• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

B. Balanced Scorecard

3. Perspektif dalam Balanced Scorecard

Balanced Scorecard menerjemahkan misi dan strategi ke dalam

berbagai tujuan dan ukuran yang tersusun ke dalam empat perspektif

Kaplan dan Norton (2000: 22). Ada empat perspektif kinerja bisnis yang

diukur dalamBalanced Scorecard, yaitu:

a. Perspektif Keuangan (Financial Perspective)

Aspek keuangan menunjukkan apakah perencanaan, implementasi dan

pelaksanaan dari strategi memberikan perbaikan yang mendasar.

tahap dalam siklus bisnis yang oleh Kaplan dan Norton (2000: 42)

dibedakan menjadi tiga tahap:

1) Growth(Berkembang)

Berkembang merupakan tahap pertama dan tahap awal dari siklus

kehidupan bisnis. Pada tahap ini suatu organisasi sektor publik

seperti Puskesmas memiliki tingkat pertumbuhan yang sama sekali

atau paling tidak memiliki potensi untuk berkembang. Untuk

menciptakan potensi ini, kemungkinan seorang kepala Puskesmas

harus terikat komitmen untuk mengembangkan suatu pelayanan

kesehatan atau jasa baru, membangun dan mengembangkan fasilitas

pelayanan, menambah kemampuan operasi, mengembangkan sistem,

infrastruktur dan jaringan distribusi yang akan mendukung hubungan

global, serta mengasuh dan mengembangkan hubungan dengan

pasien.

2) Sustain Stage(Bertahan)

Bertahan merupakan tahap kedua yaitu suatu tahap dimana suatu

organisasi sektor publik seperti Puskesmas masih melakukan suatu

inovasi pada program pelayanan kesehatan dengan mempersyaratkan

tingkat pengembalian yang terbaik. Dalam tahap ini Puskesmas

berusaha mempertahankan pangsa pasar yang ada dan

mengembangkannya apabila mungkin. Inovasi yang dilakukan

umumnya diarahkan untuk menghilangkan kemacetan,

secara konsisten. Pada tahap ini Puskesmas tidak lagi bertumpu pada

strategi-strategi jangka panjang. Sasaran keuangan tahap ini lebih

diarahkan pada besarnya tingkat pengembalian atas inovasi

pelayanan kesehatan yang dilakukan.

3) Harvest(Panen)

Tahap ini merupakan tahap kematangan (mature), suatu tahap

dimana suatu organisasi sektor publik seperti Puskesmas melakukan

panen (harvest) terhadap inovasi yang dilakukan. Puskesmas tidak

lagi melakukan inovasi lebih jauh kecuali hanya untuk memelihara

dan perbaikan fasilitas. Tujuan utama dalam tahap ini adalah

memaksimumkan arus kas yang masuk ke Puskesmas. Sasaran

keuangan untuk harvest adalah cash flow maksimum yang mampu

dikembalikan dari pelayanan yang diberikan dimasa lalu.

Pada perspektif keuangan ini, pengukuran kinerja dapat ditinjau dari

sudut pandang keuangan berdasarkan rasio-rasio sebagai berikut:

1) Net Profit Margin(NPM)

Net Profit Margin (NPM) merupakan rasio yang digunakan untuk

menghitung berapa besar keuntungan yang dihasilkan dari pelayanan

yang diberikan. NPM dapat dihitung dengan menggunakan rumus

(Gaspersz 2005: 42).

Di organisasi sektor publik seperti Puskesmas, NPM dapat

dihitung dengan dua komponen, yaitu laba bersih setelah pajak dan

total pendapatan. Komponen laba bersih setelah pajak sendiri dapat

didekati dengan selisih pendapatan atas pengeluaran (Mahsun 2006).

Selisih pendapatan atas pengeluaran dilihat dari setoran pendapatan

Puskesmas ke Dinas Kesehatan Kota yang diperoleh dari jumlah

pendapatan yang diterima Puskesmas atas pelayanan kesehatan yang

telah diberikan kepada pasien yang tidak menggunakan kartu BPJS

dan KTP maupun pendapatan yang diterima Puskesmas atas Jasa

Pelayanan BPJS/JKN setelah dikurangi biaya-biaya operasional dan

non operasional Puskesmas. Sedangkan untuk komponen total

pendapatan dapat didekati dengan dihitung dengan jumlah realisasi

anggaran dana yang diterima Puskesmas untuk semua kegiatan

operasional Puskesmas atau dalam memberikan pelayanan kesehatan

kepada pasien yang tidak menggunakan kartu BPJS dan KTP

maupun kepada pasien yang menggunakan Jasa Pelayanan

BPJS/JKN.

2) Return On Asset(ROA)

Return On Asset (ROA) mengukur tingkat pendapatan yang

diperoleh Puskesmas terhadap aset yang digunakan dalam

menghasilkan pendapatan tersebut. ROA dapat dihitung dengan

rumus (Gaspersz 2005: 43).

Di organisasi sektor publik seperti Puskesmas, ROA dapat

dihitung dengan dua komponen, yaitu laba bersih setelah pajak dan

total aset. Komponen laba bersih setelah pajak sendiri dapat didekati

dengan selisih pendapatan atas pengeluaran (Mahsun 2006). Selisih

pendapatan atas pengeluaran dilihat dari setoran pendapatan

Puskesmas ke Dinas Kesehatan Kota yang diperoleh dari jumlah

pendapatan yang diterima Puskesmas atas pelayanan kesehatan yang

telah diberikan kepada pasien yang tidak menggunakan kartu BPJS

dan KTP maupun pendapatan yang diterima Puskesmas atas Jasa

Pelayanan BPJS/JKN setelah dikurangi biaya-biaya operasional dan

non operasional Puskesmas. Sedangkan untuk komponen total aset

dapat didekati dengan jumlah aset lancar maupun aset tidak lancar

(aktiva/harta) yang dimiliki Puskesmas, seperti kas tunai, kas bank,

peralatan kesehatan Puskesmas, dan lain-lain.

3) Return On Equity(ROE)

Return On Equity (ROE) digunakan untuk mengukur efisiensi

penggunaan ekuitas dana dalam Puskesmas dengan membandingkan

antara pendapatan dengan modal yang digunakan dalam Puskesmas.

ROE dapat dihitung dengan rumus (Gaspersz 2005: 43).

ROE = x 100%

Di organisasi sektor publik seperti Puskesmas, ROE dapat

dihitung dengan dua komponen, yaitu laba bersih setelah pajak dan

didekati dengan selisih pendapatan atas pengeluaran (Mahsun 2006).

Selisih pendapatan atas pengeluaran dilihat dari setoran pendapatan

Puskesmas ke Dinas Kesehatan Kota yang diperoleh dari jumlah

pendapatan yang diterima Puskesmas atas pelayanan kesehatan yang

telah diberikan kepada pasien yang tidak menggunakan kartu BPJS

dan KTP maupun pendapatan yang diterima Puskesmas atas Jasa

Pelayanan BPJS/JKN setelah dikurangi biaya-biaya operasional dan

non operasional Puskesmas. Sedangkan untuk komponen modal

sendiri dapat didekati dengan dana Bantuan Operasional Kesehatan

(BOK) yang diterima oleh Puskesmas.

b. Perspektif Pelanggan

Kaplan dan Norton (2000: 58) menjelaskan ada dua kelompok

pengukuran yang terkait di dalam perspektif pelanggan, yaitu:

1) Kelompok Inti (core measurement)

a) Pangsa pasar

Pangsa pasar menggambarkan proporsi pelayanan kesehatan yang

diberikan oleh suatu organisasi sektor publik seperti Puskesmas di

lingkungan masyarakat tertentu. Hal itu diungkapkan dalam

bentuk jumlah pasien, anggaran belanja yang dibelanjakan atau

volume pelayanan yang telah diberikan.

b) Akuisisi pelanggan (pasien)

Mengukur seberapa banyak organisasi sektor publik seperti

menarik pasien-pasien baru. Akuisisi ini diukur dengan

membandingkan jumlah pasien dari tahun ke tahun.

c) Retensi pelanggan (pasien)

Mengukur seberapa banyak organisasi sektor publik seperti

Puskesmas yang menyediakan pelayanan kesehatan berhasil

mempertahankan pasien-pasien lama. Pengukuran dapat

dilakukan dengan mengetahui besarnya prosentase pertumbuhan

pelayanan kesehatan dengan pasien yang ada saat ini dengan cara

membandingkan jumlah pasien tahun berjalan dengan tahun

sebelumnya.

d) Tingkat kepuasan pelanggan (pasien)

Mengukur seberapa jauh pasien merasa puas terhadap pelayanan

kesehatan yang diberikan Puskesmas. Berupa umpan balik

mengenai seberapa baik Puskesmas melaksanakan pelayanan

kesehatannya.

2) Kelompok Penunjang (performance drivers)

a) Atribut-atribut pelayanan kesehatan

Tolok ukur atribut pelayanan kesehatan dilihat dari beberapa

aspek:

i. Tingkat pembayaran atas pelayanan kesehatan relatif murah

dan dapat dijangkau oleh masyarakat di kalangan apapun

(tingkat pembayaran atas pelayanan kesehatan yang

ii. Tingkat daya guna pelayanan kesehatan (seberapa jauh

pelayanan kesehatan yang telah diberikan berdaya guna bagi

pasien).

iii. Tingkat ketidakpuasan pasien atas pelayanan kesehatan yang

diberikan Puskesmas.

iv. Mutu peralatan dan fasilitas kesehatan yang digunakan

Puskesmas.

v. Kemampuan sumber daya manusia.

vi. Tingkat efisiensi pelayanan kesehatan

b) Hubungan Dengan Pelanggan (pasien)

Tolok ukur yang termasuk sub kelompok ini, tingkat fleksibilitas

Puskesmas dalam memenuhi keinginan dan kebutuhan para

pasiennya, penampilan fisik dan mutu layanan yang diberikan

oleh dokter dan perawat serta penampilan fisik fasilitas dalam

memberikan pelayanan kesehatan.

c) Citra dan reputasi Puskesmas beserta pelayanan kesehatan dimata

para pasiennya dan lingkungan masyarakat sekitar Puskesmas.

c. Perspektif Proses Bisnis Internal

Menurut Kaplan dan Norton (2000: 83) dalam proses bisnis internal,

kepala Puskesmas harus bisa mengidentifikasi proses internal yang

penting, yaitu Puskesmas diharuskan melakukan dengan baik karena

proses internal tersebut mempunyai nilai-nilai yang diinginkan pasien

Kesehatan Kota atau Pemerintah Kota. Tahapan dalam proses bisnis

internal meliputi:

1) Proses Inovasi

Inovasi yang dilakukan dalam Puskesmas biasanya dilakukan oleh

bagian tata usaha. Dalam tahap inovasi ini tolok ukur yang

digunakan adalah besarnya persediaan obat-obatan baru dan lebih

lengkap, lama waktu yang dibutuhkan untuk mengembangkan suatu

program pelayanan kesehatan secara relatif jika dibandingkan

dengan Puskesmas lainnya, besarnya biaya, serta banyaknya

program pelayanan kesehatan yang direncanakan Puskesmas setiap

tahunnya.

2) Proses Operasional

Tahapan ini merupakan tahapan dimana Puskesmas berupaya untuk

memberikan pemeriksaan, penanganan, dan solusi kesehatan kepada

para pasien sesuai dengan kebutuhan pasien. Tolok ukur yang

digunakan antara lain tingkat kepuasan pasien atas pelayanan

kesehatan yang diberikan Puskesmas, banyaknya keluhan-keluhan

para pasien yang dapat ditangani, penyimpangan biaya operasional

aktual terhadap biaya anggaran operasional serta tingkat efisiensi per

3) Proses Purna Jual atau Penyampaian Program Pelayanan Kesehatan

atau Jasa pada Pasien

Aktivitas penyampaian program pelayanan kesehatan atau jasa pada

pasien meliputi permintaan pelayanan kesehatan yang sesuai dengan

kebutuhan pasien atau jasa dimana Puskesmas berupaya memberikan

manfaat tambahan kepada pasien yang telah menerima pelayanan

kesehatan yang diberikan.

d. Perspektif Pertumbuhan dan Pembelajaran

Beberapa faktor yang harus diperhatikan dalam perspektif ini adalah

(Kaplan dan Norton 2000: 110):

1) Kepuasan Karyawan

Hal yang perlu ditinjau adalah kepuasan karyawan dan produktivitas

kerja karyawan. Untuk mengetahui tingkat kepuasan karyawan

perusahaan perlu melakukan survei secara reguler. Beberapa elemen

kepuasan karyawan adalah keterlibatan dalam pengambilan

keputusan, pengakuan, akses untuk memperoleh informasi, dorongan

untuk melakukan kreativitas dan inisiatif serta dukungan dari atasan.

Produktivitas kerja merupakan hasil dari pengaruh peningkatan

keahlian moral, inovasi, perbaikan proses internal dan tingkat

kepuasan konsumen. Di dalam menilai produktivitas kerja setiap

2) Kemampuan Sistem Informasi

Organisasi sektor publik seperti Puskesmas perlu memiliki prosedur

informasi yang mudah dipahami dan mudah dijalankan. Tolok ukur

yang sering digunakan adalah bahwa informasi yang dibutuhkan

mudah didapatkan, tepat dan tidak memerlukan waktu lama untuk

mendapat informasi tersebut.

3) Motivasi, pemberdayaan, dan keselarasan

Pegawai yang memiliki informasi yang berlimpah tidak akan

memberikan kontribusi pada keberhasilan usaha, apabila mereka

tidak mempunyai motivasi untuk bertindak selaras dengan tujuan

Puskesmas atau tidak diberi kebebasan dalam pengambilan

keputusan atau bertindak.

Dokumen terkait