• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perilaku Kesehatan

Bagan 3.1 Kerangka Konsep

6. Hubungan sosial

6.4 Pengetahuan Sebelum Intervensi Penyuluhan Antara Kelompok Lembar Balik dan Kelompok Leaflet

Dari hasil analisis didapatkan bahwa tidak ada perbedaan rata-rata skor pengetahuan sebelum dilakukan penyuluhan antara kelompok lembar balik dan kelompok leaflet (p value > 0,05). Tidak adanya perbedaan rata-rata skor pengetahuan sebelum diberi penyuluhan pada kedua kelompok tersebut dipengaruhi oleh tingkat pendidikan pekerja pabrik tahu yang berpendidikan dasar (SD dan SMP). Tingkat pendidikan yang rendah cenderung mempunyai pengetahuan yang rendah juga. Selain tingkat pendidikan, pengetahuan pekerja pabrik tahu sebelum diberi pengetahuan juga dipengaruhi oleh paparan informasi dan hubungan sosial pekerja yang berkaitan dengan potensi bahaya dan pencegahan dermatitis.

Dari kuesioner pre-test soal pilihan ganda, dari total 38 orang pada kelompok lembar balik, banyak responden yang menjawab salah pada pertanyaan mengenai pengertian dermatitis (31 orang), gejala dermatitis (30 orang), penyebab dermatitis (32 orang), sabun yang tepat digunakan untuk mencuci tangan (29 orang), tujuan cuci tangan bagi penyakit dermatitis (34 orang), dan mengenai waktu yang

yang menjawab salah pada pertanyaan mengenai pengertian dermatitis (31 orang), gejala dermatitis (31 orang), penyebab dermatitis (31 orang), dampak dermatitis (31 orang), yang diperlukan untuk mencuci tangan (27 orang), tujuan cuci tangan bagi penyakit dermatitis (33 orang), dan mengenai waktu yang tepat untuk mencuci tangan (27 orang).

Selain itu, pada soal menjodohkan gambar langkah-langkah mencuci tangan yang baik dan benar, responden pada kelompok lembar balik dan kelompok leaflet

ini menjawab dengan asal-asalan sehingga banyak yang salah. Responden umumnya mengisi langkah 1 adalah gambar a (gambar memutar ujung jari-jari tangan kanan di telapak tangan kiri dan sebaliknya) karena pekerja mengira gambar a adalah gambar menaruh sabun di telapak tangan. Selain itu, responden umumnya tertukar antara langkah 2 dan langkah 3. Pekerja berpendapat bahwa yang dibersihkan terlebih dahulu adalah telapak tangan, setelah itu punggung tangan, sehingga responden mengisi langkah 2 gambar b (menggosok telapak tangan dan sela jari) dan langkah 3 gambar d (menggosok punggung tangan dan sela jari). Pekerja juga tertukar antara langkah 7 dan langkah 8. Pekerja berpendapat bahwa keran ditutup dulu dengan tisu, lalu tisu yang digunakan untuk menutup keran tersebut digunkan untuk mengeringkan tangan, sehingga pekerja mengisi langkah 7 mencuci tangan adalah gambar g (gunakan tisu untuk menutup keran) dan langkah 8 adalah gambar h (mengeringkan tangan dengan tisu).

Hal tersebut terjadi karena para pekerja di 7 pabrik tahu tersebut sama sekali belum pernah mendapatkan informasi mengenai potensi bahaya dan pencegahan

maupun dari pendidikan seperti penyuluhan akan mempengaruhi pengetahuan seseorang (Sarwono, 1997). Oleh sebab itu, banyak yang salah dalam menjawab pertanyaan dengan salah dan rata-rata skor pengetahuan pada kedua kelompok tersebut hampir sama (homogen). Selain itu, skor tertinggi yang didapat juga termasuk rendah (45% dari total skor).

Pekerja pabrik tahu tersebut juga tidak mendapatkan informasi mengenai potensi bahaya dan pencegahan dermatitis dari hubungan sosial atau interaksi sosial para pekerja dengan teman, tetangga, keluarga, atau melalui media seperti internet,

facebook, televisi, dan sebagainya. Padahal, hubungan sosial atau interaksi sosial yang dilakukan secara kontinyu akan lebih besar terpapar informasi (Wulan, 2010). Para pekerja pabrik tahu tersebut memang berinteraksi sosial secara kontinyu, namun tidak pernah bertukar informasi mengenai potensi bahaya dan pencegahan dermatitis.

Tingkat pendidikan, keterpaparan informasi, dan hubungan sosial terkait potensi bahaya dan pencegahan dermatitis bersifat homogen. Hal ini sesuai dengan karakteristik penelitian eksperimen, dimana antara kelompok lembar balik dan kelompok leaflet mempunyai karakteristik yang hampir sama, sehingga pengetahuan sebelum diintervensi akan sama.

dan Kelompok Leaflet

Dari hasil analisis didapatkan bahwa ada perbedaan rata-rata skor pengetahuan sesudah dilakukan penyuluhan antara kelompok lembar balik dan kelompok leaflet (p value < 0,05), dimana rata-rata skor pengetahuan sesudah dilakukan penyuluhan pada kelompok lembar balik lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok leaflet, walaupun kedua kelompok tersebut diberikan penyuluhan dengan materi yang sama dan dengan alat bantu yang sama yaitu media cetak, hanya berbeda bentuknya.

Penggunaan lembar balik yaitu dengan langsung dibuka sesuai dengan topik pembicaraan untuk diterangkan kepada peserta penyuluhan (Dirjen PPM & PL 2003). Penyuluh memperlihatkan gambar kepada peserta penyuluhan sambil membaca tulisan yang terletak di halaman belakang gambar. Ukuran lembar balik yang cukup besar dengan gambar, tulisan, dan komposisi warna yang tepat pada lembar balik membuat proses pendidikan atau belajar menjadi lebih mudah dan lebih menarik bagi peserta penyuluhan. Oleh karena itu, peserta penyuluhan fokus untuk mendengarkan penyuluh serta melihat gambar dan penjelasan yang terdapat pada lembar balik.

Sedangkan cara penggunaan leaflet dalam penyuluhan ini adalah dengan membagikan leaflet kepada peserta penyuluhan setelah diadakan pre-test atau sebelum penyuluhan dimulai. Peserta diberikan waktu kurang lebih 10 menit untuk membaca leaflet tersebut. Setelah itu, peneliti akan menjelaskan isi leaflet tersebut kepada peserta penyuluhan. Leaflet diberikan sebelum penyuluhan dimulai agar

(Dirjen PPM & PL, 2003). Namun saat penyuluhan berlangsung, peserta menjadi tidak fokus untuk mendengarkan penyuluhan yang disampaikan. Ada peserta penyuluhan yang masih membaca leaflet dan ada juga peserta yang berbicara dengan peserta lainnya. Hal ini terjadi karena pekerja merasa sudah mengerti dengan apa yang dibacanya di leaflet sehingga tidak perlu dijelaskan. Selain itu, ukuran kertas leaflet yang kecil membuat gambar yang terdapat didalamnya menjadi kurang jelas, terutama gambar langkah-langkah mencuci tangan dengan baik dan benar. Oleh karena itu, untuk bagian langkah-langkah cuci tangan yang baik dan benar, penyuluh juga mempraktekan setiap langkahnya bersama-sama dengan peserta penyuluhan, baik pada kelompok lembar balik maupun pada kelompok

leaflet.

Namun dari hasil post-test kelompok lembar balik maupun kelompok leaflet,

diketahui bahwa pada soal menjodohkan langkah-langkah cuci tangan yang baik dan benar masih banyak responden yang salah menjawab. Kelompok lembar balik dan kelompok leaflet masih banyak menjawab salah pada langkah cuci tangan kedua, ketiga, keempat, kelima, dan keenam. Hal ini terjadi karena praktek cuci tangan yang baik dan benar yang dilakukan dalam penyuluhan ini hanya tiruan atau tidak benar-benar mempraktekan. Pengetahuan responden mengenai langkah-langkah cuci tangan yang baik dan benar pada kedua kelompok tersebut akan lebih maksimal jika penyuluh dan peserta penyuluhan mempraktekan secara langsung langkah cuci tangan tersebut. Dengan mempraktekan secara langsung langkah-langkah cuci tangan yang baik dan benar, tingkatan pengetahuan peserta penyuluhan

menginterpretasikannya dengan benar sehingga dapat mengaplikasikannya pada situasi atau kondisi sebenarnya.

Dari kerucut pembelajaran Edgar Dale, memang pengalaman atau praktek tiruan mempunyai intensitas yang lebih tinggi atau lebih efektif untuk mempersepsikan bahan pendidikan daripada hanya dengan gambar, tulisan, dan kata-kata. Namun, pengalaman langsung mempunyai intensitas yang paling tinggi atau paling efektif untuk mempersepsikan bahan pendidikan atau pengajaran (Notoatmodjo, 2007).

6.6 Perbedaan Perubahan Pengetahuan Antara Kelompok Lembar Balik dan