• Tidak ada hasil yang ditemukan

2.2. Pengolahan Latek

2.2.2. Pengolahan Sit

Sit (sheet) adalah salah satu produk karet alam yang telah lama dikenal dipasar. pengolahan sit oleh perkebunan besar dilaksanakan dipabrik pengolahan dengan menggunakan peralatan yang lebih baik dan dengan kapasitas yang lebih besar. Oleh karena itu, sit yang dihasilkan memiliki kualitas yang baik dan kapasitas produksinya pun tinggi. Cara pengolahan sit oleh perkebunan besar pada garis besarnya meliputi urutan pekerjaan: penerimaan lateks, pengenceran, pembekuan, penggiingan, pengasapan dan pengeringan, sortasi, dan pengepakan. Penjelasan masing-masing tingkat pengolahan akan diuraikan satu per satu dibawah ini.

1. Penerimaan lateks

Lateks hasil penyadaapan yang berasal dari berbagai bagian kebun diangkut dengan tangki ke pabrik. Lateks yang dimasukkan kedalam bak

penerimaan harus melalui saringan untuk mencegah aliran lateks yang terlalu deras dan terbawanya lump atau kotoran lain kedalam bak penerimaan. Dari lateks yang telah terkumpul dalam bak penerimaan diambil contoh untuk mengetahui kadar karet kering. Hal ini penting untuk memperhitungkan kebutuhan air dalam proses pengenceran lateks.

2. Pengenceran lateks

Pengenceran lateks atau memperlemah kadar karet adalah menurunkan kadar karet yang terkandung dalam lateks sampai diperoleh kadar karet baku (Kadar Karet Standart) sesuai dengan yang diperlukan dalam pembuatan sit, yaitu sebesar 13%, 15%, 16% atau 20% sesuai dengan kondisi dan peralatan setempat. Adapun maksud dari pengenceran lateks adalah:

a. Untuk melunakkan bekuan, sehingga tenaga gilingan tidak terlalu berat.

b. Memudahkan penghilangan gelembung udara atau gas yang terdapat

didalam lateks.

c. Memudahkan meratanya koagulan (asam pembeku) yang dibubuhkan

untuk proses koagulasi.

Pengenceran lateks yang dilaksanakan dalam bak-bak perlemahan, yang sekali gus juga dapat dijadikan bak pembekuan.

Cara pengenceran yang umum dilaksanakan dipabrik adalah sebagai berikut:

a. Bak pembekuan di isi dengan air bersih yang banyaknya sesuai dengan

keperluan, sehingga tercapai kadar karet baku yang telah ditentukan.

b. Lateks dialirkan dari bak pencampur ke dalam bak pengencer melalui

talang. Sebelum masuk kedalam bak, lateks harus melaui saringan untuk mencegah masuknya bekuan/lump atau kotoran lainnya ke dalam bak

pembekuan. Saringan harus selalu bersih agar lateks selalu mengalir dengan lancer.

c. Setelah lateks masuk ke dalam bak pengencer/pembekuan yang telah terisi

air tersebut, kemudian diaduk perlahan-lahan dengan alat pengaduk. Buih-buih yang terjadi diambil dan ditempatkan dalam wadah yang tersedia untuk diolah lebih lanjut.

Dalam pengenceran lateks, jumlah air yang diperlukan harus sesuai dengan keperluan sehingga diperoleh kadar karet baku untuk pembuatan sit. Pengenceran yang terlalu encer akan mengakibatkan bekuan yang terlalu lunak dan dalam penggilingan mudah robek. Akan tetapi bila bekuan terlalu keras, akan mengakibatkan pemakaian tenaga gilingan yang lebih besar dan print atau batikan yaitu terjadinya kembang pada permukaan lembaran sit kurang dalam, dan akibatnya waktu untuk pengeringan lebih lama.

Banyaknya air yang diperlukan untuk pengenceran lateks diperhitungkan menurut rumus:

Ap =� − � � L Dimana:

Ap = banyaknya air pengencer

c = kadar karet kering (KKK)

g = kadar karet baku

L = volume lateks yang diencerkan

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa langkah-langkah kerja dalam proses pengenceran adalah sebagai berikut:

b. Isi bak dengan air bersih sebanyak yang diperlukan

c. Masukkan lateks kedalam bak melalui saringan

d. Aduklah dengan pengaduk yang telah disediakan

e. Buanglah busa yang timbul di permukaan bak dengan alat pembuang busa.

3. Pembekuan lateks

Pembekuan atau koagulasi bertujuan untuk mempersatukan butir-butir karet yang terdapat dalam cairan lateks supaya menjadi satu gumpalan atau koagulum. Untuk membuat koagulum ini, lateks perlu dibubuhi obat pembeku seperti asam semut atau asam cuka. Menurut penelitian, terjadinya proses koagulasi adalah karena terjadinya penurunan pH. Lateks segar yang diperoleh dari hasil sadapan mempunyai pH 6,5. Supaya dapat terjadi penggumpalan atau koagulasi, pH yang mendekati netral tersebut harus diturunkan sampai 4,7. Pada kemasaman ini tercapai titik isoelektris atau keseimbangan muatan listrik pada permukaan partikel-partikel karet, sehingga partikel-partikel atau butir-butir karet tersebut dapat menggumpal menjadi satu. Penurunan pH ini terjadi dengan membubuhkan asam semut 1% atau asam cuka 2% kedalam lateks yang akan diencerkan.

Cara pembekuan pada tangki pembekuan tersebut adalah sebagai berikut:

a. Tangki yang telah diisi lateks yang telah diencerkan di aduk beberapa kali.

Buanglah usa-busa yang timbul dengan alat pembuang busa. Pengadukan pertama cukup 4 kali bolak balik.

b. Bubuhkan kedalam lateks yang telah diencerkan tersebut asam semut atau

asam cuka sesuai dengan yang diperlukan. Tiap liter lateks kadar karet baku 16% memerlukan 60 cc asam semut 1% atau asam cuka 2%.

Aduklah agar asam tersebut merata di dalam larutan lateks. Pengadukan dilakukan 6-10 kali bolak balik.

c. Buanglah busa yang timbul dengan segera

d. Pasanglah sekat-sekat dengan cepat tapi teratur mulai dibagian tengah

menuju pinggir sedemikian rupa, sehingga tiap ruang diantara sekat terisi lateks yang tinggi permukaannya sama. Dengan demikian, lembaran-lembaran koagulum yang dihasilkan ukurannya cukup seragam

e. Biarkan lateks membeku selama 2-3 jam. Bila telah membeku, tambahkan

air bersih kedalam tangki sampai permukaan bekuan sedikit terendam

f. Setelah sekat-sekat diangkat akan diperoleh lembaran-lembaran koagulum

yang siap untuk digiling

4. Penggilingan

Koagulum diangkat dari tangki/bak pembekuan dan melalui talang-talang yang sengaja dipasang didorongkan mendekati mesin giling. Mesin giling sit terdiri dari satu unit yang dipasang secara berurutan.

Guna dari gilingan atau kilang ini adalah:

a. Untuk menggiling lembaran koagulum menjadi

lembaran-lembaran sit yang mempunyai ukuran panjang, lebar dan tebalnya tebalnya tertentu

b. Untuk mengeluarkan serum yang terdapat dalam koagulum

c. Untuk membuang busa yang tertinggal

d. Untuk memberikan gambaran (print, batikan, kembang) pada permukaan

lembaran sit

Lembaran sit yang keluar dari mesin giling mengandung ± 30% air, yaitu air yang melekat pada permukaan lembaran dan air yang terdapat diantara butir-butir karet di dalam lembaran. Untuk mendapatkan lembaran yang sungguh-sungguh kering, air yang terdapat pada lembaran harus dikeluarkan. Disamping itu, lembaran perlu pula diawetkan agar tahan terhadap kerusakan karena gangguan cendawan yang dapat mengakibatkan penurunan kualitas. Oleh karena itu dalam pembuatan sit diperlukan adanya proses pengasapan dan pengeringan.

Proses pengasapan dimaksudkan juga untuk memberikan warna coklat terang yang diinginkan. Dengan pengasapan, lembaran-lembaran terdesinfeksi karena didalam asap terkandung komponen formaldehid, phenol, zat warna, dan zat asam organic. Untuk mendapatkan desinfeksi yang kuat, pada tingkat

pengasapan suhu tidak boleh kurang dari 40oC.

Partikel-partikel asap merupakan partikel padat terdisfersi didalam campuran gas yang berasal dari pembakaran kayu bakar. Partikel-partikel asap ini mempunyai kutub polar, sehingga dengan lembaran-lembaran sit yang masih basah akan terjadi koagulasi asap yang menyebabkan warna coklat pada permukaan lembaran. Teknik pengasapan dan pengeringan harus disesuaikan dengan dengan sifat sifat tersebut, agar diperoleh sit kering yang warnanya baik.

Selama proses pengasapan dan pengeringan suhu dan pertukaran udara diatur sebagai berikut:

a. Hari pertama

Suhu dalam ruangan tempat pengasapan dipertahankan pada suhu

40-45oC. pada tingkat ini air yang terdapat pada permukaan lembaran sit dapat

sedikit terbuka. Pada fase ini harus diusahakan agar oven sebanyak mungkin mengeluarkan asap dan suhu cukup panas, sehingga asap dapat naik keruangan penggantungan sit. Pada tingkat pengasapan pertama ini, difusi air dari dalam lembaran tidak merupakan factor pembatas, sehingga bagian asap dengan mudah dapat diserap oleh permukaan lembaran-lembaran sit, dan lembaran-lembaran sit ini kemudian berubah warna menjadi coklat.

b. Hari kedua

Selama 24 jam yang kedua, suhu didalam pengasapan diantara gantungan

lembaran-lembaran sit dinaikkan sampai 50-55oC. air yang melekat pada

permukaan mulai menguap. Proses penguapan bertambah sempurna bila uap mudah dikeluarkan dari ruangan. Keadaan demikian dapat dicapai dengan membuka ventilasi, sehingga uap air dari runangan mudah keluar.

c. Hari ketiga dan seterusnya

Selama masa ini suhu di dalam kamar dinaikkan sampai 55-60oC, tanpa

memasukkan pengasapan kedalamnya. Tujuan untuk mengeluarkan air yang terdapat diantara butiran-butiran karet di dalam lembaran. Karena proses pengeluarannya hanya mungkin dengan jalan difusi, maka proses pengeringannya

berlangsung perlahan-lahan, dengan suhu dipertahankan sekitar 60oC. ventilasi

diatur sedikit terbuka untuk memungkinkan udara beredar.

Setelah lembaran sit mencapai kekeringan sesuai dengan ditentukan, dapur dimatikan dan kamar dibiarkan menjadi dingin. Lembaran-lembaran sit yang telah

kering dan berwarna coklat, yang disebut Ribbed Smoked Sheet dikeluarkan dan

diangkut keruangan sortasi.

Lamanya pengeringan di dalam kamar asap/pengeringan dipengaruhi oleh:

a. Tebal tipisnya lembaran sit

b. Bentuk pola atau print dari lembaran sit

c. Keras lunaknya lembaran sit

d. Cara dan rapatnya penggantungan

e. Pengaturan ventilasi/aliran udara

f. Pengaturan derajat panas/dapur api

g. Dinding isolasi panas ruangan pengeringan

h. Bahan bakar yang digunakan

i. Keadaan cuaca

6. Sortasi

Lembaran-lembaran sit yang telah selesai diasap, sesampainya diruang sortasi ditimbang untuk mengetahui berat hasil akhir pengolahannya. Setelah penimbangan selesai, lembaran-lembaran sit dibawa keruang sortasi. Pelaksanaan sortai ini dimaksudkan untuk memisahkan lembaran-lembaran sit berdasarkan tingkat kualitasnya.

Didalam ruangan sortasi terdapat meja sortasi, yang dilengkapi dengan

kaca baur yang dipasang miring 45oC dengan garis vertical. Dari bawah meja

dimasukkan sinar tembus yang berasal dari sinar matahari (pada siang hari) atau dari lampu neon 10 Watt. Bila digunakan lampu neon, sinar lampu harus dibiaskan lebih dahulu, tidak boleh langsung. Dengan demikian, sinar yang menembus permukaan meja sortasi adalah sinar diffuse yang kemudian menembus lembaran-lembaran sit yang diperiksa.

Setelah lembaran sit disortasi dikamar sortasi, tahap selanjutnya adalah pengepakan atau pembungkusan. Sebelum dibungkus lembaran-lembaran sit dilipat untuk memudahkan mengaturnya dalam peti waktu pengepakan. Sebelum pengepresan, sejumlah sit untuk tiap-tiap bendela ditimbang sesuai dengan berat yang dikehendaki. (setyamidjaja.1993)

Dokumen terkait