5. Kebijakan Kenaikan Pajak Hasil Industri Pengolahan Kelapa Sawit
6.2. Peranan perkebunan kelapa sawit terhadap pertambahan output bruto dan distribusi pendapatan.
6.2.1. Pengganda Output Bruto, Keterkaitan, Nilai Tambah, dan Faktor Produks
Tabel 24 menyajikan hasil analisis pengganda output bruto, pengganda
keterkaitan (keterkaitan ke depan dan ke belakang), pengganda nilai tambah,
dan pengganda faktorial (tenaga kerja dan kapital). Berdasarkan Tabel 19,
koefisien pengganda output bruto seluruh sektor selalu lebih besar dari satu. Hal
ini mengindikasikan bahwa injeksi sebesar 1 miliar rupiah pada setiap sektor
akan meningkatkan output bruto masing-masing sektor lebih besar dari 1 miliar
rupiah.
Dari Tabel 24 dapat dilihat dari koefisien pengganda output bruto sektor
yang memiliki koefisien tertinggi berturut turut adalah subsektor industri
pengolahan lainnya, subsektor pertanian tanaman pangan, serta subsektor
industri makanan, minuman dan tembakau. Sedangkan subsektor yang memiliki
koefisien terendah adalah subsektor perkebunan kelapa sawit perusahaan besar
(Tabel 24). Berbagai subsektor di sektor pertanian memiliki koefisien
pengganda output bruto berkisar antara 1.00 – 2.42. Koefisien-koefisien
pengganda ini memberi arti bahwa peningkatan pendapatan sebesar 1 miliar
rupiah di subsektor subsektor pertanian tersebut akan meningkatkan output
di Kabupaten Siak Tahun 2003 Keterkaitan Faktorial Sektor Output Ke Depan Ke Belakang Nilai Tambah Tenaga Kerja Kapital Pertanian Tanaman Pangan 2.42 1.32 1.04 0.70 0.51 0.19 Pertanian Tanaman Lainnya 1.26 0.24 1.13 0.87 0.66 0.21 Peternakan dan Hasil-Hasilnya 1.23 0.21 1.02 0.56 0.43 0.13 Perkebunan Kelapa Sawit Rakyat 1.12 0.11 1.56 1.28 1.07 0.20 Perkebunan Kelapa Sawit Perusahaan Besar 1.00 0.00 1.50 0.84 0.64 0.20 Kehutanan dan Perburuan 1.22 0.21 0.69 0.80 0.26 0.54 Perikanan 1.40 0.40 0.05 0.03 0.01 0.01 Pertambangan dan Penggalian 1.53 0.43 0.14 1.02 0.06 0.96 Industri Kelapa Sawit 1.15 0.13 1.70 0.68 0.40 0.28 Industri Makanan, Minuman dan Tembakau 1.65 0.52 1.66 0.73 0.44 0.29 Industri Pengolahan Lainnya 8.54 6.68 0.49 0.44 0.16 0.28 Listrik, Gas dan Air Minum 1.17 0.14 0.23 0.11 0.04 0.06 Pdgangan, Jasa Penunjang Angkutan & Pergudangan 1.13 0.03 1.91 0.65 0.41 0.24 Konstruksi 1.48 0.48 0.54 0.21 0.12 0.09 Restoran & Perhotelan 1.61 0.60 0.14 0.06 0.04 0.03 Transportasi 1.56 0.57 (1.43) 0.01 (0.15) 0.16 Bank & Asuransi 1.24 0.24 0.01 0.01 0.01 0.00 Real Estate dan Jasa Perusahaan 1.39 0.37 0.46 0.51 0.13 0.38 Pem., Perth., Pend., Kes., Jasa Sosial Lain 1.58 0.56 0.64 0.37 0.30 0.07 Jasa Individu, RT dan Jasa Lain 1.45 0.44 0.21 0.16 0.07 0.10 J u m l a h 35.14 13.68 13.68 10.03 5.61 4.42
Subsektor pertanian tanaman pangan memiliki koefisien pengganda
output bruto lebih besar daripada subsektor pertanian lainnya, adapun yang
terendah adalah subsektor perkebunan kelapa sawit perkebunan besar. Subsektor
perkebunan kelapa sawit rakyat memiliki koefisien pengganda output bruto
sebesar 1.12, yang mengindikasikan bahwa peningkatan pendapatan sebesar 1
miliar rupiah di subsektor perkebunan kelapa sawit rakyat tersebut akan
meningkatkan output bruto sebesar 1.12 miliar rupiah. Adapun untuk
perkebunan kelapa sawit perusahaan besar setiap peningkatan pendapatan
sebesar 1 miliar rupiah di subsektor perkebunan kelapa sawit perusahaan besar
akan meningkatkan output bruto juga sebesar 1 miliar rupiah. Sedangkan pada
sektor hilir dari kelapa sawit ini, yaitu industri pengolahan kelapa sawit setiap
miliar rupiah. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pembangunan kelapa
sawit baik di sektor hulunya berupa perkebunan kelapa sawit rakyat ataupun
perkebunan kelapa sawit perusahaan besar maupun di sektor hilirnya berupa
industri pengolahan kelapa sawit terbukti dapat meningkatkan output bruto.
Berdasarkan koefisien pengganda keterkaitan ke depan berturut turut
subsektor industri pengolahan lainnya, subsektor pertanian tanaman pangan dan
subsektor jasa restoran dan perhotelan memiliki koefisien tertinggi di
bandingkan dengan sektor sektor lainnya. Sedangkan subsektor perkebunan
kelapa sawit perusahaan besar mempunyai koefisien pengganda keterkaitan ke
depan terkecil dibandingkan 20 subsektor lainnya.
Dari sisi koefisien pengganda keterkaitan ke belakang berturut turut
subsektor jasa perdagangan, penunjang angkutan dan pergudangan, subsektor
industri pengolahan kelapa sawit dan subsektor industri makanan, minuman dan
tembakau, subsektor perkebunan kelapa sawit rakyat serta subsektor perkebunan
kelapa sawit perusahaan besar memiliki koefisien tertinggi di bandingkan
dengan sektor sektor lainnya. Pada sektor pertanian koefisien pengganda
keterkaitan ke depan berkisar antara 0.00 – 1.32, sedangkan koefisien
pengganda keterkaitan ke belakang berkisar antara 0.05 – 1.56. Subsektor
pertanian tanaman pangan memiliki koefisien pengganda keterkaitan ke depan
yang lebih besar daripada subsektor pertanian lainnya, sedangkan yang terendah
tetap pada subsektor perkebunan kelapa sawit perkebunan besar. Subsektor
perkebunan kelapa sawit rakyat dan kelapa sawit perkebunan besar berturut
turut memiliki koefisien pengganda keterkaitan ke belakang tertinggi,
kelapa sawit memiliki koefisien pengganda keterkaitan ke depan terendah, tetapi
memiliki koefisen pengganda keterkaitan ke belakang yang paling tinggi,
bahkan menduduki urutan ke dua tertinggi dari 20 sektor yang ada. Dengan
demikian dapat dikatakan bahwa pembangunan kelapa sawit baik di sektor
hulunya berupa perkebunan kelapa sawit rakyat ataupun perusahaan besar
maupun di sektor hilirnya berupa industri pengolahan kelapa sawit terbukti
mempunyai keterkaitan ke depan dan ke belakang dengan sektor-sektor lainnya
dalam perekonomian Kabupaten Siak.
Dalam hal keterkaitan ke belakang di Kabupaten Siak industri
pengolahan kelapa sawit, perkebunan kelapa sawit rakyat, dan perkebunan
kelapa sawit perusahaan besar masing masing menduduki urutan ke 2, 4 dan 5 di
antara ke 20 sektor lainnya. Hanya pada subsektor perkebunan kelapa sawit
perusahaan besar yang mempunyai koefisien pengganda keterkaitan ke depan
relatif kecil mendekati 0, hal ini dapat dipahami karena hampir semua hasil
produk perkebunan kelapa sawit perusahaan besar biasanya langsung
dimanfaatkan sebagai bahan baku industri untuk pengolahan CPO pada pabrik
pengolahan kelapa sawit (PKS) yang dimiliki oleh perkebunan kelapa sawit
perusahaan besar itu sendiri. Dengan demikian peran komoditas sawit dalam
perekonomian Kabupaten Siak sangat penting, karena keterkaitannya baik
secara langsung maupun tidak langsung dengan sektor-sektor perekonomian lain
baik keterkaitan ke depan maupun ke belakang.
Dari aspek pengganda nilai tambah, berturut turut subsektor perkebunan
kelapa sawit rakyat, sektor pertambangan dan penggalian, subsektor pertanian
Sektor perkebunan kelapa sawit rakyat, subsektor pertanian tanaman lainnya dan
subsektor perkebunan kelapa sawit perkebunan besar berturut-turut memiliki
koefisien nilai tambah sebesar 1.28, 0.87 dan 0.84. Sedangkan subsektor
perikanan merupakan subsektor pertanian yang memiliki koefisien pengganda
nilai tambah yang paling rendah dibandingkan dengan subsektor pertanian
lainnya.
Dari sisi sektor industri pengolahan, nilai koefisien nilai tambah industri
pengolahan kelapa sawit masih lebih tinggi dari industri pengolahan lainnya dan
masih kalah sedikit dari industri makanan, minuman dan tembakau. Dengan
demikian dapat dikatakan bahwa pengembangan kelapa sawit khususnya kelapa
sawit rakyat sangatlah tepat bagi perekonomiaan Kabupaten Siak mengingat
komoditas ini mempunyai koefisien pengganda nilai tambah yang tinggi, bahkan
untuk subsektor perkebunan kelapa sawit rakyat mempunyai nilai tertinggi di
antara 20 sektor perekonomian lainnya.
Dari aspek pengganda faktor produksi, subsektor pertanian secara
keseluruhan, kecuali pada subsektor kehutanan dan perburuan serta subsektor
perikanan, masih memiliki koefisien pengganda tenaga kerja yang lebih besar
dari koefisien pengganda kapital. Hal ini mengindikasikan bahwa sektor
pertanian merupakan sektor yang padat tenaga kerja (labor intensive). Dengan
demikian baik perkebunan kelapa sawit perkebunan besar maupun perkebunan
kelapa sawit rakyat juga masih bersifat padat tenaga kerja, hanya saja
perkebunan kelapa sawit rakyat penggunaan tenaga kerjanya lebih intensif
adalah berturut- turut sektor pertambangan dan penggalian, sektor jasa real
estate dan jasa perusahaan, industri pengolahan lainnya, jasa perorangan dan
jasa transportasi. Adapun sektor industri pengolahan kelapa sawit ternyata juga
masih bersifat padat tenaga kerja. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa
sektor ekonomi yang melibatkan komoditas kelapa sawit adalah tergolong
sangat strategis di Kabupaten Siak, mengingat banyaknya tenaga kerja yang
terlibat didalam sektor ini baik di subsektor perkebunan kelapa sawit rakyat,
subsektor perkebunan kelapa sawit perusahaan besar maupun di subsektor
industri pengolahan kelapa sawit.
Mengacu pada pemaparan hasil analisis dari Tabel 24 dapat diuraikan
dengan jelas urutan subsektor yang menempati urutan teratas sampai terbawah
apabila dilakukan perankingan. Hasil ranking subsektor berdasarkan koefisien
pengganda output bruto, keterkaitan dan nilai tambah disajikan pada Tabel 25.
Berdasarkan Tabel 25, ada dua subsektor yang menempati peringkat
pertama yaitu subsektor pertanian tanaman pangan dan subsektor industri
makanan, minuman dan tembakau skala kecil. Subsektor yang menempati
urutan terakhir adalah sektor jasa perbankan dan asuransi. Sedangkan untuk
komoditas sawit yaitu subsektor perkebunan kelapa sawit rakyat, subsektor
industri kelapa sawit, dan susektor perkebunan kelapa sawit perusahaan besar
Output Bruto, Keterkaitan dan Nilai Tambah di Kabupaten Siak Tahun 2003 Keterkaitan Sektor Output Ke Depan Ke Belakang Nilai
Tambah Total Ranking
Pertanian Tanaman Pangan 2 2 7 7 18 1
Pertanian Tanaman Lainnya 12 12 6 3 33 3
Peternakan dan Hasil-Hasilnya 14 14 8 10 46 8
Perkebunan Kelapa Sawit Rakyat 19 18 4 1 42 6
Perkebunan Kelapa Sawit Prh. Besar 20 20 5 4 49 10
Kehutanan dan Perburuan 15 15 9 5 44 7
Perikanan 10 10 18 18 56 12
Pertambangan dan Penggalian 7 9 17 2 35 4
Industri Kelapa Sawit 17 17 2 8 44 7
Industri Makanan, Minuman Tembakau 3 6 3 6 18 1
Industri Pengolahan Lainnya 1 1 12 12 26 2
Listrik, Gas dan Air Minum 16 16 14 16 62 13
Pdgangan, Jasa Penunjang Angkutan & Pergudangan 18 19 1 9 47 9
Konstruksi 8 7 11 14 40 5
Restoran & Perhotelan 4 3 16 17 40 5
Transportasi 6 4 20 20 50 11
Bank & Asuransi 13 13 19 19 64 14
Real Estate dan Jasa Perusahaan 11 11 13 11 46 8
Pem., Perth., Pend., Kes., Jasa Sosial Lain 5 5 10 13 33 3
Jasa Individu, RT dan Jasa Lain 9 8 15 15 47 9
Apabila pemeringkatan atas koefisien pengganda output, keterkaitan dan
nilai tambah ini dilakukan per sektor pertanian saja maka hasilnya dapat dilihat
pada Tabel 26.
Tabel 26. Ranking Subsektor di Sektor Pertanian Berdasarkan Koefisien Pengganda Output Bruto, Keterkaitan dan Nilai Tambah di Kabupaten Siak Tahun 2003
Keterkaitan Nilai
Sektor Output Ke
Depan Ke Belakang
Tambah Total Ranking
Pertanian Tanaman Pangan 1 1 4 5 11 1
Pertanian Tanaman Lainnya 3 3 3 2 11 1
Peternakan dan Hasil-Hasilnya 4 4 5 6 19 4
Perkebunan Kelapa Sawit Rakyat 6 6 1 1 14 2
Perkebunan Kelapa Sawit Prh. Besar 7 7 2 3 19 4
Kehutanan dan Perburuan 5 5 6 4 20 5
pertanian tanaman lainnya sama sama menduduki peringkat pertama dilihat dari
dampaknya terhadap output bruto, keterkaitan dan nilai tambah secara bersama-
sama. Sedangkan perkebunan kelapa sawit rakyat dan kelapa sawit perusahaan
besar masing masing berada pada peringkat 2 dan 4. Berdasarkan hasil temuan
ini dapat dinyatakan bahwa apabila pembangunan ditujukan untuk mewujudkan
pertumbuhan ekonomi yang tinggi dilakukan berdasarkan pendekatan sektoral
yang selektif, maka pembangunan hendaknya diprioritaskan pada sektor
pertanian bersama sama dengan sektor industri di samping sektor pertambangan
penggalian. Di sektor pertanian masing-masing subsektor tanaman pangan,
pertanian tanaman lainnya dan perkebunan kelapa sawit rakyat perlu mendapat
prioritas utama. Sedangkan di sektor industri pengolahan baik dari sub sektor
industri makanan minuman dan tembakau, industri pengolahan lainnya dan
industri pengolahan kelapa sawit juga merupakan subsektor yang perlu
mendapat perhatian utama. Tabel 27 memberikan informasi tambahan tentang
subsektor yang memiliki koefisien pengganda terbesar di masing-masing sektor.
Tabel 27. Rekapitulasi Sektor yang Memiliki Koefisien Pengganda Output, Keterkaitan, Nilai Tambah dan Faktor Produksi Terbesar di Kabupaten Siak 2003
Keterkaitan Faktor Produksi
Sektor Output
Bruto Ke Depan Ke Belakang
Nilai Tambah Tenaga Kerja Kapital Pertanian Tanaman Pangan Tanaman Pangan Kelapa Sawit Rakyat Kelapa Sawit Rakyat Kelapa Sawit Rakyat Kehutanan Industri Pengolahan & Pertambangan Industri Pengolahan lainnya Industri Pengolahan lainnya Industri Pengolahan Kelapa Sawit Pertambangan dan Penggalian Industri Makanan, Minuman & Tembakau Pertambangan dan Penggalian Jasa Restoran dan Hotel Restoran dan Hotel Perdagangan, Penunjang Angkutan & Pergudangan Perdagangan, Penunjang Angkutan & Pergudangan Perdagangan, Penunjang Angkutan & Pergudangan Real Estate dan Jasa Perusahaan
ekonomi di Kabupaten Siak dapat menyandarkan prioritas pengembangannya
pada subsektor subsektor pertanian tanaman pangan, industri makanan,
minuman dan tembakau, industri pengolahan lainnya, pertanian tanaman
lainnya, pertambangan dan penggalian dan jasa konstruksi serta jasa restoran
dan hotel. Di samping sektor-sektor tersebut, sektor yang menjanjikan untuk
mendapatkan perhatian utama dalam pengembangannya melibatkan komoditas
sawit yang dapat dijumpai pada subsektor perkebunan kelapa sawit rakyat,
subsektor industri pengolahan kelapa sawit dan subsektor perkebunan kelapa
sawit perusahaan besar yang berdasarkan peringkat berturut turut ada pada
peringkat 6, 7 dan 10. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pembangunan
dan pengembangan kelapa sawit baik di sektor hulunya berupa perkebunan
kelapa sawit rakyat ataupun perkebunan kelapa sawit perusahaan besar maupun
di sektor hilirnya berupa industri pengolahan kelapa sawit sangatlah tepat bagi
perekonomiaan Kabupaten Siak. Hal ini dapat diindikasikan dari bukti bahwa
komoditas ini dapat meningkatkan output bruto, mempunyai koefisien
pengganda nilai tambah yang tinggi, memiliki keterkaitan baik secara langsung
maupun tidak langsung dengan sektor-sektor perekonomian lain baik keterkaitan
ke depan maupun ke belakang, dan mengingat banyaknya tenaga kerja yang
terlibat didalam sektor ini. Apalagi dengan melihat peran subsektor perkebunan
kelapa sawit rakyat yang mempunyai nilai tertinggi dalam hal nilai tambah dan
faktorial tenaga kerja di antara 20 sektor perekonomian lainnya. Begitu juga
dengan subsektor industri pengolahan kelapa sawit yang mempunyai koefisien
pengganda keterkaitan ke belakang terbesar ke dua diantara 20 sektor yang ada
Untuk memperoleh gambaran tentang distribusi pendapatan
rumahtangga, Tabel 28 menyajikan hasil analisis koefisien pengganda
pendapatan rumahtangga menurut sektor produksi. Berdasarkan Tabel 28,
dampak peningkatan output di sektor pertanian terhadap pendapatan
rumahtangga secara umum lebih besar daripada sektor-sektor lainnya. Subsektor
perkebunan kelapa sawit rakyat, pertanian tanaman lainnya dan subsektor
perkebunan kelapa sawit perusahaan besar berturut turut merupakan 3 subsektor
yang memiliki pengganda pendapatan rumahtangga terbesar diantara 20
subsektor lainnya untuk semua jenis golongan rumahtangga.
Tabel 28. Koefisien Pengganda Pendapatan Rumahtangga di Kabupaten Siak Tahun 2003 Desa Kota Sektor Buruh Tani Pengusaha Tani RT Gol Bawah RT Gol Atas RT Gol Bawah RT Gol Atas Pertanian Tanaman Pangan 0.06 0.17 0.06 0.05 0.14 0.06 Pertanian Tanaman Lainnya 0.07 0.22 0.07 0.07 0.18 0.08 Peternakan dan Hasil-Hasilnya 0.05 0.14 0.05 0.04 0.12 0.05 Perkebunan Kelapa Sawit Rakyat 0.12 0.36 0.12 0.11 0.29 0.13 Perkebunan Kelapa Sawit Prh. Besar 0.07 0.21 0.07 0.06 0.17 0.08 Kehutanan dan Perburuan 0.03 0.09 0.03 0.03 0.07 0.03
Perikanan 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
Pertambangan dan Penggalian 0.01 0.03 0.01 0.01 0.02 0.01 Industri Kelapa Sawit 0.04 0.13 0.04 0.04 0.11 0.05 Industri Makanan, Minuman Tembakau 0.05 0.15 0.05 0.04 0.12 0.06 Industri Pengolahan Lainnya 0.02 0.05 0.02 0.02 0.04 0.02 Listrik, Gas dan Air Minum 0.00 0.01 0.00 0.00 0.01 0.01 Pdgangan, Jasa Penunjang Angkutan &
Pergudangan 0.05 0.14 0.04 0.04 0.11 0.05
Konstruksi 0.01 0.04 0.01 0.01 0.03 0.02
Restoran & Perhotelan 0.00 0.01 0.00 0.00 0.01 0.00
Transportasi (0.02) (0.05) (0.02) (0.01) (0.04) (0.02)
Bank & Asuransi 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 Real Estate dan Jasa Perusahaan 0.01 0.05 0.01 0.01 0.04 0.02 Pem., Perth., Pend., Kes., Jasa Sosial Lain 0.03 0.10 0.03 0.03 0.08 0.04 Jasa Individu, RT dan Jasa Lain 0.01 0.02 0.01 0.01 0.02 0.01
J u m l a h 0.62 1.90 0.61 0.56 1.55 0.71
Dari sisi komoditas kelapa sawit, masing masing perkebunan kelapa
pengganda pendapatan rumahtangga di hampir semua jenis golongan
rumahtangga. Peningkatan output pada komoditas sawit ini mempunyai dampak
terbesar berturut turut pada kelompok rumahtangga desa pengusaha tani,
kelompok rumahtangga kota golongan atas, kelompok rumahtangga kota
golongan bawah, dan relatif merata untuk kelompok rumahtangga desa buruh
tani, kelompok rumahtangga desa golongan bawah dan kelompok rumahtangga
desa golongan atas. Dari temuan ini, dapat dinyatakan bahwa berdasarkan
besaran nilai pengganda pendapatan golongan rumahtangga, pengembangan
agribisnis kelapa sawit dari hulu ke hilir, khususnya pengembangan kelapa sawit
rakyat yang ditunjukkan oleh nilai pengganda pendapatan tertinggi di antara 20
sektor lainnya, patut dipertimbangkan dari sisi dampaknya terhadap peningkatan
pendapatan rumahtangga maupun dari sisi upaya mewujudkan distribusi
pendapatan yang lebih merata.