• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

B. Analisis Data

1. Pengujian Prasyarat Analisis Data

Pengujian normalitas dimaksudkan untuk mengetahui normal atau tidaknya distribusi data variabel kecerdasan emosional guru, kultur keluarga, kultur lingkungan kerja, kultur lingkungan masyarakat, dan

locus of control. Berikut ini disajikan hasil pengujian normalitas berdasarkan uji satu sample dari Kolmogorov-Smirnov (lampiran 6, hal. 216):

Tabel 4.19

Hasil Pengujian Normalitas

Kecerdasan Emosional (Y) Kultur Keluarga (X1) Kultur Lingkungan Kerja (X2) Kultur Lingkungan Masy .(X3) Locus of Control (X4) N 319 319 319 319 319 77,44 46,85 45,98 50,64 11,82

Normal Parameters(a,b) Mean

Std. Deviation 7,648 4,378 3,921 4,786 4,211 Most Extreme Differences Absolute ,067 ,074 ,073 ,063 ,071

,067 ,074 ,073 ,047 ,071

Positive

Negative -,044 -,056 -,066 -,063 -,059

Kolmogorov-Smirnov Z 1,199 1,323 1,306 1,118 1,271

Asymp. Sig. (2-tailed) ,113 ,061 ,066 ,164 ,079

Sumber : data primer

Dari tabel 4.19 di atas dapat diketahui nilai asymptotics significance

(Asym.Sig.) untuk distribusi data variabel kecerdasan emosional 0,113, kultur keluarga 0,061, kultur lingkungan kerja 0,066 kultur lingkungan masyarakat 0,164, dan locus of control 0,079 yang berarti lebih besar dari alpha (α) = 0,05. Dengan demikian dapat disimpulkan distribusi data variabel kecerdasan emosional guru, kultur keluarga, kultur lingkungan kerja, kultur lingkungan masyarakat, dan locus of control

b. Pengujian Linieritas

Pengujian linieritas dilakukan dengan menggunakan statistik uji F pada tingkat signifikansi 5%. pengujian linieritas digunakan untuk menguji apakah hubungan variabel kultur keluarga dengan kecerdasan emosional guru, hubungan variabel kultur lingkungan kerja dengan kecerdasan emosional guru, dan hubungan variabel kultur lingkungan masyarakat dengan kecerdasan emosional guru linier atau tidak. Berikut ini disajikan tabel hasil pengujian linieritas (lampiran 6, hal. 217):

Tabel 4.20 Hasil Pengujian Linieritas

Kultur Keluarga dengan Kecerdasan Emosional Guru Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

(Combined) 1775,158 21 84,531 1,492 ,078

48,640 1 48,640 ,858 ,355

Between Groups

Linear Term Weighted

Deviation 1726,517 20 86,326 1,524 ,072

Within Groups 16759,695 297 56,658

Total 18602,558 318

Sumber: Data Primer

Tabel 4.20 di atas menunjukkan bahwa hubungan variabel kultur keluarga dengan kecerdasan emosional guru adalah linier. Hal ini ditunjukkan dari nilai Fhitung = 1,524 yang lebih kecil dari nilai Ftabel = 1,6060 pada derajat kebebasan /df ( 20:297).

Tabel 4.21 Hasil Pengujian Linieritas

Kultur Lingkungan Kerja dengan Kecerdasan Emosional Guru Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

(Combined) 2836,066 24 118,169 2,204 ,001

1637,124 1 1637,124 30,528 ,000 Between Groups

Linear Term Weighted

Deviation 1198,942 23 52,128 ,972 ,502

Within Groups 15766,492 294 53,628

Total 18602,558 318

Tabel 4.21 di atas menunjukkan bahwa hubungan variabel kultur lingkungan kerjat dengan kecerdasan emosional guru adalah linier. Hal ini ditunjukkan dari nilai Fhitung = 0,972 yang lebih kecil dari nilai Ftabel = 1,5661 pada derajat kebebasan (23:294).

Tabel 4.22

Hasil Pengujian Linieritas

Kultur Lingkungan Masyarakat dengan Kecerdasan Emosional Guru Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

(Combined) 2889,678 24 120,403 2,253 ,001

1474,468 1 1474,468 27,588 ,000 Between Groups

Linear Term Weighted

Deviation 1415,210 23 61,531 1,151 ,289

Within Groups 15712,880 294 53,445

Total 18602,558 318

Sumber: Data Primer

Tabel 4.22 di atas menunjukkan bahwa hubungan variabel kultur lingkungan masyarakat dengan kecerdasan emosional guru adalah linier. Hal ini ditunjukkan dari nilai Fhitung = 1,151 yang lebih kecil dari nilai Ftabel = 1,5661 pada derajat kebebasan (23:294).

2. Pengujian Hipotesis

a. Pengaruh Jenis Kelamin Terhadap Hubungan Kultur Keluarga Dengan Kecerdasan Emosional Guru

1) Rumusa hipotesis I

Ho : Tidak ada pengaruh jenis kelamin terhadap hubungan kultur keluarga dengan kecerdasan emosional guru. Ha : Ada pengaruh jenis kelamin terhadap hubungan kultur

2) Pengujian hipotesis

Pengujian hipotesis penelitian ini menggunakan model persamaan yang dikembangkan oleh Chow (Gujarati, 1995:512). Berdasarkan hasil pengujian ANOVA, model persamaan regresi dapat disajikan sebagai berikut ( lampiran 7, hal. 219):

Y = 49,310 + 0,647X1 + 16,156X - 0,377 X2 1X 2 Keterangan :

Y = Variabel kecerdasan emosional guru X1 = Variabel kultur keluarga

X 2 = Variabel jenis kelamin

X1X = Nilai interaksi antara variabel kultur keluarga dengan variabel jenis kelamin

2

Nilai koefisien korelasi antara variabel kultur keluarga dengan kecerdasan emosional guru sebesar 0,172, maka dapat dikatakan bahwa hubungan kultur keluarga dengan kecerdasan emosional guru terkategorikan sangat rendah. Sedangkan nilai koefisien korelasi antara jenis kelamin terhadap hubungan kultur keluarga dengan kecerdasan emosional guru sebesar 0,110 maka dapat dikatakan bahwa hubungan kultur keluarga dengan kecerdasan emosional guru terkategorikan sangat rendah. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa interaksi jenis kelamin dengan kultur keluarga semakin melemahkan hubungan antara kultur keluarga dengan kecerdasan emosional guru.

Persamaan regresi di atas menunjukkan bahwa nilai koefisien regresi (β 3) dari interaksi variabel kultur keluarga dan jenis

kelamin terhadap kecerdasan emosional guru adalah -0,377. Nilai tersebut menunjukkan bahwa interaksi kedua variabel memperlemah derajat hubungan kultur keluarga dengan kecerdasan emosional guru. Nilai signifikansi koefisien regresi dari interaksi kultur keluarga dengan jenis kelamin terhadap kecerdasan emosional guru menunjukkan lebih tinggi dari nilai alpha yang digunakan dalam penelitian ini (

) (p

ρ= 0,054 < α = 0,050). Maka

dapat disimpulkan bahwa pengaruh jenis kelamin terhadap hubungan kultur keluarga dengan kecerdasan emosional guru adalah tidak signifikan. Artinya hasil penelitian tidak dapat digeneralisasi pada populasi penelitian ini.

b. Pengaruh Jenis Kelamin Terhadap Hubungan Kultur Lingkungan Kerja Dengan Kecerdasan Emosional Guru

1) Rumusan hipotesis II

Ho : Tidak ada pengaruh jenis kelamin terhadap hubungan kultur lingkungan kerja dengan kecerdasan emosional guru.

Ha : Ada pengaruh jenis kelamin terhadap hubungan kultur lingkungan kerja dengan kecerdasan emosional guru. 2) Pengujian hipotesis

Pengujian hipotesis penelitian ini menggunakan model persamaan yang dikembangkan oleh Chow (Gujarati, 1995:512). Berdasarkan

hasil pengujian ANOVA, model persamaan regresi dapat disajikan sebagai berikut ( lampiran 7, hal. 220):

Y = 24,815 + 1,188 X1 + 18,837X + 0,440 X2 1X 2 Keterangan :

Y = Variabel kecerdasan emosional guru X1 = Variabel kultur lingkungan kerja X 2 = Variabel jenis kelamin

X1X = Nilai interaksi antara variabel kultur lingkungan kerja dengan variabel jenis kelamin

2

Nilai koefisien korelasi antara variabel kultur lingkungan kerja dengan kecerdasan emosional guru sebesar 0,297, maka dapat dikatakan bahwa hubungan kultur lingkungan kerja dengan kecerdasan emosional guru terkategorikan rendah. Sedangkan nilai koefisien korelasi antara jenis kelamin terhadap hubungan kultur lingkungan kerja dengan kecerdasan emosional guru sebesar 0,310 maka dapat dikatakan bahwa hubungan kultur lingkungan kerja dengan kecerdasan emosional guru terkategorikan rendah. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa interaksi jenis kelamin dengan kultur lingkungan kerja semakin menguatkan hubungan antara kultur lingkungan kerja dengan kecerdasan emosional guru. Persamaan regresi di atas menunjukkan bahwa nilai koefisien regresi (β 3) dari interaksi variabel kultur lingkungan kerja dan jenis kelamin terhadap kecerdasan emosional guru adalah 0,440. Nilai tersebut menunjukkan bahwa interaksi kedua variabel memperkuat derajat hubungan kultur lingkungan kerja dengan

kecerdasan emosional guru. Nilai signifikansi koefisien regresi dari interaksi kultur lingkungan kerja dengan jenis kelamin terhadap kecerdasan emosional guru menunjukkan lebih rendah dari nilai alpha yang digunakan dalam penelitian ini (

) (p

ρ= 0,039 < α = 0,050). Maka dapat disimpulkan bahwa pengaruh jenis kelamin terhadap hubungan kultur lingkungan kerja dengan kecerdasan emosional guru adalah signifikan. Artinya hasil penelitian dapat digeneralisasi pada populasi penelitian ini.

c. Pengaruh Jenis Kelamin Terhadap Hubungan Kultur Lingkungan Masyarakat Dengan Kecerdasan Emosional Guru

1) Rumusan hipotesis III

Ho : Tidak ada pengaruh jenis kelamin terhadap hubungan kultur lingkungan masyarakat dengan kecerdasan emosional guru.

Ha : Ada pengaruh jenis kelamin terhadap hubungan kultur lingkungan masyarakat dengan kecerdasan emosional guru.

2) Pengujian hipotesis

Pengujian hipotesis penelitian ini menggunakan model persamaan yang dikembangkan oleh Chow (Gujarati, 1995:512). Berdasarkan hasil pengujian ANOVA, model persamaan regresi dapat disajikan sebagai berikut ( lampiran 7, hal. 221):

Y = 29,204 + 0,994X1 + 17,229X + 0,368X2 1X 2 Keterangan :

Y = Variabel kecerdasan emosional guru X1 = Variabel kultur lingkungan masyarakat X 2 = Variabel jenis kelamin

X1X = Nilai interaksi antara variabel kultur lingkungan masyarakat dengan variabel jenis kelamin

2

Nilai koefisien korelasi antara variabel kultur lingkungan masyarakat dengan kecerdasan emosional guru sebesar 0,282, maka dapat dikatakan bahwa hubungan kultur lingkungan masyarakat dengan kecerdasan emosional guru terkategorikan sangat rendah. Sedangkan nilai koefisien korelasi antara jenis kelamin terhadap hubungan kultur lingkungan masyarakat dengan kecerdasan emosional guru sebesar 0,297 maka dapat dikatakan bahwa hubungan kultur lingkungan masyarakat dengan kecerdasan emosional guru terkategorikan rendah. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa interaksi jenis kelamin dengan kultur lingkungan masyarakat semakin menguatkan hubungan antara kultur lingkungan masyarakat dengan kecerdasan emosional guru. Persamaan regresi di atas menunjukkan bahwa nilai koefisien regresi (β 3) dari interaksi variabel kultur lingkungan masyarakat dan jenis kelamin terhadap kecerdasan emosional guru adalah 0,368. Nilai tersebut menunjukkan bahwa interaksi kedua variabel memperkuat derajat hubungan kultur lingkungan masyarakat dengan kecerdasan emosional guru. Nilai signifikansi koefisien

regresi dari interaksi kultur lingkungan masyarakat dengan jenis kelamin terhadap kecerdasan emosional guru menunjukkan lebih rendah dari nilai alpha yang digunakan dalam penelitian ini (

) (p

ρ= 0,032 < α = 0,050). Maka dapat disimpulkan bahwa

pengaruh jenis kelamin terhadap hubungan kultur lingkungan masyarakat dengan kecerdasan emosional guru adalah signifikan. Artinya hasil penelitian dapat digeneralisasi pada populasi penelitian ini.

d. Pengaruh Locus of Control Terhadap Hubungan Kultur Keluarga Dengan Kecerdasan Emosional Guru

1) Rumusan hipotesis IV

Ho : Tidak ada pengaruh locus of control terhadap hubungan kultur keluarga dengan kecerdasan emosional guru. Ha : Ada pengaruh locus of control terhadap hubungan

kultur keluarga dengan kecerdasan emosional guru. 2) Pengujian hipotesis

Pengujian hipotesis penelitian ini menggunakan model persamaan yang dikembangkan oleh Chow (Gujarati, 1995:512). Berdasarkan hasil pengujian ANOVA, model persamaan regresi dapat disajikan sebagai berikut ( lampiran 7, hal.222):

Y = 78,837 – 0,100X1 - 0,488X - 0,016 X2 1X 2 Keterangan :

Y = Variabel kecerdasan emosional guru X1 = Variabel kultur keluarga

X = 2 Variabel locus of control

X1X = Nilai interaksi antara variabel kultur keluarga dengan variabel locus of control

2

Nilai koefisien korelasi antara variabel kultur keluarga dengan kecerdasan emosional guru sebesar 0,172, maka dapat dikatakan bahwa hubungan kultur keluarga dengan kecerdasan emosional guru terkategorikan sangat rendah. Sedangkan nilai koefisien korelasi antara locus of control terhadap hubungan kultur keluarga dengan kecerdasan emosional guru sebesar 0,162 maka dapat

0,050). Maka dapat disimpulkan bahwa pengaruh locus of control

terhadap hubungan kultur keluarga dengan kecerdasan emosional guru adalah tidak signifikan. Artinya hasil penelitian tidak dapat digeneralisasi pada populasi penelitian ini.

e. Pengaruh Locus of Control Terhadap Hubungan Kultur Lingkungan Kerja Dengan Kecerdasan Emosional Guru

1) Rumusan hipotesis V

Ho : Tidak ada pengaruh locus of control terhadap hubungan kultur lingkungan kerja dengan kecerdasan emosional guru.

Ha : Ada pengaruh locus of control terhadap hubungan kultur lingkungan kerja dengan kecerdasan emosional guru.

2) Pengujian hipotesis

Pengujian hipotesis penelitian ini menggunakan model persamaan yang dikembangkan oleh Chow (Gujarati, 1995:512). Berdasarkan hasil pengujian ANOVA, model persamaan regresi dapat disajikan sebagai berikut ( lampiran 7, hal. 223) :

Y = 23,665 + 1,111 X1 + 2,273 X + 0,044 X2 1X 2 Keterangan :

Y = Variabel kecerdasan emosional guru X1 = Variabel kultur lingkungan kerja X = 2 Variabel locus of control

X1X = Nilai interaksi antara variabel kultur lingkungan kerja dengan variabel locus of control

2

Nilai koefisien korelasi antara variabel kultur lingkungan kerja dengan kecerdasan emosional guru sebesar 0,297, maka dapat dikatakan bahwa hubungan kultur lingkungan kerja dengan kecerdasan emosional guru terkategorikan rendah. Sedangkan nilai koefisien korelasi antara locus of control terhadap hubungan kultur lingkungan kerja dengan kecerdasan emosional guru sebesar 0,320 maka dapat dikatakan bahwa hubungan kultur lingkungan kerja dengan kecerdasan emosional guru terkategorikan rendah. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa interaksi locus of control

dengan kultur lingkungan kerja semakin menguatkan hubungan antara kultur lingkungan kerja dengan kecerdasan emosional guru. Persamaan regresi di atas menunjukkan bahwa nilai koefisien regresi (β 3) dari interaksi variabel kultur lingkungan kerja dan

locus of control terhadap kecerdasan emosional guru adalah 0,044. Nilai tersebut menunjukkan bahwa interaksi kedua variabel memperkuat derajat hubungan kultur lingkungan kerja dengan kecerdasan emosional guru. Nilai signifikansi koefisien regresi dari interaksi kultur lingkungan kerja dengan locus of control

terhadap kecerdasan emosional guru menunjukkan lebih rendah dari nilai alpha yang digunakan dalam penelitian ini (

) (p

ρ= 0,044 > α = 0,050). Maka dapat disimpulkan bahwa pengaruh locus of

control terhadap hubungan kultur lingkungan kerja dengan kecerdasan emosional guru adalah signifikan. Artinya hasil penelitian dapat digeneralisasi pada populasi penelitian ini.

f. Pengaruh Locus of Control Terhadap Hubungan Kultur Lingkungan Masyarakat Dengan Kecerdasan Emosional Guru

1) Rumusan hipotesis VI

Ho : Tidak ada pengaruh locus of control terhadap hubungan kultur lingkungan masyarakat dengan kecerdasan emosional guru.

Ha : Ada pengaruh locus of control terhadap hubungan kultur lingkungan masyarakat dengan kecerdasan emosional guru.

2) Pengujian hipotesis

Pengujian hipotesis penelitian ini menggunakan model persamaan yang dikembangkan oleh Chow (Gujarati, 1995:512). Berdasarkan hasil pengujian ANOVA, model persamaan regresi dapat disajikan sebagai berikut ( lampiran 7, hal. 224) :

Y = 43,599 + 0,623X1 + 1,110X + 0,018X2 1X 2 Keterangan :

Y = Variabel kecerdasan emosional guru X1 = Variabel kultur lingkungan masyarakat X = 2 Variabel locus of control

X1X = Nilai interaksi antara variabel kultur lingkungan masyarakat dengan variabel locus of control

Nilai koefisien korelasi antara variabel kultur lingkungan masyarakat dengan kecerdasan emosional guru sebesar 0,282,

kecerdasan emosional guru adalah tidak signifikan. Artinya hasil penelitian tidak dapat digeneralisasi pada populasi penelitian ini.

Dokumen terkait