• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II. MEREK DAN KEGIATAN PERDAGANGAN

B. Sejarah Hukum Merek

Sejarah merek di dunia dapat ditinjau dari beberapa zaman sebagai berikut:

1. Zaman purba

Pada masa Neolithikum (batu muda), manusia sudah mengenal tnda dalam kehidupan sehari-hari. Gambar bison dan makhluk lainnya yang terukir dalam dinding gua dapat dikatakan sebagai awal penggunaan tanda-tanda sebagai dasar pengertian dan pengidentifikasian suatu obyek materi budaya.

Pemakaian tanda sebagai identitas diperkirakan berlangsung sejak 400 tahun Sebelum Masehi dan berkembang luas pada masa imperium romawi

15

sebagai pengenal identitas. Ada tanda yang ditorehkan pada tubuh seseorang, misalnya : tanda nama dan nomor pada tubuh budak sebagai identitas kepemilikan budak. Tanda tersebut juga dikenal dengan tanda perorangan (personal mark).16

2. Zaman abad pertengahan

Pada abad pertengahan, negara di dunia yang pertama sekali menggunakan merek adalah Mesir, hal ini terlihat dari hewan ternak pada masa itu telah diberi tanda oleh pemiliknya (identity mark). Perkembangan lebih lanjut pada masa itu adalah merek akhirnya lebih banyak digunakan untuk tujuan keagamaan. Selain itu, merek “potter” ditemukan untuk membedakan pembuatnya (potter) dengan kapal tertentu. Zaman sekarang mungkin sulit kita golongkan potter ini sebagai merek tapi sudah banyak orang spesialis meneliti merek potter.

Metode-metode untuk membedakan atau identifikasi selanjutnya berkembang. “Proprietary mark” berbentuk simbol atau nama dipakai untuk barang untuk memampukan seseorang membedakan penguasaan bendanya dengan orang lain. Para tukang ukir kayu di Romawi Kuno membuat namanya, gambar unik atau inskripsi sederhana guna membedakan karyanya dari orang lain. Biarpun merek-merek ini membantu orang membedakan suatu barang tetapi sulit mengatakan itu adalah merek dengan daya beda dalam arti moderen. Simbol-simbol yang dipakai pada barang-barang pada zaman Romawi kuno dan negeri sekitar Laut Tengah punya ciri yang sama dengan merek sekarang ini. Karena di

16

wilayah ini dipandang kawasan paling aktif sirkulasi barangnya maka merek pun berkembang disini. Tetapi belum dikenal sistem kepemilikan atas merek.

Sedangkan di China, merek lebih dikenal berupa cap stempel atau tulisan dengan aksara mandarin pada alas atau bagian bawah porselin dan barang-barang antik lainnya. Tujuan penggunaan stempel atau aksara mandarin adalah untuk memperkenalkan pembuat dari suatu produk. Hal ini juga berlaku di negara Yunani pada masa yang hampir sama.

Di Kerajaan Babylonia dikenal tanda perorangan berupa “seal”. Kata seal dapat diartikan dengan materai atau segel yang berfungsi sebagai tanda tangan. Tanda perorangan juga pernah dipakai oleh para saudagar di lembah India untuk menunjukkan identitas barang dan petunjuk daerah asal barang di produksi.17

3. Zaman modern

Pada abad 10 lahir mereknya para pedagang (merchant mark), suatu tampilan simbol-simbol diantara para pedagang yang bentuknya sangat sederhana. Bisa cuma garis linear saja. Zaman pertengahan, para pengrajin dan pedagang gilda-gilda menempelkan suatu tanda pada barang untuk membedakan mutu barang gildanya dengan yang lain. Menumbuhkan kepercayaan pada gilda tertentu. Merek ini disebut “merek produksi” (production marks) yang digunakan untuk menghukum manufaktur yang mutu barangnya jelek di bawah standar yang ditentukan. Ini juga dimaksudkan mempertahankan monopoli oleh anggota gilda. Konsumen

17

juga tertolong karena bisa mengenali barang yang tidak bermutu, misalnya beratnya kurang, bahannya tidak bagus, barang kerajinannya jelek. Karena merek ini seperti memenuhi kewajiban tertentu ketimbang kepentingan diri sendiri, maka dikenal juga di Jerman dengan nama “merek polisi” (polizeizeichen) atau “merek tanggung jawab” (pflichtzeichen). Bukan saja dimaksudkan untuk membedakan asal usul barang tapi juga sebagai indikator mutu. Kalau merek moderen dimaksudkan memastikan mutu dan keunggulan barang tertentu maka merek tanggung jawab tersebut bertanggung jawab untuk membuka barang yang jelek dan rusak. Begitu suatu merek tanggung jwab sudah diakui maka dia tidak mudah digantikan. Perlu diketahui simbol-simbol ini tidak untuk kepentingan produksi pemilik merek tapi untuk gilda.

Pada abad 12, di perkotaan urban telah banyak tumbuh organisasi pengrajin atau syarikat perdagangan dan pengrajin yang dikenal dengan

compulsory mark atau police mark. Hal ini dikarenakan adanya pemaksaan

kepada para anggota untuk memakai merek pada barang yang diproduksi. Merek pada masa ini difokuskan terhadap pengawasan atau pemaksaan terhadap para anggota pengrajin untuk mematuhi standarisasi yang telah ditetapkan. Hal ini bertujuan untuk menjamin kecacatan yang terjadi pada barang sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Penggunaan merek pada masa ini dapat diasosiasikan sebagai “Merek Kolektif”. Fungsi merek pada masa itu lebih dititikberatkan untuk mengidentifikasikan produsen atau asal geografi barang yang diproduksi. Merek lebih ditujukan untuk menghilangkan kegandaan orang atau wilayah yang memproduksi.

Pada awal abad 19, terdapat beberapa peristiwa penting dalam perkembangan merek di dunia, yakni :

a. Lahirnya Multiple Mark di Inggris

Perkembangan Hukum Merek di dunia dimulai dari belahan benua Eropa pada abad 20, tepatnya di Inggris. Revolusi Industri yang terjadi di negeri ini membuat perlu adanya perlindungan terhadap merek. Perlindungan merek pada awalnya merupakan langkah utama dari masyarakat Inggris untuk melawan peniruan. Kasus mengenai merek yang pertama sekali diselesaikan di Pengadilan Inggris adalah kasus

Lord Hardwicke L.C. in Blanchard versus Hill pada tahun 1742,

sedangkan peraturan mereka yang pertama dibuat ialah Merchandise

Marks Act pada tahun 1862. Sebelumnya Inggris, pada tahun 1857

telah mengadopsi sistem pendaftaran merek dari hukum Perancis.

Mechandise Marks Act ini kemudian dilengkapi dan diperbaharui pada

tahun 1887 dan terus berlaku sampai dibuatnya the Trade Description

Act tahun 1968. Selain itu, Inggris juga mempunyai undang – undang

merek lainnya yakni Trade Marks Registration Act tahun 1875, yang kemudian diperbaharui pada tahun 1876 dan tepatnya pada tahun 1877 digabungkan dalam Patents Design and Trade Marks pada tahun 1883. b. Uji sertifikasi di Jerman

Hukum pidana mulai dikembangkan untuk menghindarkan pemalsuan dan penipuan. Perlindungan hukum perdata pun mulai bekerja untuk perlindungan atas pemakaian merek tanpa izin yang disebut “infringer”. Pada masa ini, negara Jerman bahkan telah melakukan uji

sertifikasi kualitas atas barang-barang produksi mereka. Hal ini terus berkembang sampai pada awal abad ke-19, di mana pihak produsen menggunakan merek untuk kepentingan identifikasi merek spesifik.18 c. Perkembangan hukum merek di Amerika Serikat

Di Amerika Serikat, perkembangan Hukum Merek mulai berkembang sejak tahun 1915 dan lebih dikenal dengan Golden Age Merk. Pada masa itu pemasaran merek di Amerika Serikat ditangani oleh manajer spesialis fungsional dan eksekutif biro iklan. Manajemen merek dikembangkan dengan sistematis yang berbasis pengetahuan (institutif). Merek-merek terkenal dari Amerika Serikat pada masa itu mulai ditiru oleh produsen lain, sehingga hal ini menyebabkan pemerintahnya melakukan perubahan terhadap undang-undang merek dagang yang baru.

Selain itu pada tahun 1938 dikeluarkan Trade Marks Act, yang pada tahun 1984 atas rekomendasi dari the Mathys Departemental

Committee, Undang – undang ini diperbaharui dan memasukkan

sistem pendaftaran merek jasa.19

d. Lahirnya perlindungan merek secara internasional

Hal ini dirasakan penting karena selain barang, telah muncul produsen jasa yang menggunakan merek dagang. Selain itu, di masyarakat telah berkembang pola piker yang sensitif pada harga, di mana masyarakat sudah dapat membandingkan antara harga benda yang satu dengan benda yang lain.

18

Ibid, hal. 27.

19

Seiring dengan semakin pesatnya perkembangan perdagangan barang dan jasa antar negara, maka diperlukan adanya pengaturan yang bersifat internasional yang mampu memberikan jaminan perlindungan dan kepastian hukum di bidang merek. Pada tahun 1883 telah berhasil disepakati Paris Convention for the Protection of Industrial Property (dikenal dengan Paris Convention ), yang di dalamnya mengatur tentang perlindungan terhadap merek pula. Dalam Paris Convention ini, antara lain diatur mengenai syarat – syarat pendaftaran merek, termasuk merek – merek yang terkenal, kemandirian perlindungan merek yang sama di negara yang berbeda, perlindungan merek yang didaftarkan dalam salah satu negara peserta dalam negara lain selain negara peserta, merek – merek jasa (service mark), merek – merek gabungan ( Collective mark ) dan nama – nama dagang ( trade name ). Sebagai tindak lanjutnya lahirlah Trademark Registration Trety pada tahun 1973.

Konvensi ini pada awalnya hanya diratifikasi oleh 11 negara peserta, yakni : Belgia, Belanda, Guatemala, Italia, Belanda, Portugal, Salvador, Serbia, Spanyol dan Swiss. Pada tanggal 1 Januari 1979, konvensi ini telah diratifikasi oleh hampir 82 negara, termasuk Indonesia. Indonesia mulai meratifikasi hasil konvensi ini sesuai dengan Keputusan Presiden RI No. 24 Tahun 1979 yang kemudian diubah dengan Keputusan Presiden RI No. 15 Tahun 1997.

Dokumen terkait