Miselium kapang disaring menggunakan kertas saring berdiameter 11 cm (sudah dikeringkan terlebih dahulu) menggunakan alat penyaring vakum lalu dicuci dua kali dengan akuades dan dikeringkan pada oven suhu 105oC sampai berat konstan.
Isolasi dan Identifikasi Kapang dan Khamir Ragi Tape
Berdasarkan hasil pengumpulan sampel ragi tape, terlihat bahwa masing-masing daerah memiliki produk ragi tape tersendiri, kecuali ragi tape NKL yang dapat ditemukan di tiga wilayah di pulau Jawa yaitu Semarang, Yogyakarta dan Madiun. Sebanyak 13 sampel ragi tape telah berhasil diisolasi kandungan mikroorganismenya dan diperoleh sebanyak 24 isolat kapang dan 13 isolat khamir yang dapat dikelompokkan menjadi 5 Genus yaitu Mucor/Chlamydomucor,
Rhizopus, Aspergillus, Saccharomycopsis dan Saccharomyces. Selanjutnya
dilakukan identifikasi kapang lebih lanjut sampai ke tingkat spesies kecuali Genus
Aspergillus, sedangkan identifikasi khamir hanya sampai tingkatan Genus
mengingat keterbatasan uji-uji fisiologis yang dilakukan. Hasil isolasi dan identifikasi kapang dan khamir dari ragi tape secara lengkap terangkum dalam Tabel 4. Sedangkan karakteristik dan hasil pengamatan secara makroskopis dari isolat kapang dan khamir dapat dilihat pada Tabel 5 dan 6 serta Gambar 5 dan 6.
Tabel 4. Hasil isolasi dan identifikasi kapang dan khamir ragi tape
Asal Daerah Nama Ragi Isolat Kapang dan Khamir
Kereta Kencana Chlamydomucor oryzae., Mucor rouxii, Saccharomycopsis
sp 2.
Gunung Chlamydomucor oryzae., Rhizopus nigricans. DKI Jakarta
Tanpa Merek Chlamydomucor oryzae., Mucor rouxii, Rhizopus arrhizus. Cakra Matahari Rhizopus oryzae., Saccharomycopsis sp 1.
Berlian Chlamydomucor oryzae., Rhizopus oryzae,
Saccharomycopsis sp 1. Bandung
Sae Super Chlamydomucor oryzae., Saccharomycopsis sp 1. Gedang Chlamydomucor oryzae., Mucor rouxii,
Saccharomycopsis sp 2. Semarang
Na Kok Liong (NKL)
Chlamydomucor oryzae., Saccharomycopsis sp. 1,
Saccharomyces sp.
Rembang Sidojoyo Chlamydomucor oryzae, grup Aspergillusniger,
Aspergillus sp, Saccharomycopsis sp 1. MK Kalasan Chlamydomucor oryzae., Mucor rouxii
Yogyakarta
NKL Chlamydomucor oryzae., Mucor rouxii, Saccharomycopsis sp 1., Saccharomyces sp. NKL Chlamydomucor oryzae., Saccharomycopsis sp 2.,
Saccharomyces sp. Madiun
Gambar 5. Foto mikrograf isolat kapang dengan perbesaran 400x
(1) Mucor rouxii (2) Chlamydomucor oryzae (3) Rhizopus
nigricans (4) R. oryzae (5) R. arrhizus (6) grup Aspergillus niger
Tabel 5. Karakteristik isolat kapang ragi tape
Karakteristik isolat kapang Hasil identifikasi kapang
Diameter sporangium < 100µm, berwarna putih sampai coklat keemasan, tumbuh pada suhu 37oC, spora berukuran 4-5µm
Mucor rouxii
Miselium berwarna putih, tidak membentuk spora atau konidia, klamidospora terdapat dalam jumlah banyak yang dibentuk di dalam hifa miselium terisolasi atau terletak dalam larikannya dengan ukuran yang berbeda-beda
Chlamydomucor oryzae
Rhizoid berkembang dengan baik, spora berukuran 9- 12 x 7,5-8µm
Rhizopus nigricans
(1) (2)
(3) (4)
Karakteristik isolat kapang Hasil identifikasi kapang
Rhizoid berkembang dengan baik, spora berukuran 7- 9 x 4,5-6µm
Rhizopus oryzae
Rhizopus jarang ditemukan dan pendek, sporangiofora tidak membengkak dan panjangnya lebih dari 150µm
Rhizopus arrhizus
Kepala konidia berwarna hitam atau coklat tua, berbetuk bulat, tumbuh baik dan bersporulasi pada medium Czapeks agar
Grup Aspergillus niger
Gambar 6. Foto mikrograf isolat khamir perbesaran 400x
(1) Saccharomycopsis sp. 1 (2) Saccharomycopsis sp. 2 (3) Saccharomyces sp.
(3) (2) (1)
Tabel 6. Karakteristik isolat khamir ragi tape
Karakteristik isolat khamir Hasil identifikasi khamir
Koloni berwarna putih krem, sel tumbuh membentuk miselium sejati, berseptat dan bercabang, dapat tumbuh pada suhu 37oC, tidak dapat membentuk pati ekstraseluler, dapat melakukan fermentasi (lemah) dekstrosa, sukrosa dan maltosa, dan rafinosa, dapat melakukan asimilas i dekstrosa, sukrosa, maltosa, dan rafinosa
Saccharomycopsis sp1.
Koloni berwarna putih krem, sel tumbuh membentuk miselium sejati, berseptat dan bercabang, dapat tumbuh pada suhu 37oC, tidak dapat membentuk pati ekstraseluler, dapat melakukan fermentasi (lemah) dekstrosa, sukrosa dan maltosa, dan rafinosa, dapat melakukan asimilasi dekstrosa, sukrosa, maltosa, rafinosa dan trehalosa
Saccharomycopsis sp.2
Koloni berwarna putih krem, licin, sel berbentuk oval atau bulat berukuran (6,75- 13,5µm) x (6,75-27µm), sel tunggal atau bergerombol, tidak membentuk pseudomiselium, dapat tumbuh pada suhu 37oC, tidak dapat membentuk pati ekstraseluler, dapat melakukan fermentasi) dekstrosa, galaktosa, sukrosa, maltosa dan rafinosa, dapat melakukan asimilasi dekstrosa, galaktosa, sukrosa, maltosa, rafinosa dan trehalosa
Saccharomyces sp.
Pada Tabel 4 terlihat bahwa kapang yang sering ditemukan pada sampel ragi tape adalah Chlamydomucor oryzae dan Mucor rouxii, selain itu juga ditemukan Rhizopus nigricans, R. oryzae, R. arrhizus dan grup Aspergillus niger. Sedangkan khamir yang sering dijumpai adalah Saccharomycopsis sp1., selain itu juga ditemukan Saccharomyces sp. pada semua sampel ragi tape NKL. Khamir
Saccharomycopsis sp merupakan nama baru dari Endomycopsis.
Saono (1982) telah melakukan penelitian isolasi mikroorganisme dari 25 sampel ragi tape yang berasal dari daerah Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur. Hasil penelitian menunjukkan kandungan mikroorganisme ragi tape sangat bervariasi karena terdapat keragaman bahan-bahan pembuatan ragi tape khususnya bumbu rempah-rempah yang digunakan. Jenis mikroorganisme yang berhasil diisolasi adalah Amylomyces, Mucor, Rhizopus, Endomycopsis
(Saccharomycopsis), Saccharomyces, Hansenula, Candida, Pediococcus dan
Dwijoseputro (1976) menemukan kapang Aspergillus oryzae, khamir
Candida parapsilosis, C. melinii, Hansenula subpelliculosa, H. anomala dan
H. malanga nov. sp pada ragi tape asal Malang. Sedangkan ragi tape asal
Surakarta dapat dijumpa i adanya kapang Chlamydomucor oryzae (Amylomyces
rouxii) dankhamir C. laktosa.
Isolasi dan identifikasi yang telah dilakukan menunjukkan bahwa masing-masing ragi tape mengandung lebih dari satu jenis mikroorganisme dan di antara sampel ragi tape tidak terdapat kesamaan kandungan mikroorganisme. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh Saono (1982) bahwa jenis kapang dan khamir yang terdapat dalam ragi tape bermacam-macam tergantung asal dan cara ragi dibuat.
Jika dibandingkan dengan hasil penelitian Saono (1982) dan Dwijoseputro (1976), jenis isolat yang diperoleh secara umum hampir sama yaitu Genus Mucor,
Chlamydomucor/Amylomyces, Rhizopus, Aspergillus, Saccharomycopsis dan
Saccharomyces, namun ada beberapa isolat khamir yang tidak ditemukan dalam
penelitian ini yaitu Candida dan Hansenula. Hal ini menunjukkan bahwa kandungan mikroorganisme yang terdapat di dalam ragi secara umum tidak berubah banyak walaupun sudah diproduksi sejak berpuluh-puluh tahun yang lalu, walaupun demikian variasi kandungan mikroorganisme di antara ragi tape masih cukup tinggi.
Kapang Chlamydomucor oryzae (Amylomyces rouxii) dan khamir
Saccharomycopsis sering dijumpai karena mikroorganisme tersebut bersifat
amilolitik yang sangat berperan dalam proses pembuatan tape. Peranan mikroorganisme dalam ragi tape terangkum dalam Tabel 7. Rahayu dan Suliantari (1990) menyebutkan proses fermentasi tape dibagi menjadi dua tahap yaitu pembuatan pati menjadi gula sederhana oleh kerja kapang dan perubahan gula menjadi alkohol oleh kerja khamir. Mikroba yang diduga paling berperan dalam fermentasi tape adalah Amylomyces rouxii, Endomycosis
Tabel 7. Peranan mikroorganisme dalam ragi tape *)
Grup mikroorganisme Genus Peranan
Amylomyces Sakarifikasi dan likuifier
Mucor Sakarifikasi dan likuifier
Kapang amilolitik
Rhizopus Likuifier (lemah) dan
penghasil alkohol Khamir amilolitik Endomycopsis /
Saccharomycopsis
Sakarifikasi dan penghasil aroma (lemah)
Saccharomyces Penghasil alkohol
Hansenula Penghasil aroma yang sedap
Endomycopsis / Saccharomycopsis
Penghasil aroma spesifik Khamir non amilolitik
Candida Penghasil aroma spesifik
Bakteri asam laktat Pediococcus Penghasil asam laktat
Bakteri amilolitik Bacillus Sakarifikasi
*) Saono (1982)
Kemampuan Isolat Kapang dan Khamir dalam Mereduksi Kandungan Aflatoksin
Isolat kapang dan khamir yang diisolasi dari ragi tape memiliki kemampuan yang bervariasi dalam mereduksi aflatoksin (Tabel 8, Lampiran 8). Kapang Chlamydomucor oryzae asal Ragi Gedang memiliki kemampuan terendah
dalam mereduksi aflatoksin total yaitu sebesar 39,5%, sedangkan kapang
M. rouxii asal Ragi Gedang memberikan persentase reduksi aflatoksin tertinggi
pada semua jenis aflatoksin yang diproduksi A. parasiticus yakni 99,4% untuk AFB1 dan AFB2 ; 99,9% untuk AFG1 dan AFG2, dan aflatoksin total sebesar 99,7%. Persentase reduksi total aflatoksin oleh khamir ragi tape berkisar antara 72,4-98,1% dengan isolat Saccharomyces sp. asal Ragi NKL memiliki kemampuan tertinggi dalam mereduksi aflatoksin dibandingkan jenis khamir lainnya yakni sebesar 95,9% AFB1 ; 97,1% AFB2; 89,4% AFG1; 99,1% AFG2 dan 98,1% aflatoksin total.
Kapang M. rouxii, Chlamydomucor oryzae dan Saccharomycopsis sp. yang berasal dari ragi tape yang berbeda memiliki kemampuan yang berbeda dalam mereduksi aflatoksin. Menurut Suzzi et al (1995), aktivitas biokontrol tidak sepenuhnya tergantung pada spesies atau genus karena setiap galur memiliki karakteristik yang spesifik. Hal ini didukung oleh hasil penelitian yang
menunjukkan dari 12 galur S. cereviseae yang diuji aktivitas penghambatannya, ternyata masing-masing galur memiliki aktivitas penghambatan yang bervariasi, di mana S. cerevisiae galur N 826 dan N 831 mampu menghambat 9 jenis kapang patogen yang diuji sementara galur lainnya hanya sekitar 6-8 jenis kapang patogen.
Tabel 8 Reduksi aflatoksin oleh isolat kapang dan khamir ragi tape
Persentase reduksi aflatoksin Isolat kapang/khamir Ragi
AFB1 AFB2 AFG1 AFG2 Total
1 Mucor rouxii Tanpa Merek 45,8 20 82,6 25 61,4
2 Mucor rouxii Gedang 99,4 99,4 99,9 99,9 99,7
3 Chlamydomucor oryzae. MK Kalasan 98,3 99,1 99,7 99,6 99,3 4 Chlamydomucor oryzae. Gedang 55 54 15,8 76,6 39,5
5 Grup Aspergillus niger Sidojoyo 99,2 99,2 99,5 99,5 99,4
6 Rhizopus nigricans Tanpa Merek 48,7 62,5 80,2 81,3 73,1
7 Rhizopus oryzae. Cakra Matahari 66,7 53,3 55,6 33,3 54,7
8 Saccharomycopsis sp. Berlian 71,6 85,9 89,4 89,7 86,2
9 Saccharomycopsis sp. Gedang 77,1 77,5 68,7 64,3 72,4
10 Saccharomyces sp. NKL 95,9 97,1 89,4 99,1 98,1
Menurut Horn dan Wicklow (1983) A. niger dapat menghambat produksi aflatoksin B1 oleh A. flavus pada biji jagung sebesar 70-96%. Fusarium
moniliforme, Trichoderma viride dan R. nigricans dapat menghambat
pertumbuhan A. flavus dan produksi aflatoksin sebesar 73,2 % ; 80,9 %; dan
45,4% (Choundary 1992). Hasil penelitian Faraj et al (1993) menunjukkan
A. niger, R. oryzae dan M. racemosus yang ditumbuhkan bersama -sama dengan
A. flavus mampu mereduksi aflatoksin yang dihasilkan sebesar 47,3 % ; 44,4 %
dan 39,5 %.
Jika dibandingkan dengan hasil-hasil penelitian yang telah dilaporkan di atas, terlihat bahwa beberapa isolat kapang ragi tape memiliki kemampuan mereduksi aflatoksin cenderung lebih baik, misalnya R. nigricans mampu mereduksi aflatoksin 73,1% sementara hasil penelitian Horn dan Wicklow (1983) menunjukkan penghambatan pertumbuhan dan produksi aflatoksin sebesar 45,4%. Perbedaan hasil reduksi aflatoksin di atas dapat disebabkan oleh perbedaan galur kapang antagonis yang digunakan serta metode pengujian yang digunakan di dalam penelitian.
Kemampuan Penghambatan Kapang dan Khamir terhadap Pertumbuhan A. parasiticus
Pada penelitian selanjutnya dipilih satu jenis isolat kapang dan satu jenis isolat khamir yang memiliki kemampuan tertinggi dalam mereduksi aflatoksin yaitu M. rouxii dan Saccharomyces sp. Dasar pertimbangan pemilihan kedua isolat ini adalah selain memiliki persentase reduksi aflatoksin yang tinggi, kedua isolat sering digunakan dalam proses pengolahan pangan sehingga relatif lebih aman untuk diaplikasi. Kapang M. rouxii sering digunakan pada proses sakarifikasi pati (Rahman 1990), di samping itu Genus Mucor dikenal juga sebagai kapang the first saprophytic colonizer (Botha dan du Preez 2000). Sedangkan khamir Saccharomyces sp. diketahui banyak berperan dalam proses fermentasi produk pangan dan juga di bidang peternakan sebagai sumber nutrisi.
Pada uji reduksi aflatoksin sebelumnya terlihat bahwa kapang
Chlamydomucor oryzae asal Ragi MK Kalasan dan Grup Aspergillus niger asal Ragi
Sidojoyo juga memiliki persentase reduksi aflatoksin yang tidak jauh berbeda dengan
M. rouxii asal ragi Gedang yaitu sekitar 99%. Namun ada beberapa pertimbangan
sehingga kedua isolat tersebut tidak terpilih yaitu kapang C. oryzae diketahui tidak membentuk spora atau konidia tetapi hanya klamidospora, sehingga dikhawatirkan secara teknis akan berpengaruh pada saat proses perbanyakan kapang. Sedangkan kapang grup
A. niger tidak terpilih karena A. niger berindikasi menyebabkan mikosis
(Aspergillosis) pada hewan setelah A. fumigatus dan A. flavus
http://www.myology.adelaide.edu.au/Fungal_Des riptions/Hyphomyetes_(hyaline)/Asper gillus/niger.html).
Penghambatan pertumbuhan kapang oleh mikroorganisme dapat disebabkan oleh adanya kompetisi nutrisi dan ruang, senyawa filtrat yang dihasilkan oleh mikroorganisme atau perbedaan waktu generasi kedua mikroorganisme. Berdasarkan uji penghambatan pertumbuhan A. parasiticus
terlihat bahwa kedua isolat M. rouxii dan Saccharomyces sp. mampu menghambat pertumbuhan A. parasiticus. Kapang M. rouxii dapat menghambat pertumbuhan
A. parasiticus sampai hari ke -6 waktu inkubasi, kemudian terjadi pertumbuhan
0 1 2 3 4 5 6 7 0 3 6 9
Waktu (hari ke-)
Log CFU/ml)
A B C D
Penghambatan pertumbuhan A. parasiticus oleh M. rouxii diduga terjadi akibat adanya kompetisi nutrisi di antara kedua kapang. Sepe rti yang telah disebutkan sebelumnya bahwa Genus Mucor bersifat the first saprophytic
colonizer (Botha dan du Preez 2000) sehingga diduga kapang M. rouxii memiliki
kemampuan untuk tumbuh lebih cepat dibandingkan A. parasiticus. Menurut Dharmaputra et al. (2003), kapang yang mampu memperbanyak diri lebih cepat dibandingkan A. flavus berpotensi untuk mengendalikan pertumbuhan A. flavus
sehingga dapat mencegah serangan A. flavus pada biji kacang tanah.
Pada Gambar 9 terlihat bahwa pertumbuhan kapang M. rouxii yang diinokulasi bersama A. parasiticus maupun kontrol M. rouxii menunjukkan pola pertumbuhan yang yang hampir sama. Hal ini menunjukkan bahwa kompetisi nutrisi antara kedua kapang tidak berpengaruh terhadap M. rouxii.
Gambar 7. Penghambatan pertumbuhan A. parasiticus oleh M. rouxii, A,
A. parasiticus yang ditumbuhkan secara tunggal ; B, Jumlah
A. parasiticus di dalam campuran A. parasiticus dan M. rouxii ; C,
Jumlah M. rouxii di dalam campuran A. parasiticus dan M. rouxii ; D,
M. rouxii yang ditumbuhkan secara tunggal
Selain akibat kompetisi nutrisi, penghambatan pertumbuhan A. parasiticus
diduga disebabkan juga oleh senyawa filtrat yang dihasilkan oleh M. rouxii. Menurut Faraj et al. (1993) kapang Rhizopus sp menghasilkan filtrat yang dapat menghambat pertumbuhan A. flavus dan atau produksi aflatoksin.
Saccharomyces sp. mampu menghambat pertumbuhan A. parasiticus
sebesar 3 satuan log dalam waktu 3 hari inkubasi (Gambar 8, Lampiran 10). Aktivitas penghambatan Saccharomyces sp. dapat disebabkan oleh pertumbuhan
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 0 2 4 6 8 10
Waktu (hari ke-)
Log CFU/ml
A
B
C
D
Saccharomyces sp lebih cepat dibandingkan A. parasiticus sehingga terjadi
kompetisi nutrisi di antara kedua mikroba tersebut.
Hasil penelitian Suzzi et al. (1995) menunjukkan S. cerevisiae N 826 dan N 831 dari buah beri anggur dapat menghambat pertumbuhan kapang patogen pada buah dan tanah seperti Cladosporium variable, Rhizoctonia fragariae, Phomopsis longicolla, Aspergillus niger, Sclerotinia sclerotiorum, Penicillium
digitatum, Macrophomina phseolina, Trichoderma viride dan Botrytis squamosa.
Pertumbuhan Saccharomyces sp. dengan atau tanpa A. parasiticus
menunjukkan pola yang serupa (Gambar 8, Lampiran 10). Seperti halnya
M. rouxii, kompetisi nutrisi antara A. parasiticus dan Saccharomyces sp. tidak
berpengaruh terhadap pertumbuhan Saccharomyces sp.
Gambar 8. Penghambatan pertumbuhan A. parasiticus oleh Saccharomyces sp.,
A, A. parasiticus yang ditumbuhkan secara tunggal ; B, Jumlah
A. parasiticus di dalam campuran A. parasiticus dan Saccharomyces
sp. ; C, Jumlah Saccharomyces sp. di dalam campuran
A. parasiticus dan Saccharomyces sp. ; D, Saccharomyces sp. yang
ditumbuhkan secara tunggal
Pada hari terakhir inkubasi, terhadap campuran antara A. parasiticus dan
M. rouxii serta campuran A. parasiticus dan Saccharomyces sp. dilakukan
pengamatan secara morfologi menggunakan kultur slide. Berdasarkan pengamatan secara visual, A. parasiticus yang ditumbuhkan bersama-sama dengan M. rouxii ataupun Saccharomyces sp. mengalami perubahan morfologi di
antaranya ukuran vesikel menjadi lebih kecil dan jumlah phialid yang terbentuk menjadi lebih sedikit dibandingkan dengan kontrol (Gambar 9).
Gambar 9. Pengaruh M. rouxii dan Saccharomyces sp. terhadap morfologi
A. parasiticus setelah inkubasi bersama selama 9 hari (1) Kontrol
A. parasiticus (2) A. parasiticus yang ditumbuhkan bersama -sama
dengan M. rouxii (3) A. parasiticus yang ditumbuhkan bersama-sama dengan Saccharomyces sp (perbesaran 1000x)
Vesikel merupakan bagian dari struktur Aspergillus yang terbentuk dari konidiofora yang mengalami pembengkakan. Vesikel lalu akan membentuk phialid, dan selanjutnya phialid merupakan bagian untuk memproduksi konidia (Bhatnagar et al. 2000). Apabila bentuk dan ukuran vesikel berubah serta jumlah phialid yang terbentuk menjadi lebih sedikit, hal ini diduga akan berpengaruh
(1)
(2)
terhadap proses perbanyakan A. parasiticus karena berkaitan dengan jumlah konidia yang terbentuk.
Hasil penelitian Razzaghi-Abyaneh et al. (2005) menunjukkan bahwa berdasarkan pengamatan visual pada miselium A. parasiticus yang diiris melintang setelah diberi perlakuan ekstrak daun neem sebesar 1,56% akan terjadi pembentukan vakuola pada sitoplasma miselium, sementara bila konsentrasi ekstrak dinaikkan menjadi 50% akan terjadi gangguan pembentukan dinding sel miselium. Zohri et al. (1997) melaporkan bahwa A. parasiticus var. globosus IMI 120920 yang ditumbuhkan pada medium yang mengandung natrium selenit 0,5 % menyebabkan perubahan bentuk pada sterigmata dan ujung konidia telah bergerminasi walaupun masih di dalam rantai konidia, sedangkan bila ditumbuhkan pada medium yang mengandung kalium telurit 0,5% akan menyebabkan sterigmata dan konidia membesar serta konidiofor menjadi lebih ramping dan membentuk cabang seperti bentuk Penicillium.
Selain itu hasil pengamatan morfologi pada kultur slide juga menunjukkan bahwa ukuran sel Saccharomyces sp. mengalami perubahan menjadi lebih kecil.
Sel Saccharomyces sp. yang ditumbuhkan secara tunggal memiliki ukuran
(6,75-13,5µm) x (6,75-27µm), sedangkan yang ditumbuhkan bersamaan dengan
A. parasiticus, ukuran sel menjadi (4-12µm) x (4-21µm) (Gambar 9). Hasil
penelitian Xu et al. (2003) menunjukkan bahwa spora A. flavus subsp parasiticus
yang ditumbuhkan bersama-sama dengan L. plantarum ATCC 8014 akan mengalami pembengkakan, sementara L. plantarum ATCC 8014 sendiri juga mengalami perubahan ukuran sel menjadi lebih besar dengan adanya A. flavus
subsp. parasiticus.
Kemampuan Saccharomyces sp. menghambat pertumbuhan A. parasiticus
selain disebabkan oleh kompetisi nutrisi di antara kedua mikroba, diduga juga disebabkan oleh Saccharomyces sp. menghasilkan enzim β-glukonase yang dapat melisis dinding sel kapang A. parasiticus. Menurut Ray (2001) sel khamir
dapat menempel dengan kuat pada miselia kapang dan memproduksi enzim
β-glukonase yang dapat melisis dinding sel kapang. Kemampuan
Saccharomyces sp. dalam melisis miselia kapang A. parasiticus dapat diketahui
modifikasi metode Chan dan Tian (2005). Pada Gambar 10 terlihat bahwa sel
Saccharomyces sp. dapat menempel pada hifa A. parasiticus dan hal ini diduga
karena aktivitas enzim β-glukonase yang diproduksi Saccharomyces sp.
Gambar 10. Interaksi Langsung Saccharomyces sp. dengan A. parasiticus
(perbesaran 400x)
Hasil penelitian Chan dan Tian (2005) menunjukkan aktivitas enzim
β-1,3-glukonase dan ekso-kitinase khamir Pichia membranefaciens lebih tinggi dibandingkan Cryptococcus albidus. Kondisi ini menyebabkan kemampuan khamir P. membranefaciens menempel pada kapang patogen Monilinia fructicola,
Penicillium expansum dan Rhizopus stolonifer menjadi lebih tinggi dibanding
khamir C. albidus.
Pengaruh Filtrat M. rouxii dan Saccharomyces sp. terhadap Pertumbuhan