• Tidak ada hasil yang ditemukan

a. Analisa Data Kualitatif dan Kuantitatif

Data Kualitatif adalah data yang berupa pendapat (pernyataan) atau

judgement sehingga tidak berupa angka akan tetapi berupa kata-kata atau

kalimat (Effendy 2010). Data Kualitatif diperoleh dari hasil analisis dokumen, observasi lapangan, diskusi dan wawancara yang kemudian dituangkan dalam bentuk transkrip.

Analisis data kualitatif diperlukan untuk mengetahui efektivitas implementasi program ditinjau dari proses tujuan Demfarm, yaitu: (1) proses pemilihan dan penetapan lokasi, (2) pembentukan kelompok pembudidaya ikan (Pokdakan), (3) rehabilitasi tambak dan saluran, (4) mekanisme serah terima barang dan (5) pelaksanaan budidaya (operasional Demfarm).

Analisis data kuantitatif merupakan analisa yang menggunakan angka atau nilai yang diperlukan untuk mengukur indikator-indikator: (1) produktivitas tambak udang demfarm, (2) analisa usaha budidaya udang, (3) kelayakan finansial budidaya udang dengan menghitung net benefit

20

cost ratio(NetB/C),net present value (NPV) dan internal rate of return (IRR).

1) Produktifitas tambak udang

Hasil produktifitas didapat dari hasil pembagian antara jumlah udang dalam satuan ton yang dihasilkan selama musim tebar sampai masa panen udang dengan luas lahan tambak, yang dirumuskan dengan:

Produktifitas = Jumlah Hasil Produksi Luas Lahan

Sebagai pembanding, hasil produktivitas tambak udang dihitung dari hasil sebelum dan sesudah diimplementasikannya program Demfarm. 2) Analisis Finansial (Umar, 2001)

Analisa keuntungan usaha digunakan untuk mengetahui komponen- komponen input dan output yang terlibat dalam usaha dan besarnya keuntungan yang diperoleh dari usaha yang dilakukan. Kusumawardani (2010), selanjutnya secara matematik Pramudya (1992) menggunakan parameter dengan persamaan berikut:

� = P - F V

Keterangan:

� = Jumlah produk yang dihasilkan

� = Biaya tetap

� = Harga jual V = Biaya tidak tetap

Total pendapatan adalah besaran yang mengukur jumlah pendapatan Petambak yang diperoleh dari hasil panen usaha budidaya tambak udang Demfarm. Lestariono (2013), mengacu pada persamaan berikut:

TR = Q x P Keterangan :

TR = Total pendapatan Q = Hasil panen udang P = Harga jual

Total biaya adalah hasil penjumlahan dari biaya tetap (fixed cost

atau FC) dan biaya tidak tetap (Variable Cost atau VC) yang dirumuskan dengan:

TC = FC + VC

Dari hasil perhitungan dengan rumus tersebut dapat terlihat penerimaan usaha budidaya udang, termasuk akan dihitung dalam

penelitian ini adalah penerimaan yang diperoleh sebelum dan sesudah program demfarm bergulir.

3) Kelayakan Finansial (Pramudya, 1992)

Net Benefit Cost Ratio (Net B/C)

Salah satu metode yang digunakan dalam kelayakan usaha atau investasi adalah Benefit Cost Ratio (B/C ratio), metode ini lebih menekankan pada benefit (manfaat) dan pengorbanan (biaya atau cost) suatu investasi. Kelayakan usaha budidaya dihitung dengan metode ini dimana kelayakan usaha ditentukan oleh perbandingan antara pendapatan dengan total biaya (Utomo 2012). Jika nilai B/C ratio < 1 maka usaha budidaya udang tidak layak untuk dilanjutkan, begitupun sebaliknya jika nilai BCR > 1 maka usaha layak untuk dilanjutkan. Perhitungan yang digunakan adalah:

B/C = Jumlah Penerimaan

Jumlah Pengeluaran

Kelayakan usaha dapat juga menggunakan perhitungan titik impas usaha Break even point (BEP). BEP terbagi menjadi dua jenis analisis yatu (1) titik impas produksi yang merupakan perbandingan antara total biaya dengan harga satuan produk per kilogram sebagai perhitungan titik impas usaha dicapai pada jumlah produksi; dan (2) titik impas harga produksi yang merupakan perbandingan antara total biaya dengan total produksi, sebagai perhitungan titik impas usaha yang dapat dicapai pada harga komoditas tertentu per kg (Widiarto 2011), persamaan dinyatakan dengan:

BEP Produksi = Harga Satuan ProdukTotal Biaya BEP Harga Produksi = Total ProdukTotal Biaya

si

Net Present Value (NPV)

NPV merupakan nilai kini dari keuntungan bersih yang akan diperoleh pada masa yang akan datang, dengan menghitung selisih antara manfaat (benefit) dan biaya (cost) sat ini, persamaan untung menghitung NPV adalah:

Dimana:

Bt = pendapatan kotor tahunan Ct = Biaya kotor tahunan (1+i)t = discount factor(DF)

T = tingkat suku bunga

Kriteria pengambilan keputusan didasarkan pada:

NPV = t t t i) (1 C - B 

22

NPV > 0, artinya usaha budidaya tambak udang layak untuk diusahakan NPV = 0, artinya usaha budidaya tambak udang sama besarnya nilai yang diinvestasikan dengan dengan besar nilai yang dihasilkan

NPV < 0 artinya usaha budidaya tambak udang tersebut layak untuk diusahakan

Internal Rate of Return (IRR)

IRR merupakan tingkat suku bunga dari unit usaha dalam jangka waktu tertentu, dimana nilai NPV-nya sama dengan nol. Dalam persamaan dapat dinyatakan dengan.

��� = �++ ∆ �+ + �− ���+

���++ ���

Keterangan:

� = tingkat suku bunga yang menghasilkan NPV positif pada tingkat suku bunga ���

� = tingkat suku bunga yang menghasilkan NPV negatif pada tingkat suku bunga ���

Kriteria pengambilan keputusan didasarkan pada:

IRR> � = usaha budidaya tambak udang dianggap layak IRR< � = usaha budidaya tambak udang dianggap tidak layak b. Analisis Strengths Weakness Opportunities Threats (SWOT)

(Rangkuti, 1991)

Untuk menganalisis faktor kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman organisasi maka diperlukan analisis SWOT, dimana analisisnya didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (Strengths

dann peluang (Opportunity), namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (Weakness) dan ancaman (Threats). (Rangkuti 1997). Analisis ini digunakan untuk memilih alternatif strategi kebijakan berdasar dari data primer yang diperoleh dari hasil wawancara/kuesioner/data survai maupun data sekunder dari instansi pusat dan daerah yang membidangi perikanan, penyuluh perikanan, mitra dan ketua kelompok pembudidaya ikan di Kecamatan Blanakan Kabupaten Subang. Ada empat bentuk strategi matriks SWOT yaitu: 1. Strategi S-O

Strategi ini dibuat berdasarkan jalan pikiran pembuat kebijakan, yaitu dengan memanfaatkan seluruh kekuatan untuk merebut dan memanfaatkan peluang sebesar-besarnya.

2. Strategi S-T

Strategi ini adalah strategi dalam menggunakan kekuatan yang dimiliki perusahaan untuk mengatasi ancaman.

3. Strategi W-O

Strategi ini diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada dengan cara meminimalkan kelemahan yang ada.

4. Strategi W-T

Strategi ini berdasarkan kegiatan yang bersifat defensif dan berusaha meminimalkan kelemahan yang ada serta menghindari ancaman. Tabel 4 Matriks SWOT

Internal Eksternal Kekuatan (S) Faktor-faktor Kekuatan internal Kelemahan (W) Faktor-faktor kelemahan internal Peluang (O) Faktor-faktor Peluang eksternal strategi S-O

Gunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang

strategi W-O

Atasi kelemahan dengan memanfaatan peluang Ancaman (T) Faktor-faktor ancaman eksternal strategi S-T

Gunakan kekuatan untuk menghindari ancaman

strategi W-T

Meminimalkan kelemahan dan menghindari ancaman

c. Analytical Hierarcy Process (AHP) (Saaty, 1997)

Proses Hirarki Analitik (AHP) adalah suatu model pendukung keputusan yang dikembangkan oleh Thomas L. Saaty. AHP adalah suatu metode yang sederhana dan fleksibel menstrukturkan masalah dalam bentuk hirarki dan memasukan pertimbangan-pertimbangan untuk menghasilkan skala prioritas relatif (Saaty 1997).

Model pendukung keputusan ini akan menguraikan masalah multi faktor dalam suatu struktur multi level, dimana level pertama adalah tujuan yang diikuti oleh level faktor, kriteria, sub kriteria, dan seterusnya ke bawah hingga level terakhir dari alternatif. Dengan struktur hirarki permasalahan akan tampak lebih terstruktur dan sistematis. AHP pada penelitian ini digunakan untuk menentukan kebijakan pengembangan usaha budi daya tambak udang di Kabupaten Subang.

Pengembangan produktivitas tambak di Kecamatan Blanakan menurut pendapat pakar memiliki kriteria: sumberdaya alam, infrastruktur, sumberdaya manusia, modal dan teknologi. Adapun aktor yang berperan terlibat didalamnya antaralain: Pkdakan, pemerintah, mitra usaha, perbankan dan koperasi. Diagram berikut mengilustrasikan pemilihan alternatif strategi dengan menggunakan AHP.

24

Gambar 5 Hirarki model strategi pengembangan budidaya tambak udang Pengembangan Produktivitas Tambak Sumberdaya Alam Infrastruktur Sumberdaya Manusia

1. Pengembangan kawasan tambak secara berkesinambungan

2. Pengembangan kawasan percontohan tambak (demfarm)

3. Penyediaan sarpras tambak secara komprehensif

4. Pembinaan dan pendampingan yang intensif dan berkelanjutan

5. Penerapan teknologi melalui CBIB sesuai daya dukung lingkungan

6. Fasilitasi pola kemitraan dengan swasta, suplier saprodi dan lembaga lain

7. Fasilitasi akses permodalan melalui pembinaan kelembagaan pokdakan

Alternatif strategi Kriteria Tujuan

Pokdakan

Aktor Pemerintah Mitra

Usaha

Perbankan

Teknologi

Koperasi Modal

Dokumen terkait