• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penguasa 100 Pulau

Dalam dokumen Lapsus Edisi 10 Juli 2016 (Halaman 44-48)

Ternate memiliki daerah seberang laut terbesar di kawasan timur Indonesia ketika itu. Sewaktu Baabullah tampil sebagai sultan menggantikan ayahnya, Khairun, Ternate telah mengontrol sejumlah daerah seberang laut, yang membentang dari Mindanao di utara hingga Bima di selatan serta Makassar di barat hingga Banda di timur.

Hampir semua daerah tersebut diperoleh Ternate lewat penaklukan pada waktu Baabullah menjabat sebagai Kapita Laut di bawah pemerintahan Khairun. Beberapa daerah Ternate lainnya, seperti Kepulauan Sula dan Kepulauan Ambon, telah dipersembahkan oleh klan Tomaito dan Tomagola dari keluarga Fala Raha,70 sebelum

kedatangan bangsa Portugis dan Spanyol.

Berikut adalah nama pulau-pulau yang berada di bawah kekuasaan Ternate di masa Sultan Baabullah:71

z Mangindanau atau Mindanao, di mana Ternate mempunyai hak atas sebagian besar pulau itu

z Sarangan (dekat Mindanao)

70 Fala Raha (empat wisma), sebutan untuk empat klan yang mendirikan dan membesarkan Kerajaan Ternate sejak awal. Mereka adalah klan Tomaito, Tomagola, Marsaoli dan Limatahu

71 Valentijn, Oud en Nieuw Oost Indien, hal.3-4, dalam; M. Adnan Amal, Portugis dan Spanyol, Op.Cit. hlm.210-212

Gambar perkiraan Daerah Kekuasaan Ternate pada masa Sultan Baabullah

Pulau-pulau di sekitar Kepulauan Sangir:

- Lirong - Nusca - Masape - Kabruang - Tagbau - Kearma - Karkarotgang - Bukit - Siauw - Nusa - Tomane - Pondang - Karatta - Beeng - Labeang - Limpang - Tarrang - Massare - Cabulusu - Batuinko - Mahono - Memumu - Lawesang

- Pangasare (Tagulandang) - Cabin - Bellande - Roong - Cambale - Bing - Pasaigi - Mobore - Para - Biaro - Memomu - Sangobulan - Banca- Sangir

- Kakeitang - Talisse - Batu - Nitusiba - Wingko - Salangkere

Pulau-pulau di sekitar Manado:

- Lembe (dekat Bitung) - Ganga

- May-in - Piso

- Manado Tua

- Tagias atau Kepulauan Penyu - Belet

Banggai dan pulau-pulau di sekitamya:

- Gapa - Sabuber

Kepulauan Sula, Taliabau dan Seram serta Kepulauan Ambon:

- Sula Taliabu - Sula Mangoli - Sula Besi

- Halmahera (sebagian besar - Seram (sebagian) - Buru - Ambalau - Manipa - Kelang - Buano

- Oma dan Honimoa (sebagian) - Ambon (di Teluk Hitu)

- Solor (beberapa desa)

Sulawesi Tenggara: - Buton - Pantsyano - Salayar - Pangasane Sekitar Halmahera

- Mayau - Cubi - Tafiiri - Saketa - Gommon - Ismogo

- Liefye Matulle - Makian - Cayu - Motir - Gono

- Maitara - Hiri

Untuk Sulawesi, misalnya, Ternate mengontrol Teluk Tomini, Gorontalo, Limboto, Kayeli, Palu, Banggai dan kepulauannya, Tobunku, Tibore, Butung, Selayar dan Batu Cina.72 Sebagian besar

daerah seberang laut Ternate berada di Sulawesi. Di Teluk Manado saja, misalnya, wilayah Ternate membentang dari Manado hingga Teluk Tomini, Kayeli dan mencakup sejumlah besar pemukiman serta kerajaan mini, seperti Boroko dan Parigi serta kerajaan mini lainnya yang membentang sepanjang Teluk Tomini.

Dalam berbagai literatur disebutkan bahwa Sultan Baabullah adalah penguasa atas 72 pulau. Tetapi, Francoise Valentijn membantah pendapat itu. Bukunya tentang Sejarah Maluku, Oud en Nieuw Oostlndien (Vol.I b), yang secara khusus membahas sejarah Maluku (Beschrijving der Mollucas) terbit di Doordrecht dan Amsterdam pada 1724. Pada halaman 3-4 buku tersebut, Valentijn menuliskan seluruh nama-nama pulau berpenghuni yang menurut hitungannya berjumlah 92.

Menutup daftar nama-nama pulau itu, ia mencatat, “Jumlah ini menunjukkan bukan 72, tetapi 92 pulau yang diketahui dari namanya, tidak termasuk ratusan pulau kecil yang terletak di sekitar Banggai, yang berjumlah cukup banyak, dikenal dengan nama Pulau Penyu dan berbagai pulau kecil lainnya yang belum dikenal.” Bahkan, Francis Drake dari Inggris yang bertemu Baabullah selama empat hari—yakni pada 5-9 November 1579— dengan lantang mengatakan bahwa Baabullah adalah penguasa seratus pulau (“Baabullah was Lord of a Hundred Island”).

Hal yang sangat menarik berkenaan dengan daerah seberang lautnya adalah hak Ternate yang cukup besar atas sebagian dari Pulau Mindanao, khususnya daerah-daerah di sekitar Teluk Bontuan, di kawasan Kerajaan Boussan di luar Kerajaan

72 Andaya, The world of Maluku , hlm.84 dalam; M. Adnan Amal,

Portugis dan Spanyol, Op.Cit. hlm.213

Kandahar. Daerah ini disewakan kepada East India Compay (EIC).

Karena daerah seberang lautnya begitu luas, menurut sebuah sumber, Bab mampu mengerahkan 90.700 tentara bila diperlukan. Kontributor terbesar pasukan Bab—di atas 10.000 pasukan—adalah Viranulla dan Ambon (15.000), Teluk Tomini (12.000), Batu Cina dan sekitarnya termasuk Halmahera Utara (10.000). Penyumbang terkecil adalah Moti dan Hiri, masing-masing 300 pasukan.

Ketika Benteng Gamlamo dikepung, pasukan yang digunakan berjumlah kira-kira 10.000 orang, yang direkrut dari Jailolo, Gamkonora, Moti, Makian, Hiri dan Ternate sendiri. Pasukan elite Baabullah dari Jailolo dan Gamkonora adalah pasukan Alifuru, yang ketahanan fisiknya sangat luar biasa. Mereka dapat tidak tidur selama beberapa hari dan makan seadanya.73

Pembunuh Sultan Khairun, Antonio Pimental, meninggal dalam kesengsaran selama pengepungan karena penyakit beri-beri, bersama banyak orang Portugis lainnya di dalam Benteng. Adapun otak pembunuhan, yang memerintahkan eksekusi dan mutilasi Sultan Khairun, mantan Gubernur Mesquita tewas di Jepara ketika kapal yang ditumpanginya diserbu oleh orang tak di kenal.

Setelah mengusir orang Portugis, Sultan Baab pindah ke Benteng Gamalama yang ia ubah menjadi istana kerajaan. Ia hidup dan memerintah di sana dalam keadaan penuh kewibawaan dan keadilan. Ia mencurahkan tenaganya dengan penuh semangat dan kecerdasan untuk memelihara persekutuan sewilayah yang telah ia ciptakan untuk mengalahkan orang Portugis.

Dengan armada kora-koranya ia mengunjungi pulau demi pulau, sambil menuntut pembaruan sumpah setia pulau-pulau itu, dan menjelajah sampai sejauh Makassar, penguasa daerah yang paling berkuasa di luar Jawa. Ia menahan diri untuk menguasai Tidore, musuh bebuyutan yang baru-

73 Thomas Forest, A Voyage to New Guinea and The Moluccas, Kuala Lumpur; Oxford University Press, 1969 hlm. 35 dalam; M. Adnan Amal, Portugis dan Spanyol, Op.Cit. hlm.210-214

baru ini menjadi sekutunya mengusir Portugis, dan membiarkan keberadaan orang Portugis di sana di samping beberapa orang Spanyol.

Baabullah masih menjalin hubungan dagang dengan Portugis maupun Spanyol. Supaya orang Portugis tahu diri maka Sultan Baab mengambil sikap seperti pembesar Eropa. Ia mengeluarkan peraturan bahwa semua orang Barat yang datang berkunjung harus membuka topi dan melepaskan sepatunya begitu mereka mendarat di Ternate.

Ia tidak berbicara apa-apa tentang pedang, karena menganggap bahwa seseorang yang sudah tidak bersepatu dan tidak bertopi dan yang dengan demikian sudah dipermalukan, takkan keranjingan untuk memamerkan kebolehannya bermain senjata. Dengan sikap merendahkan ia menerima tamu di tempat yang dahulu merupakan balai besar benteng Portugis.

Dalam berdagang ia lebih mendikte daripada merundingkan syarat perdagangan. Pada suatu kejadian yang tak terlupakan, ketika suatu gabungan delegasi Portugis-Spanyol datang menghadap, mereka menimbulkan amarahnya, dan mengusir mereka dari hadapannya. Mereka baru saja menyerahkan suatu surat pribadi dari Raja Philip II, di mana disebut tentang beberapa hadiah mahal, tapi yang oleh duta kurang ajar ini ditahan dan baru akan diserahkan setelah memperoleh kepastian bahwa sultan menyetujui usul perdagangan mereka. Inilah zaman emas Kesultanan Ternate.74

Setelah terusir dari Ternate, pasokan rempah- rempah -terutama lada dan cengkeh- ke eropa mulai tersendat. Hal ini terjadi karena mereka kesulitan memperoleh pasokan, yang selama ini bisa mereka dapatkan dengan mudah dan murah bahkan gratis karena monopoli jahat yang mereka berlakukan. Hal itu semua kini tak bisa dilakukan. Mereka harus membayar dengan harga yang pantas kalau ingin mendapat rempah-rempah dari Maluku. Pasokan yang merosot tajam membuat beberapa negara

74 Willard A. Hanna & Des Alwi, "Ternate dan Tidore, Op.Cit., hlm. 89-90

Eropa mulai berusaha mencari sendiri sumber rempah-rempah, termasuk Belanda.75

Penutup

Dalam sejarah Kesultanan Ternate, Baabullah adalah Sultan Ternate terbesar yang pernah dimiliki kerajaan ini. Kebesarannya tidak semata- mata terletak pada keberhasilannya mengantarkan negeri dan rakyatnya ke puncak legitimasi kekuasaaan, tetapi terutama pada keberhasilannya mengusir kekuasaan penjajah adidaya pada masanya—yakni Portugis—yang telah menguasai hampir separuh dunia.

Perasaan terzalimi dengan kekejaman Portugis dan perlakuan tidak adil yang selalu mereka alami selama puluhan tahun, telah menyulut semangat Jihad rakyat Muslim Maluku yang berhasil dikobarkan oleh Sultan Baabullah. Pembunuhan dan mutilasi atas tubuh Sultan Khairun telah menjadi pemantik api perlawanan terhadap penjajah Portugis yang kafir dan zalim.

Ancaman akidah berupa kristenisasi yang dilakukan di bawah todongan senjata juga telah menjadi pemupuk semangat jihad rakyat Maluku. Dengan semangat jihad yang membara, Baabullah dan rakyat Muslim Maluku berhasil mengusir penjajah Portugis dari Maluku dan menyelamatkan rakyat dari upaya kristenisasi yang membonceng kolonialisme.

Bab berjasa dalam menanamkan rasa percaya diri yang optimal kepada rakyat Maluku. Rasa percaya diri ini telah menjadi senjata paling canggih dalam mengusir kekuasaan adidaya Portugis, yang bercokol di negerinya selama 53 tahun secara terus menerus—dihitung sejak gubernur pertama Portugis, Antonio de Brito, dilantik pada 1522.

Walaupun ambisi politik dan militer Baabullah—sebagai penguasa 92 pulau yang semuanya berpenghuni—telah menelan sejumlah besar rakyat sebagai tebusannya, tetapi pengorbanan besar rakyat Maluku itu tidak sia-

75 Ernst van Veen, Voc Strategies In The Far East (1605-1640), Bulletin of Portuguese - Japanese Studies (BPJS), núm. 3, december, 2001, Universidade Nova de Lisboa Lisboa, Portugal, hlm. 85 http://www. redalyc.org/articulo.oa?id=36100306

sia jika dibandingkan dengan hasil-hasil yang dicapainya.

Hasil paling maksimal untuk menebus pengorbanan yang amat besar itu adalah Portugis terpaksa angkat kaki dan meninggalkan Maluku untuk selama-lamanya. Rakyat membayar mahal untuk hal tersebut. Tetapi, hasil yang dicapai juga maksimal, disamping kebanggaan, heroisme dan penemuan kembali jati diri yang hampir punah.

Dengan demikian, jasa terbesar Baabullah adalah penanaman rasa percaya diri dan kebanggaan yang mempunyai nilai tersendiri. Dengan kata lain, Bab telah berhasil membimbing rakyatnya mencari dan menemukan jati diri serta integritas mereka yang selama lebih dari setengah abad telah memudar dan nyaris lenyap.

Sisi lain yang perlu dicatat mengenai Sultan Ternate terbesar ini adalah keberhasilannya mempertahankan nilai-nilai Islam, agama yang menjadi identitas kerajaan-kerajaan di Maluku. Kepergian Portugis dari Maluku sekaligus juga membawa pergi segala bentuk penginjilan atau kristenisasi yang telah menjadi benih permusuhan dan perpecahan di kalangan rakyat Maluku selama lebih dari setengah abad. Upaya Baabullah mempertahankan agama Islam yang menjadi identitas kerajaan-kerajaan Maluku, merupakan prestasi yang harus diberi penilaian tersendiri.

Prestasi Baabullah lainnva yang perlu dicatat adalah keberhasilannya mengubah kondisi ekonomi di era kerakusan dan monopolistis menjadi perdagangan bebas yang menguntungkan semua pihak. Para pedagang Jawa, Arab, Melayu, Makassar dan Cina, yang selama ini tersingkir dan selalu dikejar-kejar Portugis ataupun Spanyol, kini memperoleh kebebasan untuk bersaing dalam perdagangan, yang tentunya sangat menguntungkan para petani cengkeh dan KerajaanTernate yang memperoleh pajaknya. Inilah beberapa prestasi Sultan Baabullah yang patut dicatat dan Dikenang.76

Sultan Baab tetap melanjutkan kebijakan ayahnya dengan menjalin persekutuan dengan

76 M. Adnan Amal, Portugis dan Spanyol, Op.Cit. hlm. 225-226

Aceh dan Demak untuk mengenyahkan Portugis dari Asia Tenggara. Persekutuan Aceh–Demak– Ternate ini merupakan simbol persatuan Asia Tenggara karena ketiganya sebagai yang terbesar dan terkuat pada masa itu merangkai wilayah barat, tengah dan timur Asia Tenggara dalam satu ikatan persaudaraan, mewujudkan kembali persatuan Asia Tenggara sejak keruntuhan Majapahit.77

Satu hal yang perlu dicatat; Baabullah memperlakukan Portugis yang kalah dengan manusiawi dan adil, walaupun selama ini Portugis telah menjajah dan berbuat zalim dan tidak adil terhadap pemimpin dan rakyat Maluku. Sultan Baabullah tidak menaruh dendam dan tidak berlaku kejam untuk membalas apa yang dilakukan Purtugis di masa lalu. Sikap ini bertolak belakang dengan apa yang terjadi di Granada Spanyol ketika penguasa Kristen berhasil mengalahkan Umat Islam. Saat itu orang Islam diperlakukan dengan semena-mena dan tidak manusuawi serta dipaksa untuk masuk agama Kristen. Bahkan salah satu tujuan mereka ke Asia tenggara adalah mengejar Muslim yang mereka sebut orang Moor. Di sini terlihat Toleransi dan jiwa besar yang ditunjukan oleh Sultan Baabullah, sebagai pemimpin Islam yang berakhlaqul Karimah sebagaimana yang diajarkan oleh Nabi Muhammad S.A.W. (K. Subroto)

Dalam dokumen Lapsus Edisi 10 Juli 2016 (Halaman 44-48)

Dokumen terkait