• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III. TINJAUAN HUKUM PENGGUNAAN MEREK DALAM

A. Penggunaan Merek Dalam Kegiatan Perdagangan

Merek yang digunakan dalam suatu perdagangan pada masa sekarang ini menjadi suatu obyek hukum yang sangat penting. Merek sekarang sudah menjadi suatu prestise dan nama baik suatu merek dalam kegiatan perdagangan sangat menentukan hasil akhir penjualan suatu produk.

Dalam era perdagangan global, pengaturan penggunaan merek perdagangan sangat penting dalam menjaga persaingan usaha yang tidak sehat. Hal ini mutlak diperlukan agar perusahaan dapat menjaga kualitas produknya dan bila perlu bahkan bisa memberikan peningkatan pelayanan bagi masyarakat.

Dalam rangka menjaga persaingan yang tidak sehat antara para pedagang, maka pemerintah telah membagi merek ke dalam 3 jenis, yakni :

1. Merek dagang adalah merek yang digunakan pada barang yang diperdagangkan oleh seseorang atau beberapa orang secara bersama-sama atau badan hukum untuk membedakan dengan barang-barang sejenis lainnya.28

2. Merek jasa adalah merek yang digunakan pada jasa yang diperdagangkan oleh seseorang atau beberapa orang secara bersama-sama atau badan hukum untuk membedakan dengan jasa-jasa sejenis lainnya.

29

28

Pasal 1 Ayat (1) Undang-Undang RI No. 15 Tahun 2001 tentang Merek.

29

3. Merek kolektif adalah merek yang digunakan pada barang dan/atau jasa dengan karakteristik yang sama, yang diperdagangkan oleh beberapa orang atau badan hukum secara bersama-sama untuk membedakan dengan barang dan/atau jasa sejenis lainnya.30

Biasanya setelah suatu merek disetujui oleh pihak Dirjen HaKI, maka dalam tempo 10 (sepuluh) hari terhitung sejak disetujuinya permohonan merek terdaftar, pihak Dirjen HaKI wajib mengumumkan permohonan merek terdaftar dalam Berita Resmi Merek. Pengumuman akan berlangsung selama 3 (tiga) bulan. Hal ini bertujuan agar merek yang telah disetujui tersebut tidak mendapatkan tuntutan hukum di kemudian harinya. Apabila tidak ada sanggahan dari pihak lain mengenai merek tersebut, maka pihak Dirjen HaKI akan menerbitkan Sertifikat Merek yang berisikan :

1. Nama dan alamat lengkap pemilik merek yang didaftar.

2. Nama dan alamat lengkap kuasa (jika pendaftaran merek diajukan melalui kuasanya).

3. Tanggal pengajuan dan tanggal penerimaan.

4. Nama negara dan tanggal permohonan yang pertama kali apabila permohonan tersebut diajukan dengan menggunakan hak prioritas.

5. Etiket merek yang didaftarkan. 6. Nomor dan tanggal pendaftaran.

7. Kelas dan jenis barang atau jasa yang mereknya didaftarkan tersebut. 8. Jangka waktu berlakunya merek terdaftar.31

30

Ibid, Pasal 1 Ayat (3).

31

Ibid, Pasal 27 Ayat (3).

Setelah Sertifikat Merek telah diterbitkan, maka pihak perusahaan telah dapat menggunakan merek tersebut dalam kegiatan perdagangannya. Perusahaan yang telah menggunakan merek dagang dalam menjual produk dan jasanya, maka perusahaan tersebut telah hak eksklusif yang diberikan oleh negara kepada pemilik merek yang terdaftar dalam Daftar Umum Merek untuk jangka waktu tertentu dengan menggunakan sendiri merek tersebut atau memberikan izin kepada pihak lain untuk menggunakannya.

Hak atas merek terdaftar dapat dialihkan kepada pihak lain karena beberapa sebab sebagai berikut :

1. Pewarisan 2. Wasiat 3. Hibah 4. Perjanjian

5. Sebab-sebab lain yang dibenarkan oleh peraturan perundang-undangan. Pengalihan hak atas merek terdaftar harus dimohonkan kepada Direktorat Jenderal dan disertai dengan dokumen yang mendukungnya. Jika suatu merek telah dialihkan, maka akan diumumkan dalam Berita Resmi Merek.

Pengalihan hak atas merek terdaftar disertai dengan pengalihan nama baik, reputasi dan hal lainnya. Hak atas merek jasa terdaftar tidak dapat dipisahkan dari kemampuan, kualitas atau keterampilan pribadi pemberi jasa yang bersangkutan dan dapat dialihkan dengan ketentuan harus ada jaminan terhadap kualitas pemberian jasa.32

32

Setiap perusahaan yang mengajukan pendaftaran merek untuk mendapatkan perlindungan hukum, maka sesuai dengan ketentuan Undang-Undang Merek, maka perusahaan tersebut dapat menggunakan merek terdaftar selama 10 (sepuluh) tahun sejak tanggal penerimaan dan jangka waktu perlindungan atas merek dapat diperpanjang sebelum habis masa berlakunya perlindungan.33 Permohonan perpanjangan merek terdaftar diajukan secara tertulis oleh pemilik merek maupun kuasanya dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan sebelum berakhirnya jangka waktu perlindungan bagi merek terdaftar tersebut.34 Permohonan perpanjangan akan disetujui apabila merek yang bersangkutan masih digunakan pada barang atau jasa sebagaimana yang dicatat dalam Sertifikat Merek tersebut dan barang atau jasa yang menggunakan merek tersebut masih diproduksi dan diperdagangkan.35

1. Merek merupakan nama orang terkenal, foto atau badan hukum yang dimiliki orang lain.

Dalam kaitannya dengan penggunaan merek tersebut, merek yang dipakai oleh suatu perusahaan tidak boleh melanggar beberapa ketentuan sebagai berikut :

2. Merek yang dipakai adalah tiruan, menyerupai nama atau singkatan nama, bendera, lambing atau simbol negara lainnya.

3. Merek yang dipakai menyerupai atau mirip dengan tanda, cap atau stempel resmi yang digunakan oleh negara atau lembaga pemerintah.

Dalam kaitannya dengan hal larangan, sebuah perusahaan dapat saja menggunakan merek yang dilarang sesuai dengan ketentuan tersebut dengan

33

Ibid, Pasal 28.

34

Ibid, Pasal 35 Ayat (2).

35

syarat perusahaan tersebut mendapatkan izin secara tertulis dari yang berhak dan/atau mendapatkan persetujuan resmi dari pihak yang berwenang.

Penggunaan merek dalam kegiatan perdagangan mempunyai dimensi positif dan negatif. Dimensi positif adalah penggunaan merek dalam kegiatan perdagangan sebagai syarat untuk memperoleh dan mempertahankan perlindungan hukum atas merek. Sedangkan dimensi negatifnya adalah bahwa tidak digunakannya merek dalam kegiatan perdagangan akan mengakibatkan merek dapat dihapus dari Daftar Umum Merek dan berakhirnya perlindungan hukum atas merek tersebut.36

Di samping itu, penggunaan merek harus bersifat publik, artinya penggunaan merek harus menyentuh secata nyata dengan konsumen dalam kegiatan perdagangan. Penggunaan merek dalam kegiatan perdagangan di mana para pelaku usaha masih berada dalam lingkungan internal perusahaan atau berada dalam satu kelompok perusahaan tanpa adanya transaksi jual beli dengan konsumen, maka merek tersebut tidak termasuk dalam penggunaan merek dalam

Dimensi positif penggunaan merek dalam Undang-Undang Merek hanya mewajibkan pemilik merek untuk membuat pernyataan bahwa suatu merek terdaftar masih digunakan dalam kegiatan perdagangan ketika mengajukan permohonan perpanjangan waktu perlindungan merek. Undang-Undang Merek tidak memberikan kewajiban bagi pemilik merek selama jangka waktu perlindungan atas merek untuk melaporkan apakah merek yang telah didaftar dan dilindungi oleh hukum tersebut telah dipergunakan atau tidak dalam kegiatan perdagangan.

36

Katja Wektstrom, Trademark Dilution, A Legal Connection,

kegiatan perdagangan. Hal ini sebenarnya untuk menghindari adanya itikad tidak baik dari pemilik merek agar merek tidak beredar dalam perdagangan.

Pengaturan merek yang telah tidak digunakan dalam perdagangan sebagaimana dirumuskan pada Pasal 61 Ayat (1) Undang-Undang Merek masih menimbulkan persoalan, yakni undang-undang ini hanya menentukan bahwa titik tolak penghitungan suatu merek telah tidak digunakan adalah dihitung sejak tanggal pendaftaran atau pemakaian terakhir. Undang-Undang Merek tidak memberikan definisi mengenai tanggal pendaftaran dan hanya memberikan definisi mengenai pemakaian terakhir.37

37

Pemakaian terakhir adalah penggunaan merek tersebut pada produksi barang atau jasa yang diperdagangkan. Saat pemakaian terakhir tersebut dihitung dari tanggal terakhir pemakaian sekalipun setelah itu barang yang bersangkutan masih beredar di masyarakat. Pasal 61 Ayat (1) Undang-Undang Merek.

Penentuan pemakaian terakhir sangat penting untuk dirumuskan dengan jelas karena penjelasan di atas menentukan bahwa meskipun merek dengan barang yang bersangkutan masih beredar di masyarakat sedangkan merek tersebut tidak diproduksi lagi oleh produsen, maka merek tersebut disebut telah tidak digunakan dalam kegiatan perdagangan menurut Undang-Undang Merek. Pokok permasalahan kemudian timbul mengenai kapankah produksi dilakukan untuk yang terakhir kalinya. Tidak semua produk barang mencantumkan tanggal produksi. Jika suatu barang mencantumkan tanggal produksi, maka akan diketahui produksi terakhir dari produk tersebut. Namun apabila suatu produk tidak mencantumkannya, maka tanggal mulai penjualan dijadikan patokan terakhir sebagai tanggal produksi, hal ini sesuai dengan ketentuan dalam Undang-Undang RI No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen.

Dokumen terkait