• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEPENTINGAN YANG TERMAKTUB MELALUI PELAKSANAAN GONDANG NAPOSO DI DESA GAJAH

3) Pengintegrasian dan Membangun Solidaritas Orang Batak Toba

Di Simpang Desa Gajah terdapat tiga Serikat Tolong Menolong yakni Serikat Jalan Siantar, Serikat Jalan Kisaran dan Serikat Jalan Gereja. Sejak tahun 1971 para orang tua dari ketiga serikat ini bersepakat membentuk organisasi atau perkumpulan muda-mudi yakni Persatuan Muda-mudi Simpang Desa Gajah yang disingkat dengan PERMUSIMDES. Sejak saat itu PERMUSIMDES selalu merayakan ulang tahun dengan mengadakan gondang naposo. Gagasan untuk

melaksanakan ulang tahun PERMUSIMDES dengan melaksanakan gondang naposo diprakarsai oleh orang tua dari Serikat Jalan Gereja, Serikat Jalan Siantar dan Serikat Jalan Kisaran. Jadi pada dasarnya acara gondang naposo tidak semata-mata urusan muda-mudi saja. Oleh karena itu, peranan orang tua dari ketiga serikat yang ada di Simpang Desa Gajah sangat besar terhadap pelaksanaan gondang naposo.

Di Desa Gajah, Orang Batak Toba terintegrasi dalam tiga Serikat Tolong Menolong yaitu Serikat Jalan Kisaran , Serikat Jalan Siantar dan Serikat Jalan Gereja. Orang Batak Toba yang ada di Simpang Desa Gajah juga terintegrasi dalam organisasi PERMUSIMDES. Setiap pendatang yang berniat tinggal menetap di Simpang Desa Gajah mau tidak mau akan masuk serikat. Secara tidak langsung, anaknya juga akan masuk menjadi anggota PERMUSIMDES dan akan turut perpartisipasi dalam pelaksanaan gondang naposo. Maka dari itu orang tua dan muda-mudi orang Batak Toba yang ada di Simpang Desa Gajah akan terintegrasi pada pelaksanaan gondang naposo.

Di Desa Gajah juga terdapat beberapa organisasi sosial dan puguan atau perkumpulan. Pertama, organisasi sosial yakni: Gerakan Muda-mudi Kristen Indonesia (GAMKI), Serikat Pekerja Transport Indonesia (SPSI), Ikatan Pemuda Karya (IPK), Karang Taruna, Ikatan Pemuda Pancasila (IPP), dan LSM Porma Satu. Kedua, puguan atau perkumpulan marga yakni: Perkumpulan Raja Sonang yang terdiri dari Goltom, Samosir, Pakpahan, dan Sitinjak, Perkumpulan Gultom,

Perkumpulan Patambor/ Manurung, Perkumpulan Toga Simatupang,

Perkumpulan Siagian dan lain-lain. Ketiga, perkumpulan gereja yakni Perkumpulan Jemaat Katholik Desa Gajah, Jemaat HKBP (Huria Kristen Batak Protestan) Desa Gajah, Jemaat GMI (Gereja Methodis Indonesia), dan lain-lain.

Pada saat gondang naposo berlangsung organisasi sosial dan perkumpulan gereja juga datang . Setiap organisasi sosial dan perkumpulan gereja yang datang, manortor/menari dan memberikan sumbangan kepada anggota PERMUSIMDES. Pada saat gondang naposo berlangsung para undangan yang datang dari organisasi sosial dan perkumpulan gereja manortor sepuasnya.

Pada saat pelaksanaan gondang naposo, orang Batak Toba yang ada di desa-desa lain juga akan datang menghadiri gondang naposo tersebut. Demikian sebaliknya, jika desa lain mengadakan gondang naposo maka muda-mudi Simpang Desa Gajah juga akan datang ke gondang naposo tersebut. Jadi muda- mudi orang Batak Toba yang ada di Simpang Desa Gajah dan yang ada di desa- desa lainnya akan terintegrasi melalui pelaksanaan gondang naposo tersebut.

Pada bahwa awalnya gondang naposo dilaksanakan di Simpang Desa Gajah dan di desa lainnya yang ada di Kabupaten Asahan adalah untuk menyatukan orang-orang Batak Toba yang ada di Asahan khususnya di Desa Gajah. Palaksanaan gondang naposo tersebut dilakukan sebagai usaha untuk menghidupakan kembali budaya Batak Toba yang di bawa dari daerah asal (bona pasogit). Orang Batak Toba merupakan pendatang dan dulunya merupakan kelompok etnik minoritas di Asahan khususnya di Desa Gajah. Seiring dengan berlalunya waktu jumlah orang Toba juga semakin banyak dan pelaksanaan gondang naposo juga semakin banyak dilaksanakan diberbagai desa di Asahan

khususnya di Desa Gajah. Bahkan ada juga desa lain yakni Desa Tano Datar yang terdiri dari orang Jawa, dan Melayu serta orang Batak Toba yang terdiri dari beberapa orang saja, melaksanakan gondang naposo. Muda-mudi Desa Tano Datar tersebut menamakan perkumpulan mereka dengan sebutan BAJOKA atau Batak Jawa.

Ada juga desa lain seperti Kampung Jati dan Kampung Durian yang melaksanakan gondang naposo padahal mereka adalah orang jawa. Pada saat pelaksanaan gondang naposo PERMUSIMDES muda-mudi Kampung jati dan Kampung Durian juga meminta agar PERMUSIMDES mengundang mereka. Kenyataan tersebut menunjukkan bahwa melalui pelaksanaan gondang naposo orang Batak Toba yang ada di Desa Gajah dapat terintegrasi. Di samping itu, orang Batak Toba yang ada di desa lain dan kelompok etnik lain juga terintegrasi dalam pelaksanaan gondang naposo tersebut.

Tidak hanya sebagai sarana pengintegrasian, gondang naposo juga berperan sebagai sarana untuk membangun rasa solidaritas14

14

Solidaritas kelompok/group solidarity merupakan rasa bersatu antar warga suatu kelompok dalam suatu masyarakat. Lihat Suyono, Ariyono & Aminuddin Siregar. 1985. Kamus Antropologi. Akademika Pressindo; Jakarta.

orang Batak Toba di Desa Gajah. Sejak dibentuknya PERMUSIMDES tepatnya Juni- Juli tahun 1971 oleh para orang tua Simpang Desa, PERMUSIMDES membawa dampak positif bagi sesama orang Batak Toba yang ada di Simpang Desa Gajah. Hal ini terbukti saat ada anggota PERMUSIMDES yang mengadakan pesta pernikahan, baik orang tua maupun muda-mudi bersama-sama membantu kegiatan pesta tersebut. Para orang tua ikut membantu pesta tersebut karena orang tua dari mempelai tersebut

merupakan anggota serikat. Sedangkan, PERMUSIMDES ikut membantu pesta tersebut karena mempelai merupakan anggota PERMUSIMDES.

Biasanya PERMUSIMDES memberikan bantuan berupa tenaga dan uang. Bantuan tenaga yang diberikan dapat berupa kegiatan memasang tenda, membungkus teh, membuat teh manis/kopi, mencuci piring dan lain-lain. Sedangkan, bantuan uang yang diberikan PERMUSIMDES berasal dari kas dan jumlahnya sesuai dengan uang pendaftaran yang diberikan mempelai saat mendaftar sebagai anggota PERMUSIMDES.

Apabila ada orang tua maupun muda-mudi yang sakit, tak lupa anggota PERMUSIMDES juga datang menjenguk dan memberikan bantuan berupa uang kepada keluarga tersebut. Demikian juga halnya bila ada muda-mudi atau pun orang tua PERMUSIMDES yang meninggal dunia maka muda-mudi Simpang Desa Gajah/ PERMUSIMDES akan memberikan bantuan berupa tenaga atau uang seperti yang telah dijelaskan sebelumnya.

Melalui pelaksanaan gondang naposo rasa solidaritas sesama orang Batak Toba di Desa Gajah dapat terbangun. Rasa solidaritas tersebut tercermin saat gondang naposo berlangsung. Para muda-mudi Simpang Desa Gajah yang sekolah dan yang bekerja di perantauan menunjukkan keberadaannya dengan memberikan sumbangan kepada PERMUSIMDES. Oleh karena itu, hubungan baik antara orang tua dan muda-mudi Simpang Desa Gajah yang ada di kampung dan yang ada di perantauan tetap terjalin. Melalui acara gondang naposo, sesama muda-mudi Simpang Desa Gajah dapat saling mengenal sehingga terjalin

hubungan yang baik diantara mereka sehingga saat ada masalah mereka dapat saling membantu.

Pada saat gondang naposo berlangsung, muda-mudi yang ada di desa lain

juga datang untuk manortor dan memberikan sumbangan kepada

PERMUSIMDES. Demikian sebaliknya, apabila desa lain mengadakan gondang naposo maka PERMUSIMDES juga akan datang dan memberikan sumbangan. Orang Batak Toba yang ada di Desa Gajah dan yang ada di desa lain mewujudkan rasa solodaritasnya dengan memberikan sumbangan dana kepada masing-masing desa yang melaksanakan gondang naposo secara timbal balik.

Kenyataan tersebut dikuatkan oleh pendapat Koentjaraningrat (1972:165) bahwa dalam masyarakat kecil prinsip timbal balik merupakan penggerak masyarakat dalam melakukan tindakan tolong-menolong. Dasar dari tindakan tolong-menolong tersebut rupanya suatu perasaan saling butuh-membutuhkan yang ada dalam jiwa masyarakat. Malinowski juga menjelaskan bahwa penduduk Kepulauan Trobriand dalam kehidupannya melakukan sistem tukar-menukar benda maupun tenaga. Sistem menyumbang yang dilakukan merupakan upaya untuk menimbulkan kewajiban untuk membalas. Demikian halnya yang terjadi dalam pelaksanaaan gondang naposo di Desa Gajah bahwa setiap undangan yang berasal dari berbagai desa datang manortor dan memberikan sumbangan, demikian sebaliknya. Pemberian sumbangan oleh undangan yang datang dari berbagai desa dilakukan dalam rangka saling membutuhkan. Hal ini disebabkan, para undangan yang memberikan sumbangan kepada PERMUSIMDES juga

mengharapkan sumbangan dari PERMUSIMDES pada saat para undangan melaksanakan gondang naposo.

4) Komunikasi Orang Batak Toba di Desa Gajah Terhadap Tuhan,