• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengkodean Hasil Wawancara Informan 3

Dalam dokumen LAMPIRAN I PENGELOMPOKAN HASIL KODING (Halaman 89-104)

No. Transkrip

Kode Kategori 3.1 P : Halo Mas Aga. Ini Elisabeth.

N : Halo

P : Pertama-tama terima kasih Mas Aga sudah bersedia diwawancara. Boleh diperkenalkan nama lengkap dan jabatan di Tirto?

N : Nama saya Muhammad Anugrah, saya di Tirto sebagai social media marketing, secara khusus social media analyst.

P : Kalau di Tirto sudah berapa lama Mas dan pernah di bagian mana aja?

N : Saya join tahun 2017 bulan Mei, berarti sekarang sudah tiga tahun. Sebelumnya di Tirto itu lebih fokus ke paid media, yang ngatur iklan di media sosial.

-

219

P : Boleh diceritakan latar belakang pendidikan dan profesinya Mas Aga?

N : Sebelumnya saya lulus dari UnPad Fakultas Ilmu Komunikasi, terus kerja di MNC Group sebagai social media juga 6 bulan, sekitar 6 bulan. Terus pindah ke Tirto.

3.2 P : Boleh dijelaskan tugas sehari-harinya Mas Aga?

N : Tugas sehari-hari yang berkaitan dengan tim socmed itu report harian performance Twitter dan Instagram. Bembuat report mingguan performance semua channel Tirto.id, menyiapkan dan menyajikan keperluan data kepada tim sales untuk jualan, sama monitoring performance advertorial baik di Google Analytics atau di social media.

-

3.3 P : Oke. Sepengalaman Mas Aga, strategi apa sih yang dilakukan Tirto untuk mendongkrak media sosialnya?

N : Strategi kaya gimana maksudnya?

P : Maksudnya biar bagus, kira-kira harus diposting jam berapa, konten apa seperti apa.

N : Selama ini kita selalu melakukan trial and error, jadi kita posting banyak dari beragam kategori terus kita lihat performancenya yang paling bagus yang mana, yang paling ga disukai yang mana gitu. Kita pilih

A4

220

kategori tertentu yang disukai sama followers. Kalau jam posting, itu lebih ke arah konsistensi kita sih. Kalau misalkan kita setiap hari posting pagi-siang-sore, kita pasti posting di jam yang sama.

P : Berarti jam-jam itu juga semacam ditetapkan mengenai pagi-sore?

N : Engga juga sih. Kita kan posting pakai aplikasi Iconosquare. Jadi di sana dia ada rekomendasi jam posting itu. Dia membaca semua performance selama ini. Jadi ngelihat audience kita aktif di jam berapa. Jadi kita ngikutin dari rekomendasi aplikasi itu.

P : Kalau Iconosquare itu dipakai untuk semua media sosial Mas Aga?

N : Engga, itu cuma Instagram.

3.4 Kalau di Twitter dia posting 15 atau 30 menit sekali, dari jam 6 sampai 10 malam. A1 3.5 P : Pernah ada tuntutan untuk harus menjadi viral atau trending topic seperti itu engga Mas?

N : Engga pernah sih. Dari saya masuk awal juga engga pernah ada disuruh retweet, atau ngespam di website mana gitu. Semua berdasarkan organiknya aja. Tergantung si audiens, kalau diterima ya ramai, kalau engga juga yaudah hehe.

P : Berarti memang ga ada tuntutan semacam itu ya?

A1

221 N : Engga ada.

3.6 P : Mas Aga, kan algoritma suka berubah ya. Nah sebagai analis media sosial seberapa penting untuk tetap up-to-date dengan perubahan-perubahan algoritma media sosial ini?

N : Algoritma menurut saya kaya puzzle. Dia penuh dengan teka-teki jadi setiap akun media sosial itu, pasti akan berbeda algoritmanya dengan akun media sosial lain.

A1

3.7 Jadi kita yang pertama harus tahu audiens kita seperti apa. Kedua adalah konsisten. Kalau misalkan kita dari awal dikenal sebagai media infografik, ya kita perlu posting infografik tapi dalam koridor yang engga bikin audiens kita itu bosen. Gimana caranya biar orang ga bosen itu cari variasi dan inovasi dari si infografiknya itu sendiri. Baik dari visual, dari tema atau dari gaya penyampaiannya.

A4

3.8 P : Berarti untuk mengakali algoritma yang kerap berubah ini, tetap berpatokan pada konten ya Mas?

N : Ya betul. Kalau kontennya bagus dan itu relate sama audiensnya, dan itu sesuai dengan audiensnya, algoritma kaya apa juga pasti akan tetap bagus performancenya.

A1

222

3.9 P : Sepengalaman Mas Aga, perubahan algoritma apa sih yang dirasa paling menantang? Apakah waktu itu kan pernah juga Instagram mengubah dari algoritma postingan yang diurutkan berdasarkan jadi waktu. Atau ada perubahan-perubahan lain yang paling menantang?

N : Sejauh ini algoritma Instagram sekarang itu yang paling menantang sih. Karena dia diukur berdasarkan ranking. Tiga puluh menit pertama dipost, dia akan diterima atau engga. Kalau engga salah, Instagram itu sekarang setiap apa yang kita post itu engga akan muncul di semua followers, tapi dia akan muncul di beberapa followers yang dianggap engage sama si akun media itu sendiri. Jadi kalau dia misalkan si akun udah ngerespon baik, dia akan bikin si postingan itu jadi rankingnya akan naik. Dan bisa dilihat sama beberapa follower selain sama yang lebih pasif. Jadi menurut saya sekarang yang lebih menantang daripada yang berdasarkan waktu, kalau berdasarkan waktu kan berdasarkan orang yang melihat pada jam tertentu. Kalau sekarang itu lebih ke interest si audiens. Itu lebih menantang menurut saya.

P : Oke. Berarti yang ditargetkan supaya bagaimana orang-orang lebih engage kepada konten media sosial supaya bisa dilihat menjangkau orang gitu ya Mas?

A1

223

N : Iya. Karena kan berdasarkan ranking itu, yang tadi saya bilang. Dia akan melihat di follower dianya, misalnya followernya udah ngeliat tapi ga melakukan apa-apa pasti rankingnya akan turun. Dan itu kemungkinan untuk dilihat sama yang lain pasti akan berkurang.

P : Kalau di Twitter algoritmanya tetap berdasarkan waktu Mas?

N : Iya. Dia masih berdasarkan waktu.

P : Kalau Facebook itu bukannya juga agak berubah?

N : Facebook itu sama kaya Instagram. Kalau di Facebook, itu bukan lebih ga diperhatiin aja sih. Oke, kita share aja. Untuk hasil seperti apa terserah audiensnya.

3.10 P : Apa upaya-upaya yang dilakukan tim media sosial supaya mengakali algoritma semacam ini?

N : Yang pertama, kita harus melakukan trial and error. Kita bikin posting beberapa macam kategori, kemudian dievaluasi hasilnya seperti apa. Dari misalkan ada 10 kategori, ternyata yang ramai itu hanya 2-3 kategori. Berarti yang diterima, kategori yang seperti itu. Terus bagaimana cara mengakalinya? Berarti kita harus perbanyak posting tentang apa yang audiens suka, gitu.

A4

224

3.11 P : Menurut Mas Aga sebagai analis media sosial? Kan perlu analisa secara kuantitatif. Metrik atau ukuran apa saja yang dijadikan patokan keberhasilan sebuah media sosial?

N : Kalau di Tirto, kita biasa melakukan rekap, report itu ada yang per hari, ada yang per minggu. Jadi semua postingan di Instagram itu bakal kita report tiap hari, terus diakumulasikan di tiap minggu. Itu ada jumlah impresinya, jumlah likes, jumlah komen. Nah nanti setelah itu kita lihat rata-ratanya berapa. Kalau misalkan jumlah rata-rata impresinya, katakanlah seratus ribu, berarti setiap postingan yang di atas seratus ribu, berarti masuk dalam kategori bagus. Misalkan di bawah rata-rata, itu dianggap kurang diterima sama si follower gitu.

Selain impresi, ada juga engagement. Engagement itu gabungan dari likes dan komen. Jadi semakin tinggi jumlah likes dan komennya kita anggap sebagai enggagementnya tinggi. Terus sama, kita rata-ratain juga. Kalau misalkan satu postingan itu katakanlah engagementnya 20ribu, kalau di atas 20 ribu berarti sudah di atas rata-rata artinya bagus. Sedangkan kalau di bawah itu artinya kurang. Seperti itu sih.

A4

3.12 P : Mungkin gak Mas ada faktor lain yang memengaruhi engagement dan impresi selain kontennya itu sendiri menurut Mas Aga?

A1

225

N : Sebenarnya kalau menurut saya konten itu nomor satu sih. Karena konten sebagus apapun mau diposting jam berapapun kalau memang itu relate sama audiensnya itu pasti akan tinggi. Ga terlalu berpengaruh sama jam posting, atau hashtag. Kalau kontennya itu udah relate sama si audiens, itu sudah pasti bagus.

3.13 P : Tadi Mas Aga sempat bilang dibikin rata-ratanya untuk postingan-postingan itu. Dibikin rata-rata itu berdasarkan per mingguan atau sudah ada minimum jumlahnya per masing-masing metrik?

N : Biasanya per minggu, ada yang per bulan. Karena kan setiap bulan, setiap minggu akan selalu berubah standarnya seperti apa. Pasti akan selalu berubah.

P : Kalau followers naik, berarti seharusnya impresi naik dan lain-lain juga naik begitu ya Mas?

N : Iya.

A4

3.14 P : Kalau Mas Aga sendiri, bagaimana kaitan kerja dengan bagian sales dan advertorial dalam kerja sehari-hari?

N : Kalau di tim sales, saya lebih ngeprovide data. Jadi tim sales minta data seperti apa. Misalkan performance-nya Tirto, atau performance media sosialnya Tirto seperti apa. Nah itu dari data-data yang kasih

A3, A4

226

ke tim sales, itu jadi insight mereka untuk mencari klien. Nanti setelah klien sama sales itu deal, si klien akan bekerjasama dengan tim advertorial untuk memproduksi kontennya gitu.

P : Data-data apa aja yang biasanya diminta sama tim sales, Mas Aga?

N : Tim sales itu biasanya minta data kaya peringkat Tirto di Alexa atau di Similarweb. Terus jumlah … selama kurun waktu tertentu, jumlah pageviewnya berapa, terus postingan terbaik di Instagram seperti apa gitu.

P : Berarti ada dua hal untuk media sosial dan web. Kalau media sosial sendiri apa sih yang biasanya ditunjukkan ke klien dari Tirto, bahwa ini sesuatu yang menjadi kekuatan Tirto?

N : Biasanya lebih engagement sih per postnya rata-ratanya berapa. Kan bisa bikin perbandingan antara kita sama media-media lain. Jadi misalkan media lain itu rata-rata per postnya katakanlah 1000, di Tirto itu berapa. Apa lebih tinggi atau lebih rendah dibanding ke media lain. Lebih ke engagement performancenya.

3.15 P : Boleh diceritakan mengenai garansi dari Tirto Mas?

N : Jadi kalau setiap klien yang beli iklan di Tirto, katakanlah dia beli advertorial mild report. Dia pasti mendapatkan garansi, 10ribu pageview dalam 7 hari. Selain itu dia juga dapat 1000 engagement di Instagram, itu jumlah likes dan komen, itu diakumulasi jumlahnya seribu.

A4

227

P : Praktik garansi seperti itu memang dari awal sudah ditetapkan atau baru-baru ini?

N : Dari awal sih. Dari pertama Tirto melakukan jualan, gimana caranya si klien itu mau masuk Tirto, karena Tirto kan sebagai media online baru jadi belum dapet katakanlah satu kepastian bagi klien. Makanya sistem garansi itu dipakai Tirto untuk meyakinkan si klien kalau apa yang diinvestasikan ke Tirto ada garansinya gitu.

P : Berarti kalau tidak tercapai ada konsekuensi?

N : Ada. Dari Tirto ada konsekuensinya. Apakah itu, katakanlah kalau misalnya artikelnya itu ga lebih dari garansi yang ditetapkan, bisa dibikin yang baru, dibikin satu lagi. Atau kalau misalnya Instagram ga tercapai, bisa bikin satu lagi gitu. Itu jadi konsekuensi bagi Tirtonya sendiri.

P : Jadi strateginya dengan menghasilkan konten lagi, bukan semacam diskon?

N : Iya lebih ke konten lagi. Kalau misalkan dia mesen satu, ternyata ga tercapai kita bikini satu lagi. Itu sudah jadi kewajibannya si Tirto sendiri.

228

3.16 P : Ketika memberikan data untuk tim sales untuk dianalisa lalu dikasih ke klien, calon klien seperti itu, selain data mengenai peringkat di Alexa dan Similarweb terus engagement di media sosial, apakah demografi juga disertakan dalam analisa tersebut Mas Aga?

N : Iya, demografi termasuk. Gender, umur sama kota selalu disertakan dalam company profile-nya Tirto kalau ngasih ke klien.

P : Berarti tiap-tiap media sosial punya demografinya masing-masing? Kira-kira sama gak sih Mas Aga antara media sosial satu dengan media sosial lain?

N : Sejauh ini sama antara Instagram dengan Facebook, dengan Twitter dengan Google Analytic. Ga ada perbedaan yang signifikan.

P : Untuk persenannya? Laki-laki banding perempuan?

N : Laki-laki itu di kita masih 55 banding 45.

P : Untuk umurnya Mas Aga?

N : Umurnya lebih 18 ke 34. Tapi yang paling tinggi itu 25-34.

A4

229

3.17 P : Boleh diperjelas lagi, Mas Aga. Kan sudah menampilkan data-data analisa media sosial, bagaimana Mas Aga menyajikan ke rekan-rekan?

N : Kalau ke tim sosmed ada namanya update harian. Tiap hari itu dalam bentuk tabel isinya semua postingan yang diposting di Instagram, mulai dari impresinya, jumlah likesnya, pertumbuhan jumlah followersnya berapa. Terus juga ada Twitter, Twitter juga kita masukin 5 tweet teratas. 5 yang paling banyak dilihat impresinya. Terus jumlah replynya, jumlah likesnya.

A4

3.18 Kalau untuk klien, klien lebih ke performance harian mereka. Ketika produk advertorial itu sudah tayang di website, tanggung jawab saya adalah memonitoring performance advertorial itu baik di website maupun di media sosialnya.

A4

3.19 P : Oke. Ada kuota untuk postingan tiap-tiap media sosial?

N : Kuota kalau di Instagram itu 3-6, itu ga boleh kurang. Kalau lebih boleh. Kalau di Twitter, dia dari jam 6 sampai 10 tiap 15 sampai setengah jam. Tapi itu kan dibagi per admin per shiftnya.

A1

230

P : Per 15 menit itu kan lumayan padat ya. Apakah produksi beritanya sebanyak itu atau mendaur ulang artikel-artikel untuk diposting lagi?

N : Tiap hari kan ada yang update tuh, artikel Mild Report, In-Depth, Current Issue atau Hardnews. Terus setiap Mild Report kan ada infografiknya. Tiap Mild Report pasti akan diposting artikelnya sama si infografik yang panjangnya itu. Jadi untuk ngisi kuotanya lebih mengarah ke sana. Beberapa Current Issue kan tiap hari produksinya banyak. Jadi banyak juga sih. Kalau konten daur ulang engga kayanya. Kecuali ada beberapa momen tertentu, misalkan kaya kemarin ngebahas tentang almarhum Didi Kempot. Kita pernah bikin artikelnya, ya kita share lagi.

3.20 P : Tapi kalau strategi di Tirto, satu artikel itu kan mungkin kita bisa banyak macam strategi untuk ngepost satu artikel yang sama ya. Apakah cuma caption plus apa, atau diunggah infografiknya. Seperti itu ada ga sih Mas?

N : Kalau di Twitter, Mild Report itu dipost dua kali. Pertama link click artikelnya, satu lagi infografiknya.

Jadi dibikin dua caption yang berbeda satu artikel.

P : Itu diposting di hari yang berbeda?

A1

231

N : Bisa di hari yang sama, bisa di hari yang beda. Kalau di Facebook, dia lebih ke link clicknya aja.

P : Berarti infografiknya ga diupload ya Mas?

N : Lupa kayanya. Diposting cuma ga sebanyak di Twitter. Untuk konten tertentu, kaya Mozaik dua-duanya diposting di Facebook.

3.21 P : Mas Aga, kalau YouTube itu dikelola sama tim medsos atau tim redaksi?

N : YouTube itu lebih ke multimedia. Jadi mereka punya fungsinya sendiri, punya timnya sendiri dan mereka juga ngeposting sendiri. Tapi kalau misalkan report itu ke saya juga.

P : Berarti report tetap melalui Mas Aga gitu ya?

N : Iya report tetep. Jumlah top video, jumlah viewsnya berapa, itu saya laporin ke digital manajer marketingnya.

P : Berarti tetap bersinggungan dengan Mas Aga ya?

N : Hanya reportnya aja. Tapi untuk produksi, posting itu mereka punya timnya sendiri.

P : Caption segala macam?

N : Iya.

A4

232

3.22 P : Media sosial kan banyak berkaitan dengan tim sales dan konten pemasaran. Apa yang membedakan dua divisi tsb?

N : Perbedaan social media dan tim sales adalah social media khusus untuk konten organic yang artinya menyiapkan dan membuat konten based on website tirto.id, sedangkan tim sales dan pemasaran itu

berdasarkan kebutuhan klien. Konten yang dibuat sesuai dengan request klien, namun tetap dengan standard pengerjaan dari tirto.id dengan tidak menghilangkan karakter dan ciri khas tirto.id.

P : Kalau konten advertorial sudah jadi, yg menentukan waktu uploadnya klien atau Tirto Mas Aga? Lalu kalau caption berarti juga menunggu acc dari klien kah?

N : Kesepakatan bersama biasanya, klien menentukan hari, tirto menentukan jamnya, caption ada beberapa klien yang butuh approval, ada juga yang gak perlu.

A1

3.23 P : Baik Mas Aga. Sepertinya itu saja. Terima kasih banyak sudah meluangkan waktunya untuk diwawancara Mas Aga.

N : Sama-sama. Sukses ya.

P : Terima kasih Mas, selamat siang.

-

233

LAMPIRAN V

Dalam dokumen LAMPIRAN I PENGELOMPOKAN HASIL KODING (Halaman 89-104)

Dokumen terkait