• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

B. Balanced Scorecard

2. Pengukuran Kinerja dengan Balanced Scorecard

Pengukuran kinerja merupakan alat untuk menilai kesuksesan suatu

organisasi. Mahsun (2006: 25) memberikan penjelasan sebagai berikut:

Pengukuran kinerja (performance measurement) adalah suatu proses penilaian kemajuan pekerjaan terhadap tujuan dan sasaran yang telah ditentukan sebelumnya, termasuk informasi atas: efisiensi penggunaan sumber daya dalam menghasilkan barang dan jasa; kualitas barang dan jasa (seberapa baik barang dan jasa diserahkan kepada pelanggan dan sampai seberapa jauh pelanggan terpuaskan); hasil kegiatan dibandingkan dengan maksud yang diinginkan; dan efektivitas tindakan dalam mencapai tujuan.

a. Pengertian Sistem Pengukuran Kinerja Organisai Sektor Publik

Organisasi sektor publik adalah organisasi yang berhubungan dengan

yang dibayar melalui pajak atau pendapatan negara lain yang diatur

dengan hukum. Cakupan area organisasi sektor publik tidaklah sama di

antara satu negara dengan negara yang lainnya, bahkan sering

berubah-ubah tergantung pada kejadian hisoris dan suasana politik yang

berkembang di suatu negara.

Sistem pengukuran kinerja sektor publik adalah suatu sistem yang

bertujuan untuk membantu manajer publik menilai pencapaian suatu

strategi melalui alat ukur finansial dan non finansial. Pengukuran

kinerja sektor publik dilakukan untuk memenuhi tiga maksud. Pertama,

pengukuran kinerja sektor publik dimaksudkan untuk membantu

memperbaiki kinerja pemerintah. Kedua, ukuran kinerja sektor publik

digunakan untuk mengalokasikan sumber daya dan pembuatan

keputusan. Ketiga, ukuran kinerja sektor publik dimaksudkan untuk

mewujudkan pertanggungjawaban publik dan memperbaiki komunikasi

dengan kelembagaan maupun pelanggan (Mardiasmo 2009: 121).

b. Tujuan Sistem Pengukuran Kinerja Sektor Publik

Tujuan umum dari pengukuran kinerja adalah untuk memotivasi

karyawan dalam mencapai sasaran organisasi dan memenuhi standar

perilaku yang telah ditetapkan sebelumnya, sehingga membuahkan

tindakan dan hasil yang diinginkan. Standar perilaku dapat berupa

kebijakan manajemen atau rencana formal yaitu anggaran (Mulyadi

Pengukuran kinerja merupakan bagian penting bagi proses

pengendalian manajemen. Sehingga secara umum, sistem pengukuran

kinerja sektor publik memiliki tujuan menurut Mardiasmo (2009: 122)

adalah sebagai berikut:

1) Untuk mengkomunikasikan strategi secara lebih baik (top down dan bottom up);

2) Untuk mengukur kinerja finansial dan non finansial secara berimbang sehingga dapat ditelusur perkembangan pencapaian strategi;

3) Untuk mengakomodasi pemahaman kepentingan manajer level menengah dan bawah serta memotivasi untuk mencapai goal congruence; dan

4) Sebagai alat untuk mencapai kepuasan berdasarkan pendekatan individual dan kemampuan kolektif yang rasional.

c. Manfaat Pengukuran Kinerja Sektor Publik

Adapun manfaat dari pengukuran kinerja baik untuk internal maupun

eksternal organisasi sektor publik menurut Mahsun (2006: 33) adalah

sebagai berikut:

1) Memastikan pemahaman para pelaksana akan ukuran yang digunakan untuk pencapaian kinerja.

2) Memastikan tercapainya rencana kinerja yang telah disepakati. 3) Memantau dan mengevaluasi pelaksanaan kinerja dan

membandingkannya dengan rencana kerja serta melakukan tindakan untuk memperbaiki kinerja.

4) Memberikan penghargaan dan hukuman yang obyektif atas prestasi pelaksana yang telah diukur sesuai dengan sistem pengukuran kinerja yang telah disepakati.

5) Menjadi alat komunikasi antar bawahan dan pimpinan dalam upaya memperbaiki kinerja organisasi.

6) Mengidentifikasikan apakah kepuasan pelanggan sudah terpenuhi. 7) Membantu memahami proses kegiatan instansi pemerintah.

8) Memastikan bahwa pengambilan keputusan dilakukan secara obyektif.

9) Menunjukkan peningkatan yang perlu dilakukan. 10) Mengungkapkan permasalahan yang terjadi.

d. Pengertian Visi, Misi dan Strategi

Visi adalah suatu gambaran atau kondisi organisasi yang lebih baik

atau ideal di masa depan. Visi berfungsi sebagai petunjuk arah ke mana

organisasi tersebut akan bergerak. Moeheriono (2012: 2) menjelaskan

visi merupakan“suatu pernyataan ringkas tentang cita-cita organisasi

yang berisikan arahan yang jelas dan apa yang akan diperbuat oleh perusahaan di masa yang akan darang”. Visi organisasi yang baik

harus dapat memberikan aspirasi dan motivasi seluruh karyawan, di

samping itu sebagai panduan atau rambu-rambu dalam menyusun

strategi organisasi.

Misi adalah sebuah ekspresi dari ambisi untuk mengembangkan

organisasi menjadi berkembang. Pernyataan misi yang efektif

mengandung tujuan pokok organisasi dan juga dapat menjembatani

penjabaran visi ke dalam tujuan organisasi. Sedangkan Moeheriono

(2012: 2) mendefinisikan sebagai “penetapan tujuan dan sasaran

perusahaan yang mencakup kegiatan jangka panjang tertentu dan jangka

pendek yang akan dilakukan, dalam upaya mencapai tujuan yang telah

ditetapkan”.

Visi dan misi suatu organisasi saling berkaitan erat, karena

pernyataan misi suatu organisasi merupakan jembatan penjabaran visi

organisasi tersebut. Namun, ada perbedaan antara visi dan misi,

perbedaan tersebut adalah bahwa visi yang telah ditetapkan dapat

menekankan pada kondisi atau keadaan organisasi yang sekarang, tetapi

lebih cenderung relatif tetap dan relevan di sepanjang waktu, baik pada

masa kini maupun pada masa yang akan datang.

Strategi organisasi ditetapkan untuk memberikan kemudahan dalam

mencapai tujuan organisasi. Sehingga, strategi dapat dikatakan sebagai

suatu cara yang telah dipilih oleh manajemen puncak guna untuk

mewujudkan visi organisasi melalui misi. Strategi merupakan

sekumpulan tindakan terintegrasi yang konsistem dengan visi jangka

panjang organisasi yang memberikan nilai kepada pelanggan dengan

suatu struktur biaya yang memungkinkan pencapaian keunggulan hasil

yang berkelanjutan (Gaspersz 2005: 8).

3. Penilaian Kinerja Tradisional

Pengukuran kinerja tradisional mudah dilakukan sehingga kinerja

personel yang diukur hanyalah berkaitan dengan keuangan saja.

Pengukuran kinerja dengan berbasis tolok ukur keuangan saja membuat

manajemen secara otomatis mengistalasi sistemnya dengan hasil tolok

ukur, sehingga pengambilan keputusan organissasi dapat selaras dengan

pengukuran sistem tersebut. Aspek keuangan merupakan sumber dari

segala keputusan, tindakan, dan aktivitas manajemen di masa lalu, tetapi

ukuran keuangan tidak dapat menggambarkan penyebab yang menjadikan

perubahan kekayaan yang diciptakan oleh organisasi dan lebih

memfokuskan pada pengarahan sumber daya organisasi untuk tujuan

Kaplan dan Norton menyatakan bahwa pengukuran kinerja secara

tradisional memiliki beberapa kelemahan, yaitu sebagai berikut (Rofiaty

2012: 61):

1) Ketidakmampuan mengukur kinerja aktiva-aktiva tak berwujud (intangible assets) dan aktiva-aktiva intelektual (sumber daya manusia) perusahaan.

2) Kinerja keungan hanya mampu bercerita mengenai sedikit masa lalu perusahaan dan tidak mampu sepenuhnya menuntun perusahaan ke arah yang lebih baik.

Pengukuran kinerja secara tradisional juga lebih berorientasi kepada

manajemen operasional, kurang mengarah pada manajemen strategis dan

tidak mampu mempresentasikan kinerjaintangible assets yang merupakan

bagian struktur aset organisasi. Pengukuran kinerja tradisional cenderung

mendorong para manajer lebih banyak memperhatikan kinerja jangka

pendek dan mengabaikan tujuan jangka panjang. Kinerja keuangan yang

baik saat ini adalah hasil dari mengabaikan kepentingan-kepentingan

jangka panjang organisasi. Sebaliknya kinerja keuangan yang kurang baik

saat ini bisa terjadi karena perusahaan melakukan investasi demi

kepentingan jangka panjangnya.

Berdasarkan kelemahan-kelemahan yang ada dalam sistem pengukuran

kinerja tradisional, Kaplan dan Norton (2000: 17) mengembangkan suatu

sistem pengukuran kinerja yang lebih baik dengan memperhatikan empat

prespektif, yaitu: perspektif keuangan, perspektif pelanggan, perspektif

proses bisnis internal, serta perspektif pembelajaran dan pertumbuhan.

Konsep ini secara umum dikenal dengan konsep Balanced Scorecard.

dimiliki organisasi, yang selanjutnya visi dan misi tersebut dituangkan

dalam bentuk strategi untuk mencapai tujuan organisasi.

B. BALANCE SCORECARD 1. Konsep Balanced Scorecard

Dikembangkan pada tahun 1993 oleh dua professor Harvard Business

School, Kaplan dan Norton, dan terus menerus disempurnakan sampai

dengan hari ini, Balanced Scorecard merupakan sebuah teknik evaluasi

dan pengenadalian strategi. Dinamakan Balanced Scorecard karena

keyakinan mengenai kebutuhan perusahaan untuk “menyeimbangkan”

ukuran-ukuran finansial yang seringkali secara eksklusif digunakan dalam

evaluasi dan pengendalian strategi dengan berbagai ukuran nonfinansial

seperti kualitas produk dan layanan konsumen. Sebuah Balanced

Scorecard yang efektif mencakup gabungan antara tujuan strategis dan

tujuan keungan yang dipilih secara cermat dan disesuaikan dengan bisnis

yang dijlankan perusahaan (Fred 2009: 247).

Menurut Kaplan dan Norton (1996)Balanced Scorecardterdiri dari dua

kata, yaitu:

a. Balanced

Menunjukkan bahwa kinerja personel atau karyawan diukur secara seimbang dan dipandang dari dua aspek yaitu keuangan dan non keuangan, jangka pendek dan jangka panjang dan dari segi intern maupun ekstern.

b. Scorecard

Yaitu kartu yang digunakan untuk mencatat skor hasil kinerja seseorang yang nantinya digunakan untuk membandingkan dengan hasil kinerja yang sesungguhnya.

Dari definisi tersebut, maka pengertian sederhana dariBalanced Scorecard

adalah kartu skor yang digunakan untuk mengukur kinerja dengan

memperhatikan keseimbangan antara sisi keuangan dan non keuangan,

jangka panjang dan jangka pendek.

Balanced scorecard merupakan suatu kerangka kerja, suatu bahasa

yang mengkomunikasikan visi, misi, dan strategi kepada seluruh karyawan

tentang kunci penentu sukses saat ini dan masa mendatang. Selain itu,

Balanced Scorecard menekankan bahwa semua ukuran finansial dan non

finansial harus menjadi bagian sistem informasi untuk para pekerja di

semua tingkat organisasi. Tujuan dan ukuran dalam Balanced Scorecard

lebih dari sekedar sekumpulan ukuran kinerja finansial dan non finansial

khusus; tujuan dan ukuran tersebut diturunkan dari suatu proses atas ke

bawah (top-down) yang digerakkan oleh misi dan strategi unit bisnis.

Menurut Kaplan dan Norton langkah-langkah Balanced Scorecard

meliputi empat proses manajemen baru. Pendekatan ini

mengkombinasikan antara tujuan strategi jangka panjang dan peristiwa

jangka pendek. Sehingga suatu organisasi dapat menggunakan pengukuran

kinerja dengan metode Balanced Scorecard untuk menghasilkan berbagai

proses manajemen penting, antara lain:

a. Menerjemahkan visi, misi dan strategi organisasi

Untuk menentukan ukuran kinerja, visi organisasi dijabarkan dalam

tujuan dan sasaran. Visi adalah gambaran kondisi yang akan

dinyatakan dalam suatu atau beberapa kalimat singkat, dan untuk

mewujudkan kondisi yang digambarkan dalam visi, perusahaan perlu

merumuskan suatu strategi. Sedangkan misi adalah kondisi perusahaan

yang akan diwujudkan dimasa mendatang dan merupakan penjabaran

lebih lanjut visi perusahaan yang mana menjadi salah satu landasan

bagi perumusan strategi untuk merumuskannya. Dalam proses

perencanaan strategi, misi ini dijabarkan ke dalam tujuan-tujuan strategi

dengan ukuran-ukuran pencapaiannya.

b. Mengkomunikasikan dan mengaitkan berbagai tujuan dan ukuran

strategis

Tujuan dan ukuran strategis Balanced Scorecard dapat

dikomunikasikan ke seluruh organisasi melalui media komunikasi

maupun melalui media masa. Komunikasi tersebut memberi informasi

kepada semua pekerja mengenai berbagai tujuan penting yang harus

dicapai agar strategi organinasi berhasil. Sehingga dapat dikatakan

bahwa Balanced scorecard memperlihatkan kepada tiap karyawan apa

yang dilakukan perusahaan untuk mencapai apa yang menjadi

keinginan para pemegang saham dan konsumen, karena oleh itu tujuan

tersebut dibutuhkan kinerja karyawan yang baik. Untuk itu Balanced

Scorecardmenunjukkan strategi yang menyeluruh yang terdiri dari tiga

kegiatan, yaitu: mengkomunikasikan dan mendidik (Communicating

imbalan dengan ukuran kinerja (Linking Reward to Performance

Measures).

c. Merencanakan, menetapkan sasaran, menyelaraskan berbagai inisiatif

strategis

Rencana bisnis memungkinkan organisasi mengintregasikan antara

rencana bisnis dan rencana keuangan mereka. Hampir semua oragnisasi

saat mengimplementasikan berbagai macam program yang mempunyai

keunggulannya masing-masing saling bersaing antara satu dengan yang

lainnya. Keadaan tersebut membuat manajer mengalami kesulitan untuk

mengintregasikan ide-ide yang muncul dan berbeda di setiap

departemen. Akan tetapi, perencanaan dan proses manajemen

penetapan sasaran dalam Balanced Scorecard memungkinkan

perusahaan untuk mengukur hasil jangka panjang yang ingin dicapai,

mengidentifikasi mekanisme dan mengusakan sumber daya untuk

mencapai hasil, dan menetapkan tujuan-tujuan jangka pendek bagi

ukuran finansial dan non finansialScorecard.

d. Meningkatkan umpan balik dan pembelajaran strategis

Proses manajemen yang terakhir ini menyertakan Balanced Scorecard

dalam suatu kerangka pembelajaran strategi kepada organisasi. Dengan

Balanced Scorecardsebagai pusat sistem perusahaan, maka perusahaan

dapat melakukan monitoring terhadap apa yang telah dihasilkan

2. Pengukuran Kinerja denganBalanced Scorecard

Pengukuran kinerja dengan Balanced Scorecard merupakan alternatif

pengukuran kinerja yang didasarkan pada empat perspektif, yaitu

perspektif keuangan, pelanggan, proses bisnis internal, serta pertumbuhan

dan pembelajaran. Cara pengukuran dalam Balanced Scorecard adalah

mengukur secara seimbang antara perspektif yang satu dengan perspektif

yang lainnya dengan tolok ukur masing-masing perspektif (Oktaviana

2015). Selain didasarkan pada keempat perspektif, dalam pengukuran

kinerja dengan menggunakan Balanced Scorecard juga terdapat dua

ukuran yang dapat ditetapkan untuk mengukur keberhasilan pencapaian

sasaran strategik, yaitu: ukuran hasil dan ukuran pemacu kinerja. Menurut

Oktaviana (2015), ukuran hasil merupakan ukuran yang menunjukkan

tingkat keberhasilan pencapaian sasaran strategi, sedangkan ukuran

pemacu kinerja merupakan ukuran yang menyebabkan hasil yang dicapai.

Dokumen terkait