksi yang berkaitan dengan valuta asing seperti halnya bank devisa. Jadi bank non devisa (non foreign exchange bank) merupakan kebalikan daripada bank devisa, dimana transaksi yang dilakukan masih dalam batas-batas negara.

d. Dilihat dari segi sistem pengenaan bunga

Bank yang dilihat dari sistem pengenaan bunga sama halnya dengan jenis bank yang dilihat dari segi cara menentukan harga, yang terbagi atas 2 kelompok yaitu sebagai berikut :

1. Bank yang bedasarkan prinsip konvensional

Mayoritas bank yang berkembang di Indonesia dewasa ini adalah bank yang berorientasi pada prinsip konvensional. Hal ini tidak terlepas dari sejarah bangsa Indonesia dimana asal mulanya bank di Indonesia dibawa oleh kolonial Belanda.

Dalam mencari keuntungan dan menentukan harga kepada para nasabahnya, bank yang berdasarkan kepada prinsip konvensional menggunakan dua metode yaitu :

a. Menetapkan bunga sebagai harga, baik untuk produk simpanan seperti giro, tabungan, maupun deposito. Demikian pula harga untuk produk pinjamannya (kredit) juga ditentukan berdasarkan tingkat suku bunga tertentu. Penentuan harga ini dikenal dengan istilah spread based..

b. Untuk jasa-jasa bank lainnya pihak perbankan menggunakan atau menerapkan berbagai biaya-biaya dalam nominal atau persentase tertentu. Sistem pengenaan biaya ini dikenal dengan istilah fee based.

2. Bank berdasarkan Prinsip Syariah

Bank yang berdasarkan prinsip syariah belum lama berkembang di Indonesia. Namun di luar negeri terutama di Negara-negara Timur Tengah, jenis bank ini sudah cukup lama berkembang pesat. Bank yang berdasarkan prinsip syariah dalam penentuan harga produknya sangat berbeda dengan bank yang berdasarkan prinsip konvensional. Bank berdasarkan prinsip syariah adalah aturan perjanjian berdasarkan hukum Islam antara bank dengan pihak lain untuk menyimpan dana atau pembiayaan usaha atau kegiatan perbankan lainnya. Dalam menentukan harga atau mencari keuntungan bagi bank yang berdasarkan prinsip syariah adalah sebagai berikut:

a. Pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil ( mudharabah )

b. Pembiayaan berdasarkan prinsip penyertaan modal ( musharakah ) c. Prinsip jual beli dengan memperoleh keuntungan ( murabahah )

d. Pembiayaan barang modal berdasarkan sewa murni tanpa pilihan (ijarah ) e. Atau pembiayaan dengan adanya pilihan pemindahan kepemilikan atas

barang yang disewa dari pihak bank atau pihak lain (ijahwaraiqtina ) Sumber penentuan harga atau pelaksanaan kegiatan bank prinsip syariah dasar hukumnya adalah Alquran dan Sunnah Rasul. Bank berdasarkan prinsip syariah mengharamkan penggunaan harga produknya dengan bunga tertentu. Bagi bank yang berdasarkan prinsip syariah bunga adalah riba.

Dokumen terkait