• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.9 Retensi

Penanganan penyakit kronik dan pencegahan relaps pada terapi jangka panjang merupakan strategi yang paling efektif dan diperlukan untuk mengatasi ketergantungan obat (UNDOC, 2008). Menurut Ward, et al.,1988 terdapat dua outcome yang memiliki relevansi terhadap efektifitas terapi rumatan metadon, yaitu retensi dan penurunan penggunaan heroin. Retensi merupakan suatu indikator berfungsinya suatu program rumatan.

Hasil penelitian yang dilakukan di Inggris dan Amerika Serikat menunjukkan bahwa terjadi peningkatan outcome terapi yang bermakna pada pasien yang tetap dalam PTRM selama paling tidak satu tahun (yaitu

penurunan injeksi dan pengugunaan heroin) (NHS, 2004). Terapi metadon jangka panjang menunjukkan hasil yang lebih efektif dibandingkan terapi jangka pendek.

Menurut Ward, et al., 1998 terapi rumatan metadon memiliki pendekatan jangka pendek hanya sesuai untuk sebagian kecil pasien yang ketergantungan opioid, terutama pasien yang memiliki riwayat ketergantungan opioid jangka pendek dan memiliki akses terhadap sumber daya sosial dan psikologikal yang bermakna.

Rekomendasi untuk meningkatkan retensi pasien adalah, membantu pasien untuk tetap dalam terapi; membangun hubungan antara pasien dan petugas kesehatan yang baik; respon terhadap pelayanan yang diperlukan pasien;

memberikan dosis yang tepat (NTA, 2005).

Berbagai penelitian menunjukkan bahwa semakin lama pasien berada dalam terapi rumatan metadon semakin besar terjadi perubahan perilaku dan gaya hidup dan memiliki kesempatan yang lebih besar untuk tidak kembali menggunakan opioid. Jika terapi dihentikan, penelitian menujukkan sebagian besar pasien akan mengalami relaps dalam satu tahun pertama setelah meninggalkan terapi (Ward, et.al., 1998). Dua jenis prediktor retensi yaitu karakteristik pasien dan karakteristik terapi. Berikut adalah karakteristik pasien yang mempengaruhi retensi:

a. usia ; berbagai penelitian mengkonfirmasi hubungan antara usia yang lebih tua dan waktu retensi yang lebih lama.

b. jenis kelamin; masih terdapat perbedaan antara berbagai hasil penelitian mengenai pengaruh jenis kelamin terhadap retensi, sebagian

menyebutkan jenis kelamin bukanlah prediktor retensi, sedangkan sebagian menyebutkan laki-laki cenderung meninggalkan terapi lebih cepat dibandingkan perempuan.

c. riwayat kriminal; pasien yang memiliki riwayat kriminal ekstensif memiliki persoalan untuk tetap dalam terapi.

d. riwayat penggunaan opioid; pasien dengan riwayat penggunaan opioid yang lama dan intensif sangat besar kemungkinan relaps setelah meninggalkan terapi.

e. Penyesuaian psikologikal; terdapat hubungan antara gejala psikopatologi yang parah dengan retensi

f. pekerjaan; riwayat pekerjaan sangat terkait dengan lamanya retensi dan outcome yang lebih baik setelah meninggalkan terapi

g. tinggal dengan keluarga/partner; terdapat kecenderungan bahwa pasien yang menyelesaikan terapi adalah pasien yang tinggal dengan keluarga.

h. penggunaan alkohol; penggunaan alkohol yang tinggi berhubungan dengan retensi negatif.

i. penggunaan obat-obat lain (multidrug); pasien yang hanya menggunakan opioid cenderung bertahan dalam terapi rumatan metadon.

j. motivasi dan ekspektasi terhadap terapi; motivasi untuk berubah adalah variabel penting untuk memprediksi outcome terapi.

Karakteristik terapi yang mempengaruhi retensi pasien akan dipaparkan berikut ini:

a. dosis metadon; dosis metadon merupakan prediktor retensi.

b. filosofi terapi; program rumatan jangka pendek cenderung kurang sukses dalam penyelesaian terapi, lebih banyak gagal mempertahankan pasien tetap dalam terapi sehingga mengubah perilaku pasien.

c. pelayanan tambahan; pelayanan medik, psikologis dan kondisi keuangan pasien selama terapi erat kaitannya dengan peningkatan retensi

d. aksesibilitas klinik; kemudahan mencapai lokasi terapi dan waktu layanan yang tersedia cenderung mempengaruhi retensi

e. biaya terapi; pasien pada terapi gratis memiliki retensi lebih kecil dibandingkan pasien yang harus membayar

f. dosis bawa pulang; pemberian dosis bawa pulang erat kaitannya dengan peningkatan retensi.

Menurut Ward, et al., 1998 durasi optimum rumatan metadon adalah sepanjang pasien merasakan manfaat konsumsi metadon setiap hari, dan mengingat ketergantungan heroin adalah kondisi yang kronik.

2.9 Kerangka Teori

Masalah gangguan penggunaan Napza suntikan menjadi salah satu media penularan utama HIV di Indonesia sejak Tahun 1999. Pecandu opiat umumnya menggunakan heroin dan sebagian besar menggunakan suntikan yang tidak aman, (Permenkes, 2013). Pengurangan dampak buruk penggunaan opiat dengan cara suntik, diperlukan intervensi pengurangan dampak buruk (harm reduction). Salah satu pendekatan yaitu program terapi rumatan dengan memberikan Metadona dalam sediaan cair, yang dikenal dengan nama Program Terapi Rumatan

putus obat – cemas, kramp otot, menggigil dan lainnya.

(George, 2002).

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitian

Pengambilan data dilakukan secara retrospektif dan prospektif terhadap pasien yang mengikuti program terapi rumatan metadon di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan. Data yang diperoleh lalu dikumpulkan. Pengaruh antara dosis metadon fase rumatan dengan retensi terapi rumatan metadon selanjutnya diinvestigasi.

3.2 Tempat dan Jadwal Penelitian

Penelitian dilaksanakan di ruang Rawat Jalan Klinik Metadon Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan selama 1 (satu) bulan.

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah semua pasien rawat jalan yang menjalani PTRM periode November 2016 –Oktober 2017 di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan. Sampel dalam penelitian ini adalah semua pasien program terapi rumatan metadon yang memenuhi kriteria inklusi dan diamati.

3.4 Kriteria Inklusi

Kriteria inklusi dalam sampel penelitian ini adalah : a. Pasien pecandu opiat yang menjalani PTRM

b. Pasien pecandu opiat yang menerima terapi rumatan metadon untuk pertama kalinya di Rumah Sakit Umum Haji Adam Malik Medan.

3.5 Kriteria Eksklusi

Berdasarkan kriteria inklusi diatas, maka kriteria eksklusi dari penelitian ini adalah:

a. Pasien program terapi metadon yang memiliki data pengobatan tidak lengkap/

pasien pindahan/pasien transit.

b. Wanita hamil dan menyusui

3.6 Variabel Penelitian 3.6.1 Variabel Independen

Variabel independen dalam penelitian ini adalah :

a. Dosis Rumatan Terkecil: dosis metadon terkecil yang diterima pasien pada fase rumatan.

b. Dosis Terbesar: Dosis rumatan metadon terbesar yang diterima pasien pada fase rumatan.

3.6.2 Variabel Dependen

Berdasarkan variabel independen diatas, maka yang menjadi variabel dependen adalah Retensi, yaitu lamanya peserta dalam terapi dihitung dari hari pertama pasien mendapat metadon hingga keluar terapi atau hingga akhir batas pengambilan data.

3.6.3 Variabel Perancu

Berdasarkan variabel diatas, terdapat berbagai variabel perancu yang termasuk dalam penelitian ini yaitu:

a. Jenis kelamin; adalah jenis kelamin pasien yang mengikuti program terapi rumatan metadon yang tercantum dalam rekan medik pasien. Skala: Nominal

1.Perempuan 2.Laki- laki

b. Usia pasien; adalah usia pasien berdasarkan data yang tercantum dalam rekam medik. Skala: Ordinal

1. 25–35 tahun 2. > 35 tahun

c. Pendidikan; adalah jenjang pendidikan terakhir yang berhasil diselesaikan pasien berdasarkan data yang tercantum dalam rekam medik. Skala: Nominal

1. SD 3. SMU

2. SMP 4. Perguruan Tinggi

d. Pekerjaan; adalah kegiatan utama yang dilakukan pasien sehari-hari berdasarkan data primer. Skala: Nominal

1. Bekerja 2. Tidak bekerja

e. Status pernikahan; adalah status pernikahan pasien sesuai hukum agama dan hukum Negara berdasarkan data yang tercantum dalam rekam medik. Skala:

Nominal

1. Menikah 2. Belum menikah

3. Duda/Janda

f. Ras/Suku; adalah suku/ras pada pasien yang mengikuti program terapi rumatan metadon berdasarkan data yang tercantum dalam rekam medik. Skala : Nominal

1. suku batak 2. suku jawa 3. suku melayu 4. cina

5. padang

g. Jarak tempat tinggal; adalah tempat tinggal pasien berdasarkan data yang tercantum dalam rekam medik. Skala: Ordinal

1. 5-10 Km 2. 10-20 Km

` 3. > 20 Km

h. Riwayat dosis terlewat adalah catatan ketidakhadiran pasien di PTRM setiap harinya tanpa alasan. Skala: Ordinal

1.Tidak terdapat riwayat dosis terlewat 2. Dosis terlewat 1-5 kali

3. Dosis terlewat 5-10 kali

i. Pemeriksaan Urin; tes urin terhadap penggunaan obat (Urine Drug Screen) merupakan pemeriksaan objektif untuk mendeteksi adanya metabolit opiat dalam urin. Dipastikan bahwa urin yang diperiksa adalah urin dari pasien yang bersangkutan. Skala: nominal

1. Positif 2. Negatif

3.7 Definisi Operasional

Berdasarkan variabel penelitian diatas, maka berikut pemaparan definisi operasional :

a. terapi rumatan metadon adalah terapi jangka panjang menggunakan metadon, obat yang memiliki kerja yang sama atau serupa dengan zat yangmenyebabkan ketergantungan (heroin).

b. retensi adalah Lamanya peserta dalam terapi dihitung dari hari pertama pasien mendapat metadon hingga keluar dalam terapi PTRM .

c. opioid adalah istilah umum bagi alkaloid buah opium (misalnya Papaver somniferum), analog sintetiknya dan senyawa yang disintesis didalam tubuh, berinteraksi dengan reseptor yang sama, memiliki kapasitas menghilangkan rasa sakit, menyebabkan rasa senang (eforia).

d. fase inisiasi: periode terapi rumatan metadon dari hari pertama hingga minggu ke-2 (hari ke-14)

e. fase stabilsasi: periode terapi rumatan sejak minggu ke-3 hingga minggu ke 6 f. fase rumatan adalah periode terapi rumatan metadon setelah minggu ke-6 ( atau

setelah hari ke- 42)

g. dosis rumatan terkecil adalah dosis metadon terkecil yang diterima pasien pada fase rumatan dalam program terapi rumatan metadon.

h. dosis rumatan terbesar adalah dosis metadon terbesar yang diterima pasien pada fase rumatan dalam program terapi rumatan metadon.

i. dosis rumatan rata-rata adalah dosis metadon rata-rata yang diterima pasien pada fase rumatan dalam terapi rumatan metadon

j. drop out (DO) adalah berhenti dari program rumatan metadon atau tidak mengambil atau minum metadon 5 hari berturut-turut atau lebih

k. status terapi adalah posisi pasien dalam terapi ketika dilakukan pengambilan data. Meliputi : berhenti berencana, pindah terapi, ditahan polisi, pindah PTRM lain, DO tanpa alasan, DO dengan alasan, aktif dalam terapi

l. keluhan adalah apa yang dirasakan pasien selama dalam terapi.

m. riwayat terapi adalah semua jenis terapi terkait penggunaan opioid termasuk detoksifikasi, rehabilitasi dan terapi lainnya sebelum memasuki terapi rumatan metadon.

n. riwayat dosis terlewat ditentukan berdasarkan catatan ketidak hadiran pasien di PTRM setiap harinya tanpa alasan.

o. Interaksi obat adalah pengaruh antara metadon dengan obat lain atau sebaliknya yang digunakan bersamaan sesuai dengan catatan pada rekam medik

p. NAPZA (narkotika, alkohol, psikotropika dan zat adiktif lainnya) adalah zat yang bila masuk kedalam tubuh akan mempengaruhi tubuh terutama susunan syaraf puasat/otak sehingga menyebabkan gangguan fisik, psikiksi dan fungsi sosial

3.8 Analisis Data

3.8.1 Pengumpulan data

Data yang dikumpulkan berasal dari data rekam medik dan data primer meliputi seluruh variabel yang diteliti. Data tersebut dikumpulkan pada lembar pengumpulan data yang meliputi antara lain karakteristika pasien yaitu: usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan dan jarak tempat pelayanan.

Data karakteristik terapi meliputi dosis metadon yang meliputi dosis rumatan terkecil, dosis rumatan terbesar, dosis rumatan rata-rata. Selanjutnya dikumpulkan data mengenai keluhan yang dialami pasien serta kehadiran pasien dalam terapi.

3.8.2 Pengolahan Data

Data yang sudah dikumpulkan kemudian diolah kedalam tabel rekapitulasi sesuai dengan variabel yang sudah ditentukan sebelumnya.

3.8.3 Analisis Data

Data hasil penelitian selanjutnya dianalisis secara statistik menggunakan SPSS 17 vertion dengan analisis deskriptif dan analisis korelasi. Pengaruh antara variabel dianalisis menggunalan Chi-Square Tests, P < 0.05 dianggap bermakna.

BAB 1V

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian dilakukan terhadap pasien ketergantungan opioid yang mengalami perawatan di unit rawat jalan klinik metadon di RSUP H. Adam Malik Medan periode November 2016 –Oktober 2017. Secara keseluruhan, sebesar 66 pasien jumlah pasien yang termasuk dalam kriteria inklusi. Dari keseluruhan pasien pemberian metadon tiap hari sebanyak 36 orang (54.5 %) dan 30 orang (45.5 %) pemberian dosis bawa pulang (Take Home Dose / THD).

4.1 Karakteristika Pasien 4.1.1 Jenis kelamin

Semua pasien dalam penelitian terdiri dari laki-laki 66 orang (100%).

Penelitian lee, et al., 2017 di Taiwan menunjukkan bahwa jumlah rasio laki laki yang ketergantungan opioid lebih besar dibandingkan perempuan sebesar 82,9%

dan 17,1%. Hal ini tidak jauh berbeda dari penelitian Aprylia (2015) bahwa hampir semua pasien yang mengikuti program terapi rumatan metadon berjenis kelamin laki-laki (94,7%).

4.1.2 Usia pasien

Usia pasien dalam penelitian ini 25-35 tahun sebanyak 47 orang (71.2%) dan usia di atas 35 tahun sebanyak 19 orang (28.8%) dengan nilai rata-rata 34,9 tahun (±4,4). Penelitian tahun 2016 di Iran dari 1396 pasien usia rata-rata yang mengikuti program terapi rumatan metadon adalah 37 tahun (Mahmood, et al., 2016). Pada penelitian lain yang dilakukan oleh Sarasvita, et al., 2012 dinyatakan

bahwa usia rata rata pasien yang mengikuti program terapi rumatan metadon adalah di atas 27 tahun.

4.1.3 Pendidikan

Pasien yang mengikuti program terapi rumatan metadon di RSUP H.

Adam Malik Medan sebesar 4 orang (6.1%) berpendidikan SD; 1 orang (1.5%) berpendidikan SMP atau sederajat; 55 orang (83.3 %) berpendidikan SMA atau sederajat dan 6 orang (9.1%) berpendidikan Sarjana. Hasil ini tidak jauh berbeda dengan penelitian Pahlemy, 2010 bahwa persentase yang paling tinggi adalah yang berpendidikan SMA atau sederajat yaitu 70,6%.

4.1.4 Ras/Suku

Persentase ras yang tertinggi pada penelitian ini adalah suku batak sebanyak 30 orang (45.5 %), suku jawa 28 orang (42.4 %), suku melayu, cina masing-masing 3 orang (4.5%) dan suku padang 3 orang (3.0 %).

4.1.5 Status pernikahan

Status pernikahan pasien yang tertinggi adalah yang sudah menikah 37 orang (56.1 %), belum menikah 19 orang (28.8%) dan duda sebanyak 10 orang (15.2 %). Penelitian sebelumnya menemukan bahwa pasien yang ketergantungan opioid sebagian besar mengalami permasalahan dalam keluarga sehingga terjadi proses perceraian (duda) sebesar 17,44% (Jiang, et al., 2014).

4.1.6 Pekerjaan

Pada penelitian ditemukan bahwa pasien yang mengikuti program terapi rumatan metadon dominan sudah bekerja yaitu mencapai 63.6 %; tidak bekerja mencapai 36.4 %; berbeda dengan penelitian sebelumnya yang yang menemukan bahwa persentase pasien yang mengikuti program terapi metadon mayoritas tidak

bekerja 64,6% (Sarasvita, et al., 2014); 61,63% (Jiang, et al., 2014). Hasil di atas menunjukkan bahwa pasien yang mengikuti PTRM berada dalam kondisi yang stabil, sehat dan mampu menjalankan aktivitasnya dengan baik. Pasien yang patuh minum obat metadon kesehatannya dapat terjaga dari gejala putus obat dan dapat bekerja (Hasanah, 2010).

4.1.7 Jarak tempat pelayanan

Jarak tempat pelayanan mempengaruhi tingkat kepatuhan pasien dalam mengikuti PTRM. Jarak antara tempat tinggal pasien dengan tempat pelayanan rata-rata 16,93 Km. Jarak 1-9 km sebanyak 29 orang (42.6 %); 10-20 km sebanyak 34 orang ( 50.0% ); jarak >20 km sebanyak 3 orang (4.4%) Jarak yang cukup jauh ini mempengaruhi kehadiran pasien pada setiap terapi, sehingga mempengaruhi capaian hasil masing-masing pasien. Penelitian yang dilakukan Phallyka (2012), jarak tempat tinggal berkisar 4 km dari klinik tempat pelayanan akan meningkatkan nilai retensi (Tabel 4.1).

Tabel 4.1Karakteristik Pasien PTRM

4.2 Deskripsi Dosis Metadon Fase Rumatan Pasien PTRM

Dosis terkecil rumatan yang diterima pasien yang mengikuti PTRM dari 66 orang adalah 1 mg dengan nilai rata-rata 47.9 mg dan dosis rumatan terbesar adalah 185 mg dengan nilai rata-rata 63.4 mg. Deskriptif dosis metadon fase rumatan ditunjukkan pada Tabel 4.2

Tabel 4.2 Deskriptif Dosis Metadon Fase Rumatan Rata-rata Rumatan

terkecil

Rata-rata Rumatan terbesar

Dosis (Mg) 47,9 63,4

4.2.1 Dosis rumatan terkecil

Dosis terkecil rata-rata rumatan metadon yang diterima pasien pada penelitian ini adalah 47,9 mg dengan kisaran 1-165 mg. Ditemukan 1 pasien hanya menerima 1 mg metadon telah berhenti menggunakan metadon (selesai dari program) dan menunjukkan peningkatan outcome terapi yang bermakna yang dilihat dari perbaikan keadaan psikologis, sosial, dan telah melakukan aktivitas seperti semula. Metadon dapat dihentikan secara perlahan (tappering off) pada keadaaan pasien sudah stabil; minimal 6 bulan pasien dalam kedaaan bebas heroin; , sehingga selama pasien mengikuti PTRM dosis dapat diturunkan 10%

setiap 2 minggu tetapi jika keadaan emosi pasien tidak stabil, dosis dapat dinaikkan kembali (Menkes, 2013).

4.2.2 Dosis rumatan terbesar

Dosis rumatan rata-rata terbesar pasien yang mengikuti PTRM adalah 165,0 mg dengan kisaran 2-185 mg. Ditemukan dosis tertinggi yang di terima pasien PTRM adalah 185 mg. Pasien yang yang mendapatkan dosis terbesar selama fase rumatan mengeluh putus obat sehingga perlu dosis ditingkatkan.

Beberapa kriteria penambahan dosis yaitu adanya tanda dan gejala putus opioid seperti gelisah, berkeringat, tremor (tangan), keram perut, cemas dan jika craving tetap masih ada (Menkes, 2013).

4.3 Pengaruh Dosis Metadon Fase Rumatan dengan Retensi

Berbagai faktor yang mempengaruhi pasien untuk tetap bertahan dalam PTRM salah satu faktor adalah dosis (Susilowati, 2013). Tingginya retensi dipengaruhi oleh tingginya dosis metadon yang diberikan pada pasien PTRM (Phallyka, 2012).

Pada penelitian ini diperoleh pada 1 tahun pengobatan bahwa dosis yaitu

> 60mg/hari memberi pengaruh retensi yang bermakna dari statistik dengan nilai P= 0,015. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Phallyka, 2012, bahwa dosis metadon lebih besar dari 60 mg/hari memberikan pengaruh yang bermakna dengan nilai P= 0,03. Variabel prediktor dalam satu tahun ditemukan bahwa pengaruh dosis yang tinggi dan penyalahgunaan obat lain mempengaruhi retensi (Fathollahi, et al., 2016). Selama pasien mengikuti PTRM, dosis diturunkan 10% setiap 2 minggu (Menkes, 2013).

Riwayat dosis 1 tahun yang diterima masing-masing pasien adalah dosis tetap sebanyak 12 orang (18,2%), penurunan dosis sebanyak 40 orang (60,6%), dan dosis meningkat sebanyak 14 orang (21,2%). Berbagai kriteria peningkatan dan penurunan dosis disesuaikan dengan kondisi pasien (Menkes, 2013).

4.4 Retensi Pasien Program Terapi Rumatan Metadon

Waktu retensi dari total 66 orang pasien dalam 1 tahun adalah 0-6 bulan sebanyak 14 orang (21,2%); 6-12 bulan sebanyak 10 orang (15,2%); dan >12 bulan sebanyak 42 orang (63,6%). Salah satu indikator keberhasilan suatu PTRM adalah tingginya retensi (Fathollahi, et al., 2016). Dari pengamatan yang dilakukan selama 1 tahun ditemukan bahwa daya tahan pasien dalam satu tahun

adalah 59,09% dari total pasien dalam 1 tahun, dan angka drop out dalam tiga bulan sebesar 8% dari total pasien dalam satu tahun. Berdasarkan menteri kesehatan bahwa kriteria keberhasilan PTRM adalah daya tahan pasien >60% dari total pasien dalam 1 tahun dan angka drop out <40% dalam 3 bulan.

Dalam pencegahan relaps terapi jangka panjang merupakan strategi yang paling efektif untuk mengatasi ketergantungan opioid (UNDOC, 2008). Terapi metadon jangka panjang menunjukkan hasil yang lebih efektif dibandingkan terapi jangka pendek (Sees, et al., 2000).

Penelitian yang dilakukan oleh Yang, el al., 2013 di China bahwa dari total 2728 pasien yang mengikuti PTRM < 730 hari retensi sebanyak 2161 orang (79,20%) dan > 730hari retensi sebanyak 567 orang (20,8%). Penelitian Vafaeinasab, et al., 2015 di Iran bahwa dari total 230 orang, retensi pasien yang mengikuti PTRM dalam satu bulan pengobatan adalah 93,9% dan setelah 6 bulan pengobatan menjadi 28,36%. Hal ini ditemukan bahwa berbagai faktor penting dalam mempertahankan pasien tetap dalam terapi rumatan metadon. Hasil Analisis Kaplan Meier menunjukkan bahwa dari 622 hari, 50% pasien bertahan selama sampai 622 hari (Pahlemy, 2010).

Berbagai penelitian menunjukkan bahwa terjadi peningkatan outcome pasien pada waktu retensi selama 1 tahun atau lebih. Retensi terapi memiliki hubungan dengan peningkatan produktivitas sosial, berkurangnya tingkat kriminal dan tingkat mortalitas. Persentase pasien yang bekerja, melanjutkan sekolah atau bekerja dirumah tangga meningkat (Ward, et al., 2009).

4.5 Pengaruh Dosis Terlewat terhadap Retensi Pasien PTRM

Sebanyak 24 orang (36.4%) yang mengalami dosis terlewat 1-5 kali, 15 pasien (4.5%) mengalami dosis terlewatkan 5-10 kali, dan jumlah pasien yang tidak pernah mengalami dosis terlewatkan sebesar 39 pasien (59.1%).

Ada beberapa alasan pasien mengalami dosis terlewatkan, yaitu tidak ada biaya, beberapa pasien mengatakan tidak mempunyai uang untuk membayar metadon dan alasan lain adalah jangkauan jarak pelayanan yang terlalu jauh dengan tempat tinggal. Pengaruh antara dosis dengan retensi tidak menunjukkan hasil yang bermakna.

Pengaruh dosis terlewatkan jika dihubungkan dengan metode pemberian dosis metadon bawa pulang maka terdapat pengaruh yang bermakna dengan nilai p= 0, 027. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Susilowati, (2013) bahwa adanya pengaruh pemberian dosis bawa dengan retensi dan kepatuhan pasien dalam terapi serta cenderung lebih lama bertahan dalam terapi.

Penetian lain juga menemukan bahwa dosis yang diberikan secara THD akan meningkatkan angka retensi (Huissoud , 2012).

4.6 Pengaruh Penggunaan Obat Lain terhadap Retensi Pasien PTRM

Kombinasi penggunaan obat lain pada pasien yang mengikuti PTRM adalah penggunaan obat antivirus HCV pada pasien yang mengalami koinfeksi HIV dan hepatitis C. Sebanyak 5 pasien yang mengikuti PTRM juga menggunaan terapi obat antivirus HCV dan 1 pasien menggunakan obat obat antituberculosis (OAT). Tidak terdapat pengaruh yang bermakna penggunaan obat lain terhadap retensi.

4.7 Pengaruh Penggunaan Zat lain Terhadap Retensi

Berdasarkan penelitian ditemukan pada pasien yang dapat bertahan pada PRTM hingga oktober 2017 sebesar 39 orang dengan persentase penggunaan zat lain pada pasien terbesar adalah golongan benzodiazepin sebanyak 25 pasien (64,1

%) dan zat lain dapat dilihat pada (Tabel 4.2 dan Gambar 4.1).

Tabel 4.2 Persentase penggunaan zat lain Jenis Zat Persentase (%)

AMP 38,5

MET 20,5

THC 20,5

BZO 64,1

Gambar 4.1 Grafik penggunaan zat lain pada pasien PTRM

. Merujuk pada penelitian yang dilakukan oleh Lee at al (2012) di Taiwan bahwa persentase terbesar jumlah pasien yang mengggunkan obat (zat lain) secara bersamaan pada PTRM adalah golongan benzodiazepin. Penggunaan bersamaan benzodiazepin dosis rendah hingga sedang masih dimungkinkan tetapi perlu diwaspadai peningkatan rasa kantuk dan berkurangnya kinerja psikomotor.

Penggunaan benzodiazepin dosis tinggi merupakan faktor risiko terhadap

Penggunaan metadon bersamaan dengan benzodiazepin juga dapat meningkatkan efek sedasi dan depresi pernafasan dan kemungkinan meningkatkan efek opioid (Ferrari, et al., 2004).

Dari penelitian yang dilakukan tidak tidak terdapat pengaruh antara dosis dengan jumlah penggunaan zat lain yang lain yang digunakan pasien PTRM, jumlah penggunaan dari ke empat zat (Metamfetamin/MET, Amfetamin/MET, Tetrahidrocannabinol/THC, dan Benzodiazepin/BZO) Tabel 4.3

Tabel 4.3 Jumlah penggunaan zat lain

jumlah zat yg digunakan

Total tidak ada menggunakan zat

lain 1-2 zat 3-4 zat

Dosis < 60mg 7 10 3 20

> 60mg 5 10 4 19

Total 12 20 7 39

Penelitian yang dilakukan di Australia dan Swiss ditemukan penggunaan benzodiazepin pada pasien PTRM masing-masing 36,4% dan 46,0%. Golongan benzodiazepin yang paling sering digunakan adalah oxazepan, alprazolam, clonazepam, clorazepam, lorazepam, bromazepam, midazolam, diazepam, flurazepam dan triazolam (Eur, 2009). Penelitian Heikman, et al., 2017 penyalahgunaan zat lain (poly drug) adalah golongan benzodiazepin (48,3%).

Benzodiazepin merupakan obat psikoaktif yang digunakan untuk pengobatan ansietas dan gangguan tidur. Kegunaan lain dalam dosis rendah sampai sedang adalah sebagai ansiolitik, sedatif hipnotik, antikonvulsan, dan relaksan otot (Chouinard, 2004).

Penggunaan dan penyalahgunaan benzodiazepin pada pasien yang mengikuti PTRM dari 191 pasien melaporkan bahwa 47% pasien menggunakan benzodiazepin, dan 39,8% di antaranya menggunakan tanpa resep. Dalam PTRM peresepan obat benzodiazepin digunakan untuk gangguan mental, masalah kecemasan sebelum menggunakan opioid (Chen, et al., 2011).

Berbagai alasan pasien memulai menyalahgunaan benzodiazepin pada

Berbagai alasan pasien memulai menyalahgunaan benzodiazepin pada