• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penghargaan dalam 10 tahun Terakhir (dari pemerintah, asosiasi, atau institusi lainnya)

DAFTAR PUSTAKA

J. Penghargaan dalam 10 tahun Terakhir (dari pemerintah, asosiasi, atau institusi lainnya)

I. Pengalaman Merumuskan Kebijakan Publik/Rekayasa Sosial Lainnya dalam 5 Tahun Terakhir

No.

Judul/Tema/Jenis Rekayasa Sosial Lainnya

yang Telah Diterapkan

Tahun Penerapan Tempat

Respon Masyarakat 1 Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Nunukan Kalimantan Timur 2012 Kabupaten Nunukan Mendukung program

J. Penghargaan dalam 10 tahun Terakhir (dari pemerintah, asosiasi, atau institusi lainnya)

No. Jenis Penghargaan

Institusi Pemberi Penghargaan

Tahun

1 Peneliti Muda Terbaik Tingkat Universitas Udayana Bidang Sosial

Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan dapat dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila dikemudian hari ternyata dijumpai ketidak-sesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima sanksi.

Denpasar, 15 Oktober 2014 Pengusul,

I Made Adikampana, S.T., M.T.

Anggota Peneliti 1 A. Identitas Diri

1 Nama Lengkap (dengan gelar) Dra Luh Putu Kerti Pujani M. Si.

2 Jenis Kelamin L/P

3 Jabatan Fungsional Lektor Kepala

4 NIP/NIK/No.Identitas lainnya 195708291986012001

5 NIDN 0029085708

6 Tempat dan Tanggal Lahir Gianyar, 29 Agustus 1957 7 Alamat e-mail bunga_nana@yahoo.com 8 Nomor Telepon/HP 0361290047/03618553655 9 Alamat Kantor Jl. DR. R. Goris No. 7 Denpasar 10 Nomor Telepom/Faks. (0361) 223798

11 Lulusan yang telah dihasilkan S-1 = 134 orang; S-2 = - orang; S-3 = - orang 12 Mata Kuliah yang diampu 1.Antropologi Pariwisata

2.Metodologi 3.Sistem Pariwisata

4.Seminar dan Wisata Spiritual 5.Sosial Budaya Pariwisata

B. Riwayat Pendidikan

Program S-1 S-2 S-3

Nama Perguruan Tinggi Universitas Udayana

Universitas Udayana

-

Bidang Ilmu Antropologi Kajian Budaya - Tahun Masuk - Lulus 1978 - 1984 1997 - 2000 - Judul Skripsi/Tesis/Desertasi Cerita Sutasoma

dalam Karya Seni Rupa I Pekerja Anak Pada Sektor Informal Penjual -

Gusti Nyoman Lempad (Suatu Usaha Pemahaman Transmisi Budaya dalam Kehidupan Komunitas Banjar Taman di Desa Ubud) Post Card di Obyek Wisata Tanah Lot, Tabanan, Bali (Studi tentang Pemaknaan Kerja dalam Perspektif Budaya Kewiraswastaan) Nama Pembimbing/Promotor Prof. Dr. I Gst.

Ngurah Bagus

Dr. Nengah Bawa Atmadja, MA.

-

C. Pengalaman Penelitian dalam 5 Tahun Terakhir (Bukan Skripsi, Tesis, maupun Disertasi)

No. Tahun Judul Penelitian

Pendanaan

Sumber*) (Juta Rp.) Jumlah

1 2010 Upaya dan Kendala Disparda Provinsi Bali dalam Pemulihan Pariwisata Pasca Bom Bali ( Suatu Tinjauan Kritis Kajian Budaya)

DIPA PNBP 7,5

2 2011 Desa Wisata Berbasis Masyarakat Sebagai Model Pemberdayaan Masyaraka di Desa Pinge

DIPA PNBP 7,5

3 2011 Pemetaan Kriminalitas Dan Upaya Antisipasi Tindak Kejahatan Terhadap Wisatawan (Studi Tentang Bentuk Kejahatan di Wisata Kuta

Hibah Penelitian Unggulan Udayana

50

4 2013 Model Partisipasi Masyarakat Lokal Dalam Pengembangan Pariwisata Ekologis

PUPT, DIKTI 62

5 2013 Partisipasi Masyarakat Lokal Dalam Pengembangan Kawasan Pariwisata Candi Dasa Provinsi Bali

HB, DIKTI 45

6 2014 Model Partisipasi Masyarakat Lokal Dalam Pengembangan Pariwisata Ekologis

PUPT, DIKTI 64

7 2014 Model Integrasi Masyarakat Lokal dalam Perencanaan Destinasi Pariwisata Perdesaan

HB, DIKTI 48,75

* Tuliskan sumber pendanaan baik dari skema penelitian DIKTI maupun dari sumber

D. Pengalaman Pengabdian Kepada Masyarakat dalam 5 Tahun Terakhir

No. Tahun Judul Pengabdian Kepada Masyarakat

Pendanaan

Sumber*) (Juta Rp.) Jumlah

1 2011 Manajemen Kelompok Elit Sebagai Aktor Penggerak Pengembangan Desa Wisata Pinge

DIPA PNBP 4

2 2014 IbM Desa Pakraman Pinge yang Menghadapi Permasalahan Pengembangan Produk Desa Wisata

IbM DIKTI 43

* Tuliskan sumber pendanaan baik dari skema pengabdian kepada masyarakat DIKTI

maupun dari sumber lainnya.

E. Publikasi Artikel Ilmiah dalam Jurnal dalam 5 Tahun Terakhir

No. Judul Artikel Ilmiah Volume/Nomor Nama Jurnal

1 Pemetaan Kriminalitas danUpaya Antisipasi Tindak Kejahatan Terhadap Wisatawan (Studi Tentang Bentuk Kejahatan di Wilayah Pariwisata Kuta

Vol.7, No.1 Maret 2012 Kepariwisataan Indonesia Jurnal Penelitian dan Pengembangan Kepariwisataan

F. Pemakalah Seminar Ilmiah (Oral Presentation) dalam 5 Tahun Terakhir

No. Nama Pertemuan ilmiah/ Seminar Judul Artikel Ilmiah Waktu dan Tempat

1 Sosialisasi Renstra Fakultas Pariwisata terhadap civitas akademika Fakultas Pariwisata Renstra Fakultas Pariwisata Tahun 2010-2014. Fakultas Pariwisata, 2010 2 Penceramah dalam pembekalan metodologi

kualitatif kepada peserta “Penelitian Lapangan I” di Jember dan Bromo

Prosedur kerja penelitian kualitatif PS. Destinasi Pariwisata Fakultas Pariwisata, 2011 3 Penceranah dalam pembekalan metodologi

kualitatif kepada peserta “Penelitian Lapangan I” di kawasan wisata Senggigi dan Gili Trawangan Lombok.

Prosedur kerja penelitian kualitatif (teknik wawancara mendalam dan pedoman wawancara) PS. Destinasi Pariwisata Fakultas Pariwisata 2012

4 Seminar Nasional Sains dan Teknologi 2014 Partisipasi Masyarakat Lokal Dalam Pengembangan Pariwisata 2014 Bali

Ekologis 5 Seminar Nasional Sains dan Teknologi

2014 Dampak Pariwisata Perdesaan bagi Masyarakat Lokal 2014 Bali

G. Karya Buku dalam 5 Tahun Terakhir

No. Judul buku Tahun Jumlah Halaman

Penerbit

1 Pariwisata Berkelanjutan dalam Pusaran Krisis Global

2010 xiv + 294 Universitas Udayana Press 2 Prosiding Seminar Nasional Sains

dan Teknologi 2014 2014 xxviii + 1032 Udayana University Press

H. Perolehan HKI dalam 5 – 10 Tahun Terakhir

No. Judul/Thema HKI Tahun Jenis No.P/ID

- - - - -

I. Pengalaman Merumuskan Kebijakan Publik/Rekayasa Sosial Lainnya dalam 5 Tahun Terakhir

No.

Judul/Tema/Jenis Rekayasa Sosial Lainnya yang Telah

Diterapkan

Tahun Penerapan Tempat

Respon Masyarakat

- - - - -

J. Penghargaan dalam 10 tahun Terakhir (dari pemerintah, asosiasi, atau institusi lainnya)

No. Jenis Penghargaan

Institusi Pemberi Penghargaan

Tahun

- - - -

Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan dapat dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila dikemudian hari ternyata dijumpai ketidak-sesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima sanksi.

Denpasar, 16 Oktober 2014 Pengusul,

Lampiran 3. Artikel Ilmiah

Dominasi Elit dalam Desa Wisata Pinge Abstrak

Tulisan ini dimaksudkan untuk membahas dominasi elit dalam ranah Desa Wisata Pinge. Tujuan yang dicapai dalam tulisan ini adalah mengetahui kontribusi pariwisata perdesaan di Desa Pakraman Pinge bagi masyarakat lokal.

Pendekatan pariwisata perdesaan berbasis masyarakat dan teori strukturalisme digunakan untuk memahami fenomena posisi sentral elit dalam pengembangan Desa Wisata Pinge dan dampaknya terhadap masyarakat lokal. Berdasarkan observasi dan wawancara dapat ditarik kesimpulan bahwa manfaat yang muncul dari keberadaan desa wisata cukup beragam. Namun berbagai manfaat tersebut belum sepenuhnya dinikmati oleh sebagian besar masyarakat lokal. Kondisi ini disebabkan oleh adanya dominasi elit dalam pengembangan Desa Wisata Pinge dan kemudian memonopoli manfaat pariwisata yang ditimbulkannya.

Kata-kata kunci : Desa Wisata Pinge, dominasi elit, masyarakat lokal, manfaat pariwisata.

Pendahuluan

Destinasi pariwisata merupakan lokasi produksi, konsumsi dan pola-pola pergerakan wisata (Davidson dan Maitland, 1997). Selain itu destinasi pariwisata juga sebagai tempat hidup masyarakat untuk bekerja serta melakukan kegiatan sosial dan budaya. Hal tersebut juga secara tegas diatur dalam Undang-Undang No. 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan, yang menyatakan bahwa destinasi pariwisata adalah kawasan geografis yang berada dalam satu atau lebih wilayah administratif yang di dalamnya terdapat daya tarik wisata, fasilitas umum, fasilitas pariwisata, aksesibilitas, serta masyarakat yang saling terkait dan melengkapi terwujudnya kepariwisataan. Dengan demikian masyarakat merupakan bagian tidak terpisahkan dari suatu destinasi pariwisata, sehingga dalam pengembangan destinasi pariwisata wajib mempertimbangkan berbagai elemen masyarakat. Dogra dan Gupta (2012) menyebutkan bahwa masyarakat memiliki posisi strategis dalam suatu destinasi pariwisata. Maka dari itu, keberlanjutan destinasi pariwisata sangat tergantung dari tingkat partisipasi masyarakatnya.

Masyarakat dalam destinasi pariwisata yang kemudian disebut dengan komunitas atau masyarakat lokal mempunyai potensi berupa beragam aktivitas yang dapat dikreasikan menjadi produk pariwisata. Budaya lokal, tinggalan masyarakat, serta festival menyediakan keunikan dan sesuatu yang baru dari perspektif wisatawan. Masyarakat dengan pengetahuan dan kebijakan lokal akan lebih memahami produk pariwisata yang dikembangkan serta dampak yang ditimbulkan, dibandingkan dengan masyarakat dari luar destinasi pariwisata. Masyarakat lokal juga mempunyai kontribusi dalam upaya mempromosikan produk destinasi pariwisata, karena masyarakat lokal adalah komponen utama pembentuk citra atau image destinasi pariwisata (Pike, 2004).

Begitu pentingnya peran masyarakat lokal dalam pengembangan destinasi pariwisata berkelanjutan telah mendorong munculnya tren baru pengembangan pariwisata yang berbasis masyarakat. Oleh Tosun dan Timothy (2003) ditegaskan bahwa aspek penting dalam pariwisata berkelanjutan adalah penekanan kepada pariwisata berbasis masyarakat. Pendekatan ini lebih fokus terhadap partisipasi masyarakat lokal dalam pengembangan destinasi pariwisata. Melalui partisipasi masyarakat, pariwisata secara langsung dapat memberikan manfaat bagi masyarakat lokal. Dengan adanya manfaat inilah penerimaan, dukungan, dan toleransi masyarakat terhadap pariwisata akan tumbuh dengan optimal.

Walaupun secara konsepsual pariwisata berbasis masyarakat diyakini mampu mewujudkan destinasi pariwisata berkelanjutan, namun dalam prakteknya menemui berbagai permasalahan (Campbell, 1999; Shah dan Gupta, 2000; Scheyvens, 2002; Dogra dan Gupta, 2012). Adanya permasalahan dalam implementasi konsep pariwisata berbasis masyarakat juga tampak dalam pengembangan Desa Pinge sebagai destinasi pariwisata perdesaan unggulan di Bali. Berdasarkan studi pendahuluan, terdapat 2 (dua) permasalahan utama pelaksanaan pariwisata berbasis masyarakat di Desa Pinge. Pertama, ketidakmampuan masyarakat lokal mengidentifikasi dampak pariwisata sebagai strategi pengembangan masyarakat perdesaan. Kedua, minimnya keterlibatan masyarakat lokal dalam perencanaan pariwisata akibat dominasi elit desa yang

bekerjasama dengan pelaku pariwisata (travel agent) dan sentralisasi program pemerintah.

Tinjauan Pustaka A. Pariwisata Perdesaan

Pariwisata perdesaan dapat dilihat sebagai pariwisata yang tumbuh di wilayah perdesaan. Namun pada dasarnya pariwisata perdesaan tidak hanya dapat dipahami berdasarkan aspek geografis semata, melainkan juga menjadi bagian tidak terpisahkan dengan lingkungan dan kehidupan masyarakat lokal (Lane, 1994; Roberts dan Hall, 2004). Untuk itu kemudian pariwisata perdesaan secara ideal harus memenuhi beberapa kriteria, yaitu:

1. berlokasi di wilayah perdesaan 2. menjalankan fungsi-fungsi perdesaan 3. berskala kecil

4. bersifat tradisional

5. tumbuh perlahan dan seimbang 6. dikelola oleh masyarakat lokal

Untuk memenuhi keriteria tersebut, maka isu penting yang perlu mendapatkan perhatian adalah dampak pengembangan pariwisata terhadap wilayah perdesaan. Beberapa literatur menunjukkan bahwa dampak pariwisata terhadap wilayah perdesaan akan berbeda-beda tergantung dari jumlah dan jenis wisatawan yang berkunjung, pengorganisasian produk pariwisata, integrasi pariwisata dalam pengembangan masyarakat perdesaan, dan tahapan dalam siklus hidup destinasi pariwisata (Briedenham and Wickens, 2004; Barke, 2004). Kajian-kajian tersebut juga menyatakan bahwa selain ketrampilan, koordinasi dan kontrol masyarakat lokal akan sangat menentukan dampak pariwisata perdesaan. Sebagai contoh Barke (2004) menyebutkan suatu kasus tentang kepemilikan usaha pariwisata perdesaan oleh individu atau pengusaha non lokal telah menjadikan masyarakat lokal tidak mendapatkan keuntungan berarti dari pengembangan pariwisata perdesaan. Page dan Getz (1997) berdasarkan beberapa hasil penelitian tentang sikap masyarakat lokal terhadap pariwisata menyimpulkan

bahwa masyarakat lokal yang mendapatkan manfaat dan mempunyai kontrol terhadap pengembangan pariwisata cenderung bersikap positif. Simpulan tersebut juga didukung oleh pernyataan World Tourism Organization (WTO, 1998) yang menyebutkan melalui partisipasi, masyarakat akan lebih mendapatkan manfaat pariwisata dalam bentuk pekerjaan dan pendapatan, menciptakan peluang berusaha serta keuntungan lainnya. Selanjutnya dengan mendapat berbagai manfaat tersebut, masyarakat akan memberikan dukungan terhadap pengembangan pariwisata.

Dampak positif pariwisata memerlukan pertimbangan matang dan memenuhi prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan. Prinsip pembangunan berkelanjutan terkait erat dengan pengembangan pariwisata yang ramah lingkungan, layak secara ekonomi, dan dapat diterima oleh sosial budaya masyarakat lokal. Berdasarkan WTO (1998), pariwisata berkelanjutan harus menjamin 3 (tiga) hal penting yaitu:

1. memanfaatkan secara optimal (keseimbangan pemanfaatan) sumberdaya lingkungan fisik

2. menghormati keaslian sosial budaya masyarakat lokal

3. memastikan kelayakan dan manfaat sosial ekonomi (pekerjaan, pendapatan, layanan sosial, dan pengentasan kemiskinan) bagi seluruh pengambil keputusan.

Pengembangan pariwisata berkelanjutan membutuhkan keterlibatan dari segenap pengambil keputusan yang terkait serta kepemimpinan yang kuat untuk memastikan tumbuhnya ruang-ruang berpartisipasi terutama untuk masyarakat lokal. Pariwisata berkelanjutan juga harus mampu memberikan kepuasan dan kesadaran bagi wisatawan tentang isu-isu pembangunan berkelanjutan.

Dokumen terkait