• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

D. PENGETAHUAN RESPONDEN TENTANG OBAT TRADISIONAL

17. Penggunaan obat modern dalam pengobatan mandiri

Swamedikasi adalah pemilihan dan penggunaan obat baik obat modern maupun obat tradisional oleh seseorang untuk melindungi diri dari penyakit dan gejalanya (WHO, 1998). Sebagian besar responden menjawab “iya” pada penelitian ini. Hal ini menunjukan responden tahu bahwa obat modern dapat digunakan sebagai pilihan obat saat melakukan pengobatan mandiri.

18. Simbol penggolongan obat radisional dan arti simbol tersebut

Tabel X. Persentase jawaban responden mengenai simbol penggolongan obat tradisional, N=161

Simbol /

Gambar Pernyataan

Persentase jawaban (%) Iya tidak tidak tahu

jamu

Jika dalam kemasannya terdapat lambang seperti pada gambar berikut ini, obat tersebut adalah jamu.

59,6 0,6 39,8

OHT

Jika memiliki lambang dalam kemasannya seperti pada gambar berikut ini, obat tersebut merupakan obat tradisional yang khasiat dan keamanannya sudah distandarisasi.

20 6 74

fitofarmaka

Jika memiliki lambang dalam kemasannya seperti pada gambar berikut ini, obat tersebut merupakan jenis obat tradisional bernama fitofarmaka.

17 4 79

a. Jamu

Menurut Peraturan Badan Pengawas Obat dan Makanan No. HK.00.05.41.1384 tentang Kriteria dan Tata Laksana Obat Tradisional Tahun 2005, jamu adalah obat tradisional indonesia yang bukti klaim khasiat dan keamanannya berdasarkan data empiris karena telah digunakan secara turun temurun. Kelompok jamu yang beredar harus mencantumkan simbol berupa “RANTING DAUN” berwarna hijau yang terletak di dalam lingkaran dengan warna dasar putih atau warna lain yang menyolok, serta mencantumkan tulisan

59

“JAMU” berwarna hijau (BPOM, 2004). Pada hasil penelitian didapatkan bahwa

sebagian besar responden, sebanyak 59,6% menjawab “iya”. Hal ini menunjukan bahwa sebagian besar responden mengetahui dengan baik simbol pada kemasan jamu.

b. Obat herbal terstandar

Obat herbal terstandar adalah sediaan obat bahan alam yang telah dibuktikan keamanan dan khasiatnya secara ilmiah dengan uji pra klinik dan bahan bakunya telah distandarisasi (BPOM, 2004). Menurut Keputusan Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia (BPOM RI) No. HK.00.05.4.2411 tentang Ketentuan Pokok Pengelompokan dan Penandaan Obat Bahan Alam Indonesia Pasal 7 Tahun 2005, obat herbal terstandar harus

mencantumkan logo “JARI-JARI DAUN (3 PASANG)” berwarna hijau yang

terletak di dalam lingkaran dengan warna dasar putih atau warna lain yang menyolok. Di bawah simbol tersebut harus terdapat tulisan “OBAT HERBAL

TERSTANDAR” berwarna hijau. Sebagian besar responden, sebanyak 74%

menjawab “tidak tahu”. c. Fitofarmaka

Berdasarkan Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan No. HK.00.05.4.2411 tahun 2004 tentang Ketentuan Pokok Pengelompokan dan Penandaan Obat Bahan Alam Indonesia Pasal 8, simbol fitofarnaka berupa “JARI -JARI DAUN” berwarna hijau yang membentuk bintang dan terletak di dalam lingkaran dengan warna dasar putih atau mencolok, serta terdapat tulisan

60

“FITOFARMAKA” pada bawah lingkaran. Sebagian besar responden, sebanyak

79% menjawab “tidak tahu”.

Dari hasil penelitian tersebut dapat diketahui bahwa sebagian besar responden belum mengerti mengenai simbol atau tanda yang terdapat pada sediaan obat tradisional (obat herbal terstandar dan fitofarmaka) serta maksud dan arti dari simbol tersebut. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Wisely (2008). Simbol pada kemasan obat tradisional dimaksudkan untuk mendefinisikan secara khusus pembuktian khasiat obat baik secara empiris, klinik, mau pun pra klinik, serta standarisasi bahan dasar obat tersebut. Selain itu juga sebagai upaya perlindungan masyarakat dan dijadikan sebagai dasar alasan pemilihan obat tradisional. Ketidaktahuan responden mengenai simbol obat tradisional, memungkinkan mereka juga tidak mengetahui dengan pasti jenis obat yang dipilihnya untuk pengobatan mandiri.

19. Simbol penggolongan obat modern dan arti simbol tersebut

Tabel XI. Persentase jawaban responden mengenai simbol penggolongan obat modern, N=161

Simbol /

Gambar Pernyataan

Persentase jawaban (%) iya tidak tidak tahu

Obat bebas

Jika suatu obat memiliki lambang seperti pada gambar, maka obat tersebut dapat dibeli secara bebas di warung tanpa resep dokter.

38 11 51

Obat keras

Jika suatu obat memiliki lambang seperti pada gambar, maka obat tersebut merupakan obat keras yang hanya bisa dibeli dengan resep dokter.

48 4 48

Obat bebas terbatas

Jika pada kemasan obat terdapat lambang seperti pada gambar, maka obat tersebut merupakan obat yang dapat dibeli tanpa resep dokter, dengan batas jumlah pembelian tertentu.

61 a. Obat bebas

Obat bebas adalah obat yang dijual bebas di pasaran dan dapat dibeli tanpa resep dokter. Pada kemasan dan etiket obat bebas, tanda khusus berupa lingkaran hijau dengan garis tepi berwarna hitam (Depkes, 2008). Pada hasil penelitian didapatkan bahwa sebagian besar responden, sebanyak 51% menjawab “tidak tahu”.

b. Obat keras

Obat bebas terbatas adalah obat yang sebenarnya masuk golongan obat keras, tetapi masih dapat dijual atau dibeli bebas tanpa resep dokter, namun penggunaannya harus memperhatikan informasi yang menyertai obat dalam kemasan. Pada kemasan dan etiket obat bebeas terbatas terdapat tanda khusus berupa lingkaran biru dengan garis tepi berwarna hitam (Depkes, 2008). Pada hasil penelitian didapatkan bahwa 48% responden mrnjawab “iya” dan 48% responden lainnya menjawab “tidak tahu”.

c. Obat bebas terbatas

Obat keras adalah obat yang hanya dapat dibeli di apotek dengan resep dokter. Obat keras mempunyai tanda khusus berupa lingkaran merah dengan garis tepi berwarna hitam dan huruf K yang menyentuh garis tepi (Depkes RI, 2008). Pada hasil penelitian didapatkan sebagian besar responden, sebanyak 70% menjawab “tidak tahu”.

Dari ketiga pernyataan mengenai simbol penggolongan obat modern di atas, didapatkan bahwa sebagian responden tidak tahu apa arti dan maksud dari simbol obat tersebut. Simbol pada kemasan obat terkait dengan peredaran di

62

masyarakat dan fungsinya sehingga dapat dijadikan sebagai dasar pemilihan obat dalam swamedikasi. Apabila masyarakat tidak mengetahui dengan pasti arti dan maksud dari simbol yang tertera dalam kemasan obat tersebut, bisa jadi obat yang dipilih dalam tindakan swamedikasi belum tentu tepat.

Menurut Notoadmojo (2003), tingkat pengetahuan seseorang dibagi menjadi 3, yaitu pengetahuan baik (apabila skor akhir pengetahuan responden lebih dari 75%), pengetahuan cukup (apabila skor akhir pengetahuan responden berkisar antara 50 sampai 75%), dan pengetahuan kurang (apabila skor akhir pengetahuan responden kurang dari 50%). Dari hasil penelitian yang dilakukan, didapatkan bahwa sebagian besar responden, yaitu sebesar 62% (100 responden) memiliki tingkat pengetahuan yang cukup mengenai obat tradisional dan obat modern dalam pengobatan mandiri secara umum. Hal ini menunjukan bahwa responden punya pengetahuan yang cukup, sehingga kemungkinan aplikasi responden mengenai swamedikasi yang dilakukan pun cukup baik. Selain itu sebanyak 29% (46 responden) memiliki tingkat pengetahuan baik dan sebesar 9% (15 responden) memiliki tingkat pengetahuan yang kurang.

Tabel XII. Kategori Pengetahuan Responden

Skor Kategori Pengetahuan Jumlah N=161 Persentase (%) <50 Kurang 15 9 50-75 Sedang 100 62 >75 Baik 46 29 Total 161 100

63

E. Sikap dan Tindakan Responden Terkait Obat Tradisional dan Obat

Dokumen terkait