• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

B. Pengujian Persyaratan Analisis

Sebelum melakukan pengujian hipotesis dengan uji t-test, maka diperlukan pengujian persyaratan analisis sebagai syarat untuk pengujian hipotesis. Pengujian persyaratan analisis yang dilakukan yaitu uji normalitas dan homogenitas varians.

a. Uji Normalitas

Uji normalitas data ini dilakukan untuk mengetahui apakah sampel yang diteliti berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah rumus Chi Kuadrat. Langkah-langkah uji normalitas sebagai berikut:

1. Menentukan Hipotesis Statistika

H0 : Sebaran data berasal dari populasi berdistribusi normal Ha : Sebaran data tidak berasal dari populasi berdistribusi normal 2. Menentukan Statistik Uji dan Taraf signifikan

Berdasarkan tabel chi kuadrat untuk jumlah sampel 30 , dk = 3 dengan taraf signifikan diperoleh = 7,815.

3. Menentukan Kriteria pengujian

Kriteria pengujian untuk uji normalitas, yaitu:

Jika < , maka Ho diterima dan Ha ditolak. 4. Menentukan

Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh kelas eksperimen = 2,713 dan kelas kontrol = 3,281. Berikut ini adalah tabel hasil uji normalitas kelas eksperimen dan kontrol:

Tabel 9

Hasil Uji Normalitas Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

Variabel Jumlah Sampel Taraf Signifikan Kesimpulan Hasil Posttest Kelas Eksperimen 30 0,05 2,713 7,815 Sebaran data berasal dari populasi yang berdistribusi normal Hasil Posttes kelas Kontrol 30 0,05 3,281 7,815 5.Kesimpulan

Berdasarkan hasil perhitungan uji normalitas dengan rumus chi kuadrat diperoleh hitung < tabel , maka H0 diterima. Artinya sebaran data berasal dari populasi yang berdistribusi normal.

b. Uji Homogenitas

Setelah persyaratan normalitas dipenuhi, maka persyaratan selanjutnya yang harus dipenuhi adalah homogenitas varians. Uji homogenitas varians yang digunakan adalah rumus fisher. Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah kedua varians populasi sama. Langkah-langkah uji homogenitas sebagai berikut:

1. Menentukan Hipotesis Ho :

Ha :

2. Menentukan Statistik Uji dan Taraf Signifikan

Berdasarkan tabel F untuk jumlah sampel 30, dk pembilang = 29 dkpenyebut = 29 pada taraf signifikan = 0,05 diperoleh Ftabel = 2,101

3. Menentukan Kriteria Pengujian

Jika Fhitung < Ftabel , maka Ho diterima, yang berarti kedua varians populasi homogen.

Jika Fhitung > Ftabel , maka Ha diterima, yang berarti kedua varians populasi tidak homogen

4. Menentukan Fhitung

Berdasarkan perhitungan diperoleh nilai varians kelas eksperimen = 210,22 dan nilai varians kelas kontrol = 147,47. Sehingga diperoleh Fhitung = 1,425. Berikut ini adalah tabel hasil uji homogenitas kelas eksperimen dan kontrol.

Tabel 10

Hasil Uji Homogenitas Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

Varians

Taraf

Signifikan Fhitung Ftabel Kesimpulan Kelas Eksperimen Kelas Kontrol 210,22 147,47 0,05 1,425 2,101 Kedua Varians populasi homogen 5. Kesimpulan

Berdasarkan perhitungan uji homogenitas dengan rumus fisher diperoleh Fhitung < Ftabel, maka H0 diterima. Artinya kedua varians populasi homogen

C.Pengujian Hipotesis

Setelah uji prasyarat normalitas dan homogenitas dipenuhi, selanjutnya untuk melihat adanya pengaruh antara kelas yang diajarkan dengan metode SQ3R dengan kelas yang diajarkan dengan menggunakan metode konvensional digunakan uji t-test. Langkah-langkah uji hipotesis sebagai berikut:

1. Mentukan Hipotesis Ho : ≤

Ha :

2. Menentukan Statistik Uji dan Taraf signifikan Nilai ttabel dengan dk 58 dan  = 0,05. yaitu 1,673. 3. Menetukan Kriteria pengujian

Jika thitung < ttabel , maka Ho diterima, artinya kemampuan pemahaman konsep matematika yang diajarkan dengan menggunakan metode SQ3R sama

dengan kemampuan pemahaman konsep matematika yang diajarkan dengan metode kovensional.

Jika thitung > ttabel , maka Ha diterima, artinya kemampuan pemahaman konsep matematika yang diajarkan dengan menggunakan metode SQ3R lebih tinggi dari kemampuan pemahaman konsep matematika yang diajarkan dengan metode kovensional.

4. Menentukan thitung

Berdasarkan perhitungan diperoleh thitung = 2,018, berarti thitung > ttabel. 5. Kesimpulan

karena nilai thitung > ttabel yaitu 2,018 > 1,673 maka Ho ditolak atau Ha diterima. Artinya, bahwa metode SQ3R mempunyai pengaruh yang lebih baik dalam pembelajaran matematika dibandingkan dengan metode konvensional. Berikut ini kurva normal untuk daerah penerimaan Ho:

Gambar 3

Kurva Distribusi Normal

Kriteria pengujian adalah tolak H0, jika thitung lebih besar dari 1,673. Penelitian ini memberikan hasil thitung 2,018 dan jatuh pada daerah penolakan H0. Jadi hipotesis H0 ditolak, maka Ha diterima artinya kemampuan pemahaman konsep matematika siswa yang diajarkan dengan metode SQ3R lebih tinggi dari kemampuan pemahaman konsep matematika yang diajarkan dengan metode konvensional.

Daerah PenerimaanHo

Daerah Penolakan Ho

D. Pembahasan

Berdasarkan hasil pengujian hipotesis di atas, menyatakan adanya pengaruh kemampuan pemahaman konsep matematika siswa antara kelas eksperimen yang pembelajarannya menggunakan metode SQ3R dengan kelas kontrol yang pembelajarannya menggunakan metode konvensional. Hal tersebut dapat ditunjukkan dengan nilai rata-rata siswa yang pembelajarannya menggunakan metode SQ3R lebih besar dari siswa yang pembelajarannya menggunakan metode konvensional.

Sesuai pengalaman penulis siswa yang diajarkan dengan metode SQ3R baik siswa yang berprestasi tinggi ataupun rendah ikut aktif dalam pembelajaran. Langkah-langkah pada metode SQ3R melibatkan siswa menjadi aktif baik secara mental atau fisik, sehingga membantu siswa mengkonstruksi ilmu pengetahuan dengan cara bekerjasama dengan teman sekelompoknya. Pada proses pembelajaran dengan metode SQ3R, siswa saling bertukar pikiran atau sharing antar siswa. Pembelajaran dengan metode SQ3R siswa lebih ingat dan paham tentang konsep yang telah mereka pelajari, karena secara langsung siswa yang menggali informasi baru dengan kemampuannya. Berikut ini adalah contoh catatan bermakna siswa atau hasil kesimpulan siswa selama belajar:

Catatan Bermakna Siswa

Siswa pada kelas eksperimen mempunyai rasa kompetitif yang tinggi antar kelompok. Hal ini terlihat ketika siswa mempresentasikan hasil diskusi mereka. Antar kelompok berantusias untuk terlebih dahulu mempresentasikan.

Apalagi ketika mengerjakan soal latihan setiap kelompok ingin mendapatkan nilai yang tertinggi. Selain antar kelompok, secara individual siswa pada kelas eksperimen juga memiliki rasa persaingan yang tinggi untuk mendapatkan hasil yang terbaik.

Metode SQ3R tidak hanya untuk memahami materi, tetapi juga untuk memahami isi soal. Sebelum menyelesaikan soal siswa harus mengidentifikasi apa yang diketahui (survey), ditanya (question), kata kunci dan menjawab soal (recite). Langkah-langkah tersebut membuat siswa lebih teliti dalam memahami isi soal, sehingga siswa dapat menentukan konsep yang tepat serta menerapkan konsep dalam menjawab soal. Hal ini juga sesuai dengan pendapat Bloom yang membedakan pemahaman menjadi translation, interpretation, dan

ekstrapolation.

Mengidentifikasi diketahui dan ditanya merupakan pemahaman pada aspek translation yaitu pemahaman siswa dalam menterjemahkan isi soal. Memberikan kata kunci merupakan pemahaman pada aspek interpretation

yaitu pemahaman siswa dalam memberikan arti pada soal dengan menentukan konsep, sehingga memudahkan siswa dalam menjawab soal. Menjawab soal merupakan pemahaman pada aspek ekstrapolation yaitu pemahaman siswa dalam menerapkan konsep yang telah mereka tentukan pada kata kunci. Berikut ini adalah hasil lembar jawaban siswa:

Sebaliknya pada kelas kontrol yang diterapkan metode konvensional, yaitu metode yang biasa digunakan guru. Sesuai pengalaman penulis siswa kurang aktif dan hanya beberapa siswa yang berantusias untuk bertanya. Hal ini diduga proses pembelajaran dengan menggunakan metode konvensional guru lebih dominan dan siswa kurang dilatih untuk aktif baik secara mental maupun fisik. Akibatnya siswa kurang mengeksplor kemampuannya dalam memahami konsep matematika dan siswa menjadi pasif.

Siswa pada kelas kontrol kurang kompetitif. Hal ini terlihat ketika siswa diberikan soal latihan. Sebagian siswa khususnya siswa laki-laki kurang begitu semangat, mereka mengerjakan sambil berbicara dengan teman lainnya, sehingga hasil yang didapat tidak maksimal.

Secara umum dari kedua kelas yang diteliti, tampak bahwa metode SQ3R membuat siswa lebih aktif menggali informasi dari sumber yang telah diberikan dan menjelaskan kembali hasil informasi yang telah mereka peroleh. Pembelajaran dengan metode SQ3R memberikan peluang kepada siswa untuk menemukan konsep matematika secara sendiri melalui proses berfikir, bertanya dan berdiskusi.

Berdasarkan uraian di atas terlihat bahwa metode SQ3R yang diterapkan dalam proses pembelajaran berpengaruh terhadap kemampuan pemahaman konsep matematika siswa. Selain dapat meningkatkan kemampuan komunikasi matematika siswa, prestasi belajar siswa dari hasil penelitian Sudrajat dan Edy Suparno, ternyata metode SQ3R juga dapat digunakan untuk memudahkan siswa dalam memahami konsep matematika.

Dokumen terkait