• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengukuran, Penilaian, dan Evaluasi Hasil Belajar

Dalam dokumen DAFTAR ISI... 1 PENDAHULUAN... (Halaman 46-50)

Pengukuran merupakan suatu kegiatan yang dilakukan untuk mengukur dalam arti memberi angka terhadap sesuatu yang disebut objek pengukuran (Djaali & Pudji Muljono, 2008:2). Pengukuran adalah proses pemberian angka atau usaha memperoleh deskripsi numerik dari suatu tingkatan di mana seorang siswa telah mencapai karakteristik tertentu. Pengukuran bersifat kuantitatif. Berdasarkan berbagai pendapat tersebut, pengukuran dapat diartikan sebagai kegiatan yang dilakukan untuk mengukur sesuatu, sedangkan mengukur adalah membandingkan sesuatu dengan atau atas dasar ukuran tertentu. Pengukuran hasil belajar dilakukan dengan menggunakan tes. Berdasarkan standarisasinya, tes yang digunakan untuk mengukur hasil belajar ada dua yaitu tes baku dan tes buatan guru (Djaali & Pudji Muljono, 2008:4).

Adapun terkait penilaian, menurut Suharsimi Arikunto (2010:3), menilai adalah mengambil suatu keputusan terhadap sesuatu dengan ukuran baik buruk. Penilaian merupakan suatu tindakan atau proses menentukan nilai sesuatu objek (Djaali & Pudji Muljono, 2008:2). Penilaian bersifat kualitatif. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan bab 1 pasal 1, penilaian adalah proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik. Sedangkan penilaian hasil belajar adalah proses pemberian nilai terhadap hasil-hasil belajar yang dicapai siswa dengan kriteria tertentu (Nana Sudjana, 1989:3). Berdasarkan pengertian tersebut, penilaian berarti

menilai sesuatu. Menilai mengandung arti mengambil keputusan terhadap sesuatu dengan ukuran baik atau buruk, sehat atau sakit dan sebagainya. Penilaian dilaksanakan secara sistematis dan berkesinambungan untuk memperoleh, menganalisis, dan menafsirkan proses dan hasil belajar siswa. Selain itu, untuk pengambilan keputusan dalam menentukan keberhasilan mencapai kompetensi yang telah ditentukan. Penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan bertujuan menilai pencapaian standar kompetensi lulusan untuk semua mata pelajaran yang dilakukan dalam bentuk ujian sekolah/ madrasah. Sedangkan penilaian hasil belajar oleh pemerintah bertujuan untuk menilai pencapaian kompetensi lulusan secara nasional pada mata pelajaran tertentu yang dilakukan dalam bentuk ujian nasional.

Tentang pengertian evaluasi, menurut Norman E. Gronlund & Robert L. Linn (1990: 5), evaluasi merupakan suatu proses sistematis dalam mengumpulkan, menganalisis, dan menginterpretasikan informasi untuk menentukan besarnya tujuan pembelajaran yang dicapai siswa. Evaluasi dapat juga diartikan sebagai proses menilai sesuatu berdasarkan kriteria atau tujuan yang telah ditetapkan, yang selanjutnya diikuti dengan pengambilan keputusan atas objek yang dievaluasi. Evaluasi hasil belajar digunakan untuk menunjukkan sampai di mana tingkat kemampuan dan keberhasilan siswa dalam pencapaian tujuan- tujuan kurikuler.

Berdasarkan pengertian pengukuran, penilaian, dan evaluasi di atas, maka jelas bahwa pengukuran, penilaian dan evaluasi saling berkaitan, namun berbeda dan pelaksanaannya. Pengukuran adalah langkah awal dari kegiatan evaluasi. Penilaian tidak dapat terjadi tanpa pengukuran. Untuk dapat menentukan nilai dari sesuatu yang sedang dinilai, dilakukan pengukuran. Kegiatan mengukur dan menilai itulah yang disebut dengan evaluasi.

Dalam sistem pendidikan nasional, rumusan tujuan pendidikan, baik tujuan kurikuler maupun tujuan instruksional, menggunakan klasifikasi hasil belajar dari Benyamin Bloom yang secara garis besar membaginya menjadi tiga ranah, yakni ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotorik. (Nana Sudjana,1989:22). Ketiga ranah tersebut menjadi objek penilaian hasil belajar.

Diantara ketiga ranah tersebut, ranah kognitiflah yang paling banyak dinilai oleh para guru di sekolah karena berkaitan dengan kemampuan para siswa dalam menguasai materi pelajaran.

Menurut Anas Sudijono (1998:50), Bloom membagi tingkat kemampuan atau tipe hasil belajar yang termasuk aspek kognitif menjadi enam, yaitu pengetahuan (knowledge), pemahaman (comprehension), aplikasi (application), analisis (analysis), sintesis (syntesis), dan evaluasi (evaluation), namun telah direvisi oleh Lorin W. Anderson dan David R.Krathwohl (2001) menjadi mengingat (remember), memahami (understand), menerapkan (apply), menganalisis (analyze), menilai (evaluate), menciptakan (create). Perbaikan Lorin W. Anderson and David R.Krathwohl memadukan jenis pengetahuan yang akan dipelajari dan proses yang digunakan untuk belajar (proses kognitif). Pengetahuan terbagi dalam pengetahuan faktual (factual knowledge), pengetahuan konseptual (conceptual knowledge), pengetahuan prosedural (procedural knowledge), dan pengetahuan meta kognitif (meta-cognitive knowledge).

Tabel 1. Aspek Kognitif dalam Taksonomi Bloom yang Direvisi Oleh Lorin W. Anderson dan David R. Krathwohl (2001)

Aspek kognitif Keterangan

1. Mengingat (remember)

Memunculkan kembali pengetahuan relevan dari kenangan jangka panjang

(long-term memory). 1.1 Mengenali

(recognizing)

Menemukan pengetahuan di kenangan jangka panjang (long-term memory) yang konsisiten dengan bahan yang diberi. Contohnya pada soal benar-salah dan soal pilihan ganda.

1.2 Memunculkan kembali (recalling)

Memunculkan kembali pengetahuan relevan dari kenangan jangka panjang (long-term memory).

2. Memahami (understand)

Membangun konsep dari pesan instruksional, termasuk lisan, tertulis, komunikasi grafik.

Aspek kognitif Keterangan 2.1 Menterjemahkan

(interpreting)

Menguraikan dengan kata-kata sendiri dari satu bentuk gambaran atau representasi.

2.2 Mencontohkan (exemplifying)

Menemukan contoh khusus atau gambaran dari konsep atau prinsip

2.3 Menggolongkan (classifying)

Mengetahui bahwa sesuatu mempunyai kategori.

2.4 Meringkas (summarizing)

Mengintisarikan tema umum atau poin utama. 2.5 Menunjukkan

(inferring)

Menarik kesimpulan logis dari informasi yang diberi.

2.6 Membandingkan (comparing)

Mengetahui korespondensi antara dua gagasan, objek dan sejenisnya.

2.7 Menerangkan (explaining)

Membangun hubungan sebab-akibat dari sebuah sistem.

3. Menerapkan (apply) Menggunakan prosedur di dalam situasi tertentu.

4. Menganalisis (analyze)

Membagi materi ke dalam bagian-bagian unsur pokoknya dan menentukan bagaimana bagian-bagian tersebut berhubungan satu sama lain seperti sampai kepada maksud keseluruhan. 4.1 Membedakan

(differentiating)

Membedakan bahan yang diberikan, bagian-bagian yang relevan dari yang tidak relevan, bagian-bagian yang penting dari yang tidak penting.

4.2 Menyelenggara-kan (organizing)

Menentukan bagaimana elemen sesuai atau berfungsi dalam struktur.

4.3 Mengaitkan (attributing)

Menentukan sudut pandang, prasangka, nilai atau maksud yang mendasari materi yang diberikan.

5. Menilai (evaluate) Membuat keputusan berdasarkan kriteria atau ukuran tertentu.

5.1 Memeriksa (checking)

Mengetahui ketidakkonsistenan atau kekeliruan dalam proses atau produk yang mempunyai konsistensi mendalam, mengetahui keefektifan prosedur saat dilaksanakan.

5.2 Mengomentari (critiquing)

Mengetahui ketidakkonsistenan antara produk dan kriteria eksternal, memutuskan apakah produk mempunyai ketetapan eksternal,

Aspek kognitif Keterangan

mengetahui kepatutan prosedur untuk masalah yang diberikan.

6. Menciptakan (create) Penyatuan bagian-bagian ke dalam suatu bentuk yang menyeluruh.

6.1 Menghasilkan (generating)

Menghasilkan hipotesis alternatif yang berdasarkan kriteria.

6.2 Merencanakan (planning)

Memikirkan prosedur untuk menyelesaikan beberapa tugas.

6.3 Menghasilkan (producing)

Menciptakan produk.

Dalam dokumen DAFTAR ISI... 1 PENDAHULUAN... (Halaman 46-50)

Dokumen terkait