• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dalam pengolahan karet selain dihasilkan produk-produk yang diinginkan juga dihasilkan limbah. Limbah yang menjadi masalah dipabrik-pabrik biasanya berupa cairan. Cairan ini dikenal dengan nama air limbah karet yang sebagian besar komponennya terdiri dari air dan zat-zat sisa pengolahan karet. Prosespembuatan karet membutuhkan air yang tidak sedikit. Pabrik pengolahan skala kecil dengan kapasitas produksi yang sedikit saja membutuhkan air dalam jumlah yang besar.

Dalam industri pengolahan karet, air digunakan sebagai bahan pengencer lateks, pembuatan larutan-larutan kimia, pencuci hasil pembekuan dan alat-alat yang digunakan, serta mendinginkan mesin-mesin. Sisa air yang digunakan akan dikeluarkan dalam bentuk limbah. Dalam jangka waktu yang lama limbah akan menumpuk dan menimbulkan masalah baru yang harus mendapat perhatian khusus.

Air limbah yang dibuang langsung ke suatu tempat akan menyebabkan polusi di lingkungan sekitarnya. Berbagai macam kotoran dan zat kimia yang berbahaya juga bisa menimbulkan masalah kesehatan bagi mahluk hidup disekitarnya. Air limbah karet juga menimbulkan bau yang kurang enak.

2.3.1. Pengolahan Air Limbah Karet

Agar air limbah pengolahan karet bisa dibuang ke saluran-saluran air umum tanpa membahayakan lingkungan, maka air limbah tersebut harus diolah terlebih dahulu. Prinsip pengolahan air limbah adalah memisahkan partikel-partikel yang berbahaya atau tidak diinginkan dari air atau mengubahnya menjadi zat-zat yang dapat dimanfaatkan. Nilai BOD dan pH limbah dibuat menjadi nilai normal yang tidak membahayakan. Pencemaran lingkungan yang bisa timbul sedapat mungkin dicegah.

Dibanding dengan jenis karet yang lain, sisa proses pembuatan lateks pekat merupakan limbah yang paling berbahaya bagi lingkungan. Berdasarkan

penelitian yang telah dilakukan nilai BOD (Biochemical Oxygen Demand) serta

pH air lateks pekat yang dibuat secara pusingan lebih besar dari pada limbah pengolahan karet kering. Ini dapat dimengerti karena proses pembuatan lateks kering tidak terlalu membaurkan air yang dipakai dalam pengolahan karet kering. Ini dapat dimengerti karena proses pembuatan lateks kering tidak terlalu membaurkan air yang dipakai dalam pengolahan seperti halnya pembuatan lateks pekat. Pengolahan air limbah lateks pusingan antara lain dilakukan dengan sistem

kolam anaerob/aerob, oxidation ditch, anaerobic filter dan rotating biodisc.

Untuk mengolah air limbah diperlukan tempat untuk menampungnya. Tempat penampungan bisa menggunakan kolam, bak atau tangki. Sarana pengolahan air limbah yang memadai seharusnya memiliki kolam pengolahan limbah tersendiri. Dalam sistem pengolahan ini dibuat dua kolam penampungan yang terpisah. Kolam pertama untuk proses anaerob dan kolam kedua untuk proses aerob. Kapasitas kolam anaerob diperkirakan dapat menampung produksi

air limbah selama 18-20 hari. Sedangkan kapasitas kolam aerob diharapkan dapat menampung produksi air limbah selama 8-10 hari. Kolam anaerob dibuat dibuat lebih besar dari pada kolam aerob karena pada kolam anaerob pengurangan nilai BOD setelah hari ketiga semakin besar. Sedangkan pada kolam aerob pengurangan nilai BOD setelat hari keempat justru semakin kecil. Setelah kadar BOD dan parameter lainnya seperti pH, amoniak menurun sampai angka yang diperkenankan sebagai limbah yang dapat dibuang maka pengolahan dapat dilanjutkan dengan limbah produksi periode berikutnya.

Pabrik yang mengolah karet sheet dan karet spesifikasi teknis tidak terlalu mengalami kesulitan dalam masalah limbah. Air limbah pengolahan karet sheet dan spesifikasi dapat dibuang kesaluran pembuangan air umum hanya dengan pengolahan yang sederhana. Ada dua macam limbah yang dihasilkan pada pembuatan karet sheet. Pertama berupa serum dari hasil penggumpalan lateks yang relatif bebas dari butir-butir karet. Limbah ini biasanya dibuang. Kedua, berupa lateks yang sangat encer dan biasanya merupakan hasil pencucian tangki pengangkut dan penampung lateks serta sarana yang dipakai untuk pengolahan karet di tempat pengolahan. Lateks encer memiliki kadar karet kering yang masih lumayan, sekitar 0,5-2%. Jenis limbah yang kedua ini sebenarnya bisa dimanfaatkan.

Pemanfaatan lateks yang sangat encer sisa pengolahan sheet dilakukan dengan cara penggumpalan. Prinsip pengolahan adalah adalah penampungan limbah dan penggumpalan lateks sehingga dapat dimanfaatkan sebagai bahan olah karet. Karena air limbah mengandung lateks yang sangat encer, maka penggumpalan jarang menggunakan asam. Dengan asam waktu yang diperlukan

untuk menggumpal sempurna akan lama. Selain itu, asam yang dibutuhkan persatuan berat karet juga cukup banyak. Adapun bahan penggumpal yang baik untuk penggumpalan limbah adalah Buckom LAWT-60 yang dikenal dengan merek dagang Busan.

Buckom LAWT-60 digunakan untuk menetralkan muatan pada permukaan butir-butir karet yang terkandung didalam limbah. Besarnya jumlah muatan berbanding langsung dengan berat kering limbah lateks. Dalam tempo yang relatif singkat, kurang dari setengah jam, akan diperoleh gumpalan lateks yang sempurna. Bila menggunakan asam format membutuhkan waktu 3-4 jam.

Selain hasil karet yang didapat, masih ada sisa limbah lagi dari perlakuan

ini. Namun, limbah sisa pengolahan lanjut ini memiliki nilai BOD, COD, NH3

yang lebih rendah, pHnya juga hampir mencapai netral.

2.3.2. Pemanfaatan Limbah Karet

Air limbah karet lateks pusingan dapat dimanfaatkan sebagai pupuk tanaman setelah diolah. Berdasarkan penelitian, unsur N, P, K, dan Mg ternyata terdapat didalam limbah. Walaupun masih dalam taraf uji coba, beberapa tempat yang telah melakukan pengolahan limbah memberikan sisa air limbah ini kepada tanaman karet sebagai pupuk.

Pemberian air limbah olahan sebagai pupuk dapat diberikan pada tanaman karet dipembibitan, tanaman yang belum menghasilkan (TBM), dan tanaman yang sudah menghasilkan lateks. Pemanfaatan limbah karet sisa pengolahan sheet berupa gumpalan lateks merupakan tambahan bahan olahan. Bila tidak diolah, bagian ini akan terbuang percuma dan tidak memberikan nilai tambah sama sekali. Pengolahan limbah juga memungkinkan air sisa pengolahan memiliki nilai

BOD, COD, NH3 yang lebih rendah serta pH yang mendekati normal. (Tim Penulis PS.2013)

Dokumen terkait