BAB III METODE PENELITIAN
3.8 Analisi Data
3.8.2 Pengolahan Data
Data yang sudah dikumpulkan kemudian diolah kedalam tabel rekapitulasi sesuai dengan variabel yang sudah ditentukan sebelumnya.
3.8.3 Analisis Data
Data hasil penelitian selanjutnya dianalisis secara statistik menggunakan SPSS 17 vertion dengan analisis deskriptif dan analisis korelasi. Pengaruh antara variabel dianalisis menggunalan Chi-Square Tests, P < 0.05 dianggap bermakna.
BAB 1V
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian dilakukan terhadap pasien ketergantungan opioid yang mengalami perawatan di unit rawat jalan klinik metadon di RSUP H. Adam Malik Medan periode November 2016 –Oktober 2017. Secara keseluruhan, sebesar 66 pasien jumlah pasien yang termasuk dalam kriteria inklusi. Dari keseluruhan pasien pemberian metadon tiap hari sebanyak 36 orang (54.5 %) dan 30 orang (45.5 %) pemberian dosis bawa pulang (Take Home Dose / THD).
4.1 Karakteristika Pasien 4.1.1 Jenis kelamin
Semua pasien dalam penelitian terdiri dari laki-laki 66 orang (100%).
Penelitian lee, et al., 2017 di Taiwan menunjukkan bahwa jumlah rasio laki laki yang ketergantungan opioid lebih besar dibandingkan perempuan sebesar 82,9%
dan 17,1%. Hal ini tidak jauh berbeda dari penelitian Aprylia (2015) bahwa hampir semua pasien yang mengikuti program terapi rumatan metadon berjenis kelamin laki-laki (94,7%).
4.1.2 Usia pasien
Usia pasien dalam penelitian ini 25-35 tahun sebanyak 47 orang (71.2%) dan usia di atas 35 tahun sebanyak 19 orang (28.8%) dengan nilai rata-rata 34,9 tahun (±4,4). Penelitian tahun 2016 di Iran dari 1396 pasien usia rata-rata yang mengikuti program terapi rumatan metadon adalah 37 tahun (Mahmood, et al., 2016). Pada penelitian lain yang dilakukan oleh Sarasvita, et al., 2012 dinyatakan
bahwa usia rata rata pasien yang mengikuti program terapi rumatan metadon adalah di atas 27 tahun.
4.1.3 Pendidikan
Pasien yang mengikuti program terapi rumatan metadon di RSUP H.
Adam Malik Medan sebesar 4 orang (6.1%) berpendidikan SD; 1 orang (1.5%) berpendidikan SMP atau sederajat; 55 orang (83.3 %) berpendidikan SMA atau sederajat dan 6 orang (9.1%) berpendidikan Sarjana. Hasil ini tidak jauh berbeda dengan penelitian Pahlemy, 2010 bahwa persentase yang paling tinggi adalah yang berpendidikan SMA atau sederajat yaitu 70,6%.
4.1.4 Ras/Suku
Persentase ras yang tertinggi pada penelitian ini adalah suku batak sebanyak 30 orang (45.5 %), suku jawa 28 orang (42.4 %), suku melayu, cina masing-masing 3 orang (4.5%) dan suku padang 3 orang (3.0 %).
4.1.5 Status pernikahan
Status pernikahan pasien yang tertinggi adalah yang sudah menikah 37 orang (56.1 %), belum menikah 19 orang (28.8%) dan duda sebanyak 10 orang (15.2 %). Penelitian sebelumnya menemukan bahwa pasien yang ketergantungan opioid sebagian besar mengalami permasalahan dalam keluarga sehingga terjadi proses perceraian (duda) sebesar 17,44% (Jiang, et al., 2014).
4.1.6 Pekerjaan
Pada penelitian ditemukan bahwa pasien yang mengikuti program terapi rumatan metadon dominan sudah bekerja yaitu mencapai 63.6 %; tidak bekerja mencapai 36.4 %; berbeda dengan penelitian sebelumnya yang yang menemukan bahwa persentase pasien yang mengikuti program terapi metadon mayoritas tidak
bekerja 64,6% (Sarasvita, et al., 2014); 61,63% (Jiang, et al., 2014). Hasil di atas menunjukkan bahwa pasien yang mengikuti PTRM berada dalam kondisi yang stabil, sehat dan mampu menjalankan aktivitasnya dengan baik. Pasien yang patuh minum obat metadon kesehatannya dapat terjaga dari gejala putus obat dan dapat bekerja (Hasanah, 2010).
4.1.7 Jarak tempat pelayanan
Jarak tempat pelayanan mempengaruhi tingkat kepatuhan pasien dalam mengikuti PTRM. Jarak antara tempat tinggal pasien dengan tempat pelayanan rata-rata 16,93 Km. Jarak 1-9 km sebanyak 29 orang (42.6 %); 10-20 km sebanyak 34 orang ( 50.0% ); jarak >20 km sebanyak 3 orang (4.4%) Jarak yang cukup jauh ini mempengaruhi kehadiran pasien pada setiap terapi, sehingga mempengaruhi capaian hasil masing-masing pasien. Penelitian yang dilakukan Phallyka (2012), jarak tempat tinggal berkisar 4 km dari klinik tempat pelayanan akan meningkatkan nilai retensi (Tabel 4.1).
Tabel 4.1Karakteristik Pasien PTRM
4.2 Deskripsi Dosis Metadon Fase Rumatan Pasien PTRM
Dosis terkecil rumatan yang diterima pasien yang mengikuti PTRM dari 66 orang adalah 1 mg dengan nilai rata-rata 47.9 mg dan dosis rumatan terbesar adalah 185 mg dengan nilai rata-rata 63.4 mg. Deskriptif dosis metadon fase rumatan ditunjukkan pada Tabel 4.2
Tabel 4.2 Deskriptif Dosis Metadon Fase Rumatan Rata-rata Rumatan
terkecil
Rata-rata Rumatan terbesar
Dosis (Mg) 47,9 63,4
4.2.1 Dosis rumatan terkecil
Dosis terkecil rata-rata rumatan metadon yang diterima pasien pada penelitian ini adalah 47,9 mg dengan kisaran 1-165 mg. Ditemukan 1 pasien hanya menerima 1 mg metadon telah berhenti menggunakan metadon (selesai dari program) dan menunjukkan peningkatan outcome terapi yang bermakna yang dilihat dari perbaikan keadaan psikologis, sosial, dan telah melakukan aktivitas seperti semula. Metadon dapat dihentikan secara perlahan (tappering off) pada keadaaan pasien sudah stabil; minimal 6 bulan pasien dalam kedaaan bebas heroin; , sehingga selama pasien mengikuti PTRM dosis dapat diturunkan 10%
setiap 2 minggu tetapi jika keadaan emosi pasien tidak stabil, dosis dapat dinaikkan kembali (Menkes, 2013).
4.2.2 Dosis rumatan terbesar
Dosis rumatan rata-rata terbesar pasien yang mengikuti PTRM adalah 165,0 mg dengan kisaran 2-185 mg. Ditemukan dosis tertinggi yang di terima pasien PTRM adalah 185 mg. Pasien yang yang mendapatkan dosis terbesar selama fase rumatan mengeluh putus obat sehingga perlu dosis ditingkatkan.
Beberapa kriteria penambahan dosis yaitu adanya tanda dan gejala putus opioid seperti gelisah, berkeringat, tremor (tangan), keram perut, cemas dan jika craving tetap masih ada (Menkes, 2013).
4.3 Pengaruh Dosis Metadon Fase Rumatan dengan Retensi
Berbagai faktor yang mempengaruhi pasien untuk tetap bertahan dalam PTRM salah satu faktor adalah dosis (Susilowati, 2013). Tingginya retensi dipengaruhi oleh tingginya dosis metadon yang diberikan pada pasien PTRM (Phallyka, 2012).
Pada penelitian ini diperoleh pada 1 tahun pengobatan bahwa dosis yaitu
> 60mg/hari memberi pengaruh retensi yang bermakna dari statistik dengan nilai P= 0,015. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Phallyka, 2012, bahwa dosis metadon lebih besar dari 60 mg/hari memberikan pengaruh yang bermakna dengan nilai P= 0,03. Variabel prediktor dalam satu tahun ditemukan bahwa pengaruh dosis yang tinggi dan penyalahgunaan obat lain mempengaruhi retensi (Fathollahi, et al., 2016). Selama pasien mengikuti PTRM, dosis diturunkan 10% setiap 2 minggu (Menkes, 2013).
Riwayat dosis 1 tahun yang diterima masing-masing pasien adalah dosis tetap sebanyak 12 orang (18,2%), penurunan dosis sebanyak 40 orang (60,6%), dan dosis meningkat sebanyak 14 orang (21,2%). Berbagai kriteria peningkatan dan penurunan dosis disesuaikan dengan kondisi pasien (Menkes, 2013).
4.4 Retensi Pasien Program Terapi Rumatan Metadon
Waktu retensi dari total 66 orang pasien dalam 1 tahun adalah 0-6 bulan sebanyak 14 orang (21,2%); 6-12 bulan sebanyak 10 orang (15,2%); dan >12 bulan sebanyak 42 orang (63,6%). Salah satu indikator keberhasilan suatu PTRM adalah tingginya retensi (Fathollahi, et al., 2016). Dari pengamatan yang dilakukan selama 1 tahun ditemukan bahwa daya tahan pasien dalam satu tahun
adalah 59,09% dari total pasien dalam 1 tahun, dan angka drop out dalam tiga bulan sebesar 8% dari total pasien dalam satu tahun. Berdasarkan menteri kesehatan bahwa kriteria keberhasilan PTRM adalah daya tahan pasien >60% dari total pasien dalam 1 tahun dan angka drop out <40% dalam 3 bulan.
Dalam pencegahan relaps terapi jangka panjang merupakan strategi yang paling efektif untuk mengatasi ketergantungan opioid (UNDOC, 2008). Terapi metadon jangka panjang menunjukkan hasil yang lebih efektif dibandingkan terapi jangka pendek (Sees, et al., 2000).
Penelitian yang dilakukan oleh Yang, el al., 2013 di China bahwa dari total 2728 pasien yang mengikuti PTRM < 730 hari retensi sebanyak 2161 orang (79,20%) dan > 730hari retensi sebanyak 567 orang (20,8%). Penelitian Vafaeinasab, et al., 2015 di Iran bahwa dari total 230 orang, retensi pasien yang mengikuti PTRM dalam satu bulan pengobatan adalah 93,9% dan setelah 6 bulan pengobatan menjadi 28,36%. Hal ini ditemukan bahwa berbagai faktor penting dalam mempertahankan pasien tetap dalam terapi rumatan metadon. Hasil Analisis Kaplan Meier menunjukkan bahwa dari 622 hari, 50% pasien bertahan selama sampai 622 hari (Pahlemy, 2010).
Berbagai penelitian menunjukkan bahwa terjadi peningkatan outcome pasien pada waktu retensi selama 1 tahun atau lebih. Retensi terapi memiliki hubungan dengan peningkatan produktivitas sosial, berkurangnya tingkat kriminal dan tingkat mortalitas. Persentase pasien yang bekerja, melanjutkan sekolah atau bekerja dirumah tangga meningkat (Ward, et al., 2009).
4.5 Pengaruh Dosis Terlewat terhadap Retensi Pasien PTRM
Sebanyak 24 orang (36.4%) yang mengalami dosis terlewat 1-5 kali, 15 pasien (4.5%) mengalami dosis terlewatkan 5-10 kali, dan jumlah pasien yang tidak pernah mengalami dosis terlewatkan sebesar 39 pasien (59.1%).
Ada beberapa alasan pasien mengalami dosis terlewatkan, yaitu tidak ada biaya, beberapa pasien mengatakan tidak mempunyai uang untuk membayar metadon dan alasan lain adalah jangkauan jarak pelayanan yang terlalu jauh dengan tempat tinggal. Pengaruh antara dosis dengan retensi tidak menunjukkan hasil yang bermakna.
Pengaruh dosis terlewatkan jika dihubungkan dengan metode pemberian dosis metadon bawa pulang maka terdapat pengaruh yang bermakna dengan nilai p= 0, 027. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Susilowati, (2013) bahwa adanya pengaruh pemberian dosis bawa dengan retensi dan kepatuhan pasien dalam terapi serta cenderung lebih lama bertahan dalam terapi.
Penetian lain juga menemukan bahwa dosis yang diberikan secara THD akan meningkatkan angka retensi (Huissoud , 2012).
4.6 Pengaruh Penggunaan Obat Lain terhadap Retensi Pasien PTRM
Kombinasi penggunaan obat lain pada pasien yang mengikuti PTRM adalah penggunaan obat antivirus HCV pada pasien yang mengalami koinfeksi HIV dan hepatitis C. Sebanyak 5 pasien yang mengikuti PTRM juga menggunaan terapi obat antivirus HCV dan 1 pasien menggunakan obat obat antituberculosis (OAT). Tidak terdapat pengaruh yang bermakna penggunaan obat lain terhadap retensi.
4.7 Pengaruh Penggunaan Zat lain Terhadap Retensi
Berdasarkan penelitian ditemukan pada pasien yang dapat bertahan pada PRTM hingga oktober 2017 sebesar 39 orang dengan persentase penggunaan zat lain pada pasien terbesar adalah golongan benzodiazepin sebanyak 25 pasien (64,1
%) dan zat lain dapat dilihat pada (Tabel 4.2 dan Gambar 4.1).
Tabel 4.2 Persentase penggunaan zat lain Jenis Zat Persentase (%)
AMP 38,5
MET 20,5
THC 20,5
BZO 64,1
Gambar 4.1 Grafik penggunaan zat lain pada pasien PTRM
. Merujuk pada penelitian yang dilakukan oleh Lee at al (2012) di Taiwan bahwa persentase terbesar jumlah pasien yang mengggunkan obat (zat lain) secara bersamaan pada PTRM adalah golongan benzodiazepin. Penggunaan bersamaan benzodiazepin dosis rendah hingga sedang masih dimungkinkan tetapi perlu diwaspadai peningkatan rasa kantuk dan berkurangnya kinerja psikomotor.
Penggunaan benzodiazepin dosis tinggi merupakan faktor risiko terhadap
Penggunaan metadon bersamaan dengan benzodiazepin juga dapat meningkatkan efek sedasi dan depresi pernafasan dan kemungkinan meningkatkan efek opioid (Ferrari, et al., 2004).
Dari penelitian yang dilakukan tidak tidak terdapat pengaruh antara dosis dengan jumlah penggunaan zat lain yang lain yang digunakan pasien PTRM, jumlah penggunaan dari ke empat zat (Metamfetamin/MET, Amfetamin/MET, Tetrahidrocannabinol/THC, dan Benzodiazepin/BZO) Tabel 4.3
Tabel 4.3 Jumlah penggunaan zat lain
jumlah zat yg digunakan
Total tidak ada menggunakan zat
lain 1-2 zat 3-4 zat
Dosis < 60mg 7 10 3 20
> 60mg 5 10 4 19
Total 12 20 7 39
Penelitian yang dilakukan di Australia dan Swiss ditemukan penggunaan benzodiazepin pada pasien PTRM masing-masing 36,4% dan 46,0%. Golongan benzodiazepin yang paling sering digunakan adalah oxazepan, alprazolam, clonazepam, clorazepam, lorazepam, bromazepam, midazolam, diazepam, flurazepam dan triazolam (Eur, 2009). Penelitian Heikman, et al., 2017 penyalahgunaan zat lain (poly drug) adalah golongan benzodiazepin (48,3%).
Benzodiazepin merupakan obat psikoaktif yang digunakan untuk pengobatan ansietas dan gangguan tidur. Kegunaan lain dalam dosis rendah sampai sedang adalah sebagai ansiolitik, sedatif hipnotik, antikonvulsan, dan relaksan otot (Chouinard, 2004).
Penggunaan dan penyalahgunaan benzodiazepin pada pasien yang mengikuti PTRM dari 191 pasien melaporkan bahwa 47% pasien menggunakan benzodiazepin, dan 39,8% di antaranya menggunakan tanpa resep. Dalam PTRM peresepan obat benzodiazepin digunakan untuk gangguan mental, masalah kecemasan sebelum menggunakan opioid (Chen, et al., 2011).
Berbagai alasan pasien memulai menyalahgunaan benzodiazepin pada PTRM adalah 46,6% dengan alasan rasa ingin mengetahui; 41,1% alasan untuk menenangkan dari kecemasan; dan 37% beralasan adalah agar merasa lebih baik (Chen, et al., 2011).
Berdasarkan hasil pemeriksaan zat lain pada drug urine screen pada pasien yang mengikuti PTRM di RSUP H. Adam Malik Medan diperoleh bahwa persentase pasien yang menggunakan amfetamin sebesar 38,5%; metamfetamin 20,0%; dan THC (Tetrahydrocannabinol) sebanyak 20,0%. Penelitian yang dilakukan oleh Lee, at al., 2012 dari 85 pasien dketahui bahwa 56 orang (65,9%) menggunakan amfetamin bersamaan dalam PTRM..
Penyalahgunaan zat lain pada pasien yang mengikuti program terapi rumatan metadon di University Central Hospital Psychiatry, dari data analisis urin dengan metode LC-TOFMS ditemukan bahwa 41,7% pasien juga menggunakan amfetamin; sebesar 3,3% menggunakan metamfetamin dan cannabis sebanyak 30,0% (Heikman, et al., 2017).
Penelitian yang dilakukan oleh Eur, 2009 di Australia dan Swiss didalam plasma pasien PTRM menggunakan THC 45,5% dan 56,8%. Jumlah penggunaan obat ilegal pada pasien PTRM sebesar 40% di antaranya pasien yang menggunakan marijuana sebesar 21%, amfetamin 12% dan metamfetamin
sebanyak 3% (Johnson, et al., 2013). Dari data primer yang diperoleh, dari 24 orang mengatakan alasan menyalahgunakan ipioid lain adalah karena masih tersugesti, dan 13 orang beralasan karena diajak teman. Dari penelitian yang dilakuakan Chen, et al., 2011 berbagai alasan pasien memulai menyalahgunaan opioid lain pada PTRM adalah 46,6% dengan alasan rasa ingin mengetahui;
41,1% alasan untuk menenangkan dari kecemasan; dan 37% beralasan adalah agar merasa lebih baik
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan pengamatan selama penelitian dan pembahasan dapat di simpulkan bahwa:
a. Dosis rata-rata rumatan terkecil dalam fase rumatan 47,9mg dengan kisaran 1-165 mg; dosis rata-rata rumatan terbesar adalah 1-165,0 mg dengan kisaran 2-185 mg. Pengaruh dosis rumatan terbesar menunjukkan pengaruh yang bermakna terhadap retensi dengan nilai p =0,015.
b. Pengaruh dosis terlewatkan terhadap retensi tidak menunjukkan hasil yang bermakna akan tetapi ditemukan pemberian metadon dosis bawa puang terdapat pengaruh yang bermakna dengan nilai p =0, 027.
c. Penggunaan obat dan zat-zat lain selama PTRM yaitu BZO (64,1%), AMP (38,5%), MET (20,5%), dan THC (20,5%). Tidak terdapat pengaruh yang bermakna antara pengggunaan zat lain terhadap retensi dengan nilai ( BZO p=0.389; AMP p= 0.360; MET p= 0.195 dan THC p=0.470 ).
5.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas disusulkan agar dilakukannya :
a) Kelemahan penelitian ini belum membahas berdasarkan kelompok komplikasi sehingga perlu untuk dikaji kembali.
b) penelitian prospektif terkait dosis metadon dengan jangka waktu pengamatan yang lebih panjang.
DAFTAR PUSTAKA
Annies, NI. (2014). Evaluasi Program Terapi Rumatan Metadon Bagi Pecandu Heroin di Puskesmas Kecamatan Tebet. UIN Jakarta.
Association of Southeast Asian Nations (ASEAN) – USAID. (2007). Managing Opioid Dependence: Treatment and Care for HIV Positive Injecting Drug Users, Jakarta: ASEAN Secretariat
Badan Narkotika Nasional (2010) 3,6 Juta Warga Indonesia Gunakan Narkoba. Http://www.BNN.go.id
Badan Narkotika Nasional Republik Indonesia. (2006). Pedoman Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba Bagi Pemuda. Jakarta
Badan Narkotika Nasional Republik Indonesia. (2004). Pedoman Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba Bagi Pemuda. Jakarta.
Ball JC, Lange WR, Myers CP, Friedman SR. (1988). Reducing the risk of AIDS through methadone maintenance treatment. Harwood academic publisher:
Amsterdam.
Bell,J dan Zador,D. (2000). A risk-benefit Analysis of methadone maintenance treatment. [Abstract]. Drug Saf: 22(3): 179-190.
Birkitt, DJ, (1999). Drug Interactions with Methadone: Pharmacokinetics, Proceedings of expert workshop on the induction and stabilization of Patients on methadone. www.australiansplantauthorithy.gov.au.
Discussion Paper
Chen, WK., Berger,CC., Forde, DP., Adamo, DC., Weintrub, E., and Gandhi,D., (2011). Benzodiazepine use and misuse among patient in a methadone program. BMC Psychiatry. Biomed Central
Chouinard,G. (2004). Issues in the clinical use of the benzodiazepines potency.
Withdrawal ang rebound. Eur Neuropsychopharmacol
Dazord A, Mino A, Page D, dan Broers B. (1998). Patients on methadone maintenance treatment in Geneva. [Abstrak].Eur Psychiatry: 13: 235-241 Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2006). Keputusan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor 494/Menkes/SK/ VII/ 2006 tentang Penetapan Rumah Sakit dan Satelit Uji Coba Pelayanan Terapi Rumatan Metadon serta Pedoman Program Terapi Metadon. Depkes RI: Jakarta.
Departemen Kesehatan RI, (2004). Perilaku Penggunaaan Terapi Rumatan Metadon. Jakarta.
Depertemen Kesehatan, (2007). Modul dan Kurikulum Program Terapi Rumatan Metadon. Jakarta.
Departemen Kesehatan. (2010). Jumlah Kumulatif AIDS di Indonesia 18.442 Kasus Http://www. Depkes,go.id/.
Depkes, (2009). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2006). Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 567/Menkes/SK/VIII/2006 tanggal 2 Agustus 2006. Pedoman Pelaksanaan Pengurangan Dampak Buruk Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif (Napza)
Dianawati, A (2014). Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Retensi Pasien Program Terapi Rumatan Metadon ( PTRM ) Pada Puskesmas Kecamatan Di Jakarta. Fakultas Kedokteran.Universitas Gadjah Mada :Yogyakarta Dilla A, Ridwan A, Ansariadi . (2014). Relationship Between Behavioral Factors
With Retention Of Patient Methadone Maintenance Treatment Program In Kassi-Kassi Health Center. Bagian Epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin
Drake S,Swift W,Hall W, dan Ross M. (1993). Drug use, HIV risk-taking and psychological correlates of benzodiazepine use among methadone maintenance clients.[Abstrak]. Drug Alcohol Depend: 34: 67-70.
Duma, (2012). Hubungan Pengetahuan, Sikap Dan Dukungan Keluarga Pengguna Narkoba Suntik Dengan Kepatuhan Berobat Ke Klinik Program Terapi Rumatan Metadon (Ptrm) Di Puskesmas Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang. Universitas Sumatera Utara.
Edward, SH.et al (2003). Clinical Guidlines ang procedures for the use of methadone in the maintenence treatment of opioid dependence. Australian Government departement of health and ageing canberra.
Eunike Oktariana Depari, (2013). Dukungan Keluarga Dalam Pengobatan Pasien Rumatan Metadon Di Rsup H. Adam Malik Medan : Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara 2013
Eur, JC., Hallinan,R., Crettol,S., Agho,K., et al.,(2009). Cannabis and Benzodiazepines as determinants of methadone trough plasma concentration variability in maintenence treatment: a transnational study.
Pharmacokinetics and disposition
Fathollahi, SM., Torka, F., Najmeddin, N., and Rezaeian, M., (2016). Predictor Of One Year Retention In Methadone Maintenence Treatment (MMT) In Iran, Rafsanja. Zahedan university of medical sciences
Ferrari, A., Coccia, RPC., Bertolini, A., and Sternieri, E (2004). Methadone-Metabolism, Pharmacokinetics And Interaction. Section of toxicology and clinical pharmacology. University of modena and reggio emelia. Elsevier.
Pharmacologycal research
Hanasah N. (2010). Pengaruh obat Antiretroviral Lini Pertama Terhadap Dosis Metadon Pasien program terapi rumatan metadon di RSKO dan RSUP Fatmawati periode 2003-2009. FMIPA UI.
Hawari, D. (2002). Stress, Depresi dan Cemas. Jakarta, EGC : Halaman 39
Heikman, KP., Mohenen, HL., and Ojanpera, AL., (2017). Polydrug abuse among opioid maintenence treatment patients is related to inadequate dose of maintenence treatment medicine. BMC Psichiatry. BioMed
Huissod, T, Rousson, V, & Arber, FD, (2012). „Methadone Treatments in a Swiss Region, 2001-2008: a registry based analysis‟, BMC Psychiatry, 12
Humeniuk R, Ali R, White J, Hall W, dan Farrell M. (2000). Proceedings of Expert Workshop on the induction and Stabilisasation Onto methadone.
Monograph series No. 39. Commonwealth Department of Health and Aged Care: Adelaide, South Australia. Department of Health and Aged Care:Adelaide,SouthAustralia.(http://www.pherp.health.gov.au/internet/m ain/publishing.nsf/Content/87AFC56E26122571CA2570370007714F/$Fil e/mono39.pdf) didownload tanggal 27 januari 2017 McEvoy GK.(2004).
AHFS Drug Information 2004. Amer Soc of Health System
Hubbard R, Craddock S, Flynn P, Anderson J, dan Etheridge RM. (1997).
Overview of one-year follow up outcomes in the Drug Abuse Treatment Outcome Study (DATOS). Psychol Addict Behav. [Abstrak]. 11(4): 261-278.
Jenkins, AJ. Edward J. dan Cone, (1998). Pharmacokinetics: Drug Absorbstion, Distribution, and Elimination. Karch, S.B and William Meil, ed. .In Drug Abused Hand Book, Florida: CRC Press LLC.
Jiang H., Han Y., Du J.,et al . (2014). Faktor Associated With One Year Retention To Methadone Maintenence Treatment Program Among Patient With Heroin Dependence In China. Substance Abuse Treatment, Prevention And Policy.
Jonhnson,WK., Shamblen,RS., Couser, WM., Young, L., Abadi, HM., (2013).
Drug Use And Treatment Success Among Gang An Non Gang Member In El Salvador : A Prospective Cohor Study. Substance Abuse Treatment Prevention and Policy
Joseph, H., Stancliff S, dan Langrod,J. (2000). Methadone, Maintenance Treatment (MMT). A review of Historical and Clinical issues. [Abstrak].
Mt Sinai J Med. 67(5-6): 347-364.
Kementerian Koordinator bidang Kesejahteraan Rakyat Republik Indonesia.
(2007). Peraturan Menteri Koordinator bidang Kesejahteraan Rakyat Republik Indonesia Nomor 02/Per/Menko/Kesra/I/2007 tentang Kebijakan Nasional Penanggulangan HIV dan AIDS melalui pengurangan Dampak Buruk Penggunaan NAPZA suntik.
Kosten, Thomas R. and P. George. (2002). The Neurobiology of Opiod Dependence : Implication for Treatment, Research Reviews -The Neurobiology of Opioid Dependence.
Kristensen K, Christensen CB, dan Christrup L L. (1995). The μ1, μ2, δ, χ opioid receptor binding profiles of methadone stereoisomers and morphine.[abstract]. Life Sci : 56: 45-50.
Kristensen K, Christensen CB, dan Christrup LL. (1995). The μ1, μ2, δ, χ opioid receptor binding profiles of methadone stereoisomers and morphine.[abstract]. LifeSci : 56: 45-50.
Lee FJ., Lo MS., Chang HY., Lee SY., Lu RB. (2017). Faktor Associated Eith Retention In A Methadone Maintenence Treatment Program In Heroin-Dependent Han Chinese In Taiwan. Neuropsychiatry .London
Lee,YH.,Li, HJ., Wu,TL,. Wu, SJ., Yen, FC., and Tang, PH , (2012). Survey Of Methadone –Drug Interaction Among Patients Of Methadone Maintenence Treatment Program In Taiwan. Substance abuse treatment, prevention, and policy. Biomed Central
Liu, E, Liang, T, Shen, L, Zhong, H, & Wang, B, 2009, „Correlates of Methadone Client Retention: A Prospective Cohort Study in Guizhou Province, China‟. NIH Public Access.
Luscher, Christian, (2007), Drug of Abuse. In Basic & Clinical Pharmacology, 10th ed., Katzung BG. Ed., New York: McGraw-Hill Company, 2007.
Mahmood SF.,Fateme .,Hamid N., and Mohsen R. (2016). Predictor of One Years Retention in Methadone Maintenence Treatment (MMT) in Iran, Rafsanja.
High Risk Behav Addict Iran
Menkes, (2015). Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Jiwa (Psikiatri).
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor HK.02.02/MENKES/73/2015. Jakarta
Menkes RI. (1979). Farmakope Indonesia Edisi III. Departemen Kesehatan RI:
Jakarta. Halaman 975.
Metzger DS, Woody GE, McLellan AT, O‟Brien CP, Druley P, et al. (1993).
Human Immunodeficiency virus seroconversion among intravenous drug users in and out of treatment: an 18 month prospective follow up. J Acquir Immune Defic Syndr.6(9): 1049-1056
Mohamad, N, Hidayah, N, Musa, N, Talib, N, and Ismail, R, (2010). „Better Retention of Malaysian Opiate Dependents Treated with High Dose Methadone in Methadone Maintenance Therapy‟, Harm Reduction Journal National Treatment Agency for Substance Misuse (2005). Methadone Dose and
Methadone Maintenance treatment.
National Institute of Health/ NIH (2009). Principles of Drug Addiction Treatment
A research based guide. Second edition.
(http://www.drugabuse.gov/PDF/PODAT/PODAT.pdf).
New South Wales Departement of Health/NSW. (2006). New South Wales Opioid Treatment Program Guidelines: Clinical Studies for Methadone and
Buphrenorphine treatment of opioid
dependence.(http://www.health.nsw.gov.au/policies/gl/2006/pdf/GL2006_
019.pdf) didownload tanggal 18 Januari 2017
Novick, DM. (2000). The impact of Hepatitis C Virus Infection on Methadone Maintenance Treatment. The Mount Sinai Journal of Medicine,
Novick, DM. (2000). The impact of Hepatitis C Virus Infection on Methadone Maintenance Treatment. The Mount Sinai Journal of Medicine,