• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN

B. Analisa Data

2. Pengujian Hipotesis

Pengujian hipotesis penelitian ini menggunakan model persamaan regresi yang dikembangkan oleh Chow (Gujarati, 1995:512).

a. Pengaruh locus of control pada hubungan antara kecerdasan emosional dengan prestasi belajar

1) Rumusan Hipotesis I

Ho = Tidak ada pengaruh locus of control terhadap hubungan antara kecerdasan emosional dengan prestasi belajar. Ha = Ada pengaruh locus of control terhadap hubungan

antara kecerdasan emosional dengan prestasi belajar. 2) Pengujian hipotesis

Berdasarkan hasil pengujian ANOVA, model persamaan regresi dapat disajikan sebagai berikut:

) ( 002 , 0 034 , 0 172 , 0 889 , 3 + Χ1+ Χ2− Χ1Χ2 = Υi Keterangan: Y1 = Prestasi belajar

X1 = Variabel Locus of control

X2 = Variabel kecerdasan emosional

X1X2 = Nilai interaksi antara variabel locus of control dengan variabel kecerdasan emosional

Koefisien korelasi antara variabel prestasi belajar dengan kecerdasan emosional menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan. Hubungan kedua variabel tersebut adalah positif dan termasuk dalam kategori sangat rendah (r=0.095). Sedangkan koefisien korelasi dari interaksi variabel kecerdasan emosional dan

locus of contro ldengan prestasi belajar menunjukkan adanya hubungan yang signifikan. Hubungan antara interaksi variabel kecerdasan emosional dan locus of control dengan prestasi belajar adalah positif dan termasuk dalam kategori sangat rendah (r=0,286). Hasil pengujian regresi ini menunjukkan bahwa nilai

koefisien regresi (β3) dari interaksi variabel kecerdasan emosional dan locus of control terhadap prestasi belajar adalah -0,002. Nilai tersebut menunjukkan bahwa interaksi kedua variabel sangat berpengaruh negatif terhadap derajat hubungan kecerdasan emosional dengan prestasi belajar. Nilai signifikansi koefisien regresi (β3) dari interaksi locus of control dengan variabel kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar menunjukkan lebih rendah dari nilai alpha yang digunakan dalam penelitian ini (ρ=0,003< a= 0.05). Maka dapat disimpulkan bahwa pengaruh

locus of control pada hubungan antara kecerdasan emosional dengan prestasi belajar adalah signifikan. Artinya semakin locus of control siswa cenderung eksternal, maka semakin kuat hubungan antara kecerdasan emosional dengan prestasi belajar. Hasil pengujian hipotesis ini sejalan dengan dugaan awal penelitian bahwa ada pengaruh locus of control terhadap hubungan antara kecerdasan emosional dengan prestasi belajar siswa SMP negeri dan swasta di Kota Madya Yogyakarta.

b. Pengaruh kultur keluarga terhadap hubungan antara kecerdasan emosional dengan prestasi belajar.

1) Rumusan hipotesis 2

Ho = Tidak ada pengaruh kultur keluarga terhadap hubungan antara kecerdasan emosional dengan prestasi belajar.

Ha = Ada pengaruh kultur keluarga terhadap hubungan antara kecerdasan emosional dengan prestasi belajar. 2) Pengujian Hipotesis

Variabel kultur keluarga terdiri dari 4 dimensi, sehingga berikut ini disajikan hasil pengujian hipotesis masing- masing dimensi tersebut, yang meliputi:

(a) Dimensi power distance

Berdasarkan hasil pengujian ANOVA, model persamaan regresi dapat disajikan sebagai berikut:

) ( 003 , 0 067 , 0 476 , 0 768 , 0 3a 2 1 3a i = + Χ + Χ − ΧΧ Υ Keterangan Y1 = Prestasi belajar

X3a = Variabel power distance

X2 = Variabel kecerdasan emosional

X3aX2 = Nilai interaksi antara variabel power distance dengan variabel kecerdasan emosional

Hasil pengujian regresi ini menunjukkan bahwa nilai koefisien regresi (β3) dari interaksi variabel kultur keluarga (power distance) dengan kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar siswa adalah -0,003. Nilai tersebut menunjukkan bahwa interaksi variabel kultur keluarga (power distance) dengan kecerdasan emosional berpengaruh negatif terhadap prestasi belajar. Nilai signifikansi koefisien regresi (β3) dari interaksi variabel kecerdasan emosional dengan kultur keluarga (dimensi

power distance) terhadap prestasi belajar menunjukkan lebih rendah dari nilai alpha yang digunakan dalam penelitian ini (ρ=0,010< a= 0.05). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pengaruh kultur keluarga (dimensi power distance) pada hubungan antara kecerdasan emosional dengan prestasi belajar adalah signifikan. Artinya pada siswa yang berasal dari keluarga dengan jarak kekuasaan (power distance) orang tua dengan anak semakin besar, maka semakin menguatkan hubungan antara kecerdasan emosional dengan prestasi belajar siswa.

(b) Dimensi collectivism vs individualism

Berdasarkan hasil pengujian ANOVA, model persamaan regresi dapat disajikan sebagai berikut:

) ( 003 , 0 077 , 0 347 , 0 718 , 0 3 2 1 3b i = + Χ b + Χ − Χ Χ Υ Keterangan Y1 = Prestasi belajar

X3b = Variabel collectivism vs individualism

X2 = Variabel kecerdasan emosional

X3bX2 = Nilai interaksi antara variabel collectivism vs individualism dengan kecerdasan emosional Hasil pengujian regresi ini menunjukkan bahwa nilai koefisien regresi (β3) dari interaksi variabel kultur keluarga (collectivism vs individualism) dengan kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar siswa adalah -0,003. Nilai tersebut

menunjukkan bahwa interaksi variabel kultur keluarga (collectivism vs individualism) dengan kecerdasan emosional berpengaruh negatif terhadap prestasi belajar. Nilai signifikansi koefisien regresi (β3) dari interaksi variabel kultur keluarga (collectivism vs individuailsm) dengan variabel kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar menunjukkan lebih rendah dari nilai alpha yang digunakan dalam penelitian ini (ρ=0,007 < a= 0.05). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa

pengaruh kultur keluarga (dimensi collectivism vs

individualism) pada hubungan antara kecerdasan emosional dengan prestati belajar adalah signifikan. Artinya pada siswa yang berasal dari keluarga yang cenderung semakin kolektif, maka semakin menguatkan derajat hubungan antara kecerdasan emosional dengan prestasi belajar siswa.

(c) Dimensi femininity vs masculinity

Berdasarkan hasil pengujian ANOVA, model persamaan regresi dapat disajikan sebagai berikut:

) ( 000 , 0 005 , 0 033 , 0 989 , 5 2 1 3 3 c i = + Χ c + Χ + ΧΧ Υ Keterangan Y1 = Prestasi belajar

X3c = Variabel femininity vs masculinity

X2 = Variabel kecerdasan emosional

X3cX2 = Nilai interaksi antara variabel femininity vs masculinity dengan kecerdasan emosional

Hasil pengujian regresi ini menunjukkan bahwa nilai koefisien regresi (β3) dari interaksi variabel kultur keluarga (femininity vs masculinity) dengan kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar siswa adalah 0,000. Nilai tersebut menunjukkan bahwa interaksi kedua variabel tidak memperkuat derajat hubungan kecerdasan emosional dengan prestasi belajar. Nilai signifikansi koefisien regresi (β3) dari interaksi variabel kecerdasan emosional dengan kultur keluarga (dimensi

femininity vs masculinity) terhadap prestasi belajar menunjukkan lebih rendah dari nilai alpha yang digunakan dalam penelitian ini (ρ=0,027 < a= 0.05). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pengaruh kultur keluarga (dimensi

feminity vs masculinity) pada hubungan antara kecerdasan emosional dengan prestasi belajar adalah signifikan. Artinya pada siswa yang berasal dari keluarga yang cenderung semakin feminin, maka semakin kuat hubungan antara kecerdasan emosional dengan prestasi belajarnya.

(d) Dimensi uncertainty avoidance

Berdasarkan hasil pengujian ANOVA, model persamaan regresi dapat disajikan sebagai berikut:

) ( 003 , 0 032 , 0 298 , 0 780 , 3 2 1 3 3 d i = + Χ d + Χ − ΧΧ Υ

Keterangan

Y1 = Prestasi belajar

X3d = Variabel uncertainty avoidance

X2 = Variabel kecerdasan emosional

X3dX2 = Nilai interaksi antara variabel uncertainty avoidance dengan kecerdasan emosional

Hasil pengujian regresi ini menunjukkan bahwa nilai koefisien regresi (β3) dari interaksi variabel kultur keluarga (uncertainty avoidance) dengan kecerdasan emosio nal terhadap prestasi belajar siswa adalah -0,003. Nilai tersebut menunjukkan bahwa interaksi kedua variabel sangat berpengaruh negatif terhadap prestasi belajar. Nilai signifikansi koefisien regresi (β3) dari interaksi variabel kecerdasan emosional dan kultur keluarga (dimensi uncertainty avoidance) dengan prestasi belajar menunjukkan lebih rendah dari nilai alpha yang digunakan dalam penelitian ini (ρ=0,027 < a= 0.05). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pengaruh kultur keluarga (dimensi

uncertainty avoidance) pada hubungan antara kecerdasan emosional dengan prestasti belajar adalah signifikan. Artinya pada siswa yang berasal dari keluarga dengan tingkat penghindaran akan ketidakpastian (uncertainty avoidance) semakin kuat, maka semakin menguatkan derajat hubungan antara kecerdasan emosional dengan prestasi belajarnya.

Hasil pengujian hipotesis 2, yaitu ada pengaruh kultur keluarga terhadap hubungan antara kecerdasan emosional dengan prestasi belajar adalah sebagai berikut:

) ( 002 , 0 099 , 0 179 , 0 126 , 3 2 1 3 3 + Χ − ΧΧ Χ + = Υi Keterangan Y1 = Prestasi belajar

X3 = Variabel kultur keluarga X2 = Variabel kecerdasan emosional

X3X2 = Nilai interaksi antara variabel kultur keluarga dengan kecerdasan emosional

Koefisien korelasi antara variabel prestasi belajar dengan kecerdasan emosional adalah positif dan termasuk dalam kategori sangat rendah (r=0.095). Sedangkan koefisien korelasi dari interaksi variabel kecerdasan emosional dengan kultur keluarga terhadap prestasi belajar menunjukkan adanya hubungan yang signifikan. Interaksi variabel kecerdasan emosional dengan kultur keluarga terhadap prestasi belajar adalah negatif dan termasuk dalam kategori sangat rendah (r=0,361). Hasil pengujian regresi menunjukkan bahwa nilai koefisien regresi (β3) dari interaksi variabel kecerdasan emosional dengan kultur keluarga terhadap prestasi belajar adalah -0,002. Nilai tersebut menunjukkan bahwa variabel kultur keluarga dengan kecerdasan emosional berpengaruh negatif terhadap prestasi belajar. Nilai signifikansi koefisien regresi (β3) dari interaksi variabel kecerdasan emosional dengan kultur

keluarga terhadap prestasi belajar menunjukkan lebih rendah dari nilai alpha yang digunakan dalam penelitian ini (ρ=0,005< a= 0.05). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pengaruh kultur keluarga pada hubungan antara kecerdasan emosional dengan prestasi belajar adalah signifikan. Artinya semakin besar jarak kekuasaan orang tua dengan anak, semakin berorientasi maskulin, semakin berorientasi kolektif, semakin kuat tingkat penghindaran akan ketidakpastian (uncertainty avoidance), maka semakin menguatkan hubungan antara kecerdasan emosional dengan prestasi belajar siswa. Hasil pengujian hipotesis ini sejalan dengan dugaan awal penelitian bahwa ada pengaruh kultur keluarga terhadap hubungan antara kecerdasan emosional dengan prestasi belajar siswa SMP negeri dan swasta di Kota Madya Yogyakarta. c. Pengaruh kultur sekolah terhadap hubungan antara kecerdasan

emosional dengan prestasi belajar. 1) Rumusan hipotesis 2

Ho = Tidak ada pengaruh kultur sekolah terhadap hubungan antara kecerdasan emosional dengan prestasi belajar. Ha = Ada pengaruh kultur sekolah terhadap hubungan

2) Pengujian Hipotesis

Variabel kultur sekolah terdiri dari 4 dimensi, berikut ini disajikan hasil pengujian hipotesis masing- masing dimensi tersebut, yang meliputi:

(a) Dimensi power distance

Berdasarkan hasil pengujian ANOVA, model persamaan regresi dapat disajikan sebagai berikut:

) ( 002 , 0 068 , 0 208 , 0 096 , 1 4a 2 2 4a i = + Χ + Χ − Χ Χ Υ Keterangan Y1 = Prestasi belajar

X4a = Variabel Power distance

X2 = Variabel kecerdasan emosional

X4aX2 = Nilai interaksi antara variabel Power distance dengan variabel kecerdasan emosional

Hasil pengujian regresi ini menunjukkan bahwa nilai koefisien regresi (β3) dari interaksi variabel kultur sekolah (power distance) dengan kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar siswa adalah -0,002. Nilai tersebut menunjukkan bahwa interaksi kedua variabel berpengaruh negatif terhadap prestasi belajar. Nilai signifikansi koefisien regresi (β3) dari interaksi variabel kecerdasan emosional dengan kultur sekolah (dimensi

power distance) terhadap prestasi belajar menunjukkan lebih rendah dari nilai alpha yang digunakan dalam penelitian ini (ρ=0,015< a= 0.05). Dengan demikian dapat disimpulkan

bahwa pengaruh kultur sekolah (dimensi power distance) pada hubungan antara kecerdasan emosional dengan prestasi belajar adalah signifikan. Artinya pada siswa yang berasal dari sekolah dengan jarak kekuasaan (power distance) guru dengan siswa semakin besar, maka semakin menguatkan hubungan antara kecerdasan emosional dengan prestasi belajarnya.

(b) Dimensi collectivism vs individualism

Berdasarkan hasil pengujian ANOVA, model persamaan regresi dapat disajikan sebagai berikut:

) ( 004 , 0 059 , 0 324 , 0 766 , 1 4b 2 2 4b i = + Χ + Χ − Χ Χ Υ Keterangan Y1 = Prestasi belajar

X4b = Variabel collectivism vs individualism

X2 = Variabel kecerdasan emosional

X4bX2 = Nilai interaksi antara variabel collectivism vs individualism dengan kecerdasan emosional Hasil pengujian regresi ini menunjukkan bahwa nilai koefisien regresi (β3) dari interaksi variabel kultur sekolah (collectivsm vs individualsm) dengan kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar siswa adalah -0,004. Nilai tersebut menunjukkan bahwa interaksi kedua variabel berpengaruh negatif terhadap prestasi belajar. Nilai signifikansi koefisien regresi (β3) dari interaksi variabel kultur sekolah (dimensi

terhadap prestasi belajar menunjukkan lebih rendah dari nilai alpha yang digunakan dalam penelitian ini (ρ=0,038 < a= 0.05). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pengaruh kultur sekolah (dimensi collectivism vs individualism) pada hubungan antara kecerdasan emosional dengan prestasi belajar adalah signifikan. Artinya pada siswa yang berasal dari sekolah yang cenderung semakin kolektif, maka semakin menguatkan derajat hubungan antara kecerdasan emosional dengan prestasi belajarnya.

(c) Dimensi femininity vs masculinity

Berdasarkan hasil pengujian ANOVA, model persamaan regresi dapat disajikan sebagai berikut:

) ( 008 , 0 087 , 0 704 , 0 296 , 0 4c 2 2 4c i = + Χ + Χ − Χ Χ Υ Keterangan Y1 = Prestasi belajar

X4c = Variabel feninnity vs masculinity

X2 = Variabel kecerdasan emosional

X4cX2 = Nilai interaksi antara variabel fenininity vs masculinity dengan kecerdasan emosional

Hasil pengujian regresi ini menunjukkan bahwa nilai koefisien regresi (β3) dari interaksi variabel kultur sekolah (femininity vs masculinity) dengan kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar siswa adalah -0,008. Nilai tersebut menunjukkan bahwa interaksi kedua variabel berpengaruh negatif terhadap prestasi

belajar. Nilai signifikansi koefisien regresi (β3) dari interaksi variabel kecerdasan emosional dengan kultur sekolah (dimensi

femininity vs masculinity) terhadap prestasi belajar menunjukkan lebih rendah dari nilai alpha yang digunakan dalam penelitian ini (ρ=0,000 < a= 0.05). Denga n demikian dapat disimpulkan bahwa pengaruh kultur sekolah (dimensi

femininity vs masculinity) pada hubungan antara kecerdasan emosional dengan prestasti belajar adalah signifikan. Artinya pada siswa yang berasal dari sekolah yang cenderung semakin feminin, maka semakin menguatkan hubungan antara kecerdasan emosional dengan prestasi belajarnya.

(d) Dimensi uncertainty avoidance

Berdasarkan hasil pengujian ANOVA, model persamaan regresi dapat disajikan sebagai berikut:

) ( 004 , 0 047 , 0 322 , 0 019 , 3 4d 2 2 4d i = + Χ + Χ − Χ Χ Υ Keterangan Y1 = Prestasi belajar

X4d = Variabel uncertainty avoidance

X2 = Variabel kecerdasan emosional

X4dX2 = Nilai interaksi antara variabel uncertainty avoidance dengan kecerdasan emosional

Hasil pengujian regresi menunjukkan bahwa nilai koefisien regresi (β3) dari interaksi variabel kultur sekolah (uncertainty avoidance) dengan kecerdasan emosional terhadap prestasi

belajar siswa adalah -0,004. Nilai tersebut menunjukkan bahwa interaksi kedua variabel berpengaruh negatif terhadap derajat hubungan kecerdasan emosional dengan prestasi belajar. Nilai signifikansi koefisien regresi (β3) dari interaksi variabel kecerdasan emosional dengan kultur sekolah (dimensi

uncertainty avoidance) terhadap prestasi belajar menunjukkan lebih rendah dari nilai alpha yang digunakan dalam penelitian ini (ρ=0,021 < a= 0.05). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pengaruh kultur sekolah (dimensi uncertainty avoidance) pada hubungan antara kecerdasan emosional dengan prestasti belajar adalah signifikan. Artinya pada siswa yang berasal dari sekolah dengan tingkat kecemasan (uncertainty avoidance) semakin kuat, maka semakin berpengaruh terhadap hubungan antara kecerdasan emosional dengan prestasi belajarnya.

Hasil pengujian hipotesis 3, yaitu ada pengaruh kultur sekolah terhadap hubungan antara kecerdasan emosional dengan prestasi belajar adalah sebagai berikut:

) ( 002 , 0 117 , 0 161 , 0 259 , 3 + Χ4+ Χ2 − Χ4Χ2 = Υi Keterangan Y1 = Prestasi belajar

X4 = Variabel kultur sekolah

X4X2 = Nilai interaksi antara variabel kultur sekolah dengan kecerdasan emosional

Koefisien korelasi antara variabel prestasi belajar dengan kecerdasan emosional menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan. Derajat hubungan kedua variabel tersebut adalah positif dan termasuk dalam kategori sangat rendah (r=0.095). Sedangkan koefisien korelasi dari interaksi variabel kecerdasan emosional dan kultur sekolaj dengan prestasi belajar menunjukkan adanya hubungan yang signifikan. Hubungan variabel kecerdasan emosional dan kultur sekolah dengan prestasi belajar adalah positif dan termasuk dalam kategori sangat rendah (r=0,229). Nilai tersebut menunjukkan bahwa interaksi kedua variabel menguatkan derajat hubungan kecerdasan emosional dengan prestasi belajar. Hasil pengujian regresi ini menunjukkan bahwa nilai koefisien regresi (β3) dari interaksi variabel kecerdasan emosional dengan variabel kultur sekolah terhadap prestasi belajar adalah -0,002. Nilai tersebut menunjukkan bahwa interaksi kedua variabel berpengaruh negatif terhadap derajat hubungan kecerdasan emosional dengan prestasi belajar. Nilai signifikansi koefisien regresi (β3) dari interaksi variabel kecerdasan emosional dengan kultur sekolah terhadap prestasi belajar menunjukkan lebih rendah dari nilai alpha yang digunakan dalam penelitian ini (ρ=0,000 < a= 0.05). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pengaruh

kultur sekolah pada hubungan antara kecerdasan emosional dengan prestasi belajar adalah signifikan. Artinya semakin besar power distance guru dengan siswa, semakin berorientasi feminin, semakin berorientasi kolektif, semakin kuat tingkat uncertainty avoidance

siswa, maka menguatkan derajat hubungan antara kecerdasan emosional dengan prestasi belajar siswa. Hasil pengujian hipotesis ini sejalan dengan dugaan awal penelitian bahwa ada pengaruh kultur keluarga terhadap hubungan antara kecerdasan emosional dengan prestasi belajar siswa SMP negeri dan swasta di Kota Madya Yogyakarta.

Dokumen terkait