• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bab III GAMBARAN UMUM TENTANG LAZ PORTALINFAQ Berisi Tentang Sejarah Ringkas Berdirinya PortalInfaq, Visi,Misi

TINJAUAN TEORITIS TENTANG MANAJEMEN,ZIS ,WAKAF UANG, PENGHIMPUNAN, PENDAYAGUNAAN DAN TEKNOLOGI

C. Penghimpunan dan Pendayagunaan

1. Pola Penghimpunan Zakat, infaq, sedekah dan Wakaf uang

39

Pengumpulan, pada bagian ini zakat, infaq, sedekah dan wakaf uang di pungut, diambil atau bahkan dijemput dari muzakki atas pemberitahuan muzakki, dengan perhitungan diserahkan kepada pribadi muzakki atau bahkan ditangani lembaga pengelola zakat yang ditunjuk.

Tugas yang biasa dilakukan oleh petugas bagian penghimpunan sebagai berikut40 :

a. Melakukan pendataan terhadap muzakki dan sumber zakat, infaq, sedekah lainnya. b. Melakukan usaha penggalian sumber zakat, infaq, dan sedekah baru.

c. Melakukan pengumpulan zakat, infaq, dan sedekah dan menyetor hasilnya ke bank yang ditunjuk serta menyampaikan tanda bukti penerimaan setoran kepada LAZ. d. Mencatat dan membuktikan hasil penghimpunan zakat, infaq, dan sedekah. e. Mengkoordinasikan kegiatan penghimpunan zakat, infaq, dan sedekah. f. Menyiapkan bahan laporan penghimpunan zakat, infaq, dan sedekah.

Strategi penghimpunan zakat

a. Pembentukan Unit Pengumpul Zakat

Untuk memudahkan pengumpulan zakat, baik kemudahan bagi lembaga pengelola zakat dalam menjangkau para muzakki untuk membayar zakatnya, maka setiap Badan Amil Zakat dapat membuka Unit Pengumpul Zakat (UPZ) di berbagai tempat sesuai tingkatannya.

b. Pembukaan Kounter Penerimaan Zakat

40

Lili Bariadi, Muhammad Zen,M.Hudri, Zakat dan wirausaha (Jakarta : Centre for Entrepreneurship Development, 2005), h.100

Selain membuka unit pengumpul zakat di berbagai tempat, lembaga pengelola zakat dapat membuka kounter atau loket tempat pembayaran zakat di kantor atau secretariat lembaga yang bersangkutan. Kounter atau loket tersebut harus dibuat yang representative seperti layaknya loket lembaga keuangan professional yang dilengkapi dengan ruang tunggu bagi muzakki yang akan membayar zakat.

c. Pembukaan rekening Bank,

Suatu kemudahan lain bagi para muzakki untuk membayar zakat dan juga kemudahan bagi lembaga- lembaga pengelola zakat dalam menghimpun dana zakat dari para muzakki adalah dibukanya rekening pembayaran zakat, infaq dan sedekah di bank dan dipublikasikan secara luas kepada masyarakat.41

2. Pola Pendayagunaan zakat,infaq, sedekah dan wakaf uang

Pendayagunaan, merupakan fungsi bagaimana dana yang telah terkumpul dapat menghasilkan multimanfaat bagi si mustahik. Dalam hal ini berarti dana ZIS dan Wakaf Uang berorientasi pada usaha-usaha yang bersifat produktif, bukan hanya untuk dikonsumsi saja. Sedangkan prosedur pendayagunaan hasil pengumpulan zakat untuk usaha produktif, sebagaimana diatur pasal 29 Keputusan Mentri Agama Republik Indonesia Nomor 581 tahun 1999 ditetapkan sebagai berikut ;

a. Melakukan studi kelayakan b. Menetapkan jenis usaha produktif c. Melakukan bimbingan dan penyuluhan

41

Dirjen Bimbingan Masyarakat Islam & Peny. Haji DEPAG RI, Manajemen Pengelolaan Zakat, (Jakarta : Ciputat Press, 2005) h. 31-33

d. Melakukan pemantauan, pengendalian dan pengawasan e. Mengadakan evaluasi

f. Membuat pelaporan

Pembagian atau pendayagunaan zakat, menurut Pedoman Pelaksanaan Zakat di DKI Jaya itu ditentukan sebagai berikut ;

a. Bersifat edukatif, produktif dan ekonomis agar para penerima zakat pada suatu masa tidak memerlukan zakat lagi, bahkan diharapkan menjadi orang yang membayar zakat.

b. Untuk fakir miskin, muallaf, dan ibnu sabil, pembagian zakat itu dititikberatkan pada pribadinya bukan pada lembaga hukum yang mengurusnya. Kebijaksanaan ini dilakukan agar unsur pendidikan yang dikandung dalam pembagian zakat itu lebih kentara dan terasa.

c. Bagi kelompok amil, gharim, dan sabilillah. Pembagian dititikberatkan pada badan hukumnya atau kepada lembaga yang mengurus atau melakukan aktivitas-aktivitas keislaman.

d. Dana-dana yang tersedia dari pengumpulan zakat itu yang belum dibagi atau diserahkan kepada para mustahiq dimanfaatkan untuk pembangunan dengan jalan menyimpannya di bank pemerintah berupa giro, deposito atau sertifikat atas nama Badan Amil Zakat yang bersangkutan.42

42

Mohammad Daud Ali, Sistem Ekonomi Islam Zakat & Wakaf (Jakarta : UI-Press, 1988) h.68-70

Bertitik-tolak dari nash al-Qur’an suarah at-Taubah (9) ayat 60 serta memperhatikan bobot permasalahan yang dihadapi oleh penerima zakat, Bazis DKI Jaya membuat ketentuan umum yang merupakan kebijaksanaan pendayagunaan zakat ke dalam 4 sektor, yaitu ; (1) Sektor fakir miskin 35% (dua puluh lima persen untuk dana produktif dan sepuluh persen untuk dana konsumtif); (2) Sektor amil: 10% (yang pelaksanaannya dialihkan ke sector fakir miskin dan sector sabilillah karena amil sebagai pegawai negeri mendapat gaji dan subsidi dari APBD); (3) Sektor Muallaf,gharim dan Ibnussabil; 10% (4) Sektor sabilillah: 45% (dua puluh lima persen untuk bantuan fisik, lima belas persen pembinaan lembaga dakwah, dan lima persen untuk bantuan sosial.43

Pemanfaatan dan pendayagunaan alokasi dana zakat dapat digolongkan sebagai berikut44:

a.Konsumtif tradisional , zakat dimanfaatkan dan digunakan langsung oleh mustahik, untuk pemenuhan kebutuhan hidup.

b.Konsumtif kreatif, zakat yang diwujudkan dalam bentuk lain dari jenis barang semula, misalnya beasiswa.

c.Produktif tradisional, yaitu zakat yang diberikan dalam bentuk barang-barang produksi, seperti sapi, mesin jahit.

d.Produksi Kreatif, yaitu pendayagunaan zakat diwujudkan dalam bentuk modal, baik untuk membangun suatu proyek social maupun menambah modal pedagang untuk berwirausaha.45

43Ibid.

, h. 69

44

Depag RI, Pedoman zakat 9 seri (Jakarta : Bagian proyek peningkatan zakat & wakaf, 2002), h.243-244

Dari hasil penelitian atau laporan-laporan tentang pendayagunaan zakat yang ada selama ini, maka dapat dikelompokkan sebagai berikut :

a. Dipergunakan untuk meringankan penderitaan masyarakat

Pada umumnya zakat itu diberikan kepada fakir miskin atau asnaf lainnya dengan tujuan untuk meringankan beban hidup sekelompok masyarakat (mustahik). Zakat yang diberikan itu berupa materi, adakalanya berupa bahan makanan pokok dan ada pula yang berupa uang.

b. Dipergunakan untuk pembangunan dan usaha-usaha yang produktif

Hal ini sangat dirasakan manfaatnya bagi daerah-daerah pedesaan, daerah pertanian yang sangat bergantung pada musim kemarau biasanya terancam oleh paceklik.

Contoh-contoh yang dikemukakan di atas, memberikan gambaran bahwa pandangan keagamaan (khususnya tentang zakat) di beberapa daerah menunjukkan adanya tahap kemajuan. Langkah-langkah yang ditempuh, dapat dikembangkan di tempat lain sesuai kondisi masyarakat setempat. Dan apabila pandangan itu telah menyebar ke daerah-daerah lain, maka usaha untuk mendayagunakan zakat agar berfungsi sebagai amal ibadah dan konsep sosial tersebut dapat dikembangkan lebih luas.