• Tidak ada hasil yang ditemukan

6. Lingkungan Belajar yang Kondusif

4.5 Pengujian Hipotesis

Uji hipotesis adalah pengujian data statistik untuk mengetahui data hipotesis yang diajukan dapat diterima atau ditolak.Dalam penelitian ini, rumus yang digunakan untuk menguji hipotesis adalah rumus Spearman Rho Koefisien. Spearman Rho Koefisien adalah metode untuk menganalisis data untuk hubungan antara variabel yang sebenarnya dengan skala ordinal.

Jika rho< 0, maka hipotesis ditolak Jika rho > 0, maka hipotesis diterima

Selanjutnya untuk melihat tinggi rendahnya korelasi digunakan skala Guilford, yaitu sebagai berikut:

Kurang dari 0,20 : hubungan rendah sekali

0,20 – 0,40 : hubungan rendah

0,71 – 0,90 : hubungan yang tinggi; kuat

Lebih dari 0,90 : hubungan yang sangat tinggi; kuat sekali; dapat di andalkan.

Tabel 4.27 Koefisien korelasi Spearman variabelx Variabely Spearman's rho variabelx Correlation

Coefficient 1,000 ,462(**) Sig. (2-tailed) . ,000 N 77 77 variabely Correlation Coefficient ,462(**) 1,000 Sig. (2-tailed) ,000 . N 77 77

** Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Pada hasil perhitungan koefisien korelasi dengan menggunakan Spearman Rho Koefisien, terlihat angka .462 yang berarti sebagai 0,462. Angka tersebut adalah angka koefisien korelasi. Diambil dua digit terakhir dibelakang koma menjadi 0,46. Angka tersebut menunjukkan hubungan yang cukup berarti dikarenakan terletak pada interval 0,41 – 0,70 pada skala Guilford. Dengan demikian, dapat diinterpretasikan atau diuraikan terdapat hubungan yang cukup berarti tetapi pasti antara strategi komunikasi pengajar dan motivasi belajar.

Selanjutnya berdasarkan nilai rs yang diperoleh maka dapat dilakukan Uji Determinan Korelasi untuk mengetahui seberapa besar pengaruh strategi komunikasi pengajar dalam membentuk peningkatan motivasi belajar pada santri/santriwati Pesantren Tarbiyah Islamiyah Ar-Raudhatul Hasanah Medan.

��= (�s)2� 100% ��= (0,99)2� 100% ��= 0,9801� 100% ��= 98,01%

Dapat diketahui bahwa besarnya pengaruh strategi komunikasi pengajar dalam membentuk peningkatan motivasi belajar pada santri/santriwati Pesantren Tarbiyah Islamiyah Ar-Raudhatul Hasanah Medan adalah sebesar 98,01%, sedangkan 1,99% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain diluar strategi komunikasi pengajar.

4.6 Pembahasan

Dalam penelitian ini, setelah melalui tahapan analisis data dan dilanjutkan dengan pengujian hipotesis dengan rumus tata jenjang Spearman, diperoleh koefisien korelasi (rs) sebesar 0,99 (rs> 0). Hal ini menunjukkan bahwa Hipotesis Alternatif (Ha) : Terdapat hubungan antara pengaruh strategi komunikasi pengajar dan motivasi belajar pada santri/santriwati Pesantren Tarbiyah Islmiyah Ar-Raudhatul Hasanah Medan, diterima, dan Hipotesis Nol (Ho) : Tidak terdapat hubungan antara pengaruh strategi komunikasi pengajar dan motivasi belajar pada santri/santriwati Pesantren Tarbiyah Islmiyah Ar-Raudhatul Hasanah Medan, ditolak.

Pada hasil perhitungan koefisien korelasi dengan menggunakan Spearman Rho Koefisien, terlihat angka .462 yang berarti sebagai 0,462. Angka tersebut adalah angka koefisien korelasi. Diambil dua digit terakhir dibelakang koma menjadi 0,46. Angka tersebut menunjukkan hubungan yang cukup berarti dikarenakan terletak pada interval 0,41 – 0,70 pada skala Guilfordyang mengindikasikan pengaruh strategi komunikasi pengajar terhadap motivasi belajar pada santri/santriwati Pesantren Tarbiyah Islmiyah Ar-Raudhatul Hasanah Medan signifikan, artinya teknik strategi komunikasi pengajar dapat menimbulkan motivasi belajar pada santri/santriwati Pesantren Tarbiyah Islmiyah Ar-Raudhatul Hasanah Medan.

Peneliti juga mencari besarnya kekuatan pengaruh yang ditimbulkan oleh variabel X terhadap variabel Y dan diperoleh hasil 98,01%. Hal ini berarti besarnya pengaruh strategi komunikasi pengajar terhadap motivasi belajar pada santri/santriwati Pesantren Tarbiyah Islmiyah Ar-Raudhatul Hasanah Medan signifikan adalah sebesar 98,01%, sedangkan 1,99% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain diluar strategi komunikasi pengajar.

Untuk melaksanakan komunikasi yang efektif komunikator tentunya yang memiliki dua faktor penting pada diri komunikator yaitu kepercayaan pada komunikator dan daya tarik komunikator untuk menumbukan motivasi pada diri para santri/santriwati di Pesantren. Pengajar sebagai komunikator menjadi pusat perhatian seluruh para santri/santriwati saat proses belajar mengajar tengah berlangsung. Segala hal yang ada pada diri pengajartersebut dinilai oleh para santri/santriwati, seperti : penampilan fisik, bahasa tubuh serta bagaimana interaksi-nya dengan santri/santriwati, khususnya santri/santriwati. Pada tahap ini, komunikator sebagai pemberi stimulus sudah menarik

perhatian santri/santriwati, maka santri/santriwati pun mulai membandingkan dirinya dengan pengajardan mencari kesamaan yang ada antara dirinya dan pengajartersebut, serta bagaimana pengajar menggunakan kekuasaannya dalam memberikan stimulus untuk termotivasi belajar.

Setelah mendapatkan kesamaan dalam beberapa hal, seperti kesamaan fisik dan kesamaan pandangan. Pada tabel 4.24, dari 77 responden, jumlah responden jumlah responden yang memiliki tanggapan setuju bahwa kegiatan yang dilakukan menarik pada saat proses belajar mengajar tengah berlangsung adalah 58 orang. Diantaranya 35 orang menyatakan setuju bahwa pengajar memiliki kesamaan dalam membawakan diri kepada santri/santriwati pada saat proses belajar mengajar dan 5 orang menyatakan sangat setuju bahwa pengajar memiliki kesamaan dalam membawakan diri kepada santri/santriwati pada saat proses belajar mengajar. 11 orang kurang setuju dan 7 orang menyatakan tidak setuju bahwa pengajar memiliki kesamaan dalam membawakan diri kepada santri/santriwati pada saat proses belajar mengajar. Hal ini menunjukkan, pengajar berhasil membawakan dirinya sama dengan mayoritas santri/santriwati.

Selain itu, berdasarkan tabel 4.26, dari 77 responden terdapat 50 orang memiliki tanggapan setuju bahwa lingkungan belajar kondusif. Diantaranya 9 menyatakan sangat setuju bahwa kemampuan pengajar dalam menimbulkan kesan yang riang dan senang bergaul pada saat proses belajar mengajar berlangsung dan 38 orang menyatakan setuju. 2 orang menyatakan kurang setuju dan 1 orang menyatakan tidak setuju bahwa kemampuan pengajar dalam menimbulkan kesan yang riang dan senang bergaul pada saat proses belajar mengajar berlangsung. Hal ini membuktikan bahwa sikap yang ditimbulkan kesan yang riang dan senang bergaul yang ditujukan kepada para santri/santriwati membuat santri/santriwati merasakan lingkungan belajar yang kondusif sehingga menimbulkan motivasi belajar dalam diri para santri/santriwati.

Hal-hal tersebut menjelaskan bahwa komunikator yang efektif melibatkan kredibilitasnya, atraksinya dan juga kekuasaan pengajar yang dapat menimbulkan motivasi belajar pada santri/santriwati. Kredibilitas pengajaryang berhubungan dengan kemampuan pengajar, membentuk kesan ahli dalam menyampaikan topik di mata santri/santriwati, terkesan jujur, tidak monoton, terkesan ramah, ada jiwa pemimpin atau bahkan terkesan mirip dengan seseorang /kelompok yang disukai oleh santri/santriwati tersebut. Atraksi yang berhubungan dengan pertunjukkan yang ditampilkan oleh

pengajar, terkesan menarik oleh santri/santriwati, seperti penampilan fisik yang menarik dan juga segala hal yang terkesan sama dengan antara pengajardan santri/santriwati, baik ide-ide ataupun pemahaman akan suatu hal. Kekuasaan yang dimiliki oleh pengajar dalam menggunakan wewenang untuk memberikan motivasi belajar pada santri/santriwati.

BAB V

Dokumen terkait