• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 5 : PEMBAHASAN

5.3. Hubungan Faktor Sosial Budaya dengan Status Gizi

5.3.5. Pengetahuan dengan Status Gizi

Pengetahuan ibu memiliki hubungan dengan status gizi anak, dimana nilai p = 0,026 atau p < 0,05. Keadaan ini sejalan dengan penelitian Kusumawati dan Mutalazimah (2004), dimana pengetahuan ibu mempunyai hubungan dengan berat bayi lahir dimana nilai p adalah 0,014.

Pengetahuan mempengaruhi perilaku seseorang, karena pemahaman tentang objek sudah diketahui, dalam konteks penelitian ini pengetahuan ibu tentang kesehatan dan gizi sudah memberikan pemahaman untuk bertindak. Walaupun sebagian besar ibu hanya mempunyai pengetahuan dengan tingkat sedang (40- 75%). Menurut Notoatmodjo (2005), pengetahuan mendukung seseorang untuk bertindak.

Dalam penelitian ini, pengetahuan ibu tentang makanan pada anak seperti, mengetahui arti makanan seimbang, ibu-ibu lebih banyak mengetahui bahwa makanan seimbang itu adalah makanan yang mengandung karbohidrat, protein dan vitamin (71 %). Sedangkan makanan yang baik untuk anak menurut ibu adalah makanan dengan ASI dan karbohidrat (65,4 %). Pemahaman ibu tentang makanan dalam konteks ini dikatakan sedang jika mengacu kepada batasan dalam buku Notoatmodjo (1997) dimana pengetahuan sedang antara 40-75 persen.

Pengetahuan ini akan mendukung ibu dalam merawat dan mengasuh anak termasuk pemberian makan pada anak, sehingga akan berdampak kepada status gizi anak. Menurut Notoatmodjo (2005), pengetahuan merupakan respon tertutup yang belum diekspresikan ke tindakan, dan belum dapat dilihat/diamati orang lain secara jelas.

Hasil penelitian diperoleh bahwa ibu yang pengetahuannya kurang baik memiliki anak dengan status gizi baik lebih tinggi (69,4 %) dibandingkan ibu yang pengetahuannya baik (40,9 %). Hal ini bisa saja terjadi, dikarenakan banyak faktor yang mempengaruhi status gizi anak diantaranya faktor lingkungan, penyakit infeksi dan lain sebagainya. Dimana dengan kondisi lingkungan di Kecamatan Medan Erea yang dapat digolongkan kurang baik karena padatnya penduduk, perumahan yang kurang sehat, kebersihan yang masih kurang dan lain sebagainya menyebabkan anak mudah terserang berbagai macam penyakit termasuk penyakit infeksi yang secara langsung mempengaruhi status gizi anak. Selain itu dilapangan juga dijumpai ibu yang memiliki pengetahuan baik, namun pada prakteknya masih kurang. hal ini dikarenakan anak diasuh oleh orang lain ataupun tingkat ekonomi yang tidak memadai untuk mendukung tingkat pengetahuan yang baik tersebut.

Ibu-ibu yang memiliki pengetahuan lebih baik biasanya memiliki pendidikan yang lebih tinggi, sedangkan ibu yang memiliki pendidikan tinggi lebih mempunyai kesempatan untuk bekerja di luar rumah, sehingga pola asuh anak dalam keluarga menurun, karena waktu ibu lebih banyak digunakan diluar rumah daripada untuk mengasuh anak, hal ini dapat menyebabkan status gizi anak tidak baik.

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Ikhwansyah (2004) di Kecamatan Kertak Hanyar Kabupaten Banjar bahwa terdapatnya hubungan secara bermakna (P < 0,005) antara pengetahuan ibu dengan status gizi anak balita, (www.yahoo.com).

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan serta sesuai dengan tujuan penelitian, maka dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut :

1. Tidak ada hubungan pendidikan ayah dengan status gizi anak (p = 0,395), dimana pada kelompok status gizi anak yang baik tidak mempunyai perbedaan antara ayah dengan pendidikan tinggi (67,1 %) dan pendidikan rendah (56,8 %).

2. Pendidikan ibu mempunyai hubungan dengan statu gizi anak (P = 0,011) dengan arah hubungan yang negatif, dimana ibu yang berpendidikan rendah mempunyai anak dengan status baik (73,8 %) lebih banyak dibandingkan ibu yang berpendidikan tinggi (47,6 %).

3. Tidak ada hubungan pekerjaan ayah dengan status gizi anak (P = 0,211), imana ayah mempunyai pekerjaan dengan penghasilan tetap dan tidak tetap sama-sama memiliki anak dengan status gizi baik.

4. Pekerjaan ibu mempunyai hubungan dengan status gizi anak (P = 0,031), dimana ibu yang bekerja lebih banyak di rumah (berpenghasilan tidak tetap) mempunyai lebih banyak anak dengan status gizi baik (67,0 %) dari pada ibu yang bekerja di luar ruamah (berpenghasilan tetap).

5. Penghasilan keluarga yang diatas atau sama dengan Rp.1.065.400,- maupun dibawah Rp.1.065.400,- tidak mempunyai hubungan dengan status gizi

anak, dimana untuk kategori penghasilan keluarga ini mempunyai anak dengan status gizi baik yang sama-sama banyak.

6. Tidak ada hubungan antara tadisi/kebiasaan dengan status gizi anak (p = 0,408), dimana keluarga yang tidak mempunyai tradisi makanan pantangan mempunyai 65,9 % anak dengan status gizi baik, demikian juga dengan keluarga yang mempunyai tradisi makanan mempunyai anak dengan status gizi baik yang tinggi (52,6 %).

7. Pengetahuan ibu mempunyai hubungan dengan status gizi anak (p = 0,026) dengan arah hubungan yang negatif, dimana ibu yang yangb mempunyai pengetahuan kurang baik memiliki anak dengan status gizi baik (69,4 %) lebih banyak dibandingkan dengan ibu yang berpengetahuan baik (40,9%).

6.2. Saran

Berdasarkan kesimpiulan diajukan beberapa saran sebagai bahan pertimbangan dalam pemecahan masalah sehingga dapat meningkatkan kulitas anak balita khususnya anak usia 6 – 24 bulan di Kecamatan Medan area Kota Medan, adapun saran tersebut sebagai berikut :

1. Disarankan kepada Dinas Kesehatan Kota Medan, bahwa :

a. Dalam menyusun kegiatan perencanaan pada bidang kesehatan,

khususnya kegiatan upaya peningkatan status gizi masyarakat agar mempertimbangkan faktor sosial budaya.

b. Secara berkesinambungan agar melakukan supervisi terhadap puskesmas untuk pemantauan kinerja petugas puskesmas dalam meningkatkan status gizi balita pada masing-masing keluarga.

c. Untuk memberikan penyegaran kepada petugas puskesmas melalui berbagai kursus dan pelatihan peningkatan status gizi balita, yang diharapkan nantinya dapat memberikan bimbingan maupun penyampaian informasi kepada masyarakat dalam kegiatan pengasuhan, khususnya para ibu yang memiliki balita.

d. Secara berkala memberikan penghargaan kepada petugas puskesmas yang berprestasi dalam upaya peningkatan status gizi balita, sehingga peran petugas tersebut dalam pendampingan kepada para ibu yang memiliki balita dapat lebih efektif.

2. Disarankan kepada puskesmas :

a. Agar kepala puskesmas lebih meningkatkan kegiatan bagi tenaga gizi untuk membina para kader posyandu dalam pemantauan status gizi balita.

b. Agar petugas gizi memberikan penyuluhan kepada masyarakat tentang pentingnya meningkatkan status gizi, khususnya tentang hubungan faktor sosial budaya (pendidikan, pekerjaan, pengetahuan, tradisi/kebiasaan makan) dengan status gizi anak, khususnya kepada para ibu.

c. Agar petugas gizi memberikan penyuluhan kepada masyarakat dalam peningkatan pola asuh yang baik sehingga dapat meningkatkan status gizi anak-anak mereka.

d. Agar petugas gizi membekali para kader posyandu dengan tehnik-tehnik komunikasi pada masyarakat, utamanya dalam mendekati etnis china, sehingga partisipasi dan kemauan dari etnis china dalam kegiatan pemantauan kesehatan balita dapat ditingkatkan.

3. Disaran kepada Lembaga Pemerhati Kesehatan dan Masalah Gizi agar lebih meningkatkan kegiatanya dalam mendukung penanggulangan permasalahan gizi, khususnya bagi balita.

4. Disarankan kepada Pemerintah Kota Medan dan masyarakat untuk bekerjasama dalam meningkatkan sarana prasarana yang dapat meningkatkan status gizi balita seperti pengadaan Tempat Penitipan Anak (TPA) yang nantinya diharapkan dapat mendukung dalam memperhatikan kesehatan dan status gizi anak.

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Abu. 1999. Psikologi Sosial. Jakarta: Penerbit Rineka Cipta.

Ahmadi, Abu. 2003. Ilmu Sosial Dasar. Jakarta: Penerbit Rineka Cipta.

Alfonsine. 1985. Manual Pelayanan GiziUntuk Karya Kesehatan. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Ancok, Djamaluddin. 1992. Teknik Penyusunan Skala Pengukuran. Yogyakarta: Pusat Penelitian Kependudukan Universitas Gajah Mada.

Arikunto, Suharsimi. 1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.

Berg, A., 1989. Peranan Gizi dalam Pembangunan, Jakarta: Penerbit CV Rajawali.

Departemen Kesehatan RI. 1996. Program Kelangsungan Hidup dan

Perkembangan Anak Ditinjau Dari Peningkatan Penggunaan ASI dan Pembinaan Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: Dep Kes RI.

Departemen Kesehatan RI. 1994. Rencana Pembangunan Lima Tahun Keenam Bidang Kesehatan 1994/95 – 1998/99. Jakarta: Dep Kes RI.

Departemen Kesehatan RI. 1985. Pedoman Bina Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: Dep Kes RI.

Dinas Kesehatan Propinsi Sumatera Utara. Program Keluarga Sehat.

Djiteng Roedjito. 1987. Kajian Perencanaan Gizi. Bogor: Institut Pertanian.

Direktorat Bina Gizi Masyarakat. 1992. Pedoman Pemantauan Status Gizi Melalui Posyandu. Jakarta.

Fauzi Muzaham. 1995. Sosiologi Kesehatan. Jakarta: UI-Press.

Foster, George, M & Barbara G, Anderson. 1986. Antropologi Kesehatan,

Penerjemah : Priyanti S. Pakan dan Meutia Swasono, Penerbit UI Press, Jakarta.

Helman, Cecil, 1984, Culture, Health, and Illness, Bristol: John Wright & Sons, Ltd.

Ikhwansyah, 2004. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Status Gizi Anak Balita di Kecamatan Kertak Hanyar Kabupaten Banajar,

WWW.yahoo.com 26 Maret 2008

International Food Policy Research Institute. 1997. Care and Nutrition Concepts and Measurement. Washington DC.

Khumaidi, M. 1994. Gizi Masyarakat. Jakarta: Gunung Mulia.

Koentjaraningrat. 1993. Metode Penelitian Masyarakat. Jakarta : Gramedia.

Kusuma, Yuli dan Mutalazimah. 2004. Hubungan Pendidikan Dan Pengatahuan Gizi Ibu dengan Berat Badan Bayi Lahir di RSUD DR. Moewardi Surakarta.

Surakarta. INFOKES, 8(1). www.yahoo.com 18 desember.

Lanner, Lenore J. & Jean-Pierre Habiet. 1989, Concepts about Infants Healt, Growth and Meaning, A. Comparison Between Nutritional Scientist and Madurese Mothers, Social Science Medicine, Vol. 29 (1)

Lastoro, Lana. 2006. Belajar menulis Sejarah sosial Masyarakat. SAV PUSKAT Sinduharjo. Sleman. www.yahoo.com. 4 Januari 2008

Lie Goan Hong. 1995. Pola Makanan Di Indonesia, Aspek Kesehatan dan Gizi Anak Balita. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Lisdiana. 1997. Waspada Terhadap Kelebihan dan Kekurangan Gizi. Bandar Lampung: Trubus Agriwidya.

Manners. 2002. Teori Budaya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Mundy, Pahil, A. 1995. Indegenous Communication and Indigeneos Knowledge. The Culture Dimention of Development Indigenous Knowledge System.

(D.M. Warren L, J. Slikkerveer & D. Brokensha, ed). Intermediate Tecnology Publication.

Notoatmojo. 1993. Pengantar Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku Kesehatan.

Yogyakarta: Andi Offset.

Rakhmat Jalaluddin, 1991, Metode Penelitian Komunikasi, Bandung, PT. Remaja Rosdakarya.

Pelto, Gretel, 1980, Anthropological Contributions to Nutrition Education Research, Journal of Nutrition Education, Vol. 13 (1): 2 – 8.

Pemerintah R.I. dan WHO, 2000. Rencana Aksi Pangan dan Gizi Nasional 2001 – 2005, Jakarta.

Persagi. 1990. Gizi Indonesia. Jakarta.

Sagir. 1992. Kesempatan Kerja Ketahanan Nasional dan Pembangunan Manusia Seutuhnya. Bandung: Alumni.

Santoso, dkk. 1999. Kesehatan dan Gizi. Jakarta: Rineka Cipta.

Santoso, dkk. 1978. Penyuluhan Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Akademi Gizi.

Sastroasmoro, Sdigdo dan sofyan Ismail, 1995. Dasar-dasar metodologi

Penenlitian Klinis. Bagian Ilimu Kesehatan Anak fakultas Kedokteran Universitas Indonesia . Jakarta : Banarupa Aksara.

Shadily, Hasan. 1984. Sosiologi Untuk Masyarakat Indonesia. Jakarta: Bina Aksara.

Soekirman. 2000. Ilmu Gizi dan Aplikasinya. Untuk Keluarga dan Masyarakat. Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta.

Soeleman, Munandar. 1992. Ilmu Budaya Dasar, Teori dan Konsep Ilmu Sosial.

Bandung: Eresco.

Soetjiningsih., 1995. Tumbuh Kembang Anak, Jakarta: EGC Kedokteran.

Solihin, Pudjiati. 1993. Ilmu Gizi Klinis Pada Anak. Jakarta: FKUI.

Suhardjo. 1986. Pangan, Gizi, dan Pertanian. UI Press, Jakarta.

Suhardjo. 1989. Sosio Budaya Gizi. Jakarta: Depdikbud Pendidikan Tinggi Pusat.

Sumaatmadja, Nursid. 1986. Perspektif Studi Sosial. Bandung: Alumni.

Sugiyono. 1992. Metode Penelitian Administrasi. Bandung: Alfabeta.

Suparni. 1988. Tata Boga, Praktek Menyusun Menu Untuk Keluarga. Solo: Tiga Serangkai.

Wikipedia Indonesia. 2007. Ensiklopedia Bebas Berbahasa Pendidikan. www.yahoo.com. 18 Desember 2007.

Winarno. 1990. Gizi dan Makanan Bagi Bayi dan Anak Sapihan. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.

Robson, J.R.K, 1980. Food, Ecology and Cultural, Readings in the Anthropology of Dictory Practices. Newyork : Gordon and Breach Science Publisher.

Lampiran 1

KUESIONER PENELITIAN

HUBUNGAN FAKTOR SOSIAL BUDAYA DENGAN STATUS GIZI ANAK USIA 6 – 24 BULAN DI KECAMATAN MEDAN AREA KOTA MEDAN

NOMOR RESPONDEN : A. NAMA PEWAWANCARA :……… B. TANGGAL WAWANCARA :……… C. WAKTU : PUKUL :……….s/d……….. Indentitas Responden 1. Tanggal Wawancara :………. 2. Nama :………. 3.Agama / Suku :………. 4. Alamat :……….

Usia Anak Balita 1. Berapakah usia anak ibu sekarang ? Sebutkan ...bulan 2. Tanggal lahir : .../.../... (dd/mm/yy) Pendidikan Oang Tua Pendidikan orang tua yang ditamatkan pada jenjang pendidikan terakhir : Pendidikan Ayah Ibu 1. SD 2. SLTP 3. SLTA 4. Akad/S1 Pekerjaan Orang Tua Pekerjaan Ayah Ibu 1. PNS/TNI/Polri 2. Karyawan Swasta 3. Buruh/Pekerja lepas 4. Ibu Rumah Tangga 5. Wiraswasta 6. ...

Penghasilan Keluarga Penghasilan keluarga yang didapat dalam sebulan, bersumber dari pekerjaan ayah dan ibu : Rp...

Tradisi/Kepercayaan

1. Apakah anak ibu mempunyai makanan yang tidak boleh dimakan/dipantangkan ? a. Ya b. Tidak

2. Jika ya, makanan apa yang tidak boleh dimakan/dipantangkan pada anak ibu ?

(sebutkan) ...

3. Kenapa makanan tersebut dipantangkan pada anak ibu ? a. alasan kesehatan :

(sebutkan)... b. alasan dari leluhur :

(sebutkan) ... c. alasan lain :

(sebutkan) ...

Suku Orang Tua

Suku Ayah Ibu 1. Batak Toba 2. Batak Mandailing 3. Batak Karo 4. Jawa 5. Melayu 6. Minang 7. Nias 8. Sunda 9. lain-lain ... Pengetahuan

1. Apakah anda tahu apa arti anak yang sehat ? a. Anak yang selalu naik berat badannya (2) b. Anak yang tidak pernah sakit (1) c. tidak tahu (0)

2. Bagaimana anda mengetahui anak yang sehat melalui KMS ? a. anak yang naik berat badannya dalam salah satu pita warna (2)

b. anak yang naik berat badannya dan berpindah pada pita warna di atasnya (1) c. tidak tahu (0)

3. Apakah ibu tahu manfaat dari melakukan penimbangan secara rutin pada anak ? a. mengetahui secara dini setiap ada gangguan pertumbuhan pada anak (2) b. dapat mengetahui dengan cepat kepintaran anak (1)

c. tidak tahu (0)

4. Apakah ibu tahu makanan yang baik pada bayi ? a. ASI saja sampai usia anak 6 bulan (2) b. ASI dengan makanan lumat lainnya (1) c. tidak tahu (0)

5. Apakah ibu tahu kapan makanan boleh pertama kali dikenalkan pada bayi ? a. pada usia bayi setelah 6 bulan (2)

b. pada usia bayi sebelum 6 bulan (1) c. tidak tahu (0)

6. Kapan anak ibu seharusnya dihentikan ASI (sapih) ? a. sampai anak berusia 24 bulan (2) b. sampai anak berhenti sendiri (1) c. tidak tahu (0)

7. Apakah ibu tahu arti dari anak BGM ?

a. anak yang berat badannya di bawah garis merah (2) b. anak dengan status gizi buruk (1)

c. tidak tahu

8. Apakah ibu tahu apa yang dilakukan jika anak BGM ?

a. membawa anak ke puskesmas dan minta nasihat yang harus dilakukan pada anak (2) b. memberi makan pada anak sesering mungkin tanpa membawa ke puskesmas (1) c. tidak tahu (0)

9. Apa ibu tahu tanda-tanda anak kekurangan makan ? a. anak badannya kurus dan beratnya tidak naik (2) b. anak rewel dan tidak ceria (1)

c. tidak tahu (0)

10. Manfaat ASI adalah :

a. meningkatkan kekebalan tubuh bayi, agar tidak mudah sakit Ya (1) Tidak (0) b. menjadikan hubungan ibu dan bayi semakin erat Ya (1) Tidak (0) c. tidak tahu (0)

11.Makanan yang baik untuk anak ibu adalah :

a. ASI dan makanan lain yang mengandung cukup zat gizi seimbang (2) b. ASI dan makanan lain yang hanya mengandung kalori dan protein (1) c. Tidak tahu (0)

12.Menurut ibu apakah harus ada makanan yang dipantangkan bagi anak kecuali makanan yang terlalu merangsang (pedas dan banyak bumbu) ?

a. Tidak (2) b. Ya (1) c. Tidak tahu (0)

13.Apakah arti makanan yang megandung zat gizi seimbang ?

a. mengandung zat tenaga, zat pembangun dan zat pengatur dalam porsi yang cukup (2) b. mengandung zat karbohidrat, protein dan vitamin (1)

c. tidak tahu

14.Kapan sebaiknya frekuensi ASI diberikan dalam sehari ?

a. sekehendak hati anak, kapan saja anak mau harus diberikan (2) b. 3 kali saja dalam sehari (1)

c. tidak tahu (0)

15.Menurut ibu apa manfaat dari menjaga kebersihan diri dan lingkungan anak ? a. agar anak tetap sehat dan baik pertumbuhan dan perkembangannya (2) b. agar anak tidak mudah sakit dan mau makan (1)

Hasil penimbangan

Berat badan I : ...kg Berat badan II : ...kg

Rata-rata berat badan : Berat badan I + II = ...kg

Lampiran 4

Uji Validitas Pengetahuan

Correlations

Total Pengetahuan Pengetahuan1 Pearson Correlation .778**

Sig. (2-tailed) .001

N 15

Pengetahuan 2 Pearson Correlation .868**

Sig. (2-tailed) .000

N 15

Pengetahuan 3 Pearson Correlation .652*

Sig. (2-tailed) .011

N 15

Pengetahuan 4 Pearson Correlation .773**

Sig. (2-tailed) .001

N 15

Pengetahuan 5 Pearson Correlation .656*

Sig. (2-tailed) .011

N 15

Pengetahuan 6 Pearson Correlation .778**

Sig. (2-tailed) .001

N 15

Pengetahuan 7 Pearson Correlation .925**

Sig. (2-tailed) .000

N 15

Pengetahuan 8 Pearson Correlation .638*

Sig. (2-tailed) .010

Total Pengetahuan Pengetahuan 9 Pearson Correlation .571*

Sig. (2-tailed) .029

N 15

Pengetahuan 10 Pearson Correlation .652*

Sig. (2-tailed) .011

N 15

Pengetahuan 11 Pearson Correlation .574*

Sig. (2-tailed) .025

N 15

Pengetahuan 12 Pearson Correlation .638*

Sig. (2-tailed) .010

N 15

Pengetahuan 13 Pearson Correlation .516*

Sig. (2-tailed) .049

N 15

Pengetahuan 14 Pearson Correlation .515*

Sig. (2-tailed) .048

N 15

Pengetahuan 15 Pearson Correlation .516*

Sig. (2-tailed) .049 N 15 Total Pengetahuan Pearson Correlation 1.000 Sig. (2-tailed) . N 15

* Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed). ** Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Reliability Pengetahuan

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 15 100.0

Excluded(

a) 0 .0

Total 15 100.0

a Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Reliability Statistics Cronbach's Alpha N of Items .678 15 Item Statistics Mean Std. Deviation N Pengetahuan 1 1.67 .488 15 Pengetahuan 2 2.40 .737 15 Pengetahuan 3 1.20 .561 15 Pengetahuan 4 1.67 .488 15 Pengetahuan 5 1.20 .414 15 Pengetahuan 6 1.67 .488 15 Pengetahuan 7 2.67 .724 15 Pengetahuan 8 2.07 .799 15 Pengetahuan 9 1.87 .352 15 Pengetahuan 10 2.53 .302 15 Pengetahuan 11 1.73 .458 15 Pengetahuan 12 1.20 .561 15 Pengetahuan 13 2.00 .378 15 Pengetahuan 14 1.27 .594 15 Pengetahuan 15 1.60 .507 15

Item-Total Statistics Scale Mean if Item Deleted Scale Variance if Item Deleted Corrected Item-Total Correlation Cronbach's Alpha if Item Deleted Pengetahuan 1 25.07 17.210 -.271 .716 Pengetahuan 2 24.33 11.667 .823 .573 Pengetahuan 3 25.53 15.124 .210 .672 Pengetahuan 4 25.07 13.495 .731 .617 Pengetahuan 5 25.53 15.981 .060 .684 Pengetahuan 6 25.07 15.067 .277 .665 Pengetahuan 7 24.07 11.495 .883 .564 Pengetahuan 8 24.67 13.238 .426 .641 Pengetahuan 9 24.87 16.981 -.259 .704 Pengetahuan 10 24.20 14.029 .064 .746 Pengetahuan 11 25.00 14.143 .581 .636 Pengetahuan 12 25.53 15.838 .045 .690 Pengetahuan 13 24.73 14.781 .492 .650 Pengetahuan 14 25.47 14.981 .222 .671 Pengetahuan 15 25.13 14.552 .399 .652 Scale Statistics Mean Variance Std. Deviation N of Items 26.73 16.352 4.044 15

Dokumen terkait