• Tidak ada hasil yang ditemukan

V. GAMBARAN UMUM KEBUN RAYA BOGOR

6.4. Pengujian Ide Blue Ocean Strategy

6.4.1. Tiga Unsur Strategi yang Baik pada Strategi KRB

Kim dan Mauborgne (2005) menyatakan bahwa di dalam pembentukan blue ocean, sebuah strategi yang baik harus memiliki tiga elemen dasar, yaitu fokus, divergensi, dan motto yang memikat. Fokus dalam perumusan strategi ini adalah peningkatan faktor-faktor yang bernilai sangat rendah (Toilet; Aktivitas yang menghibur (entertainment); Kebersihan) dan faktor-faktor baru yang telah diciptakan. Pemberian fokus pada faktor yang bernilai sangat rendah dan faktor-faktor baru yang telah diciptakan dan pengurangan pada faktor-faktor utama persaingan industri objek wisata akan menghasilkan kurva nilai KRB yang berbeda dengan kurva para pesaing. Dengan demikian, strategi KRB memenuhi unsur divergen (gerak menjauh). Motto memikat yang akan digunakan adalah “Ketika konservasi, penelitian, pendidikan lingkungan, dan pariwisata berpadu serasi”. Melalui penjelasan tersebut, strategi KRB memenuhi unsur fokus, divergen dan motto yang memikat.

Tabel 10. Tiga Unsur Strategi BOS yang Baik

Fokus  meningkatkan faktor-faktor yang berkinerja sangat rendah

 faktor-faktor baru yang telah diciptakan

Divergen  mengurangi persaingan pada faktor Aktivitas untuk individu, pasangan, dan keluarga

mengembangkan faktor Event dan Komunitas Motto yang

memikat

Ketika konservasi, penelitian, pendidikan lingkungan, dan pariwisata berpadu serasi

6.4.2. Pengujian Ide Blue Ocean Strategy

Setelah mencermati jalan yang ditempuh untuk menemukan berbagai kemungkinan samudra biru, membangun kanvas strateginya, dan menjajaki cara meningkatkan jumlah massa pembeli, langkah berikutnya adalah membangun suatu model bisnis yang kuat untuk memastikan bahwa laba dapat tercipta dari ide BOS. Rangkaian strategis melalui pengujian terhadap utilitas bagi pembeli, harga, biaya, dan pengadopsian dilakukan untuk menguatkan ide-ide BOS dan memastikan kesinambungan usahanya.

6.4.2.1. Pengujian terhadap Utilitas Pembeli

Setiap produk harus mempunyai utilitas bagi pembeli. Namun, banyak perusahaan gagal memberikan value istimewa karena terobsesi dengan kebaruan, apalagi jika ada terknologi baru yang terlibat dalam produknya. Inovasi nilai tidak sama dengan inovasi teknologi.

Utilitas yang akan pengunjung KRB dapatkan melalui pelaksanaan blue ocean strategy yaitu:

a. Tidak kesulitan mencari toilet dan mushola yang nyaman. Ketersediaan air, tempat yang bersih, dan lokasi yang lebih mudah ditemukan berkat bentuan peta membuat kesan “KRB susah toilet dan musholanya” berkurang.

b. Menikmati pemandangan yang indah dan lebih bersih. Sampah disekitar pusat aktivitas pengunjung dan pusat pemandangan pengunjung sudah dibersihkan.

c. Pengunjung dapat menyusun program wisata yang lebih sesuai baginya. Pengunjung dapat lebih terlibat dalam penyusunan program karena pendapatnya terwakili oleh perwakilan komunitas.

d. Lebih mudah mengakses informasi KRB melalui Facebook dan Twitter. e. Mengenal dan memahami tumbuhan dan alam melalui cara yang

menyenangkan.

6.4.2.2. Pengujian terhadap Harga

Harga tiket masuk (HTM) pada industri objek wisata di Kabupaten dan Kota Bogor berkisar antara Rp.9.500 hingga Rp.85.000. Harga tiket KRB (Rp.9.500) adalah yang paling rendah diantara objek wisata yang ramai dikunjungi seperti Taman Safari Indonesia (Rp.85.000) dan The Jungle Waterpark (Rp.30.000). Harga tiket yang murah ini menjadi keunggulan KRB dalam meningkatkan pengunjung.

Semakin banyak pengunjung, semakin tinggi pula biaya untuk mengelola KRB. Jika HTM ditingkatkan, maka pengunjung akan berkurang. Untuk mengakomodasi keinginan pengunjung akan HTM yang rendah dan kebutuhan PKT-KRB akan dana untuk mengelola KRB dapat dilakukan dengan mekanisme perubahan HTM. Peningkatan HTM dapat dilakukan ketika ada event-event yang menarik pengunjung saja, atau pengunjung diharuskan membayar lagi untuk menikmati beberapa fasilitas yang ada di KRB.

Melalui event yang menarik, pengunjung dapat menikmati sesuatu yang berbeda dari hal-hal menarik yang sebelumnya ditawarkan KRB. Melalui peningkatan HTM pada event-event tertentu, PKT-KRB mendapatkan dana lebih untuk mengelola KRB. Tentunya mekanisme ini perlu dikaji dan mendapat persetujuan dari PKT-KRB dan pemerintah sebelum dilaksanakan. Ide mekanisme perubahan HTM tersebut dikemukakan oleh Ir. Lukman M. Baga, MA.Ec, Koordinator MK Strategi dan Kebijakan Bisnis Departemen Agribisnis IPB. 6.4.2.3. Pengujian terhadap Biaya

Blue Ocean Strategy KRB melalui rekonstruksi batasan pasar dan penyusunan strategi akan menimbulkan biaya tambahan. Biaya tersebut meliputi peningkatan faktor toilet, mushola, peta lokasi, aktivitas yang menyenangkan (entertainment), aktivitas yang menambah pengetahuan (educational), pelayanan petugas, keamanan, dan kebersihan serta penambahan faktor baru yaitu kuliner, komunitas dan event.

Penambahan biaya pada faktor toilet, mushola, peta lokasi, dan event dapat ditutupi dengan cara bermitra. Terutama untuk faktor event, PKT-KRB dapat bermitra dengan pelaku-pelaku dalam industri kesehatan, industri flora, dan industri yang bergerak dalam lingkup lingkungan hidup. Tidak menutup kemungkinan, akan datang mitra yang berasal dari luar industri tersebut.

Penambahan biaya pada faktor aktivitas yang menyenangkan (entertainment), aktivitas yang menambah pengetahuan (educational), pelayanan petugas, keamanan, dan kebersihan akan tertutupi dengan peningkatan harga tiket masuk (HTM) dan pengalihan investasi dari faktor aktivitas untuk individu, pasangan, dan keluarga. Penambahan biaya pada faktor komunitas dapat ditutupi dari kerjasama yang menguntungkan antara PKT-KRB dengan komunitas.

Menurut Kabag TU PKT-KRB, Ace Subarna SIP, PKT-KRB tidak dapat melakukan aktivitas yang bersifat komersil. PKT-KRB hanya dapat menghimpun dana untuk PNBP dari aktivitas yang memanfaatkan jasa KRB sesuai PP no.75 tahun 2007. Aktivitas komersil dapat dilakukan oleh pihak kedua atau ketiga. Sebagai contoh, usaha es krim yang ada di dalam KRB dilakukan oleh koperasi pegawai, Café De Daunan dikelola oleh pihak swasta, barang yang dijual di Garden Shop merupakan barang konsinyansi.

Mackinnon et al. (1986) menyatakan bahwa cara yang menyediakan fasilitas, makanan, dan jasa akomodasi bagi pengunjung kawasan dilindungi bervariasi tergantung kebijakan pemerintah. Pengoperasian dapat dilakukan oleh instansi kawasan dilindungi sendiri atau melalui suatu pengaturan kontrak dengan badan swasta yang umumnya disebut pemegang konsesi. Bila pemegang konsesi terbukti tidak memuaskan, otoritas pengelola mempunyai pilihan untuk menolak memperbaharui kontrak atau bahkan membatalkannya.

Menurut Dr. Ir. Arzyana Sunkar, MSc, pengajar MK Manajemen Kawasan Konservasi Departemen KSHE Fahutan IPB, perlu pemikiran yang outside the box dalam mengelola suatu kawasan konservasi. Dalam suatu perkualiahan, Dr. Ir. Rinekso Soekmadi, MScF, Pengajar MK Manajemen Kawasan Konservasi, menjelaskan bahwa ada beberapa pemikiran yang mengarah pada pengubahan manajemen kawasan konservasi sekarang menjadi serupa dengan manajemen

pada Badan Layanan Umum (BLU) seperti rumah sakit. Pada model BLU, organisasi mencari dan mengelola sendiri keuangannya.

6.4.2.4. Pengujian terhadap Pengadopsian

Model strategi berbasiskan samudra biru dapat mengundang rasa takut dan resistensi dari tiga stakeholder utama, yaitu: karyawan, mitra, dan khalayak umum (Kim dan Mauborgne 2005). Hambatan yang muncul terkait dengan stakeholder tersebut adalah kemungkinan munculnya penolakan atas peningkatan fungsi wisata KRB yang dikhawatirkan akan mengganggu fungsi utama KRB, yaitu konservasi. Bagitu pula dengan fungsi konservasi yang tidak akan mengganggu fungsi wisata. Kedua fungsi yang dilematis ini akan meningkat beriringan. Untuk menghadapi hambatan tersebut, PKT-KRB perlu mengedukasi stakeholder melalui diskusi terbuka mengenai perlunya pengembangan wisata KRB yang akan meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat akan lingkungan dan terutama meningkatkan profile dan image KRB. Perlu juga ditekankan bahwa pengembangan wisata yang dilakukan tetap dalam aturan-aturan yang tidak mengurangi fungsi konservasi KRB.

Menurut Koordinator MK Strategi dan Kebijakan Bisnis Departemen Agribisnis IPB, Ir. Lukman M. Baga, MA.Ec, pengujian yang dilakukan sudah tepat terutama untuk pengujian ide terhadap biaya dan pengadopsian. Pada pengujian ide terhadap biaya, kemitraan merupakan hal yang sangat tepat untuk dilakukan. Pengelolaan toilet dapat dijadikan sebagai contoh peluang kemitraan yang saling menguntungkan. Pendanaan untuk meningkatkan kinerja toilet KRB dapat dilakukan oleh mitra. Sebagai timbal balik, mitra dapat menggunakan toilet sebagai media iklan dalam jangka waktu 2-3 tahun, entah dengan mengecat toilet sesuai warna produk atau cara yang lainnya.

Pada pengujian terhadap pengadopsian, diskusi terbuka adalah cara yang sangat baik. Melalui diskusi, stakeholder KRB terutama PKT-KRB dapat melihat kemungkinan bahwa selain untuk konservasi dan penelitian, wisata di KRB juga harus dikembangkan. Sebagai kawasan yang memiliki fungsi konservasi, KRB sangat vital perannya dalam edukasi, terlebih lagi karena berada di pusat kota. Sayangnya, fungsi edukasi ini yang mulai hilang bagi masyarakat. Fungsi edukasi

harus dikemas melalui program yang menarik agar pengunjung tertarik untuk datang kembali ke KRB dan menikmati pendidikan lingkungan yang ada di KRB. Alur pengujian ide BOS dapat dilihat pada Gambar 9. Kanvas strategi KRB BOS, TSI, TJW, dan Industri Objek Wisata di Kabupaten dan Kota Bogor dapat dilihat pada Gambar 10.

Utilitas bagi Pembeli

1. Tidak kesulitan mencari toilet dan mushola yang nyaman. Ketersediaan air, tempat yang bersih, dan lokasi yang lebih mudah ditemukan berkat bentuan peta membuat kesan “KRB susah toilet dan musholanya” berkurang.

2. Menikmati pemandangan yang indah dan lebih bersih. Sampah disekitar pusat aktivitas pengunjung dan pusat pemandangan pengunjung sudah dibersihkan.

3. Pengunjung dapat menyusun program wisata yang lebih sesuai baginya. Pengunjung dapat lebih terlibat dalam penyusunan program karena pendapatnya terwakili oleh perwakilan komunitas.

4. Lebih mudah mengakses informasi KRB melalui Facebook dan Twitter. 5. Mengenal dan memahami tumbuhan dan alam melalui cara yang menyenangkan.

Harga

Harga tiket masuk (HTM) ditingkatkan dari saat KRB mengadakan event-event yang menarik. Penetapan tarif bagi fasilitas-fasilitas yang menyediakan jasa di dalam KRB.

Biaya

1. Penambahan biaya pada faktor toilet, mushola, peta lokasi, dan event dapat ditutupi dengan cara bermitra. Terutama untuk faktor event, PKT-KRB dapat bermitra dengan pelaku-pelaku dalam industri kesehatan, industri flora, dan industri yang bergerak dalam lingkup lingkungan hidup. Tidak menutup kemungkinan, akan datang mitra yang berasal dari luar industri tersebut.

2. Penambahan biaya pada faktor aktivitas yang menyenangkan (entertainment), aktivitas yang menambah pengetahuan (educational), pelayanan petugas, keamanan, dan kebersihan akan tertutupi dengan peningkatan harga tiket masuk (HTM) dan pengalihan investasi dari faktor aktivitas untuk individu, pasangan, dan keluarga.

3. Penambahan biaya pada faktor komunitas dapat ditutupi dari kerjasama yang menguntungkan antara PKT-KRB dengan komunitas.

Pengadopsian

Diskusi terbuka dengan pegawai, khalayak umum, mitra yang telah ada, dan calon mitra baru. Stakeholder perlu diyakinkan bahwa peningkatan fungsi wisata tidak akan mengurangi fungsi konservasi KRB dan fungsi konservasi tidak akan mengganggu fungsi wisata. Bahkan, melalui BOS, pengetahuan dan kesadaran masyarakat akan lingkungan serta profile dan image KRB akan meningkat.

Gambar 9. Pengujian Ide BOS terhadap Utilitas bagi Pembeli, Harga, Biaya, dan Pengadopsian

Gambar 10. Kanvas Strategi KRB sekarang, KRB BOS, TSI, TJW, dan Industri Objek Wisata di Kabupaten dan Kota Bogor

Keterangan Faktor-Faktor Kompetisi: 1. Toilet

2. Mushola 3. Peta Lokasi

4. Aktivitas yang menghibur (entertainment)

5. Aktivitas yang menambah pengetahuan (educational)

6. Aktivitas untuk individu, pasangan, dan keluarga 7. Pelayanan Petugas 8. Keamanan 9. Kebersihan 10. Event 11. Komunitas 0.0 2.0 4.0 6.0 8.0 10.0 12.0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 P e n il ai an K in e r ja O b je k Wi sata Faktor-Faktor Kompetisi

Dokumen terkait