• Tidak ada hasil yang ditemukan

Uraian Pendekatan Metodologi Dan Program Kerja

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Uraian Pendekatan Metodologi Dan Program Kerja"

Copied!
133
0
0

Teks penuh

(1)

E.1. UMUM

1. Latar Belakang

Kegiatan Penataan Bangunan dan Lingkungan adalah kegiatan yang bertujuan mengendalikan pemanfaatan ruang dan menciptakan lingkungan yang tertata, berkelanjutan, berkualitas serta menambah vitalitas ekonomi dan kehidupan masyarakat. Oleh karenanya penyusunan dokumen RTBL, selain sebagai pemenuhan aspek legal-formal, yaitu sebagai produk pengaturan pemanfaatan ruang serta penataan bangunan dan lingkungan pada kawasan terpilih, juga sebagai dokumen panduan/pengendali pembangunan dalam penyelenggaraan penataan bangunan dan lingkungan kawasan terpilih supaya memenuhi kriteria perencanaan tata bangunan dan lingkungan yang berkelanjutan meliputi : pemenuhan persyaratan tata bangunan dan lingkungan, peningkatan kualitas hidup masyarakat melalui perbaikan kualitas lingkungan dan ruang publik, perwujudan pelindungan lingkungan, serta peningkatan vitalitas ekonomi lingkungan.

Selain hal tersebut RTBL mempunyai manfaat untuk mengarahkan jalannya pembangunan sejak dini, mewujudkan pemanfaatan ruang secara efektif, tepat guna, spesifik setempat dan konkret sesuai dengan rencana tata ruang wilayah, melengkapi peraturan daerah tentang bangunan gedung, mewujudkan kesatuan karakter dan meningkatkan kualitas bangunan gedung dan lingkungan/kawasan, mengendalikan pertumbuhan fisik suatu lingkungan/kawasan, menjamin implementasi pembangunan agar sesuai dengan aspirasi dan kebutuhan masyarakat dalam

(2)

pengembangan lingkungan/kawasan yang berkelanjutan, menjamin terpeliharanya hasil pembangunan pasca pelaksanaan, karena adanya rasa memiliki dari masyarakat terhadap semua hasil pembangunan.

Konsep kota hijau (kota berkelanjutan) merupakan kota yang dibangun dengan tidak mengorbankan aset kota, melainkan terus menerus memupuk semua kelompok aset meliputi manusia, lingkungan terbangun, sumber daya alam, lingkungan dan kualitas prasarana perkotaan. Kota hijau juga dapat dipahami sebagai kota yang ramah lingkungan berdasarkan perencanaan dan perancangan kota yang berpihak pada prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan, antara lain dengan memanfaatkan secara efektif dan efisien sumber daya air dan energi, mengurangi limbah, menerapkan sistem transportasi terpadu, menjamin kesehatan lingkungan, dan mensinergikan lingkungan alami dan buatan.

RTBL adalah sebuah produk pengaturan yang disusun diharapkan dapat mensinergikan seluruh perencanaan yang ada di suatu kawasan sehingga dapat mendukung dan memberikan kontribusi terhadap terwujudnya kota hijau yang berkelanjutan.

RTBL adalah juga merupakan upaya konservasi kawasan berskala lingkungan dalam dokumen yang disusun sesuai Pedoman RTBL (Permen PU No. 06/PRT/M/2007). Upaya tersebut diharapkan tercapai dengan fokus pada penciptaan ide-ide kreatif sebagai target hijau kawasan yang :

1. Menciptakan suasana kondusif dalam rangka pembangunan bangunan gedung hijau;

2. Fokus pada desain lingkungan yang dapat menghemat penggunaan sumber daya tak terbarukan/fossil fuel; dan

3. Pendetilan tata cara pelaksanaan di tingkat basis masyarakat untuk mencapai target sasaran “hijau” di wilayahnya.

(3)

2. Maksud dan Tujuan a. Maksud

Kerangka Acuan Kerja ini merupakan acuan bagi para Pihak/Pelaksana dalam melaksanakan kegiatan Penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan Kawasan Sukawati Kecamatan Sukawati, Kabupaten Gianyar.

b. Tujuan

Terarahnya penyelenggaraan penataan bangunan dan lingkungan di Kawasan Sukawati Kecamatan Sukawati, Kabupaten Gianyar, sesuai dengan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 06/PRT/M/2007 tentang Pedoman Umum Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) guna mewujudkan tata bangunan dan dan lingkungan layak huni, berjati diri, produktif dan berkelanjutan, sebagaimana diamanatkan oleh UU No. 28/2002 tentang Bangunan Gedung.

3. Sasaran

Sasaran dari kegiatan ini adalah :

a. Tersusunnya Dokumen Penyusunan Penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan Kawasan Sukawati Kecamatan Sukawati, Kabupaten Gianyar, sesuai dengan Pedoman Penyusunan RTBL yang terdapat pada Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 06/PRT/M/2007, yang dapat digunakan sebagai panduan dalam penyelenggaraan bangunan gedung dan lingkungan di kawasan tersebut;

b. Tersusunnya Naskah Peraturan Bupati/Walikota tentang penetapan Dokumen Penyusunan Penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan Kawasan Sukawati Kecamatan Sukawati, Kabupaten Gianyar, sebagai produk pengaturan yang legal di kawasan tersebut.

4. Lokasi Kegiatan

Gambaran umum kawasan dan batas deliniasi kawasan perencanaan studi penyusunan RTBL pada Kawasan Sukawati, Kecamatan Sukawati, Kabupaten Gianyar, disampaikan dalam Lampiran 1 Kerangka Acuan Kerja (terlampir).

(4)

5. Referensi Hukum

Penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan didasarkan pada : a. Undang-Undang Republik Indonesia No. 1 Tahun 2011 tentang

Perumahan dan Kawasan Permukiman;

b. Undang-Undang Republik Indonesia No. 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya;

c. Undang-Undang Republik Indonesia No. 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana;

d. Undang-undang RI No. 26 Tahun 2007, tentang Penataan Ruang; e. Undang-undang RI No. 28 Tahun 2002, tentang Bangunan Gedung; f. Undang-Undang Republik Indonesia No. 32 Tahun 2009 tentang

Lingkungan Hidup;

g. Peraturan Presiden R.I. No. 70 tahun 2012 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Presiden No. 54 Tahun 2010 Tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah;

h. Peraturan Presiden No. 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah;

i. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang;

i. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional;

j. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2005 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-undang Nomor 28 tahun 2002 tentang Bangunan Gedung;

k. Peraturan Menteri PU Nomor 29/PRT/2006 tentang Pedoman Persyaratan Teknis Bangunan Gedung;

l. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 05/PRT/M/2008 tentang Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan;

m. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 18/PRT/M/.2010 tentang Pedoman Revitalisasi Kawasan;

n. Surat Edaran Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 03/SE/M/2009 tentang Modul Sosialisasi Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan;

(5)

o. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 06/PRT/M/2007 tentang Pedoman Umum Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan;

p. Peraturan Menteri PU Nomor 30/PRT/M/2006 tentang Persyaratan Teknis Fasilitas dan Aksesibilitas pada Bangunan Umum dan Lingkungan;

q. SNI 03-1733-2004 tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan di Perkotaan;

r. Surat Edaran Direktur Jenderal Cipta Karya Nomor 01/SE/DC/2009 perihal Modul Sosialisasi Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan; s. Peraturan Daerah/Rancangan Peraturan Daerah tentang Rencana Tata

Ruang Wilayah (RTRW) pada Kabupaten/Walikota tempat lokasi studi; dan

t. Peraturan Daerah/Rancangan Peraturan Daerah tentang Bangunan Gedung pada Kabupaten/Walikota tempat lokasi studi.

6. Keluaran

Tersusunnya Penyusunan Penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan Kawasan Sukawati Kecamatan Sukawati, Kabupaten Gianyar sesuai dengan Pedoman Penyusunan RTBL yang terdapat pada Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 06/PRT/M/2007, yang dapat digunakan sebagai panduan dalam penyelenggaraan bangunan gedung dan lingkungan di kawasan tersebut.

E.2. APRESIASI DAN INOVASI 1. Pengertian Dasar RTBL

Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan adalah rencana teknik dan program dari tata bangunan dan lingkungan serta pedoman pengendaliannya yang merupakan alat pengendali pemanfaatan ruang yang diberlakukan pada suatu lingkungan atau kawasan tertentu (urban

design and development guidelines).

Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) merupakan bagian dari sistem manajemen pembangunan karena merupakan paduan wujud bangunan dan lingkungan dalam bentuk tiga dimensi serta pengendali pengembangan suatu kota atau suatu kawasan. Idealnya suatu RTBL dipersiapkan untuk kawasan dalam kota sesuai dengan identifikasi yang

(6)

telah ditetapkan pada setiap kawasan oleh pemerintah daerah dan harus sesuai pula dengan beban kawasan yang dipersiapkan dalam pengembangannya sebagai kawasan prioritas pembangunan.

Prioritas pengembangan suatu kota atau kawasan diutamakan pada pusat kegiatan kota atau kawasan tersebut, terutama kawasan yang mengalami pertumbuhan sangat pesat sehingga untuk memperoleh perkembangan yang optimal dan terarah diperlukan pengendalian yang lebih cermat. Untuk kawasan pusat kota atau pusat kawasan terutama pada kawasan perdagangan, pertokoan, kawasan lain yang dipandang perlu dilindungi dengan adanya bangunan yang bersejarah, ataupun kawasan yang memiliki ciri khusus (bangunan lama yang bernilai sejarah/berarsitektur unik, tempat peribadatan dan lain-lain) yang perlu diperhatikan secara khusus.

Diharapkan RTBL akan memberikan pegangan nilai estetika ruang pada bentuk rencana bangunan yang diperkenankan dikembangkan pada kawasan tersebut. Dengan pegangan tersebut perencana bangunan atau pengembang (developer) telah dapat membaca gambaran kebijaksanaan pemerintah daerah arah pengembangan pembangunan pada kawasan tersebut.

Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) diperlukan sebagai perangkat pengendali pertumbuhan serta memberi panduan terhadap wujud bangunan dan lingkungan pada suatu kawasan. RTBL disusun setelah suatu produk perencanaan tata ruang kota disahkan oleh Pemerintah Daerah setempat sebagai peraturan.

Dengan mengacu pada rencana Tata Ruang Kota yang berlaku, selanjutnya disusun Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) yang memberikan arahan pengendalian pemanfaatan ruang dan menindaklanjuti Rencana Rinci Tata Ruang, serta sebagai panduan rancangan kawasan dalam rangka perwujudan kualitas bangunan gedung dan lingkungannya. Dengan demikian RTBL akan memberikan arahan terhadap wujud pemanfaatan lahan, ragam arsitektural dari bangunan-bangunan sebagai hasil rencana teknis/rancang bangunan-bangunan (building

(7)

design), terutama pada kawasan/daerah tertentu yang memiliki karakter

khas seperti dimaksud diatas.

Dengan arahan tersebut, perencana kawasan dan bangunan (urban designer dan arsitek) akan mempunyai kejelasan menyangkut kebijaksanaan pembangunan fisik dari Pemerintah Daerah setempat, termasuk di dalamnya yang menyangkut kepentingan umum, citra dan jati diri lokasi yang perlu dikemukakan. Pada gilirannya seluruh tatanan bangunan dan lingkungan yang dirancang akan memberikan kontribusi positif terhadap kawasan.

Di dalam proses penyusunannya, suatu RTBL harus memperhatikan dan memenuhi : kepentingan umum atau aspirasi masyarakat, pemanfaatan sumber daya setempat, dan kemampuan daya dukung lahan yang optimal. Karena itu, RTBL harus memuat : Pedoman Rencana Teknik (Desain Tiga Dimensi), Program Tata Bangunan dan Lingkungannya dan Pedoman-pedoman untuk mengendalikan perwujudan bangunannya

(urban/environmental-building design and development guidelines).

Substansi dari produk RTBL sebagaimana dijelaskan dalam Pedoman Penyusunan Produk Penataan Bangunan (Departemen Pekerjaan Umum, Tahun 1995/1996) mencakup hal-hal sebagai berikut :

 Penetapan lokasi dan deliniasi RTBL (disetujui Dinas Teknis, Pemerintah Kota);

 Program Bangunan dan Lingkungan;  Program Investasi;

Rencana Umum (Design Plan);Rencana Detail (Design Guidelines);

 Administrasi Pengendalian Program dan Rencana;  Arahan Pengendalian Pelaksanaan;

 Draft Pengaturan Kepala daerah berupa Draft Perda/SK Bupati/Wali Kota memberikan status hukum serta mengoperasionalkan muatan pengaturan RTBL yang telah disusun.

Mengingat pengembangan kawasan yang ditangani melalui pendekatan perencanaan tata bangunan dan lingkungan akan menyerap dana yang

(8)

cukup besar, suatu RTBL harus sudah mencakup program investasi serta program penanganan administrasinya.

Dengan demikian hasil produk dari RTBL tersebut akan ditindaklanjuti dengan perencanaan dan pelaksanaan fisik di kawasan perencanaan RTBL disertai dengan managemen pengelolaannya. Bentuk penindaklanjutan dari hasil produk RTBL dapat dilihat pada gambar berikut ini.

Gambar - Produk dan Tindak Lanjut Penyusunan RTBL

- Terbangun - Pengembangan

(9)

Sumber : Buku Panduan PBL 2006, Dep. PU Dirjend Cipta Karya

2. Kedudukan RTBL dan Kawasan PerencanaanKedudukan Dokumen RTBL

(10)

Dalam pelaksanaan, sesuai kompleksitas permasalahan kawasannya, RTBL juga dapat berupa :

1) Rencana aksi/kegiatan komunitas ( community-action plan/CAP);

2) Rencana penataan lingkungan (Neighbourhood-Development Plan/NDP);

3) Panduan rancang kota ( Urban-Design Guidelines/UDGL). Seluruh rencana, rancangan, aturan dan mekanisme dalam penyusunan Dokumen RTBL harus merujuk pada pranata pembangunan yang lebih tinggi, baik pada lingkup kawasan, kota, maupun wilayah. Kedudukan RTBL dalam pengendalian bangunan gedung dan lingkungan sebagaimana digambarkan dalam gambar berikut ini.

Gambar - Kedudukan RTBL Dalam Pengendalian Bangunan Gedung dan LingkunganKawasan Perencanaan RTRW Nasional RTRW Provinsi RTR Pulau RTR Kawasan Strategis Provinsi RDTR Kota RTR Kawasan Strategis Kota RTR Kawasan Perkotaan RTR Kawasan Agropolitan RDTR Kabupaten RTR Kawasan Strategis Kabupaten RTR Kawasan Perdesaan

Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan Perbaikan Kawasan Pengembangan Kembali Kawasan Pengembangan Baru Kawasan Pelestarian/Perlindungan Kawasan

Proses IMB dan Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan

Lingkungan Peraturan Daerah Bangunan Gedung RTRW Kota RTRW Kabupaten

Penataan Ruang Penataan Bangunan dan Lingkungan Termasuk Peraturan Zonasi

Sumber : Pedoman Umum RTBL

RTR Kawasan Strategis Nasional

(11)

Penetapan lokasi untuk perencanaan RTBL memiliki kriteria sebagai berikut :

1) Merupakan kawasan strategis kota dimana pembangunannya dapat menimbulkan dampak penting terhadap kondisi lingkungan kota tersebut, baik dari segi perubahan bentuk atau wajah kotanya, jaringan prasarana, fasilitas sosial ataupun fasilitas umumnya.

2) Kawasan kota yang memiliki aset dan kualitas kawasan yang penting yang harus dilindungi dan dilestarikan (Urban

Heritage).

3) Kawasan kumuh pada lokasi strategis kota yang dapat dikembangkan.

4) Kawasan kota dengan pertumbuhan pesat dimana Pemerintah Daerah dan masyarakat memiliki kepentingan untuk mengendalikan pertumbuhan kawasan tersebut.

5) Kawasan kota yang akan dikembangkan secara terpadu.

Kawasan perencanaan mencakup suatu lingkungan/kawasan dengan luas 5-60 hektar (Ha), dengan ketentuan sebagai berikut:

1) Kota metropolitan dengan luasan minimal 5 Ha; 2) Kota besar/sedang dengan luasan 15-60 Ha; 3) Kota kecil/desa dengan luasan 30-60 Ha.

Penentuan batas dan luasan kawasan perencanaan (delineasi) berdasarkan satu atau kombinasi butir-butir di bawah ini :

1) Administratif, seperti wilayah RT, RW, kelurahan, kecamatan dan bagian wilayah kota/desa;

2) Non administratif, yang ditentukan secara kultural tradisional (traditional cultural-spatial units), seperti desa adat, gampong dan nagari;

3) Kawasan yang memiliki kesatuan karakter tematis, seperti kawasan kota lama, lingkungan sentra perindustrian rakyat, kawasan sentra pendidikan, dan kawasan permukiman tradisional;

(12)

4) Kawasan yang memiliki sifat campuran, seperti kawasan campuran antara fungsi hunian, fungsi usaha, fungsi sosial-budaya dan/atau keagamaan serta fungsi khusus, kawasan sentra niaga (central business district), industri, dan kawasan bersejarah;

5) Jenis kawasan, seperti kawasan baru yang berkembang cepat, kawasan terbangun yang memerlukan penataan, kawasan dilestarikan, kawasan rawan bencana, dan kawasan gabungan atau campuran.

3. Struktur dan Sistematika Dokumen RTBL

Sesuai dengan ketentuan yang tercantum di dalam Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 2005 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung pasal 27 ayat (2), struktur dan sistematika dokumen RTBL sebagaimana digambarkan dalam gambar berikut ini.

4. Materi RTBL

Lebih jelasnya dokumen penyusunan RTBL telah diatur dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 06/PRT/M/2007, tanggal 16 Maret 2007, tentang Pedoman Umum Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan, materi yang termuat antara lain :

Program Bangunan dan Lingkungan

Program bangunan dan lingkungan merupakan penjabaran lebih lanjut dari perencanaan dan peruntukan lahan yang telah ditetapkan untuk kurun waktu tertentu, yang memuat jenis, jumlah, besaran dan luasan bangunan gedung, serta kebutuhan ruang terbuka hijau, fasilitas umum, fasilitas sosial, prasarana aksesibilitas, sarana pencahayaan dan sarana penyehatan lingkungan, baik berupa penataan prasarana dan sarana yang sudah ada maupun baru.

 Analisis Kawasan dan Wilayah Perencanaan

1) Merupakan proses untuk mengidentifikasi, menganalisis, memetakan dan mengapresiasikan konteks lingkungan dan nilai lokal dari kawasan perencanaan dan wilayah sekitarnya.

(13)

2) Komponen Analisis Kawasan dan Wilayah Perencanaan meliputi : Perkembangan Sosial – Kependudukan, Prospek Pertumbuhan Ekonomi, Daya Dukung Fisik dan Lingkungan, Aspek Legal Konsolidasi Lahan Perencanaan, Daya Dukung Prasarana dan Fasilitas Lingkungan, Kajian Aspek Signifikansi Historis Kawasan.

Gambar

-Struktur dan Sistematika Dokumen RTBL TAHAP ANALISIS KAWASAN PERENCANAAN TAHAP PERUMUSAN DAN PENGEMBANGAN PERANCANGAN

1

TAHAP PENGEMBANGAN DUKUNGAN PELAKSANAAN PROGRAM BANGUNAN DAN LINGKUNGAN

2

DAN PANDUAN RANCANGANRENCANA UMUM RENCANA

UMUM

PERUNTUKAN LAHAN MAKRO & MIKRO

RENCANA PERPETAKAN RENCANA TAPAK RENCANA SISTEM PERGERAKAN RUANG TERBUKA HIJAU

RENCANA PRASARANA DAN SARANA LINGKUNGAN TATA KUALITAS LINGKUNGAN

KETENTUAN UMUM IMPLEMENTASI RANCANGAN PRINSIP-PRINSIP PENGEMBANGAN RANCANGAN KAWASAN

3

RENCANA INVESTASI POLA KERJASAMA OPERASIONAL INVESTASI

4

5

KETENTUAN PENGENDALIAN RENCANA PEDOMAN PENGENDALIAN PELAKSANAAN ASPEK-ASPEK PENGENDALIAN STRUKTUR PENGENDALIAN RENCANA STRATEGI PENGENDALIAN RENCANA ANALISIS KAWASAN DAN WILAYAH PERENCANAAN ANALISIS PENGEMBANGAN PEMBANGUNAN BERBASIS PERAN MASYARAKAT KONSEP DASAR PERANCANGAN TATA BANGUNAN DAN LINGKUNGAN VISI PEMBANGUNAN PANDUAN RANCANGAN

(14)

 Analisis Pengembangan Pembangunan Berbasis Peran Masyarakat Pembangunan berbasis peran serta masyarakat (community-based

development) adalah pembangunan dengan orientasi yang optimal

pada pendayagunaan masyarakat, baik secara langsung maupun tidak langsung, masyarakat diberikan kesempatan aktif beraspirasi dan berkontribusi untuk merumuskan program-program bangunan dan lingkungan yang tidak sesuai dengan tingkat kebutuhannya.

 Konsep Dasar Perancangan Tata Bangunan dan Lingkungan

1). Konsep dasar perancangan tata bangunan dan lingkungan yang merupakan hasil tahapan analisis program bangunan dan lingkungan, memuat gambaran dasar penataan pada lahan perencanaan yang selanjutnya ditindaklanjuti dengan penjabaran gagasan disain secara lebih detail dari masing-masing elemen desain.

2). Komponen Dasar Perancangan :

(a) Visi Pembangunan : merupakan gambaran spesifik karakter lingkungan di masa mendatang yang akan dicapai sebagai hasil akhir penataan suatu kawasan yang direncanakan, disesuaikan dengan seluruh kebijakan dan rencana tata ruang yang berlaku pada daerah tersebut. (b) Konsep Perancangan Struktur Tata Bangunan dan

Lingkungan : yaitu gagasan perancangan dasar skala makro, dari intervensi desain struktur tata bangunan dan lingkungan yang hendak dicapai pada kawasan perencanaan, terkait dengan struktur keruangan yang berintegrasi dengan kawasan sekitarnya secara luas dan dengan mengintegrasikan seluruh komponen perancangan kawasan yang ada.

(c) Konsep komponen perancangan kawasan : yaitu suatu gagasan perancangan dasar yang dapat merumuskan komponen-komponen perancangan kawasan (peruntukan, intensitas, dll).

(15)

(d) Kriteria penyusunan konsep komponen perancangan kawasan :

Secara sistematis, konsep harus mencakup gagasan yang komprehensif dan terintegrasi terhadap komponen-komponen perancangan kawasan, yang meliputi kriteria : i. Struktur peruntukan lahan;

ii. Intensitas pemanfaatan lahan; iii. Tata bangunan;

iv. Sistem sirkulasi dan jalur penghubung; v. Sistem ruang terbuka dan tata hijau; vi. Tata kualitas lingkungan;

vii. Sistem prasarana dan utilitas lingkungan; viii. Pelestarian bangunan dan lingkungan.

(e) Blok-blok pengembangan kawasan dan program penanganannya yaitu pembagian suatu kawasan perencanaan menjadi blok-blok pengembangan yang lebih kecil sehingga strategi dan program pengembangannya dapat lebih terarah dan rinci. Penetapan atau pun pembagian blok pengembangan dapat didasarkan pada : i. Secara fungsional :

 Kesamaan fungsi, karakter eksisting atau pun karakter yang ingin diciptakan;

 Kesamaan dan potensi pengembangan;

 Kebutuhan pemilahan dan organisasi pekerjaan serta strategi pengembangannya.

ii. Secara fisik :  Morfologi blok;  Pola/pattern blok;

 Kemudahan implementasi dan prioritas strategi. iii. Dari sisi lingkungan (daya dukung dan kelestarian

ekologi lingkungan) :

 Keseimbangan dengan daya dukung lingkungan, dan perwujudan sistem ekologis yang berkelanjutan;

(16)

 Peningkatan kualitas kehidupan ruang publik melalui penyediaan lingkungan yang aman, nyaman, sehat dan menarik serta berwawasan ekologis.

iv. Dari sisi pemangku kepentingan :

Tercapainya keseimbangan berbagai kepentingan yang ada antar pelaku.

Rencana Umum dan Panduan Rancangan

Merupakan ketentuan-ketentuan rancangan tata bangunan dan lingkungan yang bersifat umum dalam mewujudkan lingkungan/kawasan perencanaan yang layak huni, berjati diri, produktif, dan berkelanjutan.  Rencana Umum

Materi rencana umum mempertimbangkan potensi mengakomodasi komponen-komponen rancangan suatu kawasan sebagai berikut : 1). Struktur Peruntukan Lahan

Merupakan komponen rancang kawasan yang berperan penting dalam alokasi penggunaan dan penguasaan lahan/tata guna lahan yangtelah ditetapkan dalam suatu kawasan perencanaan tertentu berdasarkan ketentuan dalam rencana tata ruang wilayah. Dengan komponen penataan :

(a) Peruntukan lahan makro, yaitu rencana alokasi penggunaan dan pemanfaatan lahan pada suatu wilayah tertentu yang juga disebut dengan tata guna lahan. Peruntukan ini bersifat mutlak karena telah diatur pada ketentuan dalam rencana tata ruang wilayah.

(b) Peruntukan lahan mikro, yaitu peruntukan lahan yang ditetapkan pada skala keruangan yang lebih rinci (termasuk secara vertikal) berdasarkan prinsip keragaman yang seimbang dan saling menentukan. Hal-hal yang diatur adalah :

i. Peruntukan lantai dasar, lantai atas, maupun lantai besmen;

(17)

2). Intensitas Pemanfaatan lahan

Adalah tingkat alokasi dan distribusi luas lantai maksimum bangunan terhadap lahan/tapak peruntukannya. Dengan komponen penataan :

(a) Koefisien dasar bangunan (KDB), angka presentase perbandingan antara luas seluruh lantai dasar bangunan gedung yang dapat dibangun dan luas lahan/tanah perpetakan/daerah perencanaan yang dikuasai.

(b) Koefisien lantai bangunan (KLB), angka persentase perbandingan antara jumlah seluruh luas lantai seluruh bangunan yang dapat dibangun dan luas lahan/ tanah perpetakan/daerah perencanaan yang dikuasai

(c) Koefisien daerah hijau (KDH). Angka persentase perbandingan antara luas seluruh ruang terbuka di luar bangunan gedung yang diperuntukkan bagi pertamanan/penghijauan dan luas tanah perpetakan/daerah perencanaan yang dikuasai.

(d) Koefisien tapak besmen (KTB), angka persentase perbandingan antara luas tapak besmen dan luas tanah perpetakan/daerah perencanaan yang dikuasai.

3). Sistem insentif – disinsentif pengembangan, terdiri atas : (a) Insentif luas bangunan: insentif yang terkait dengan KLB

dan diberikan apabila bangunan gedung terbangun memenuhi persyaratan peruntukan lantai dasar yang dianjurkan. Luas lantai bangunan yang ditempati oleh fungsi tersebut dipertimbangkan untuk diperhitungkan dalam KLB.

(b) Insentif langsung : insentif yang memungkinkan penambahan luas lantai maksimum bagi bangunan gedung yang menyediakan fasilitas umum berupa sumbangan positif bagi lingkungan permukiman terpadu; termasuk diantaranya jalur pejalan kaki, ruang terbuka umum, dan fasilitas umum.

(18)

4). Sistem pengalihan nilai koefisiensi lantai bangunan

(TDR=Transfer of Development Right) : hak pemilik

bangunan/pengembang yang dapat dialihkan kepada pihak atau lahan lain, yang dihitung berdasarkan pengalihan nilai KLB, yaitu selisih antara KLB aturan dan KLB terbangun.

Maksimum KLB yang dapat dialihkan pada umumnya sebesar 10% dari nilai KLB yang ditetapkan. Pengalihan nilai KLB hanya dimungkinkan bila terletak dalam satu daerah perencanaan yang sama dan terpadu, serta yang bersangkutan telah memanfaatkan minimal 60% KLB-nya dari KLB yang sudah ditetapkan pada daerah perencanaan. Pengalihan ini terdiri atas :

(a) Hak pembangunan bawah tanah;

(b) Hak pembangunan layang (air right development).  Tata Bangunan

Adalah produk dari penyelenggaraan bangunan gedung beserta lingkungannya sebagai wujud pemanfaatan ruang, meliputi berbagai aspek termasuk pembentukan citra/karakter fisik lingkungan, besaran dan konfigurasi dari elemen – elemen : blok, kaveling/petak lahan, bangunan, serta ketinggian dan elevasi lantai bangunan, yang dapat menciptakan dan mendefinisikan berbagai kualitas ruang kota yang akomodatif terhadap keragaman kegiatan yang ada, terutama yang berlangsung dalam ruang-ruang publik. Dengan komponen penataan yaitu :

1). Pengaturan Blok Lingkungan, yaitu perencanaan pembagian lahan dalam kawasan menjadi blok dan jalan, dimana blok terdiri atas petak lahan/kaveling dengan konfigurasi tertentu. Yang terdiri atas :

(a) Bentuk dan ukuran blok;

(b) Pengelompokan dan konfigurasi blok; (c) Ruang terbuka dan tata hijau.

2). Pengaturan kaveling/petak lahan, yaitu perencanaan pembagian lahan dalam blok menjadi sejumlah kaveling/petak lahan

(19)

dengan ukuran, bentuk, pengelompokan dan konfigurasi tertentu. Yang terdiri atas :

(a) Bentuk dan ukuran kaveling;

(b) Pengelompokan dan konfigurasi kaveling; (c) Ruang terbuka dan tata hijau.

3). Pengaturan bangunan, yaitu perencanaan pengaturan massa bangunan dalam blok/kaveling. Yang terdiri atas:

(a) Pengelompokan bangunan; (b) Letak dan orientasi bangunan; (c) Sosok massa bangunan; (d) Ekspresi arsitektur bangunan.

4). Pengaturan ketinggian dan elevasi lantai bangunan, yaitu perencanaan pengaturan ketinggian dan elevasi bangunan baik pada skala bangunan tunggal maupun kelompok bangunan pada lingkungan yang lebih makro (blok/kawasan). Yang terdiri atas: (a) Ketinggian bangunan;

(b) Komposisi garis langit bangunan; (c) Ketinggian lantai bangunan.

5). Sistem sirkulasi dan jalur penghubung

Terdiri dari jaringan jalan, dan pergerakan, sirkulasi kendaraan umum, sirkulasi kendaraan pribadi, sirkulasi kendaraan informal setempat dan sepeda, sirkulasi pejalan kaki (termasuk masyarakat penyandang cacat dan lanjut usia), sistem dan sarana transit, sistem parkir, perencanaan jalur pelayanan lingkungan, dan sistem jaringan penghubung. Dengan komponen penataan :

(a) Sistem jaringan jalan dan pergerakan; (b) Sistem sirkulasi kendaraan umum; (c) Sistem sirkulasi kendaraan pribadi;

(d) Sistem sirkulasi kendaraan umum informal setempat; (e) Sistem pergerakan transit;

(f) Sistem parkir;

(20)

(h) Sistem sirkulasi pejalan kaki dan sepeda;

(i) Sistem jaringan jalur penghubung terpadu (pedestrian

linkage).

6). Sistem ruang terbuka dan tata hijau

Merupakan komponen rancang kawasan, yang tidak sekedar terbentuk sebagai elemen tambahan atau pun elemen sisa setelah proses rancang arsitektural diselesaikan, melainkan juga diciptakan sebagai bagian integral dari suatu lingkungan yang lebih luas. Dengan komponen penataan :

(a) Sistem ruang terbuka umum; (b) Sistem ruang terbuka pribadi;

(c) Sistem ruang terbuka privat yang dapat diakses oleh umum;

(d) Sistem pepohonan dan tata hijau; (e) Bentang alam, meliputi :

i. Pantai dan laut, sebagai batas yang melingkupi tepian kawasan, menentukan atmosfir dari suasana kehidupan kawasan, serta dasar penciptaan pola tata ruang;

ii. Sungai, sebagai pembentuk koridor ruang terbuka; iii. Lereng dan perbukitan, sebagai potensi pemandangan

luas;

iv. Puncak bukit sebagai titik penentu arah orientasi visual, serta memberikan kemudahan dalam menentukan arah.

(f) Area jalur hijau. Dimana pengaturannya untuk kawasan : i. Sepanjang sisi dalam Daerah Milik Jalan (Damija); ii. Sepanjang bantaran sungai;

iii. Sepanjang sisi kiri kanan jalur kereta;

iv. Sepanjang area di bawah jaringan listrik tegangan tinggi;

(21)

v. Jalur hijau yang diperuntukkan sebagai jalur taman kota atau hutan kota, yang merupakan pembatas atau pemisah suatu wilayah.

 Tata Kualitas Lingkungan

Penataan kualitas lingkungan merujuk pada upaya rekayasa elemen-elemen kawasan yang sedemikian rupa sehingga tercipta suatu kawasan atau subarea dengan sistem lingkungan yang informatif, berkarakter khas, dan memiliki orientasi tertentu.

Dengan komponen penataan :

1). Konsep identitas lingkungan: perencanaan karakter (jati diri) suatu lingkungan yang dapat diwujudkan melalui pengaturan dan perancangan elemen fisik dan non fisik lingkungan atau subarea tertentu.

(a) Tata karakter bangunan/lingkungan (built-in signage and

directional system);

(b) Tata penanda identitas bangunan;

(c) Tata kegiatan pendukung secara formal dan informal. 2). Konsep orientasi lingkungan : perancangan elemen fisik dan

non fisik guna membentuk lingkungan yang informatif sehingga memudahkan pemakai untuk berorientasi dan bersirkulasi. Pengaturan ini terdiri atas :

(a) Sistem tata informasi; (b) Sistem tata rambu pengarah. 3). Wajah jalan yang terdiri atas :

(a) Wajah penampang jalan dan bangunan;

(b) Perabot jalan (street furniture);

(c) Jalur dan ruang bagi pejalan kaki(pedestrian); (d) Tata hijau pada penampang jalan;

(e) Elemen tata informasi dan rambu pengarah pada penampang jalan;

(22)

 Sistem Prasarana dan Utilitas Lingkungan

Sistem prasarana dan utilitas lingkungan adalah kelengkapan dasar fisik suatu lingkungan yang pengadaannya memungkinkan suatu lingkungan dapat beroperasi dan berfungsi sebagaimana mestinya. Dengan komponen penataan yaitu :

1). Sistem jaringan air bersih;

2). Sistem jaringan air limbah dan air kotor; 3). Sistem jaringan drainase;

4). Sistem jaringan persampahan; 5). Sistem jaringan listrik;

6). Sistem jaringan telepon;

7). Sistem jaringan pengamanan kebakaran;

8). Sistem jaringan jalur penyelamatan atau evakuasi.  Panduan Rancangan

Panduan rancangan merupakan penjelasan lebih rinci atas Rencana Umum yang telah ditetapkan sebelumnya dalam bentuk penjabaran materi utama melalui pengembangan komponen rancangan kawasan pada bangunan, kelompok bangunan, elemen prasarana kawasan, kaveling dan blok, termasuk panduan ketentuan detail visual kualitas minimal tata bangunan dan lingkungan.

Rencana Investasi

Rencana investasi disusun berdasarkan dokumen RTBL yang memperhitungkan kebutuhan nyata para pemangku kepentingan dalam proses pengendalian investasi dan pembiayaan dalam penataan lingkungan dan kawasan.

Rencana ini merupakan rujukan bagi para pemangku kepentingan untuk menghitung kelayakan investasi dan pembiayaan suatu penataan ataupun menghitung tolok ukur keberhasilan investasi, sehingga tercapai kesinambungan pentahapan pelaksanaan pembangunan

Rencana ini menjadi alat mobilisasi dana investasi masing-masing pemangku kepentingan dalam pengendalian pelaksanaan sesuai dengan kapasitas dan perannya dalam suatu sistem wilayah yang disepakati

(23)

bersama, sehingga dapat tercapai kerja sama untuk mengurangi berbagai konflik kepentingan dalam investasi/pembiayaan.

Rencana investasi juga mengatur upaya percepatan penyediaan dan peningkatan kualitas pelayanan prasarana/sarana dari suatu lingkungan/kawasan.

Ketentuan Pengendalian Rencana

Ketentuan pengendalian rencana bertujuan untuk :

 Mengendalikan berbagai rencana kerja, program kerja maupun kelembagaan kerja pada masa pemberlakuan aturan dalam RTBL dan pelaksanaan penataan suatu kawasan.

 Mengatur pertanggungjawaban semua pihak yang terlibat dalam mewujudkan RTBL pada tahap pelaksanaan penataan bangunan dan lingkungan.

Ketentuan pengendalian rencana disusun sebagai bagian proses penyusunan RTBL yang melibatkan masyarakat, baik secara langsung (individu) maupun secara tidak langsung melalui pihak yang dianggap dapat mewakili serta menjadi alat mobilisasi peran masing-masing pemangku kepentingan pada masa pelaksanaan atau masa pemberlakuan RTBL sesuai dengan kapasitasnya dalam suatu sistem yang disepakati bersama, dan berlaku sebagai rujukan bagi para pemangku kepentingan untuk mengukkur tingkat keberhasilan kesinambungan pentahapan pelaksanaan pembangunan.

Pedoman Pengendalian Pelaksanaan

Pedoman pengendalian pelaksanaan untuk mengarahkan perwujudan pelaksanaan penataan bangunan dan lingkungan/kawasan yang berdasarkan dokumen RTBL, dan memandu pengelolaan kawasan agar dapat berkualitas, meningkat dan berkelanjutan.

Dengan pedoman pengendalian pelaksanaan diharapkan :

 Menjamin pelaksanaan kegiatan berdasarkan dokumen RTBL;  Menjamin pemanfaatan investasi dan optimalisasi nilai investasi;  Menghindari fenomena lahan tidur atau bangunan terbengkalai

(24)

 Menarik investasi lanjutan dalam pengelolaan lingkungan setelah masa pascakonstruksi.

Pengendalian pelaksanaan dilakukan oleh dinas teknis setempat atau unit pengelola teknis/UPT/badan tertentu sesuai kewenangan yang ditetapkan oleh kelembagaan pemrakarsa penyusunan RTBL atau dapat ditetapkan kemudian berdasarkan kesepakatan para pemangku kepentingan. Dapat ditetapkan dan berupa dokumen terpisah tetapi merupakan satu kesatuan dengan dokumen RTBL, berdasarkan kesepakatan para pemangku kepentingan, setelah mempertimbangkan kebutuhan tingkat kompleksitasnya.

Pembinaan Pelaksanaan

Pembinaan pelaksanaan penataan bangunan dan lingkungan oleh pemerintah bertujuan untuk mewujudkan efektivitas peran pemerintah, masyarakat dan dunia usaha baik dalam penyusunan RTBL, maupun dalam penetapan dokumen RTBL melalui peraturan gubernur/bupati/walikota, pelaksanaan dan pengendalian pembangunan, pengelolaan kawasan, serta peninjauan kembali RTBL.

Perwujudan peran pemerintah diselenggarakan melalui optimalisasi pelaksanaan pengembangan program dan kegiatan pemerintah yang mendukung pelaksanaan RTBL dalam penataan lingkungan/kawasan.

5. Definisi-definisi

Peristilahan baku yang dipergunakan mengacu pada peristilahan dan pengertian sebagaimana dimaksud dalam UU No.4/1992 tentang Perumahan dan Permukiman, UU No. 26/2007 tentang Penataan Ruang beserta segenap peraturan pelaksanaannya yang masih berlaku.

 Ruang adalah wadah yang meliputi ruang darat, ruang laut dan ruang udara, termasuk ruang didalam bumi sebagai satu kesatuan wilayah, tempat manusia dan mahluk lain hidup, melakukan kegiatan dan memelihara kelangsungan hidupnya.

 Tata ruang adalah wujud struktur ruang dan pola ruang.

 Penataan ruang adalah suatu sistem proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang.

(25)

 Perencanaan kota adalah kegiatan penyusunan rencana-rencana kota maupun kegiatan peninjauan kembali atas rencana kota yang telah ada untuk disesuaikan dengan kondisi dan situasi kebutuhan pengembangan kota untuk masa tertentu.

 Strategi pengembangan adalah langkah-langkah sistematis penataan bangunan dan lingkungan serta pengelolaan kawasan yang perlu dilakukan untuk mencapai visi dan misi pembangunan/penataan kawasan yang telah ditetapkan.

 Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) adalah strategi dan arahan kebijaksanaan pemanfaatan ruang wilayah, yang meliputi struktur dan pola ruang wilayah, serta kriteria dan pola pengelolaan kawasan wilayah.

 Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) adalah panduan rancang bangun suatu lingkungan/kawasan yang dimaksudkan untuk mengendalikan pemanfaatan ruang, penataan bangunan dan lingkungan, serta memuat materi pokok ketentuan program bangunan dan lingkungan, rencana umum dan panduan rancangan, rencana investasi, ketentuan pengendalian rencana dan pedoman pengendalian pelaksanaan pengembangan lingkungan/kawasan.  Pengertian Penataan Bangunan adalah merupakan salah satu kegiatan

dalam pengelolaan kawasan ataupun lingkungan yang merupakan kegiatan tindak lanjut dari penataan ruang dalam usaha dapat mewujudkan rencana teknis tata ruang sesuai yang direncanakan untuk menciptakan lingkungan yang tertib, aman, nyaman dan terjangkau, serasi, selaras dan seimbang dangan lingkungan fisik maupun sosial budaya setempat, dengan upaya tertib pembangunan dan keselamatan bangunan.

 Penentuan Rancangan Tata Letak Bangunan, dengan merinci jarak antar bangunan, ketinggian bangunan, ketinggian lantai dasar bangunan, kedalaman bangunan, koefisien dasar bangunan (KDB), koefisien lantai bangunan.

(26)

 Penentuan Rancangan Bangunan, yang menyangkut sarana dan prasarana dengan memperhatikan kaedah Arsitektur Tradisional setempat, bahan bangunan lokal dan keandalan bangunan.

 Penentuan Rancangan Sistem Utilitas, dengan memperhatikan penanggulangan banjir dan penanggulangan pencemaran, yang meliputi : jaringan drainase, air bersih, telepon, listrik, persampahan, fire hidrant dan tempat parkir.

 Penentuan rancangan jaringan jalan, dengan memperhatikan karakteristik pemakai jalan, arus lalu lintas.

 Rencana Tata Lingkungan/Street Furniture, yang meliputi : pertamanan/tata hijau, reklame dan rambu-rambu.

 Rencana Penataan Zoning, meliputi : peruntukan/tata guna lahan berdasarkan fungsi/kegiatan dengan memperhatikan keamanan, kenyamanan setiap aktivitas yang diwadahi.

 Penentuan Tata Lingkungan, dengan memperhatikan tata hijau, kenyamanan pejalan kaki dan ketentraman lingkungan.

 Peran Masyarakat adalah keterlibatan masyarakat secara sukarela di dalam proses perumusan kebijakan dan pelaksanaan keputusan dan/atau kebijakan yang berdampak langsung terhadap kehidupan masyarakat pada setiap tahap kegiatan pembangunan (perencanaan, desain, implementasi dan evaluasi).

6. Gambaran Umum Kawasan Perencanaan

Gambaran umum kawasan yang akan dijelaskan dalam bab ini akan menekankan pada gambaran umum dan potensi kawasan perencanaan yang akan dijadikan sebagai acuan pemahaman potensi dan permasalahan kawasan perencanaan pada tahap pekerjaan selanjutnya.

(27)

Profil dan Analisis Fisik Kawasan Perencanaan

a. Letak Geografis dan Batas Administrasi

Letak geografis Kecamatan Sukawati adalah 8’30’59” – 8’38’58” LS dan 115’14’12,7” 115’19’39,7” BT. Kecamatan Sukawati terletak diantara ketinggian 0 – 125 meter diatas permukaan laut. Luas wilayah Kecamatan Sukawati 55,02 kilometer persegi.

Adapun batas-batas kawasan secara administratif adalah sebagai berikut :

 Sebelah Utara : Kecamatan Ubud  Sebelah Timur : Kecamatan Belah Batu  Sebelah Selatan : Selat Bali

 Sebelah Barat : Kota Denpasar b. Kondisi dan Analisis Topografi

Wilayah Kecamatan Sukawati merupakan kawasan yang berada di wilayah datar/pesisir. Sesuai dengan analisis Peta Topografi Kabupaten Gianyar skala 1 : 25.000, daerah-daerah datar hingga berombak dengan kemiringan lereng 0-15% umumnya berada dibagian selatan sampai pantai dan daerah bergelombang dengan kemiringan lereng > 15% terdapat di bagian Utara. Seluruh wilayah kecamatan Sukawati berada di ketinggian <500 m.

c. Analisa Geologi dan Tata lingkungan

Kabupaten Gianyar termasuk dalam formasi geologi Buyan, Beratan dan Gunung Batur (Qpbb) yang berumur kuarter. Formasi ini pada bagian permukaan didominasi oleh tufa pasiran dan pada beberapa tempat dijumpai tufa batu apung dan endapan lahar. Tufa pasiran umumnya melapuk menengah – tinggi berwarna kuning kecoklatan, berukuran pasir halus – kasar. Tufa batu apung berwarna putih kecoklatan, agak rapuh dan mudah lepas. Endapan lahar berwarna abu-abu sampai abu-abu kehitaman terdiri dari batuan beku andesit dan batu apung dengan masa tufa pasiran bersifat agak rapuh.

(28)

Sesuai Peta Geologi lembar Bali (MM Purbo Hadiwidjojo, dkk, 1998 dalam Inventarisasi Geologi Teknik, 2003), disebutkan Kabupaten Gianyar tidak tampak adanya struktur geologi, dengan kata lain wilayah Kabupaten Gianyar aman dari pengaruh struktur geologi/gerakan tanah (longsor). Namun demikian daerah-daerah yang mempunyai kemiringan > 40% rawan akan terjadi gerakan tanah/longsor. Dari peta zona gerakan tanah Pulau Bali (Sugiharo Nitiharjo, 1982 dalam Inventarisasi Geologi Teknik, 2003) menunjukkan adanya indikasi gerakan tanah terutama pada tebing kiri-kanan sungai yang berkemiringan cukup terjal, dengan kemiringan >30%. Di samping adanya rawan longsor pada tebing kiri-kanan sungai, juga rawan akan bencana gempa bumi. Sesuai dengan peta zona seismik dari Nayoan (1976) dalam Inventarisasi Geologi Teknik, 2003, Kabupaten Gianyar termasuk dalam zona 3 dengan percepatan maksimum 0,80 – 1,0g yang setara dengan skala VII pada skala MMI dan merupakan daerah dengan magnitud antara 6 – 6,5 pada skala Richter

Kondisi topografis tersebut memberikan gambaran bahwa di kawasan perencanaan pada beberapa tempat memiliki kawasan dengan kelerengan yang cukup terjal disamping kawasan dengan kelerengan landai sebagaimana umumnya kawasan pesisir lainnya.

Hasil analisis topografi dan kelerengan mengelompokkan kawasan perencanaan dalam kawasan-kawasan dengan beberapa kelompok kelerengan, yaitu landai/agak datar pada kelerengan 0 – 15%, agak terjal pada kelerengan 15 – 30% serta terjal pada kelerengan > 30%..

d. Kondisi dan Analisis Klimatologi

Berdasarkan peta iklim Bali Nusa Tenggara (Oldman, et al, 1980) tipe iklim di Kabupaten Gianyar terbagi dalam 3 tipe iklim, yaitu tipe iklim E3 (bulan basah < 3 bulan, dan bulan kering antara 4-6 bulan); tipe iklim D3 (bulan basah 3-4 bulan,

(29)

dan bulan kering 4-6 bulan); dan tipe iklim C2 (mempunyai bulan basah 5-6 bulan, dan bulan kering 4-6 bulan).

e. Kondisi dan Analisis Hidrologi

Daerah aliran sungai adalah suatu wilayah daratan yang merupakan satu kesatuan dengan sungai dan anak-anak sungainya, yang berfungsi menampung, menyimpan, dan mengalirkan air yang berasal dari curah hujan ke danau atau ke laut secara alami, yang batas di darat merupakan pemisah topografis dan batas di laut sampai dengan daerah perairan yang masih terpengaruh aktivitas daratan. Sungai-sungai yang ada di kawasan perencanaan umumnya berair pada musim hujan.

Hidrologi (pola Aliran sungai) di Kabupaten Gianyar ditentukan berdasarkan interpretasi peta topografi, skala 1 : 25.000 dan juga dari hasil pengamatan lapangan. Dari hasil interpretasi dan pengamatan lapangan tersebut memperlihatkan pola aliran paralel (sejajar). Ciri-ciri dari pola aliran paralel adalah aliran sungai sejajar dengan lembah dalam (dibagian hulu/utara) dan semakin ke hilir/selatan sungai makin melebar, hal ini menunjukkan bahwa erosi horizontal mulai efektif seperti yang terjadi pada Sungai Yeh Oos, Tukad Petanu, Tukad Pakerisan, Tukad Ayung dan Tukad Sangsang.

f. Analisa Fisik dan Lingkungan

Lahan pengembangan wilayah merupakan sumber daya alam yang memiliki keterbatasan dalam menampung kegiatan manusia dalam pemanfaatan sumberdaya alam tersebut. Banyak contoh kasus kerugian ataupun korban yang disebabkan oleh ketidaksesuaian penggunaan lahan yang melampaui kapasitasnya. Untuk itulah perlu dikenali sedini mungkin karakteristik fisik suatu wilayah maupun kawasan untuk dikembangkan, baik potensi sumberdaya alamnya maupun kerawanan bencana yang dikandungnya, yang kemudian

(30)

diterjemahkan sebagai potensi dan kendala pengembangan wilayah atau kawasan.

Analisis fisik dan lingkungan wilayah atau kawasan ini adalah untuk mengenali karakteristik sumberdaya alam tersebut, dengan menelaah kemampuan dan kesesuaian lahan, agar penggunaan lahan dalam pengembangan wilayah dan/atau kawasan dapat dilakukan secara optimal dengan tetap memperhatikan keseimbangan ekosistem.

Gambar - Bagan Alir Tata Cara Analisis Aspek Fisik & Lingkungan

(Sumber : Permen PU No 20 Th 2007 ttg Pedoman Teknis Aspek Fisik dan Lingkungan)

Dari hasil super imposed yang menumpangsusunkan beberapa peta tematik kawasan perencanaan yaitu : peta topografi, peta ketinggian tempat, peta curah hujan dan peta jenis tanah, maka diperoleh deliniasi untuk masing-masing fungsi kawasan sebagai berikut (SK Menteri Pertanian No.

(31)

683/KPTS/UM/8/1991 dan No. 837/KPTS/UM/11/1980 serta Keppres No. 32 Tahun 1990) :

1) Kawasan Lindung

Kawasan lindung adalah satuan lahan dengan jumlah skor 175 dan memenuhi salah satu syarat :

 Mempunyai kelerengan > 40%;

 Tanahnya sangat peka terhadap erosi (regosol, litosol, organosol dan renzina) dengan lereng > 15%;

 Merupakan jalur pengamanan aliran sungai/aliran air sekurang-kurangnya 100 m;

 Merupakan pelindung mata air, sekurang-kurangnya dengan jari-jari 200 m dari mata air;

 Mempunyai ketinggian 2.000 m atau lebih dari permukaan laut;

 Untuk keperluan/kepentingan khusus ditetapkan oleh pemerintah sebagai kawasan lindung.

2) Kawasan Penyangga

Kawasan penyangga adalah satuan lahan dengan skor kemampuan lahannya antara 124 sampai dengan 174 dan memenuhi kriteria sebagai berikut :

 Keadaan fisik satuan lahan memungkinkan untuk dilakukan budidaya secara ekonomis;

 Lokasinya secara ekonomis telah dikembangkan sebagai kawasan penyangga;

 Tidak merugikan segi-segi ekologi atau lingkungan hidup.

3) Kawasan Budidaya Tanaman Tahunan

Kawasan budidaya tanaman tahunan adalah satuan lahan dengan jumlah skor <124 serta sangat sesuai untuk pengembangan budidaya tanaman tahunan (kayu-kayuan, tanaman perkebunan dan tanaman industri). Disamping itu kawasan tersebut mempunyai kemiringan lereng > 15%.

(32)

4) Kawasan Budidaya Tanaman Semusim dan Permukiman

Kawasan budidaya tanaman semusim dan permukiman adalah satuan lahan dengan jumlah skor < 124 dengan kriteria sama dengan kawasan budidaya tanaman tahunan tetapi kemiringan berkisar antara 8 – 15%.

5) Kondisi dan Analisis Penggunaan Lahan

Secara umum penggunaan lahan di kawasan perencanaan terdiri dari tanah sawah, tanah kering, bangunan, hutan, dan penggunaan lainnya. Pola penggunaan lahan di kawasan perencanaan terdiri dari berbagai jenis penggunaan.

Tabel Penggunaan Lahan di Kecamatan Sukawati Tahun 2013

Desa/Kelurahan Luas (Ha) sawah tegalan pekarangan perkebunan kuburan lainnya

Batubulan 6440 234 88 196 0 0.37 125.63 Batubulan kangin 3600 214 27 36 0 0.3 82.7 Ketewel 6750 337 104 113 0 5 116 Guwang 4460 224 43 36 0 1 142 Sukawati 7350 394 96 85 0 2.05 157.95 Celuk 2880 131 16 25 0 0.5 115.5 Singapadu 3700 189 60 97 0 0.83 23.17 Singapadu tengah 3100 145 60 48 0 0.84 56.16 Singapadu kaler 3250 158 56 88 0 0.84 22.16 Batuan 4100 135 113 60 0 1.67 100.33 Batuan kaler 2050 99.46 47.11 30.15 0 0.83 27.45 Kemenuh 7340 371 135 138 0 1.5 88.5 Total 55020 2631.46 845.11 952.15 0 15.73 1057.55

Dominasi penggunaan lahan di kawasan ini adalah tanah sawah 48%, tegalan 16%, pekarangan 17%, kuburan 0.3% dan penggunaan lahannya sebesar 19%. Dominasi lahan kering ini menunjukkan bahwa kawasan perencanaan

(33)

sebagian besar merupakan lahan untuk pengembangan kegiatan pertanian lahan basah dan penggunaan lainnya.

Gambar Diagram Penggunaan Lahan di Kecamatan Sukawati Tahun 2013

Sumber: Hasil Analisa

Gambar - Persentase Penggunaan Lahan di Kawasan Perencanaan

Sumber: Hasil Analisa

Kajian terhadap profil pemanfaatan ruang kawasan perencanaan akan menggambarkan pola pemanfaatan ruang pada lahan-lahan di kawasan perencanaan. Secara garis besar profil pemanfaatan ruang kawasan perencanaan

(34)

disusun dari berbagai hasil kajian yang telah dilakukan sebelumnya, khususnya yang menyangkut kajian mengenai fisik dan lingkungan serta pengembangan kegiatan ekonomi potensialnya. Melalui kecenderungan pola penggunaan lahan dan teknik super impose maka kemudian dapat diidentifikasi pola-pola pemanfaatan ruang yang terjadi di kawasan perencanaan serta berbagai kondisi yang mendorong suatu kawasan difungsikan untuk pemanfaatan tertentu. Alokasi pemanfaatan ruang itu sendiri dilakukan untuk memberikan arahan lokasi dari suatu fungsi dominan tertentu untuk tujuan optimalisasi penggunaan ruang dalam hubungannya dengan pemanfaatan, peningkatan produktivitas dan konservasi bagi kelestarian lingkungan.

Dengan tujuan tersebut maka gambaran profil pemanfaatan ruang kawasan perencanaan secara garis besar akan terbagi menjadi 2 (dua) kawasan, yaitu : Kawasan Lindung dan

Kawasan Budidaya. Definisi dari masing-masing jenis

kawasan tersebut yaitu (1) Kawasan Lindung adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumber daya alam dan sumber daya buatan; (2) Kawasan Budidaya adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumber daya alam, sumber daya manusia, dan sumber daya buatan.  Kawasan Lindung

Kawasan lindung itu sendiri menurut fungsinya dibedakan menjadi empat, yaitu : (1) kawasan yang memberikan perlindungan pada kawasan bawahannya, misalnya kawasan hutan lindung, kawasan bergambut, dan kawasan resapan air, (2) kawasan perlindungan setempat, misalnya daerah sempadan pantai, sempadan sungai, kawasan sekitar waduk/danau, kawasan sekitar mata air, dan kawasan perlindungan setempat lainnya

(35)

misalnya berupa kawasan sempadan jurang (3) kawasan suaka alam dan cagar budaya misalnya kawasan suaka alam pantai berhutan bakau, dan kawasan suaka alam laut dan perairan lainnya, dan (4) kawasan rawan bencana.

Keempat jenis fungsi kawasan lindung tersebut terdapat di kawasan perencanaan dengan jenis penggunaan dan pemanfaatan yang berbeda. Mengenai kawasan lindung yang terdapat di kawasan perencanaan akan diuraikan sebagai berikut :

1) Kawasan lindung yang memberikan perlindungan pada kawasan bawahannya, jenis penggunaan dan pemanfaatan yang terdapat di kawasan perencanaan adalah kawasan hutan lindung dan

kawasan bergambut.

Kawasan ini disesuaikan dengan kriteria bahwa kawasan hutan lindung adalah kawasan yang memenuhi salah satu atau lebih kriteria di bawah ini :

 Kawasan yang mempunyai skor lebih dari 175 menurut SK. Menteri Pertanian No. 837/Kpts/Um/11/1980 dan Keppres No. 32. tahun 1990.

 Kawasan yang mempunyai kemiringan lereng lapangan rata-rata lebih besar dari 40%.  Kawasan yang mempunyai ketinggian 2000

m atau lebih di atas permukaan laut.

 Kawasan yang memiliki jenis tanah sangat peka terhadap erosi, yaitu jenis tanah dengan nilai 5 (regosol, litosol, organosol, dan renzina) dan memiliki kemiringan dengan kelas lereng > 15%.

(36)

 Guna keperluan khusus ditetapkan oleh Menteri Kehutanan sebagai hutan lindung. 2) Untuk kawasan lindung dengan fungsi

perlindungan setempat, jenis penggunaan yang ada di kawasan perencanaan antara lain adalah

daerah sempadan pantai, sempadan sungai dan sempadan jurang. Kriteria masing-masing kawasan tersebut adalah sebagai berikut :

 Kawasan sempadan pantai merupakan kawasan sepanjang pantai yang memiliki manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi pantai dan melindungi kawasan pantai dari kegiatan yang mengganggu kelestarian fungsi pantai.

 Kawasan sempadan sungai merupakan kawasan sepanjang tepi kiri dan kanan sungai, meliputi sungai alam, buatan, kanal, dan saluran irigasi primer untuk melindunginya dari kegiatan manusia yang dapat mengganggu dan merusak kualitas air sungai, kondisi fisik pinggir dan dasar sungai, serta mengamankan aliran sungai.

 Kawasan sempadan jurang adalah kawasan lereng dengan kemiringan minimal 45% dan kedalaman sekurang-kurangnya 5 meter dan daerah datar bagian atas paling rendah 11 meter.

Selanjutnya untuk kawasan lindung dengan fungsi kawasan suaka alam dan cagar budaya, jenis penggunaan yang ada di kawasan perencanaan adalah

kawasan suaka alam laut dan perairan lainnya.

Kawasan suaka alam laut dan perairan lainnya memiliki kriteria yaitu kawasan berupa perairan laut,

(37)

perairan darat, wilayah pesisir, muara sungai, gugusan karang dan atol yang mempunyai ciri khas berupa keragaman dan/atau keunikan ekosistem. Kawasan ini terdapat di sepanjang laut kawasan perencanaan.

Jenis kawasan lindung lainnya yang ada di kawasan perencanaan adalah kawasan lindung dengan fungsi kawasan rawan bencana dengan jenis penggunaan yang ada di kawasan perencanaan adalah kawasan rawan

bencana. Kawasan rawan bencana merupakan kawasan

yang diidentifikasi sering dan berpotensi tinggi mengalami bencana alam seperti letusan gunung berapi, gempa bumi, longsor dan lain-lain. Kawasan rawan bencana yang ada di kawasan perencanaan adalah kawasan rawan bencana potensial terjadi gerakan tanah. Untuk kawasan pesisir pantai di bagian selatan kawasan perencanaan termasuk dalam kawasan yang rawan terjadi gelombang pasang/tsunami.

Kawasan Budidaya

Kawasan budidaya merupakan fisik binaan yang sudah dibudidayakan/ dikembangkan menjadi suatu kegiatan sosial ekonomi dengan jenis penggunaan mencakup : 1) Pertanian Tanaman Pangan merupakan lahan

untuk kegiatan pertanian tanaman bahan makanan, yang terdiri dari lahan basah (sawah) dengan jenis tanaman padi dan lahan kering (tegalan) dengan jenis tanaman seperti buah, sayur, kacang-kacangan, palawija, hortikultura dan tanaman pangan lainnya.

2) Perikanan dan budidaya perikanan yang dikembangkan di perairan darat.

3) Peternakan merupakan kawasan yang diperuntukkan bagi peternakan hewan besar dan padang penggembalaan ternak.

(38)

4) Perkebunan merupakan lahan budidaya tanaman tahunan (tanaman keras), baik yang menghasilkan tanaman bahan pangan maupun bahan baku industri seperti kopi, kelapa, cengkeh, kapuk dan sebagainya.

5) Perumahan merupakan lahan budidaya untuk kegiatan perumahan dan fasilitas, utilitas, sarana serta prasarana penunjangnya.

Dari 5 (lima) jenis penggunaan kawasan budidaya tersebut yang terdapat di kawasan perencanaan adalah

kawasan pertanian tanaman pangan lahan, perikanan, peternakan, kawasan tanaman perkebunan dan perumahan.

Pertanian Tanaman Pangan

Kawasan pertanian lahan kering berupa areal yang ditanami tanaman palawija, sayur-mayur dan lainnya yang diusahakan pada periode tertentu yaitu pada musim hujan karena lahan sawah yang terdapat di kawasan perencanaan adalah sawah tadah hujan. Kawasan ini terletak di sekitar permukiman penduduk pada daerah-daerah dataran rendah.

Perikanan

Di kawasan perencanaan, kegiatan perikanan yang ada adalah perikanan tangkap, kegiatan pembudidayaan rumput laut dan tiram mutiara.

Peternakan

Untuk kawasan peternakan di kawasan perencanaan adalah di sekitar permukiman terutama pada tegalan baik menggunakan kandang maupun yang dibiarkan bebas. Hewan yang diternakan antara lain sapi, kerbau, kuda, kambing, ayam buras dan entok. Kawasan ini menyebar hampir di seluruh kawasan dan biasanya

(39)

menjadi satu dengan penggunaan lahan lainnya sehingga tidak terdapat kawasan yang khusus untuk peternakan.

Perumahan

Perumahan di kawasan perencanaan terletak pada daerah dataran rendah sepanjang pantai dengan arah orientasi pengembangan permukiman cenderung mengikuti pola jaringan jalan yang ada.

PROFIL DAN ANALISIS SARANA DAN PRASARANA

a. Sistem Prasarana Transportasi

Jalan dan jembatan merupakan prasarana perhubungan darat yang penting untuk memperlancar kegiatan perekonomian. Dengan makin meningkatnya usaha pembangunan akan menuntut pembangunan jalan dan jembatan untuk memudahkan mobilitas penduduk dan memperlancar lalu lintas barang dari satu wilayah ke wilayah lain. Kawasan perencanaan dilewati oleh ruas jalan dari Tohpati-Kusamba.

Terminal barang di Kabupaten Gianyar merupakan suatu kebutuhan, mengingat tingginya aktivitas bongkar muat kebutuhan hidup perkotaan maupun aktivitas ekspor. Lokasi terminal barang diusulkan sebagai berikut :

 Lokasinya memiliki akses langsung ke Pelabuhan Laut atau Bandar Udara melalui jalan arteri primer maupun kolektor primer.

 Memiliki cadangan lokasi lahan yang cukup luas untuk berbagai aktivitas bongkar muat, parkir kontainer, parkir angkutan barang, dan fasilitas perkantoran

Berdasarkan syarat-syarat di atas, maka alternatif arahan lokasi terminal barang adalah di sekitar Sakah, Kecamatan Sukawati.

(40)

Sistem prasarana wilayah lainnya yang dimaksud meliputi : prasarana energi/listrik, telekomunikasi, air bersih dan sistem persampahan.

1) Listrik

Hampir seluruh kebutuhan listrik di Kabupaten Lombok Tengah dipenuhi oleh PT. Perusahaan Listrik Negara (Persero). Pelayanan listrik dari PLN sudah mampu menjangkau seluruh kecamatan di Kabupaten Gianyar, termasuk di kawasan perencanaan.

2) Prasarana Telekomunikasi

Pelayanan jaringan telepon di Kecamatan Sukawati umumnya dilayani oleh sambungan telepin dari PT. Telkom. Dari data yang diperoleh diketahui bahwa seluruh wilayah di kecamatan telah dijangkau oleh layanan telepon. Selain itu terdapat fasilitas warung telekomunikasi (wartel) untuk menunjang kebutuhan telekomunikasi di kawasan perencanaan.

3) Air Bersih

Ketersediaan air bersih yang sehat sangat dibutuhkan masyarakat. Perusahaan yang menangani air bersih atau air minum di wilayah Kabupaten Gianyar umumnya dan Kecamatan Sukawati khususnya termasuk di kawasan perencanaan adalah Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM). Berdasarkan data Tahun 2013, jumlah penduduk di kawasan perencanaan yang memanfaatkan air bersih PDAM adalah sebesar 48%, air sumur 23%, mata air 12% dan yang memanfaatkan sumber lainnya adalah 17%.

(41)

Tabel - Sumber Air di Kecamatan Sukawati Tahun 2013 Desa/Kelurahan Jumlah

RT

Sumber Air

PDAM Pompa Sumur Mata

Air Sungai Lainnya

Batubulan 3677 1406 0 1062 144 0 1065 Batubulan kangin 1481 823 0 355 87 0 207 Ketewel 2405 1005 0 826 145 0 429 Guwang 1934 931 0 731 180 0 92 Sukawati 2357 1098 0 391 462 0 406 Celuk 1079 733 0 38 127 0 181 Singapadu 1152 776 0 50 219 0 107 Singapadu tengah 1142 558 0 241 182 0 161 Singapadu kaler 1065 518 0 76 161 0 310 Batuan 2045 885 0 502 344 0 314 Batuan kaler 757 461 0 155 105 0 36 Kemenuh 2063 961 0 411 309 0 382 Total 21157 10155 0 4838 2465 0 3690

Sumber: Kecamatan Sukawati Dalam Angka, 2013

(42)

Sumber: Kecamatan Sukawati Dalam Angka, 2013

4) Sampah

Pelayanan sampah di kawasan perencanaan masih individual yaitu dengan dibakar, ditimbun bahkan ada yang dibuang sembarangan ke lahan-lahan terbuka.

5) Sanitasi/Air Limbah

Penduduk kawasan perencanaan pada umumnya memakai jamban keluarga dalam pemenuhan kebutuhan sanitasinya. Limbah cair yang berasal dari hotel/akomodasi pariwisata, pengelolaannya sebagian besar dikelola sendiri oleh pihak pengelola hotel.

E.3. PENDEKATAN TEKNIS DAN METODOLOGI PEKERJAAN

Untuk mendapatkan hasil pekerjaan yang sesuai dengan harapan dan untuk kelancaran serta terkoordinasinya pelaksanaan pekerjaan, maka kegiatan yang paling pokok adalah penyusunan uraian teknis pelaksanaan pekerjaan. Uraian teknis pelaksanaan pekerjaan ini menyangkut urutan dan jenis kegiatan yang akan dilaksanakan.

(43)

Konsultan dalam melaksanakan pekerjaan ini pada nantinya akan memperhatikan lingkup pekerjaan yang telah tertuang dalam Kerangka Acuan Kerja yang telah ada.

Metode pelaksanaan diuraikan sebagai dasar dan tata cara pelaksanaan pekerjaan, sehingga dalam pelaksanaannya tidak terjadi kesalahan dan seluruh kegiatan dapat dikoordinir dan dipantau dengan mudah.

1. Pendekatan Pelaksanaan Pekerjaan

Pendekatan yang dilakukan dalam proses pembahasan materi ini menggunakan pendekatan Penataan Struktur Ruang Kota yang berkaitan dengan Perencanaan Tata Bangunan dan Lingkungan melalui proses identifikasi dan menganalisa keadaan faktual lapangan dengan Rencana Tata Ruang Kota dengan hasil akhir dari Produk RTBL seperti yang terlihat pada gambar Proses Penyusunan RTBL berikut ini.

(44)

PT. DUTA DEWATA KONSULTAN Konsultan Perencana Dan Pengawas

Gambar - Proses Penyusunan RTBL

(45)

PT. DUTA DEWATA KONSULTAN Konsultan Perencana Dan Pengawas

Selain melalui metode pendekatan seperti yang divisualisasikan dalam gambar tersebut di atas, ada beberapa pendekatan yang juga dapat diterapkan dalam penyusunan RTBL ini, antara lain :

 Pendekatan Lingkungan

Di dalam pendekatan ini, penyusunan RTBL diarahkan untuk mampu meningkatkan mutu lingkungan serta melestarikan lingkungan atau berkelanjutan. Dengan demikian dalam penyusunan RTBL ini diharapkan dapat mencakup seluruh permasalahan penurunan kualitas lingkungan yang banyak terjadi saat ini akibat degradasi/kerusakan lingkungan maupun akibat ketidakberlanjutannya suatu pembangunan.

1). Pendekatan Pengelolaan Lingkungan

Di dalam pendekatan pengelolaan lingkungan terdapat beberapa indikator sebagai pengukur kualitas lingkungan yang tinggi dan lestari. Indikator kualitas lingkungan yang tinggi dan lestari tersebut dapat digambarkan pada gambar berikut.

Gambar - Diagram Indikator Kualitas Lingkungan Yang Tinggi dan Lestari

Selain memahami indikator kualitas lingkungan maka dalam pengelolaan lingkungan hidup dasar pemikiran penataan lingkungan yang coba dikaitkan dengan penataan ruang kawasan perkotaan dan perdesaan dapat digambarkan dalam gambar berikut.

(46)

PT. DUTA DEWATA KONSULTAN Konsultan Perencana Dan Pengawas

Gambar - Dasar Pemikiran Penataan Lingkungan, Penataan Ruang Kawasan Perkotaan dan Perdesaan

2). Pendekatan Pembangunan Berwawasan Lingkungan

Konsep pembangunan yang berwawasan lingkungan dimaksudkan untuk mengolah alam dengan bijaksana agar tercipta suatu proses pembangunan yang berkesinambungan bagi peningkatan kualitas hidup rakyat generasi demi generasi sepanjang masa (Emil Salim, 1991). Dalam hal ini maka tertuang pula adanya konsep pembangunan yang berkelanjutan. Secara garis besar konsep pembangunan berwawasan lingkungan ini memiliki empat dimensi yaitu: (1). Ekologis, (2). Sosial ekonomi budaya, (3) Sosial politik, dan (4). Hukum.

(47)

PT. DUTA DEWATA KONSULTAN Konsultan Perencana Dan Pengawas  Pendekatan Strategis,

pendekatan ini dilakukan dengan menentukan skala prioritas sebuah permasalahan. Strategic Approach ini akan membantu sehingga dalam

penyusunan kriteria maupun tolok ukur guna penyusunan data base persampahan dan drainase tersebut.

Pendekatan keterpaduan perencanaan dari Atas dan Bawah (Bottom – Up

Approach), Pendekatan perencanaan dengan merangkum 2 (dua) arah

pendekatan, yaitu : perencanaan dari atas ke bawah sebagai penurunan kebijaksanaan pembangunan pada tingkat Nasional, maupun kebijaksanaan pada tingkat regional.

 Pendekatan Intersektoral Holistik (Komprehensif), yaitu : Pendekatan perencanaan yang bertumpu pada perencanaan yang menyeluruh dan selalu terkait dengan sektor-sektor lain serta wilayah dengan skala lebih luas secara regional atau nasional. Sehingga pada tahap selanjutnya didapatkan koordinasi, sinkronisasi dan integrasi dengan sektor terkait.  Pendekatan Masyarakat (Community Approach), yaitu : pendekatan

perencanaan dengan melibatkan masyarakat dalam proses perencanaan sehingga masyarakat dapat memberikan masukan dalam program pembangunan sarana dan prasarana Penyehatan Lingkungan Permukiman. Salah satu mertode dalam pendekatan masyarakat ini adalah Metode PRA.

Pengertian PRA (Participatory Rural Appraisal)

PRA dimaksudkan untuk mengembangkan “partisipasi masyarakat”. Partisipasi masyarakat diterjemahkan sebagai keikutsertaan masyarakat. Pendekatan ini menitikberatkan pada pemikiran bahwa kegiatan pembangunan pada akhirnya dikembangkan dan dimiliki sendiri oleh masyarakat, hal ini berarti yang ikut serta adalah “orang luar”, yakni para petugas lembaga-lembaga pembangunan masyarakat pada kegiatan masyarakat. Bukan sebaliknya, masyarakatlah yang ikut serta pada

(48)

PT. DUTA DEWATA KONSULTAN Konsultan Perencana Dan Pengawas

kegiatan “orang luar”. Artinya, program bukan dirancang oleh orang luar kemudian masyarakat diminta ikut melaksanakan, tetapi program dirancang oleh masyarakat dengan fasilitasi oleh orang luar. Dengan pemikiran ini, aktivis pembangunan selalu menempatkan masyarakat sebagai pelaku utama pembangunan.

Pendampingan masyarakat merupakan hal yang berhubungan erat dengan pendekatan partisipatif. Hal ini dikarenakan keikutsertaan masyarakat dalam penentuan kebijaksanaan pembangunan merupakan hal yang paling krusial dalam pendekatan partisipatif.

1). Prinsip-prinsip Metode PRA

Prinsip Mengutamakan yang Terabaikan (Keberpihakan) Sering terjadi dalam masyarakat, sebagian besar lapisan masyarakat tetap berada di pinggir arus

pembangunan yang berjalan cepat. Karena itu, prinsip paling pertama metode ini adalah mengutamakan masyarakat yang terabaikan tersebut agar memperoleh kesempatan untuk memiliki peran dan mendapat manfaat dalam kegiatan

program pembangunan. Keberpihakan terhadap golongan masyarakat yang terabaikan ini bukan berarti bahwa golongan masyarakat lainnya (elite masyarakat) perlu mendapat giliran untuk diabaikan atau tidak diikutsertakan. Keberpihakan ini lebih pada upaya untuk mencapai keseimbangan perlakuan terhadap berbagai golongan paling miskin agar kehidupannya meningkat.

Gambar

Gambar - Kedudukan RTBL Dalam Pengendalian Bangunan Gedung dan Lingkungan  Kawasan PerencanaanRTRWNasionalRTRWProvinsiRTR PulauRTR KawasanStrategis ProvinsiRDTR KotaRTR KawasanStrategis KotaRTR KawasanPerkotaanRTR KawasanAgropolitanRDTR KabupatenRTR Kawas
Gambar - Bagan Alir Tata Cara Analisis Aspek Fisik &amp; Lingkungan
Tabel Penggunaan Lahan di Kecamatan Sukawati Tahun 2013
Gambar - Persentase Penggunaan Lahan di Kawasan Perencanaan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pada tingkat SKPD dalam hal ini Sekretariat DPRD Provinsi Sumatera Selatan, Rencana Kerja ini disusun sejalan dengan penyusunan Renstra, yang dilakukan secara

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah bagian tiga dijelaskan

Sesuai dengan ketentuan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tatacara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana

• Layanan pengendalian penyakit TB • Layanan pencegahan dan pengendalian penyakit ISP 9 • Penyusunan rencana program • Pelaksanaan pemantauan dan informasi •

Pada tingkat SKPD dalam hal ini Sekretariat DPRD Provinsi Sumatera Selatan, Rencana Kerja ini disusun sejalan dengan penyusunan Renstra, yang dilakukan secara

bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 28 Peraturan Pemerintah Nomor 8Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah

Dokumen RPIJM ini disusun sebagai bagian dari proses akhir Kegiatan Penyusunan Rencana Program Investasi Jangka Menengah, yang berisikan Pendahuluan, Gambaran Umum Dan

Sedangkan tujuan penyusunan Rencana Kerja Perangkat Daerah adalah sebagai pedoman kerja, pengendalian dan pelaksanaan evaluasi bagi Dinas Pekerjaan Umum Kota Bandung dalam