• Tidak ada hasil yang ditemukan

A. Acuan Teori Area dan Fokus yang Diteliti 1 Pembelajaran Kooperatif

4. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)

a. Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)

Mengutip pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) yang dikemukakan oleh Ali Imran Udin dalam Abu Ahmadi menyatakan bahwa

“Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) adalah ilmu-ilmu sosial yang disederhanakan untuk tujuan-tujuan pendidikan dan pengajaran di sekolah dasar dan menengah”.25 Sedangkan, Abu Ahmadi sendiri menyatakan bahwa “Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) adalah bidang studi yang

22

Ibid.

23

Yudhi Munadi, Pembelajarn Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif dan menyenangkan, (Jakarta: FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011), Cet.2, h.33

24

merupakan paduan (fusi) dari sejumlah mata pelajaran sosial.26 Selanjutnya, menurut A. Kosasih Djahiri, “Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan ilmu pengetahuan yang memadukan sejumlah konsep pilihan dari cabang-cabang ilmu sosial dan ilmu lainnya kemudian diolah berdasarkan prinsip pendidikan dan didaktik untuk dijadikan program pengajaran pada tingkat persekolahan.27 Dalam hal ini, Sapriya menegaskan bahwa:

“Pengertian IPS ditingkat persekolahan itu sendiri mempunyai

perbedaan makna khususnya antara IPS untuk sekolah dasar (SD) dengan IPS untuk sekolah menengah pertama (SMP) dan IPS untuk sekolah menengah atas (SMA). Pengertian IPS dipersekolahan tersebut ada yang berarti program pengajaran, ada yang berarti mata pelajaran yang berdiri sendiri, dan ada yang berarti gabungan

(paduan) dari sejumlah mata pelajaran atau disiplin ilmu”.28

Lebih lanjut, Kurikulum 2006 yang dikutip oleh Sapriya dalam buku yang berbeda dari sebelumnya menjelaskan bahwa:

“IPS merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan mulai dari SD/MI/SDLB sampai SMP/MTs/SMPLB. IPS mengkaji sperangkat isu sosial.Pada jenjang SD/MI/SDLB, mata pelajaran IPS memuat materi geografi, sejarah, sosiologi, dan ekonomi. Melalui mata pelajaran IPS, peserta didik diarahkan untuk dapat menjadi warga negara Indonesia yang demokrasi dan bertanggung jawab, serta warga dunia yang cinta damai.29

Namun, pada jenjang SD/MI/SDLB, materi pembelajaran IPS disajikan secara terpadu sehingga tidak menunjukan label dari disiplin ilmu sosial, serta disusun secara tematik dengan mengambil tema-tema sosial yang terjadi di lingkungan siswa. Demikian juga tema-tema sosial yang dikaji berangkat dari fenomena serta aktifitas sosial yang terjadi disekitar siswa. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa ilmu-ilmu sosial merupakan dasar dari IPS tetapi tidak semua ilmu-ilmu sosial dapat

25

H. Abu Ahmadi, Ilmu Sosial Dasar, (Jakarta:PT. Rineka Cipta,2003) Cet.4, h.2

26Ibid.

h.3

27

Sapriya, dkk, Pembelajaran dan Evaluasi Hasil Belajar IPS, Ed.1 (Bandung:UPI PRESS, 2006), Cet.1, h.7

28

Sapriya, dkk, Konsep Dasar IPS, Ed.1, (Bandung:UPI PRESS,2006), Cet.1 h.3

menjadi pokok bahasan dalam IPS. Tingkat usia, jenjang pendidikan dan perkembangan pengetahuan anak didik sangat menentukan materi-materi ilmu-ilmu sosial mana yang tepat menjadi pokok bahasan dalam IPS. Melalui substansi materi dalam pembelajaran IPS, siswa diharapkan tidak hanya mampu menguasai teori-teori kehidupan di dalam masyarakat tetapi mampu menjalani kehidupan nyata secara bijaksana.

b. Karakteristik Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)

Karakteristik Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) dalam kurikulum 2006 yang dikutip oleh Sapriya, menjelaskan bahwa mata pelajaran IPS disusun secara sistematis, komprehensif, dan terpadu dalam proses pembelajaran menuju kedewasaan dalam kehidupan di masyarakat. Dengan pendekatan tersebut diharapkan peserta didik akan memperoleh pemahaman yang lebih luas dan mendalam pada bidang ilmu yang berkaitan.30 Dengan demikian, kunci utama dalam pembelajaran IPS adalah bagaimana membina kecerdasan sosial siswa yang mampu berpikir kritis, analitis, kreatif, inovatif, berwatak dan berkepribadian luhur, bersikap ilmiah dalam cara memandang, menganalisa serta menelaah kehidupan nyata yang dihadapinya.31 Oleh karena itu, guru IPS dituntut untuk mampu merencanakan pembelajaran IPS sedemikian rupa dengan memperhatikan prinsip dan karakteristik IPS itu sendiri sehingga tujuan dalam pembelajaran IPS dapat tercapai.

c. Fokus kajian Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)

Fokus kajian pendidikan IPS adalah kehidupan manusia dengan sejumlah aktifitas sosialnya. Seperti yang dikemukakan Nana Supriatna bahwa berbagai dimensi manusia dalam kehidupan sosialnya . merupakan fokus kajian IPS. Aktifitas manusia dilihat dari dimensi waktu meliputi masa lalu, masa kini dan masa depan. Aktifitas manusia yang berkaitan

30Ibid.,

h.9

dalam hubungan dan interaksin dengan aspek keruangan atau geografis. Aktifitas manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya dalam dimensi arus produksi, distribusi dan konsumsi. Pada intinya, fokus kajian IPS adalah berbagai aktifitas manusia dalam berbagai dimensi kehidupan sosial sesuai dengan karakteristik manusia sebagai makhluk sosial.32

d. Tujuan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)

Menurut Hasan (1996), tujuan pendidikan IPS dapat dikelompokkan ke dalam tiga kategori, yaitu pengembangan kemampuan intelektual siswa, pengembangan kemampuan dan rasa tanggung jawab sebagai anggota masyarakat dan bangsa serta pengembangan diri siswa sebagai pribadi. Tujuan pertama berorientasi pada pengembangan kemampuan intelektual yang berhubungan dengan diri siswa dan kepentingan ilmu pengetahuan khususnya ilmu-ilmu sosial. Tujuan kedua berorientasi pada pengembanagn diri siswa dan kepentingan masyarakat. Sedangkan tujuan ketiga lebih berorientasi pada pengembangan pribadi siswa baik untuk kepentingan dirinya, masyarakat maupun ilmu.33

e. Kompetensi Pendidikan IPS Sekolah Dasar

Dalam kurikulum KTSP terdapat dua aspek perkembangan kompetensi dalam pembelajaran IPS, yaitu aspek pengembangan intelektual dan aspek pengembangan keterampilan sosial. Aspek pengembangan intelektual meliputi pengembangan kemampuan untuk mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya serta memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah dan keretampilan dalam kehidupan sosial. Sementara, aspek pengembangan keterampilan sosial meliputi kemampuan untuk memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan serta memiliki kemampuan

32

Nana Supriatna, Pendidikan IPS di SD, Ed.I, (Bandung:UPI PRESS,2007) Cet.I. h.4 33 Ibid.,

berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk ditingkat lokal, nasional maupun global.34

f. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPS Kelas IV

Standar kompetensi adalah kualifikasi kemampuan peserta didik yang menggambarkan penguasaan pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang diharapkan dicapai pada mata pelajaran tertentu.35 Sedangkan, kompetensi dasar merupakan sejumlah kemampuan minimal yang harus dimiliki peserta didik dalam rangka menguasai standar kompetensi mata pelajaran tersebut.36 Standar kompetensi dan kompetensi dasar menjadi landasan untuk mengembangkan materi pokok, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi. Berikut adalah standar kompetensi dan kompetensi dasar pelajaran IPS kelas IV.

Tabel 2.3

Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) Kelas IV

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

1. Memahami sejarah, kenampakan alam dan keragaman suku bangsa di lingkungan kabupaten/kota dan provinsi.

1.1.Membaca peta lingkungan setempat (kabupaten/kota, provinsi) dengan menggunakan skala sederhana. 1.2.Mendeskripsikan kenampakan alam di lingkungan

kabupaten/kota dan provinsi serta hubungannya dengan keragaman sosial budaya. 1.3.Menunjukkan jenis dan

persebaran sumber daya alam serta pemanfaatannya untuk kegiatan ekonomi di lingkungan setempat. 34 Ibid., h. 21-22 35

KTSP, Perangkat Pembelajaran MI/SD dan SDLB; Panduan Pengembangan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran, h.1

36Ibid

1.4.Menghargai keragaman suku bangsa dan budaya setempat (kabupaten/kota, provinsi). 1.5.Menghargai berbagai

peninggalan sejarah di lingkungan setempat dan menjaga kelestariannya. (kabupaten/kota, provinsi). 1.6.Meneladani kepahlawanan dan

patriotisme tokoh-tokoh di lingkungannya.

2. Mengenal sumber daya alam, kegiatan ekonomi, dan kemajuan teknologi di lingkungan kabupaten/kota dan provinsi

2.1 Mengenal aktivitas ekonomi yang berkaitan dengan sumber daya alam dan potensi lain di daerahnya

2.2 Mengenal pentingnya

koperasi dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat 2.3 Mengenal perkembangan

teknologi produksi,

komunikasi, dan transportasi serta pengalaman

menggunakannya

2.4 Mengenal permasalahan sosial di daerahnya

Sapriya, (2008)37

g. Permasalahan Sosial

Masalah sosial merupakan suatu keadaan di masyarakat yang tidak normal atau tidak semestinya. Masalah-masalah sosial dapat berupa masalah moral, masalah politik, masalah ekonomi, masalah agama dan masalah lainnya. Abu Ahmadi menjelaskan bahwa “masalah-masalah sosial yang dihadapi oleh setiap masyarakat tidaklah sama antara satu dengan lainnya. Perbedaan-perbedaan itu disebabkan oleh perbedaan tingkat perkembangan kebudayaan dan masyarakatnya serta keadaan lingkungan alamnya dimana masyarakat itu hidup”.38 Selanjutnya, menurut Nisbet (1961) yang membedakan masalah sosial dengan masalah lainnya adalah bahwa masalah sosial selalu ada kaitannya dengan nilai-nilai moral

37

dan pranata-pranata sosial, serta selalu ada kaitannya dengan hubungan- hubungan manusia dan dengan konteks-konteks normatif dimana hubungan-manusia manusia itu terwujud.39

Masalah sosial memiliki dua pendefinisian; [1] pendefinisian menurut umum, dan; [2] pendefinisian merurut para ahli. Menurut pendefinisian umum, segala sesuatu yang menyangkut kepentingan umum adalah masalah sosial. Sedangkan pendefinisian menurut para ahli, masalah sosial adalah suatu kondisi atau perkembangan yang terwujud dalam masyarakat yang berdasarkan atas studi, mempunyai sifat yang dapat menimbulkan kekacauan terhadap kehidupan warga masyarakat secara keseluruhan.40 Sebagai contoh, masalah pedagang kaki lima. Menurut definisi umum, pedagang kaki lima bukan masalah sosial karena merupakan upaya mencari nafkah untuk kelangsungan hidupnya. Sedangkan menurut definisi ahli perencanaan kota, pedagang kaki lima adalah masalah sosial karena menjadi sumber kekacauan lalu lintas.

Namun kenyataannya, permasalahan sosial tidak dirasakan secara sama oleh setiap warga masyarakat. Suatu kondisi yang dianggap merugikan sejumlah warga masyarakat belum tentu dirasakan oleh sejumlah masyarakat lainnya sebagai sesuatu yang menguntungkan. Misalnya masalah sampah, sampah yang bertebaran disebagian kota dirasakan merugikan kebersihan, kesehatan, keindahan tetapi para pengumpul barang bekas dianggap sebagai sesuatu yang menguntungkan. Dengan demikian, suatu masalah yang digolongkan sebagai masalah sosial oleh para ahli belum tentu dianggap sebagai masalah sosial oleh umum. Sebaliknya, masalah-masalah sosial yang dianggap sebagai masalah sosial oleh umum belum tentu dianggap sebagai masalah sosial oleh para ahli. Dengan demikian, batasan masalah sosial agak sedikit rumit karena mengingat masalah sosial berkaitan dengan sistem nilai yang berlaku di

38

H. Abu Ahmadi, Ilmu Sosial Dasar, (Jakarta:PT. Rineka Cipta,2003) Cet.4, h.12

39Ibid. 40Ibid

masyarakat yang bersangkutan. Tetapi yang jelas, tidak ada satu pun tingkah laku manusia yang dapat dianggap sebagai suatu masalah sosial apabila tidak dianggap sebagai penyimpangan secara moral dari norma- norma masyarakat yang telah diterima secara umum.

B.Hasil Penelitian yang Relevan

No Peneliti Judul Penelitian Hasil Penelitian

1. Roro Fattahu Sarah, Mahasiswi Jurusan Sejarah, Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Semarang, 2013 Peningkatan keaktifan belajar IPS Sejarah siswa melalui model pembelajaran index card match (icm) kelas viii di smp negeri 4 semarang tahun ajaran 2012/2013.

Dari hasil penerapan strategi pembelajaran kooperatif tipe index card

match dalam proses

pembelajaran, mampu meningkatkan keaktifan siswa dalam berpikir kreatif dan berpikir kritis. 2. Tatmimatun Ni’mah, Mahasiswi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Semarang Penerapan metode

index card match untuk meningkatkan

keaktifan dalam

pembelajaran ips siswa kelas IV SDN 1

Petanahan, semester II tahun ajaran

2012/2013.

Dari hasil penerapan strategi pembelajaran kooperatif tipe index card

match dalam proses

pembelajaran, mampu meningkatkan keaktifan siswa dalam komunikasi yang bersifat multi arah, baik komunikasi siswa dengan guru maupun siswa dengan siswa.

3. Ratih Ariyanti, Mahasiswi Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga. Peningkatan keaktifan dan hasil belajar

melalui model

pembelajaran

kooperatif tipe index card match siswa kelas IV SD Negeri Tugurejo 01 Semarang Semester II Tahun Pelajaran 2012/2013.

Dari hasil penerapan strategi pembelajaran kooperatif tipe index card

match dalam proses

pembelajaran, mampu meningkatkan keaktifan siswa dalam membuat rangkuman materi yang telah telah dipelajari, serta aktif menyelesaikan tugas yang dberikan guru. 4. Anis Fitrotunnisa, Mahasiswi Jurusan Pendidikan Bahasa Arab, Fakultas Tarbiyah Penerapan Metode

Index Card Match

Dalam Meningkatkan Keaktifan Belajar Bahasa Arab Kelas VIII C Mtsn Lab. UIN

Dari hasil penerapan strategi pembelajaran kooperatif tipe index card

match dalam proses

pembelajaran, mampu meningkatkan keaktifan

dan Keguruan, Universitas Islam

Negeri Sunan

Kalijaga, Yogyakarta.

Yogyakarta, Bantul. siswa dalam mencari sumber belajar lain dalam mengerjakan tugas yang diberikan guru serta meningkatkan antusiasme siswa dalam mengerjakan tugas dengan tepat waktu. 5. Winda Pramita Sari, Mahasiswi Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga. Upaya Meningkatkan Keaktifan dan Prestasi Belajar Siswa Melalui Metode Index Card Match Pada Mata Pelajaran IPS Kelas Ivsd Negeri Kopeng 01

Tahun Pelajaran

2011/2012.

Dari hasil penerapan strategi pembelajaran kooperatif tipe index card

match dalam proses

pembelajaran, mampu meningkatkan keaktifan siswa dalam bertanya kepada siswa lain atau guru apabila tidak memahami persoalan yang dihadapinya.

Dokumen terkait