• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penghalang Kewarisan Menurut Kitap Fiqh dan Kompilasi Hukum Islam Yang di maksud dengan mawani‟ al-irs adalah penghalang terlaksananya

KONSEP KEWARISAN DALAM ISLAM A. Hukum kewarisan Islam

E. Penghalang Kewarisan Menurut Kitap Fiqh dan Kompilasi Hukum Islam Yang di maksud dengan mawani‟ al-irs adalah penghalang terlaksananya

warist mewarisi, dalam istilah ulama‟ faroid adalah suatu kesadaan atau sifat yang menyebabkan orang tersebut tidak dapat menerima warisan padahal sudah cukup syarat-syarat da nada hubungan hubungan pewarisan. Pada awalnya seseorang sudah berhak mendapat warisan tetapi oleh karena ada suatu keadaan tertentu berakibat dia tidak mendapat harta warisan.27

Menurut Hukum Islam, ada bermacam- macam penghalang seseorang menerima warisan antara lain:

a. Perbudakan

Seorang budak adalah milik dari tuanya secara mutlak, karena ia tidak berhak untuk memiliki harta,dan ia tidak bisa menjadi orang yang mewariskan dan tidak akan mewarisi siapapun.

Lebih dari itu al-Jarjawi mememukakan bahwa budak itu tidak dapat

26Dian Khairul Umam, op.cit ,h. 24-25

27 Husain Amin Nasution,Hukum Kewarisan suatu analisis Komperatif pemikiran Mujtahiddan KHI,( Jakarta: PT Grafindo persada, 2012), Cet. Ke-3. h.82

mewarisi harta peninggalan tuannya apa bila tuannya it meninggal dunia, karena budak itu statusnya harta milik tuannya, sebagai harta tentu tidak bisa memiliki, tetapi dimiliki, sehingga apapun yang ditinggalkan budak tentu tentunya semua itu milik tuannya. Sesuia dengan firman Allh dalam surah Al-Nahl (16):75.

Allah membuat perumpamaan dengan seorang hamba sahaya yang dimiliki yang tidak dapat bertindak terhadap sesuatupun dan seorang yang Kami beri rezki yang baik dari Kami, lalu Dia menafkahkan sebagian dari rezki itu secara sembunyi dan secara terang-terangan, Adakah mereka itu sama? segala puji hanya bagi Allah, tetapi kebanyakan mereka tiada mengetahui.28

b. Karena Pembunuhan

Seseorang yang membunuh ahli warisnya atau seseorang yang membunuh orang lain (dengan cara) yang tidak di benarkan oleh hukum, maka ia tidak dapat mewarisi harta yang terbunuh itu, sebagaimana Hadist Nabi dari Abu Hurairah menurut riwayat ibnu Majah:

نع

Dari Abu Hurairah dari Nabi saw. Bersabda:‟‟ Orang yang membunuh tidak bisa menjadi ahli waris.(HR.Ibnu Majah)

Ketentuan ini mengandung kemaslahatan agar orang tidak mengambil

28Ahmad Rofiq, op.cit, h. 30

44

jalan pintas untuk mendapat harta warisan dengan membunuh orang yang mewariskan, Pada dasarnya pembunuhan itu merupakan tindak pidana kejahatan namun dalam beberapa hal tertentu pembunuhan tersebut tidak dipandang sebagai tindak pidana oleh karena itu tidak di pandang sebagai dosa.

Untuk lebih mendalami pengertiannya ada baiknya di kategorikan sebagai berikut:

1. Pembunuhan secara hak dan tidak melawan hukum, seperti pembunuhan di medan perang, melaksanakan hukuman mati, dan membela jiwa, harta dan kehormatan.

2. Pembunuhan secara tidak hak dan melawan hukum (tindak pidana kejahatan), seperti: pembunuhan dengan sengaja dan pembunuhan tidak sengaja.

Tentang bentuk-bentuk pembunuhan yang menjadi penghalang untuk mendapat warisan ini, tidak ada kesamaan pendapat, dan pendapat yang berkembang ada;ah sebgai berikut:

a. Menurut imam syafi‟i bahwa pembunuhan dalam bentuk apapun menjadikan penghalang bagi si pembunuh untuk mendapatkan warisan

b. Menurut imam maliki, pembunuhan yang menghalangi hak kewarisan hanyalah pembunuhan yang di sengaja.

c. Menurut imam hambali, pembunuhan yang menghalangi hak kewarisan adalah pembunuhan tidak dengan hak, sedangkan pembunuhan dengan hak tidak menjadi penghalang, sebab pelaku bebas dari sangsi akhirat.

d. Menurut imam hanafi, bahwa pembunuhan yang menghalangi hak kewarisan

adalah pembunuhan yang dikenai sangsi qishos, sedangkan pembunuhan yang tidak berlaku pada qishos (kalaupun disengaja seperti yang dilakukan anak-anak atau dalam keadaan terpaksa tidak menghalangi kewarisan.29

c. Karena Berlainan Agama (Ikhtilafu Ad-Din)

Adapun yang di maksut berlainan agama adalah berbedanya agama yang di anut antara pewaris dan ahli waris, artinya seorang muslim tidaklah mewarisi dari yang bukan muslim, begitu pula sebaliknya seorang yang bukan muslim tidaklah mewarisi dari seorang muslim. Ketentuan ini didasarkan Hadis Nabi dari Usamah bin Zaid menurut riwayat Tirmizi:

سا نع

dari usamah bin zaid ra, bahwa rasulullah SAW bersabda, „‟tidak mewarisi orang islam kepada orang kafir dan orang kafir tidak akan mewarisi kepada orang islam. (HR.Tirmizi).‟‟

Menurut jumhur ulama‟ fiqih yang menjadi ukuran dalam penetapan perbedaan agama ini ialah pada saat meninggal orang yang mewariskan. Apabila meninggal seorang muslim, maka ia terhalang mendapat warisan walaupun kemudian ia masuk agama islam sebelum pembagian harta warisan dilaksanakan.

Akan tetapi para Ulama berbeda pendapat, apakah seorang muslim dapat menerima warisan dari kerabatnya yang bukan muslim. Menuruh Jumhur Ulama, seorang muslim tidak menerima warisan dari kerabatnya yang bukan Islam, sebagai mana hadist yang telah di sebutkan di atas, karena perbedaan, Agama menyebabkan terputusnya Walayah (kewenangan) antara seorang muslim dan non

29Amin Husein Nasution, Hukum Kewarisan Suatu Analisis Komparatif Pemikiran Mujtahid dan Kompilasi Hukum Islam, ( Jakarta: Raja Wali Pers, 2012), h. 78

46

muslim.

Muaz, Muawiyah al-Hasan Ibn al-Hanafiah, Muhammad Abn Ali Ibn al Husein, Ibn al-Musayyab, Masyrud dan an-Nakha‟I menyatakan bahwa seseorang muslim boleh mewarisi peninggalan non muslim. Demikian pula menurut Syi‟ah Imammiyah. Alasan yang mereka kemukakan adalah seorang muslim itu lebih mulia (lebih tinggi) dari orang muslim. Oleh karena itu mereka dapat mewarisi peninggalan kerabatnya yang non muslim. Dan juga berdasarkan analog atau qiyas kepada bolehnya laki-laki mengawini perempuan ahli kitab.30

Menurut Penulis, sekalipun seorang laki-laki muslim dapat mengawini seorang perempuan ahli kitab, tetapi ini tidak dapat dijadikan sebagai qiyas yang membenarkan seorang muslim menerima warisan dari seorang non muslim, dengan menafikan hak non muslim untuk menerima warisan dari seorang non muslim, karena dalam kewarisan berlaku azas bilateral, yaitu masing-masing suami/isteri saling mewarisi antara satu dengan yang lainnya.

Oleh karena itu alangkah tidak adilnya kalu seorang muslim dapat mewarisi dari seorang non muslim, sedangkan seorang non muslim tidak dapat mewarisi dari seorang muslim. Dengan demikian penulis sependapat dengan pendapat Jumhur ulama yang menyatakan, bahwa seorang muslim tidak dapat menerima warisan dari orang non muslim, demikian lah sebaliknya.

Apabila pembunuh dapat memutuskan hubungan kekerabatan hingga mencabut hak kewarisan, maka demikian jugalah hanya dengan perbedaan agama, sebab wilayah hukum islam (khusunya hukum waris) tidak mempunyai daya

30Amir Syarifuddin, Pelaksanaan Hukum Kewarisan Islam dalam Lingkungan Adat Minang Kabau, (Jakarta: Gunung Agung, 2008), h.47

berlaku bagi orang-orang non muslim. Majlis Ulama‟ Indonesia (MUI), dalam musyawarah Nasional MUI VII, pada 19-22 Jumadil Akhir 1426 H26-29 juli 2005 M juga menetapkan fatwa mengenai beda agama bahwa „‟Hukum waris islam tidak memberikan hak untuk saling mewarisi antara orang-orang yang berbeda agama (antara muslim dengan non muslim). Hanya saja pemberian harta antara orang yang berbeda agama hanya dapat dilakukan dalam bentuk hibah, wasiat, dan hadiah.

d. Karena murtad (riddah)

Murtad artinya bila seseorang pindah Agama atau keluar dari Agama Islam. Disebabkan tindakan murtadnya itu maka seseorang batal dan kehilangan hak warisnya. Berdasarkan Hadits Rosul Riwayat Abu Badrah, menceritakan bahwa saya telah di utus oleh Rasululah SAW kepada seseorang laki-laki yang kawin dengan istri bapaknyan, Rasulullah menyuruh supaya di membunuh laki-laki tersebut dan membagi hartanya sebgai harta rampasan karena ia murtad (berpaling dari Agama Islam).

e. Karena hilang tanpa berita

Karena seseorang hilang tanpa berita tak tentu dimana dimana alamat dan tempat tinggalanya selama 4 (empat) tahun atau lebih, maka orang tersebut di anggap mati karena karena hukum (mati hukmy) dengan sendirinya tidak mewarist dan menyatkan mati tersebut harus dugaan putusan hakim.

Di dalam Kompilasi Hukum Islam (Inpres No.1/1991) pada buku II, pasal 173 menyatakan seseorang terhalang menjadi ahli waris apa bila dengan putusan Hakim yang telah mempunyai kekuatan hukum yang tetap, dihukum karena:

48

a. Dipersalahkan telah membunuh atau mencoba membunuh atau menganiaya berat pewaris.

b. Dipersalahkan secara menfitnah telah mengajukan pengaduan bahwa pewaris telah melakukan suatu kejahatan yang diancam dengan hukuman 5 tahun penjara atau hukuman yang lebih berat.

Menurut UU perdata dalam KUHP per yang membahas kewarisan ada beberapa kelompok orang yang tidak berhak mendapat waris atau disebut ahli waris yang tidak patut/terhalang menerima waris.

Terdapat sebab-sebab menurut Undang-undang ahli waris tidak patut atu terhalang dalam (pasal 838, untuk ahli waris karena undang-undang dan pasal 912 untuk ahli waris karena adanya wasiat).31

Ahli waris dalam undang-undang yang dinyatakan tidak patut untuk menerima warisan dalam Pasal 838 KUHP perdata adalah:

1. Mereka yang telah dihukum karena dipersalahkan telah membunuh atau telah mencoba membunuh si pewaris.

2. Mereka yang dengan kekerasan atau perbuatan telah mencegah si pewaris untuk membuat atau mencabut surat wasiat.

3. Mereka yang telah menggelapkan, merusak atau memalsukan surat wasiat si pewaris.

4. Mereka yang dengan putusan Hakim pernah dipersalahkan karena secara fitnah telah mengajukan terhadap si yang meninggal, ialah suatu pengaduan telah melakukan suatu kejahatan yang terancam dengan hukuman penjara lima tahun

31 Subekti R Tjitrosudibio. Terjemahan kitap undang-undang Hukum perdata: (jakarta pradnya paramita, 2011), h. 32

lamanya atau hukuman yang lebih berat.

50

BAB III PENELITIAN

A. Monografi Nagari Malampah, Kecamatan Tigo Nagari, Kabupaten

Dokumen terkait