BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.8 Program Terapi Rumatan Metadon (PTRM)
Metadon mengurangi masalah terkait d e n g a n ketergantungan opioid karena karakteristik farmakologinya yang memungkinkan pasien beprilaku secara normal. Pemberian yang teratur metadon dengan dosis yang konsisten akan menghasilkan kondisi stabil (NSW, 2006). Metadon memiliki karakteristik farmakologi yang menguntungkan, yaitu:
a. absorbsi yang baik secara oral tanpa menimbulkan intoksikasi yang cepat
b. bersifat toleransi silang dengan heroin, menghilangkan putus heroin dan mengurangi penggunaan heroin
c. memiliki waktu paruh yang panjang dibandingkan heroin, sehingga pemberian dosis tunggal dapat memelihara kadar dalam darah.
Prinsip terapi pada PTRM adalah start low go slow aim high, artinya dimulai dosis rendah adalah aman, peningkatan dosis perlahan adalah aman, dan dosis rumatan yang tinggi adalah lebih efektif (Depkes, 2013).
2.8.2 Pengertian Terapi Rumatan Metadon
Terapi rumatan Metadon merupakan salah satu terapi pengganti opiat (Opiate Replacement Therapy) yang diperlukan bagi pecandu opiat untuk mengendalikan perilaku ketergantungannya dan juga sebagai salah satu upaya pengurangan dampak buruk penularan HIV/AIDS (Depkes, 2013).
Terapi metadon sebagai terapi substitusi pengganti adiksi opioid pengguna narkoba suntik berbentuk cair yang penggunaannya dilakukan dengan cara diminum (BNN, 2008). Metadon dipilih sebagai terapi substitusi utama karena memiliki efek menyerupai morfin dan kokain dengan masa kerja yang lebih panjang sehingga dapat diberikan satu kali sehari dan penggunaannya dengan cara diminum. Efek yang ditimbulkan metadon mirip dengan yang ditimbulkan heroin, namun efek “fly”-nya tidak senikmat biasanya pada metadon, sifat ketergantungannya tidak seburuk heroin dan gejala putus obatnya tidak seberat heroin (Depkes, 2013).
Terapi substitusi opioid merupakan bentuk intervensi yang dianggap efektif, evidence-based, sangat direkomendasikan oleh WHO dan badan persatuan bangsa–bangsa (PBB) untuk mencegah penyebaran HIV dan menangani
ketergantungan opioid. Intervensi yang dilakukan meliputi pemberian opioid dengan durasi kerja panjang pada pasien ketergantungan opioid, biasanya diberikan non-parenteral, untuk tujuan terapetik mencegah atau secara substansial mengurangi injeksi opioid terlarang seperti heroin (WHO, 2008).
Terapi rumatan adalah pendekatan jangka panjang yang memberikan kesempatan kepada pasien untuk kembali memasuki kehidupan sosial yang normal. Melalui pengontrolan craving dan penggunaan opioid, terapi ini memungkinkan terjadi pemulihan kondisi medik secara perlahan (ASEAN- USAID, 2007).
Terapi substitusi rumatan lebih efektif dibandingkan terapi putus obat atau terapi antagonis untuk menurunkan penggunaan NAPZA dan mempertahankan pasien agar tetap dalam terapi untuk menurunkan penggunaan opioid dan retensi yang lebih lama (WHO, 2008).
Terapi rumatan metadon telah diperkenalkan oleh Dole dan Nyswander untuk menghilangkan gejala putus zat heroin pada pasien ketergantungan opioid hampir 40 tahun yang lalu (Jamieson, et al., 2002). Estimasi pengguna heroin di Amerika Serikat menurut laporan IOM (Institute of Medicine) 500,000 sampai 1,000,000 orang atau lebih, tetapi hanya 18-36% dari pengguna heroin yang mengikuti terapi rumatan metadon. Terapi rumatan metadon National Institute of Health, dikenal sebagai terapi yang paling efektif pada penanganan
ketergantungan heroin (Joseph, et al., 2000).
Terapi metadon umumnya hanya diselengarakan pada rumah sakit/klinik khusus (misalnya pada klinik rumatan metadon). Program terapi khusus ini menawarkan obat opioid sintetik kerja jangka panjang yaitu metadon dengan dosis
yang cukup untuk mencegah gejala putus zat opioid sehingga memblok efek penggunaan opioid ilegal dan menurunkan kebutuhan opioid (NIH, 2009).
2.8.3 Tujuan Terapi Metadon
Penggunaan metadon bertujuan untuk mengurangi penggunaan narkoba suntik, sehingga jumlah penyebaran HIV/AIDS berkurang, selain itu metadon juga dapat meningkatkan fungsi psikologis dan sosial, mengurangi risiko kematian dini, mengurangi tindak kriminal karena tingkat kecanduan yang dapat menyebabkan seorang pengguna menghalalkan berbagai macam cara untuk mendapatkan narkoba misalnya dengan mencuri atau merampok dapat ditekan, selain itu metadon juga bertujuan untuk mengurangi dampak buruk akibat penyalahgunaan narkoba itu sendiri (Duma, 2012).
Menurut Keputusan Menteri Kesehatan No. 567 Tahun 2006 mengenai Pedoman Pelaksanaan Pengurangan Dampak Buruk Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif (NAPZA) menyatakan bahwa tujuan dari Terapi Rumatan Metadon adalah :
a. menghentikan penggunaan napza
b. meningkatkan kesehatan pengguna NAPZA dengan menyediakan dan memberikan terapi ketergantungan NAPZA serta perawatan kesehatan umum.
c. memberi ruang untuk menangani berbagai masalah lain di dalam hidupnya dan menciptakan jeda waktu dari siklus harian untuk membeli dan menggunakan NAPZA.
d. meningkatkan kualitas hidup pengguna NAPZA suntik baik secara psikologis, medis, dan maupun sosial.
e. menurunkan angka kematian karena overdose dan menurunkan angka kriminalitas.
2.8.4 Manfaat Terapi Metadon
Berbagai macam manfaat terapi metadon di antaranya metadon dapat mengembalikan kehidupan pengguna agar mendekati kehidupan normal, pasien yang menggunakan metadon dapat selalu terjangkau oleh petugas karena pemakaian metadon yang digunakan secara oral atau diminum langsung di depan petugas, pasien berhenti/mengurangi menggunakan heroin, pasien berhenti/mengurangi menggunakan jarum suntik serta meningkatkan kesehatan fisik, dan status gizi karena pola hidupnya teratur; metadon juga dapat membuat hubungan antara pasien dan keluarga menjadi lebih baik dan stabil; masa kerja metadon lebih panjang dibandingkan dengan heroin atau putaw, harga metadon tidak mahal atau murah dibandingkan dengan heroin dan putaw, metadon bersifat legal sehingga pasien tidak merasa takut tertangkap oleh polisi, dan metadon juga dapat diikuti dan disertai konseling, perawatan medis, dan pertolongan lain (Duma, 2012).
Upaya mengurangi dampak buruk penggunaan narkoba (harm reduction) terdiri dari beberapa kegiatan, salah satunya adalah program terapi substitusi.
Salah satu program terapi substitusi ini adalah program terapi metadon.
Berdasarkan hasil uji coba PTRM di RS Sanglah dan Rumah Sakit Ketergantungan Obat (RSKO), diperoleh hasil yang positif yaitu perbaikan kualitas hidup dari segi fisik, psikologi, hubungan sosial dan lingkungan, penurunan angka kriminalitas, penurunan depresi dan perbaikan kembali ke aktivitas sebagai anggota masyarakat (Depkes, 2007).
2.8.5 Keefektifan Terapi Rumatan Metadon
Keefektifan terapi rumatan metadon akan dipaparkan sebagai berikut : a. angka kematian menurun; pasien dalam terapi rumatan metadon selama 1 tahun
hanya menghasilkan 1% kematian dibandingkan dengan pasien yang tidak mengikuti terapi ini kurang dari 1 tahun sebesar 8%
b. penyebaran HIV; pasien yang tidak mengikuti terapi rumatan metadon pada pengamatan selama 18 bulan, memiliki peluang lebih besar terinfeksi HIV daripada pasien yang mengikuti terapi rumatan metadon.
c. penyebaran virus HCV; penelitian sebelumnya mengindikasikan bahwa penasun yang menjalani PTRM dan tidak mengkonsumsi obat-obat lain serta alkohol, dapat terhidar dari infeksi HCV.
d. angka kriminalitas menurun; angka kriminalitas pasien ketergantungan narkotik menurun dari 35% menjadi 9% setelah menjalani terapi metadon selama 30 hari.
e. penggunaan obat-obat ilegal menurun; penelitian hasil keluaran terapi ketergantungan obat pada pasien terapi rumatan metadon, memperlihatkan bahwa terjadinya penurunan penggunaan obat ilegal dari 89% menjadi 28%.
f. memperbaiki fungsi sosial dan kualitas hidup; penelitian sebelumnya menyatakan bahwa 12 dari 17 pasien yang menggunakan terapi metadon selama kurang lebih 2 tahun tidak kembali menggunakan obat lain.
Sepuluh orang diantaranya kembali bekerja dan dua orang lainnya dapat kembali melanjutkan pendidikannya. Kualitas hidup mengalami perbaikan setelah pasien 1 tahun menjalani terapi.
g. menurunkan perilaku injeksi; terapi rumatan metadon dapat menurunkan kebiasaan injeksi, sebesar 36% pada bulan pertama terapi (Bell, et al., 2000).
2.8.6 Resiko Terapi Rumatan Metadon
Berbagai risiko yang terjadi dalam terapi rumatan metadon seperti di paparkan di bawah ini:
a. overdosis pada fase induksi
Metadon diketahui dapat bersifat fatal terhadap individu yang tidak toleran terhadap dosis terapi rumatan metadon, sehingga sangat penting untuk memastikan bahwa pasien tidak mengkonsumsi dosis lebih dari yang
diresepkan, khususnya pada awal terapi.
b. kecelakaan berupa keracunan pada anak-anak
Metadon sebaiknya dijauhkan dari jangkauan anak-anak pada pemberian take home doses.
c. penyimpangan dosis yang diterima pada pemberian take home dose sebaiknya hanya diperuntukkan pada pasien-pasien yang memiliki respon baik terhadap terapi untuk menghindari penyimpangan terhadap dosis yang diterima pasien.
2.8.7 Fase dalam terapi rumatan metadon Tahapan dalam terapi rumatan metadon a. fase induksi/ tahap inisiasi
Dosis awal yang dianjurkan adalah 15-30 mg untuk tiga hari pertama.
Kematian sering terjadi bila dosis awal melebihi 40 mg. Pasien harus diobservasi 45 menit setelah pemberian dosis awal untuk memantau tanda-tanda toksisitas atau gejala putus obat. Dosis akan dimodifikasi sesuai dengan keadaan, jika terdapat intoksikasi atau gejala putus obat berat.
Estimasi yang terlalu tinggi tentang toleransi pasien terhadap opiat dapat berakibat toksik akibat dosis tunggal, serta kemungkinan pasien dalam keadaan toksik akibat akumulasi metadon karena waktu paruhnya panjang. Estimasi toleransi pasien terhadap metado yang terlalu rendah menyebabkan risiko pasien untuk menggunakan opiat ilegal lebih besar akibat kadar metadon dalam darah rendah, dan akan memperpanjang gejala obat maupun periode stabilisasi.
Metadon harus diberikan dalam bentuk cair dan diencerkan sampai 100cc dengan larutan sirup. Pasien harus hadir setiap hari di klinik metado sesuai resep dokter, akan diberikan oleh tenaga teknis kefarmasian atau perawat yang diberi wewenang oleh apoteker penanggung jawab. Pasien harus segera menelan metadon tersebut di hadapan petugas PTRM. Petugas PTRM akan memberikan segelas air minum. Setelah diminum, petugas akan meminta pasien menyebutkan namanya atau mengatakan sesuatu yang lain untuk memastikan bahwa metadon telah ditelan. Pasien harus menandatangani buku yang tersedia, sebagai bukti bahwa ia telah menerima dosis metadon hari itu.
b. fase stabilisasi
Fase stabilisasi bertujuan untuk menaikkan perlahan-lahan dosis dari dosis awal sehingga memasuki fase rumatan. Pada fase ini risiko intoksikasi dan overdosis cukup tinggi pada 10-14 hari pertama. Dosis yang direkomendasikan
pada fase ini adalah dosis awal dinaikkan 5-10 mg tiap 3-5 hari. Hal ini bertujuan untuk melihat efek dosis yang sedang diberikan. Total kenaikan dosis tiap minggu tidak boleh lebih 30 mg, namun apabila pasien masih menggunakan heroin maka dosis metadon perlu ditingkatkan. Kadar metadon dalam darah akan terus meningkat selama 5 hari setelah dosis awal atau penambahan dosis. Waktu paruh
metadon cukup panjang yaitu 24 jam, sehingga bila dilakukan penambahan dosis setiap hari akan berbahaya akibat akumulasi, sehingga penambahan dosis dilakukan setiap 3-5 hari. Selama minggu pertama tahap stabilisasi pasien harus datang setiap hari ke klinik atau bilamana perlu dirawat di rumah sakit untuk diamati secara cermat oleh profesional medis terhadap efek metadon (untuk memperkecil kemungkinan overdosis dan penilaian selanjutnya) (Depkes, 2013).
c. fase rumatan
Dosis rumatan rata-rata adalah 60-120 mg per hari. Dosis rumatan harus dipantau dan disesuaikan setiap hari secara teratur tergantung keadaan pasien.
Selain itu banyak pengaruh sosial lainnya yang menjadi pertimbangan penyesuaian dosis. Fase ini dapat berjalan selama bertahun-tahun sampai perilaku stabil, baik dalam bidang pekerjaan, emosi dan kehidupan sosial (The College of Phycisians and Surgeon of Ontaria, 2005).