• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengertian Wilayah

Wilayah didefinisikan sebagai suatu unit geografi yang dibatasi oleh kriteria tertentu yang bagian-bagiannya tergantung secara internal. Wilayah dapat dibagi menjadi 4 jenis, yaitu :

o wilayah homogen; o wilayah nodal;

o wilayah perencanaan dan o wilayah administratif.1

Wilayah Homogen

Wilayah homogen adalah wilayah yang dipandang dari satu aspek/kriteria mempunyai sifat-sifat atau ciri-ciri yang relative sama. Sifat-sifat dan ciri-ciri kehomogenan itu misalnya dalam hal ekonomi (seperti daerah dengan struktur produksi dan konsumsi yang homogen, daerah dengan tingkat pendapatan rendah/miskin, dll), geografi (seperti wilayah yang mempunyai topografi atau iklim yang sama), agama, suku dan sebagainya. Richardson (1975) dan Hoover (1977), mengemukakan bahwa

1Budiharsono, Sugeng, Dr. Ir, Teknik Analisis Pembangunan Wilayah Pesisir dan Lautan (Jakarta : Pradnya Paramita, 2001).

PT. DUTA DEWATA KONSULTAN Konsultan Perencana Dan Pengawas

wilayah homogen dibatasi berdasarkan keseragamannya secara internal (internal uniformity).

Wilayah Nodal

Wilayah nodal (nodal region) adalah wilayah yang secara fungsional mempunyai ketergantungan antara pusat (inti) dan daerah belakangnya (hinterland). Tingkat ketergantungan ini dapat dilihat dari arus penduduk, faktor produksi, barang dan jasa, ataupun komunikasi dan transportasi. Sukirno (1976) menyatakan bahwa pengertian wilayah nodal yang paling ideal untuk digunakan dalam analisis mengenai ekonomi wilayah, mengartikan wilayah tersebut sebagai ekonomi ruang yang dikuasai oleh satu atau beberapa pusat kegiatan ekonomi.

Batas wilayah nodal ditentukan sejauh mana pengaruh dari suatu pusat kegiatan ekonomi bila digantikan oleh pengaruh dari pusat kegiatan ekonomi lainnya. Hoover (1977) mengatakan bahwa struktur dari wilayah nodal dapat digambarkan sebagai suatu sel hidup atau suatu atom, dimana terdapat inti dan plasma (periferi) yang saling melengkapi. Pada struktur yang demikian, integrasi fungsional akan lebih merupakan dasar hubungan ketergantungan atau dasar kepentingan masyarakat di dalam wilayah itu, daripada merupakan homogenitas semata-mata. Dalam hubungan saling ketergantungan itu dengan perantaraan pembelian dan penjualan barang-barang dan jasa-jasa secara lokal, aktivitas-aktivitas regional akan mempengaruhi pembangunan yang satu dengan yang lainnya.

Wilayah homogen dan nodal memainkan peranan yang berbeda di dalam organisasi tata ruang masyarakat. Perbedaan ini jelas terlihat pada arus perdagangan. Dasar yang biasa digunakan untuk suatu wilayah homogen adalah suatu output yang dapat diekspor bersama dimana seluruh wilayah merupakan suatu daerah surplus untuk suatu output tertentu, sehingga berbagai tempat di wilayah tersebut kecil atau tidak

PT. DUTA DEWATA KONSULTAN Konsultan Perencana Dan Pengawas

sama sekali kemungkinannya untuk mengadakan perdagangan secara luas diantara satu sama lainnya. Sebaliknya dalam wilayah nodal, pertukaran barang dan jasa secara intern di dalam wilayah tersebut merupakan suatu hal yang mutlak harus ada. Biasanya daerah belakang akan menjual barang-barang mentah (raw material) dan jasa tenaga kerja kepada daerah inti, sedangkan daerah inti akan menjual ke daerah belakang dalam bentuk barang jadi.

Wilayah Perencanaan

Boudeville (dalam Glasson, 1978) mendefinisikan wilayah perencanaan (planning region atau programming region) sebagai wilayah yang memperlihatkan koherensi atau kesatuan keputusan-keputusan ekonomi. Wilayah perencanaan dapat dilihat sebagai wilayah yang cukup besar untuk memungkinkan terjadinya perubahan-perubahan penting dalam penyebaran penduduk dan kesempatan kerja, namun cukup kecil untuk memungkinkan persoalan-persoalan perencanaannya dapat dipandang sebagai suatu kesatuan.

Klaessen (dalam Glasson, 1978) mempunyai pendapat yang hampir sama dengan Boudeville, yaitu bahwa wilayah perencanaan harus mempunyai ciri-ciri :

o cukup besar untuk mengambil keputusan-keputusan investasi yang berskala ekonomi;

o mampu mengubah industrinya sendiri dengan tenaga kerja yang ada;

o mempunyai struktur eknoomi yang homogen;

o mempunyai sekurang-kurangnya satu titik pertumbuhan (growth point);

o menggunakan suatu cara pendekatan perencanaan pembangunan;

o masyarakat dalam wilayah itu mempunyai kesadaran bersama terhadap persoalan-persoalannya.

PT. DUTA DEWATA KONSULTAN Konsultan Perencana Dan Pengawas

Wilayah perencanaan bukan hanya dari aspek fisik dan ekonomi, namun ada juga dari aspek ekologis. Misalnya dalam kaitannya dengan pengelolaan daerah aliran sungai (DAS). Pengelolaan daerah aliran sungai harus direncanakan dan dikelola mulai dari hulu sampai hilirnya secara terpadu, karena perlakuan di hulu akan berakibat di bagian hilirnya.

Wilayah Administratif

Wilayah administratif, adalah wilayah yang batas-batasnya ditentukan berdasarkan kepentingan administrasi pemerintahan atau politik, seperti: provinsi, kabupaten, kecamatan, desa/kelurahan, dan RT/RW. Sukirno (1976) menyatakan bahwa di dalam praktek, apabila membahas mengenai pembangunan wilayah, maka pengertian wilayah administrasi merupakan pengertian yang paling banyak digunakan. Lebih populernya penggunaan pengertian tersebut disebabkan dua faktor, yakni :

o Dalam melaksanakan kebijakan dan rencana pembangunan wilayah diperlukan tindakan-tindakan dari berbagai badan pemerintah. Dengan demikian, lebih praktis apabila pembangunan wilayah didasarkan pada satuan wilayah administrasi yang telah ada;

o Wilayah yang batasnya ditentukan berdasarkan atas satuan adminitrasi pemerintahan lebih mudah dianalisis, karena sejak lama pengumpulan dan di berbagai bagian wilayah berdasarkan pada satuan wilayah administrasi tersebut.

Namun dalam kenyataannya, pembangunan tersebut seringkali tidak hanya dalam satu satuan wilayah administrasi, sebagai contoh dalam pengelolaan wilayah pesisir, pengelolaan daerah aliran sungai, pengelolaan lingkungan dan sebagainya, yang batasnya bukan berdasarkan administrasi namun berdasarkan batas ekologis dan seringkali lintas batas wilayah administrasi.

PT. DUTA DEWATA KONSULTAN Konsultan Perencana Dan Pengawas

Sehingga penanganannya memerlukan kerjasama dari satuan wilayah administrasi yang terkait.

Dalam pemahaman tentang ruang wilayah maka ilmu pembangunan wilayah merupakan salah satu ilmu yang mempunyai peranan penting sebab ilmu ini bersifat lintas disiplin yang mencakup berbagai disiplin ilmu. Ilmu pembangunan wilayah merupakan wahana lintas disiplin yang mencakup berbagai teori dan ilmu terapan yaitu geografi, ekonomi, sosiologi, matematika, statistika, ilmu politik, perencanaan daerah, ilmu lingkungan, dan sebagainya. Hal ini dapat dimengerti karena pembangunan itu sendiri merupakan fenomena multifaset yang memerlukan berbagai usaha manusia dari berbagai bidang ilmu pengetahuan.

Pembangunan wilayah bukan hanya merupakan pendisagregasian pembangunan nasional. Hal ini dikarenakan bahwa pembangunan wilayah mempunyai filsafat, peranan, dan tujuan yang berbeda. Ilmu pembangunan wilayah sebenarnya dalam perkembangannya lebih mendekati ilmu ekonomi. Perbedaan pokok antara ilmu pembangunan wilayah terletak pada perlakuan terhadap dimensi spasial.

Menurut Misra (1977) ilmu pembangunan wilayah merupakan disiplin ilmu yang ditopang oleh empat pilar (tetraploid dicpline), yaitu geografi, ekonomi, perencanaan kota dan teori lokasi. Kemudian dengan berkembangnya aspek biogeofisik yang tidak hanya direpresentasikan oleh teori geografi dan teori lokasi tetapi juga oleh aspek sosial budaya dan lingkungan, maka ilmu pembangunan wilayah setidak-tidaknya perlu ditopang oleh 6 pilar analisis yaitu :

o analisis biogeofisik o analisis ekonomi o analisis sosio-budaya o analisis kelembagaan o analisis lokasi

PT. DUTA DEWATA KONSULTAN Konsultan Perencana Dan Pengawas

o analisis lingkungan

Pada gambar berikut disajikan skema mengenai 6 pilar analisis penopang ilmu pembangunan wilayah.

Gambar - 6 Pilar Penopang Ilmu Pembangunan Wilayah

2). Teori Kota

Kota adalah kawasan yang mempunyai jumlah penduduk tertentu, bentuk permukiman dan pola sosial ekonomi yang bercirikan perkotaan. Selain itu kota dapat didefinisikan sebagai :

a. Kawasan permukiman yang mempunyai ukuran atau besaran tertentu;

b. Kawasan permukiman yang tertutup dan mempunyai kepadatan bangunan;

c. Kawasan permukiman yang secara jelas dibedakan dalam kegiatan ekonomi dan struktur sosial;

d. Kawasan permukiman yang mempunyai ukuran minimal sebagai pusat pelayanan untuk wilayah sekitarnya.

Yang dimaksudkan dengan kawasan perkotaan adalah kawasan terbangun dimana bangunan, jalan dan penggunaan lahan kota penting lainnya mendominasi kawasan, bahkan fasilitas ini dapat menyebar melewati batas kota.

PT. DUTA DEWATA KONSULTAN Konsultan Perencana Dan Pengawas

Kota dapat diklasifikasikan menurut fungsinya, yaitu : a. Fungsi pemasaran atau pusat pasar;

b. Fungsi transportasi atau pusat transportasi;

c. Fungsi khusus seperti pemerintahan, pendidikan, dll.

Pendekatan fungsi kota berdasarkan konsep ekonomi dasar sebagai pembentuk kegiatan ekonomi kota, yaitu :

a. Fungsi dasar (basic) sebagai fungsi utama yang harus ada agar suatu kota dapat berkembang, misalnya industri, perdagangan, pemerintahan.

b. Fungsi bukan dasar (non basic) sebagai fungsi pelayanan terhadap fungsi dasar atau melayani kebutuhan penduduk dalam kota tersebut.

Dalam konteks perwilayahan, setiap kota mempunyai peranan yang berbeda-beda, menyangkut hubungan antara satu kota dengan kota yang lainnya dalam berbagai aktivitas. Secara spasial, sistem perkotaan mempunyai organisasi yang dibentuk oleh 3 komponen, yaitu :

a. Matriks karakteristik kota, yang menggambarkan karakteristik struktural di setiap kota seperti ukuran kota, struktur ekonomi, keadaan sosial.

b. Matriks perilaku, yang mengindikasikan pola interaksi diantara wilayah perkotaan dalam konteks pergerakan penduduk, data, barang dan keuangan.

c. Matriks ketergantungan, yang mengindikasikan bagaimana setiap kota atau lokasi dalam sistem perkotaan merespon terhadap perubahan kota-kota lainnya.

Kota sebagai sebuah bentuk permukiman, merupakan sistem sosial yang lokasinya dalam ruang geografis, menempati posisi tertentu dalam sebuah sistem permukiman yang saling berhubungan. Pengembangan wilayah terjadi dalam jaringan interaksi sosial melewati batas lansekap, yang kejadiannya dalam sistem spasial tidak seragam atau tidak simultan.

PT. DUTA DEWATA KONSULTAN Konsultan Perencana Dan Pengawas

Setiap kota mempunyai peranan yang spesifik, yang satu kota dengan lainnya terdapat perbedaan. Beberapa karakteristik penting yang ditujukan oleh sistem perkotaan sebagai berikut :

a. Sistem permukiman dibedakan menurut fungsi-fungsi yang dibentuk oleh setiap subsistem didalamnya.

b. Setiap subsistem menempati simpul jaringan komunikasi yang membangkitkan, menerima dan mengirimkan pengaruh perubahan terhadap subsistem lainnya.

c. Setiap subsistem menempati simpul pada bidang kekuasaan yang bergerak dan mempengaruhi lokasi aktivitas dan populasi.

d. Setiap subsistem melayani sebagai suatu agen perubahan bagi kehidupan penduduk dalam kawasan tertentu.

e. Pilihan-pilihan pembangunan pada tiap subsistem dibatasi oleh posisinya dalam sistem yang saling mempunyai hubungan ketergantungan.

f. Pilihan-pilihan pembangunan pada tiap subsistem sebagian ditentukan oleh kapasitas internalnya untuk merespon perubahan yang datang dari luar.

g. Perubahan posisi satu subsistem dalam hirarki hubungan ketergantungan berarti merubah struktur sistem

h. Perubahan posisi satu subsistem dalam hirarki ketergantungan merupakan hasil dari :

- Peningkatan atau penurunan ukuran subsistem; - Perubahan organisasi sosial dan politik;

PT. DUTA DEWATA KONSULTAN Konsultan Perencana Dan Pengawas

3). Teori Citra Kota

Citra suatu kota berkaitan dengan elemen-elemen yang terbentuk dari struktur ruang kotanya yang berkarakteristik (dalam hal ini karakteristik setempat). Pengertian Citra Kota dapat didefinisikan sebagai berikut, bahwa Citra Kota merupakan gambaran mental dari sebuah kota sesuai dengan rata-rata pandangan masyarakat (Markus Zahn, 1999). Sedangkan Kevin Lynch (1969), mempersepsikan pencitraan suatu kota melalui elemen-elemen pembentuk kota dan karakteristik pendukung kota tersebut yang mudah dikenali dan mampu menggambarkan potensi yang ada dari suatu kawasan.

Image yang tercipta lebih pada apa yang dirasakan dan ditangkap oleh pengamat dan akan semakin tinggi nilai keberadaannya dengan didukung oleh elemen-elemen fisik pembentuk ruang yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari struktur ruang kotanya. Dimana artefak arsitektur urban merupakan suatu rekonstruksi ruang, dan dalam skala yang besar selalu berhubungan dengan lingkungan dimana dia berada.

Dalam memahami sebuah kota, image yang ditangkap oleh seorang pengamat sangat beragam dan memerlukan alat-alat bantu yaitu :

a. Leagibility

Dimana sebuah kota mudah dikenali, karena elemen-elemen atau bagian dari kotanya diorganisasikan ke dalam suatu pola yang koheren.

b. Imageability

Adanya kekuatan atau kemampuan dari elemen-elemen atau bagian kota untuk menimbulkan image yang kuat pada pengamatnya yang merupakan kualitas (objek) perkotaan yang mendukung sifat leagible kota.

Kevin Lynch menyebutkan bahwa identitas suatu lingkungan dapat

berbentuk sebagai :

a. Pathways, yaitu jalur sirkulasi, garis yang biasa dilalui oleh

PT. DUTA DEWATA KONSULTAN Konsultan Perencana Dan Pengawas

b. Landmark, yaitu tanda kota atau ‘tengeran’. Merupakan focal

point dari suatu tempat (kota), dengan demikian landmark tidak dapat dinikmati dengan masuk ke dalamnya, tetapi dilihat dari suatu jarak dan dapat dijadikan titik orientasi (kota).

c. Edges, merupakan garis batas antara dua hal (daerah atau

aktivitas) yang berbeda atau pemutusan dari suatu kontinuitas. d. Nodes, adalah titik yang mengandung keaktifan (pusat

aktivitas) yang letaknya strategis pada suatu kota, sehingga bisa dibuat sebagai titik orientasi.

e. District, adalah suatu daerah dalam kota, bukan dalam

pengertian administratif tetapi dalam ukuran dimensi.

Selain itu Kevin Lynch mengemukakan bahwa ada 3 komponen yang mempengaruhi gambaran mental orang terhadap suatu kawasan, yaitu :

a. Identitas

Merupakan tanda-tanda yang ada pada suatu objek berdasarkan keunikannya. Disini dapat digambarkan bahwa orang dapat memahami bagaimana bentuk dari visual-visual yang dihasilkan oleh struktur ruang kota tersebut.

b. Struktur

Merupakan pola spatial atau pola hubungan antara objek dengan pengamat, pengamat dengan objek lainnya, maupun objek dengan objek lainnya.

Antara pengamat yang sebagai subjek dapat mengidentifikasikan pola-pola perkotaan, hubungan antar objek maupun hubungan antara subjek dan objek.

c. Meaning

Merupakan objek bagi pengamat baik praktis maupun emosional, dimana orang dapat mengalami ruang perkotaan.

PT. DUTA DEWATA KONSULTAN Konsultan Perencana Dan Pengawas

4). Elemen Struktur Ruang Kota

Elemen-elemen fisik struktur kota merupakan suatu kumpulan artefak (buatan) dari ruang kota yang dapat diwujudkan dalam bentuk dimensi fisik yang nyata, yang juga dipengaruhi dengan faktor-faktor sosial dan mental (psikis dan psikologis). Elemen-elemen fisik struktur kota secara langsung berpengaruh terhadap terbentuknya pola struktur ruang kota tersebut.

Dimana elemen-elemen fisik kota dapat dikategorikan sebagai

path, nodes, districts dan edges yang dapat mempermudah

pemahaman gambaran terhadap sebuah kota. Sedangkan struktur kota itu sendiri merupakan suatu tatanan pola ruang kota yang dihasilkan oleh faktor-faktor fisik dari tempat kegiatan atau aktivitas maupun bentuk geografis kota (kondisi alam).

Dalam skala urban design, elemen-elemen fisik (Hamid Shirvani) yang tercakup meliputi :

a. Pemanfaatan Tanah

Pemanfaatan tanah masih merupakan satu dari elemen-elemen kunci disain perkotaan. Pemanfaatan tanah ini menentukan rencana dasar dua dimensi yang akan berpengaruh terhadap ruang tiga dimensi dengan fungsi-fungsi yang diselenggarakan, yang kemudian membentuk hubungan antara sirkulasi/parkir, kepadatan dan ruang terbuka.

b. Bentuk dan Massa Bangunan

Bentuk dan massa bangunan meliputi ketinggian, perbandingan daerah terbangun, pemunduran-pemunduran bangunan/sempadan, skala, proporsi dan bahan yang akan menjamin hubungan yang harmonis antara bangunan dan lingkungan secara keseluruhan.

c. Sirkulasi dan Parkir

Memberikan kesan terbuka terhadap jalan, orientasi dan kenyamanan, serta perbaikan kondisi pada manajemen transportasi.

PT. DUTA DEWATA KONSULTAN Konsultan Perencana Dan Pengawas d. Ruang Terbuka

Ruang terbuka merupakan elemen penting dalam perencanaan kota, yang meliputi trotoar, jalan, parkir, area bermain, area olah raga dan taman.

e. Pedestrian Ways

Kunci keberhasilan dalam merancang pedestrian ways ini adalah menciptakan kesimbangan ruang antara pejalan kaki dan kendaraan.

Untuk mencapai bentuk yang berkualitas dari elemen-elemen fisik kota menurut Kevin Lynch adalah :

a. Singularity or figure-background clarity (ketajaman batas

elemen);

b. Form simplicity (kesederhanaan bentuk elemen secara geometris);

c. Continuity (kontinuitas elemen);

d. Dominance (pengaruh yang terbesar antara elemen);

e. Clarity of joint (tempat hubungan antara elemen);

f. Directional differentiation (perbedaan antara elemen);

g. Visual scope (artikulasi antara elemen);

h. Motion awareness (orientasi antara elemen);

i. Time series (pergerakan antara elemen);

j. Name and meanings (nama dan arti elemen).

Menurut Paul D. Spreiregen elemen fisik kota yang hadir dipengaruhi oleh elemen-elemen berupa :

a. Scale

Terkait dengan human vision, sirkulasi dan bangunan yang berdekatan.

b. Urban Space

Terkait dengan urban form, skala dan sense of enclosure.

c. Urban Mass

Terkait dengan bangunan, permukaan tanah dan obyek-obyek di dalam ruang yang dapat membentuk urban space dan pola aktivitas.

PT. DUTA DEWATA KONSULTAN Konsultan Perencana Dan Pengawas

Struktur ruang kota dapat dibagi menjadi 2 (dua) bagian utama yang berpengaruh dalam perancangan perkotaan (Kevin Lynch) yaitu :

a. Paths Oriented

- Merupakan jalur-jalur yang familiar dalam pergerakan sebagai pengarah.

- Sebagai pola-pola dasar pengulangan (repetitive system) - Sebagai nodes yang familiar (nodal points)

b. Space Oriented

- Garis-garis batas luar yang terkait (suatu boundary) dengan batas dari kota dan bagian-bagian kota lainnya.

- Daerah-daerah perbatasan (districts-connecting) yang dijadikan titik hubungan dua kegiatan.

Teori Ruang Kota (Roger Trancik) membagi struktur ruang kota menjadi 3 (tiga) fungsi utama, dimana arsitektural yang berperan penting sebagai unsur pembentuk visual pada struktur ruang kota. Ke-3 unsur adalah :

a. Teori Figure – Ground

Adalah teori yang memperhatikan pola kawasan perkotaan.

Dengan pengertian bahwa Figure adalah istilah untuk massa

yang dibangun atau massa solid. Ground adalah istilah untuk semua ruang di luar massa itu atau ruang kosong.

Dalam perbandingan ini, Figure-Ground dapat menambah, mengurangi atau mengubah pola geometrik fisik yang ada dengan sasaran untuk memperjelas struktur ruang kota dengan memantapkan hirarki ruang yang berbeda-beda ukurannya yang masing-masing tertutup tetapi diatur saling berhubungan satu sama lain. Hubungan Figure-Ground menampilkan jaringan yang koheren antara pola blok dan bangunan-bangunan yang individual.

PT. DUTA DEWATA KONSULTAN Konsultan Perencana Dan Pengawas b. Teori Linkage

Adalah teori yang memperhatikan hubungan kawasan perkotaan, atau disebut juga sebagai teori Hubungan yang

membahas hubungan sebuah tempat dengan tempat yang lain dari berbagai aspek sebagai suatu generator perkotaan.

Linkage memperhatikan dan menegaskan hubungan-hubungan dan gerakan-gerakan (dinamika) sebuah tata ruang perkotaan (urban fabric). Penghubung ruang kota ini, didasarkan atas hubungan garis antar elemen, yang dibentuk oleh jalan, pedestrian, ruang terbuka linier atau elemen-elemen penghubung lainnya yang secara fisik menghubungkan bagian struktur ruang kota menjadi satu sistem hubungan atau jaringan tertentu yang penekanannya pada pola sirkulasi.

Pendekatan Linkage perkotaan dapat dikemukakan dalam 3 (tiga) pendekatan,yaitu :

 Linkage yang visual  Linkage yang struktural  Linkage bentuk yang kolektif

c. Teori Place

Adalah teori yang memperhatikan arti kawasan perkotaan.

Hakikat dari teori Place dalam desain spasial terletak pada pemahaman budaya dan karakteristik manusia terhadap tempatnya. Manusia memerlukan suatu sistem places (tempat-tempat tertentu) yang berarti dan agak stabil untuk mengembangkan kehidupan dan budayanya. Kebutuhan itu timbul karena adanya kesadaran orang terhadap suatu tempat yang lebih luas daripada hanya sekedar masalah fisik saja.

PT. DUTA DEWATA KONSULTAN Konsultan Perencana Dan Pengawas

Pada setiap tempat, agar dapat dilihat dan dirasakan, orang

memerlukan suatu batasan dengan makna tertentu. Space

(ruang) menjadi Place (tempat) bila diberi makna yang kontekstual sesuai dengan budaya dan kawasannya. Karakter ini berupa sesuatu yang konkrit yang mempunyai substansi materi, bentuk, tekstur dan warna. Pengertian Place dan Space menurut Roger Trancik adalah Space akan ada kalau dibatasi

oleh sebuah void, dan sebuah Space menjadi sebuah Place kalau mempunyai arti dari lingkungan yang berasal dari budaya daerahnya/setempat.

Dalam kaitannya dengan ke-3 teori yang dikemukakan oleh Roger Trancik tersebut, mendifinisikan secara jelas, bahwa pola massa perkotaan dan tata ruang perkotaan dengan suatu struktur yang jelas diantara solid (massa) dan void (ruang tertutup/ruang terbuka), juga mengatur dan menghubungkan bagian-bagian kawasan kota dan memberikan respons terhadap kebutuhan masyarakat di kota beserta semua elemen kota yang bersifat arsitektural, yang tepat dengan lingkungannya.

Pada kenyataannya, dalam perancangan perkotaan, massa perkotaan lebih sering mendapat perhatian yang lebih daripada ruang perkotaan, sehingga sering kurang berhasil di dalam realitas pembangunan kota secara arsitektural.

5). Ruang Terbuka Hijau

Berdasarkan Inmendagri No. 14 Tahun 1988, kriteria pengembangan kawasan Ruang Terbuka Hijau merupakan suatu keterkaitan antara peruntukan fungsi dengan kriteria vegetasi. Sesuai dengan letak lokasinya, Ruang Terbuka Hijau dikembangkan pada kawasan-kawasan peruntukan kota sebagai berikut :

a. Kawasan Permukiman Kepadatan Tinggi. b. Kawasan Permukiman Kepadatan Sedang. c. Kawasan Permukiman Kepadatan Rendah. d. Kawasan Industri.

PT. DUTA DEWATA KONSULTAN Konsultan Perencana Dan Pengawas

e. Kawasan Perkantoran. f. Kawasan Pedidikan. g. Kawasan Perdagangan. h. Kawasan Jalur Jalan. i. Kawasan Jalur Sungai. j. Kawasan Jalur Pesisir Pantai. k. Kawasan Jalur Penzaman Utilitas.

Pola Tanam dan Vegetasi

Menurut UU No.5 Tahun 1990, tentang Konservasi Sumber Alam Hayati dan Ekosistemnya, dan berdasarkan pada Inmendagri No. 14 Tahun 1988 tentang Penataan Ruang Terbuka Hijau, pola tanam dan vegetasi diatur sebagai berikut:

a. Lokasi Penanaman

- Untuk jalan, berm dan ruang terbuka hijau yang dikelola oleh Pemerintah Daerah ditangani atau dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah setempat.

- Untuk jalan, berm wilayah permukiman atau perkampungan yang berfungsi sebagai jalan penghubung maupun jalan ekonomi, penghijauannya dilaksanakan oleh masyarakat.

- Untuk kawasan baik jalan, taman, jalur hijau dan ruang terbuka yang ada di lingkungan real estate dan industrial estate dilaksanakan oleh pihak-pihak pengelola kawasan tersebut sepanjang belum diserahkan kepada Pemerintah Daerah setempat.

b. Pembagian Vegetasi disesuaikan dengan fungsi kawasan - Kawasan Permukiman Padat, dapat menggunakan tanaman

dalam pot. Dengan ketentuan tanaman tidak boleh terlalu tinggi dan atau tanaman pohon yang diupayakan tidak mengganggu aktifitas pada lokasi penanaman. Misalnya jenis pohon yang bisa dibentuk semi bonsai (asem londo, tanjung).

PT. DUTA DEWATA KONSULTAN Konsultan Perencana Dan Pengawas

- Kawasan Permukiman Kepadatan Sedang, dapat digunakan tanaman-tanaman pohon pendek atau jeis tanaman berbunga, misalnya Casi Suratensis, Caliandra, Pohon Kupu-Kupu, Kemuning, dll.

- Kawasan Permukiman Kepadatan Rendah, dapat digunakan jenis-jenis tanaman pohon pelindung atau pohon produktif.

- Kawasan Industri, dapat digunakan jenis-jenis tanaman phohn pelindung terutama yang daunya berbentuk jarum

Dokumen terkait