• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN

B. Pengumpulan Data

Dalam pengumpulan data terdapat beberapa langkah yang dilakukan, yang meliputi:

1. Pemberian materi, yaitu mengenai kata berimbuhan dan karangan deskripsi

Pemberian materi diawali dengan memberikan penjelasan mengenai kata berimbuhan. Penjelasan mengenai materi ini adalah: pengertian kata berimbuhan, jenis-jenis kata berimbuhan, dan penggunaan kata berimbuhan. Materi berikutnya yang diberikan adalah mengenai karangan deskripsi. Pada materi ini dijelaskan mengenai pengertian karangan deskripsi, jenis-jenis deskripsi, tahapan-tahapan penulisan karangan deskripsi, dan tujuan penulisan karangan deskripsi.

58

2. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk berargumentasi atau berkomentar mengenai materi yang telah disampaikan. Waktu yang ditentukan adalah 15 menit. Dalam kesempatan ini juga digunakan oleh peneliti untuk berdiskusi dengan siswa.

3. Penulisan karangan deskripsi dengan menggunakan kata berimbuhan yang tepat.

Pada tahap ini, peneliti mengajak para siswa untuk menulis karangan deskripsi dengan menggunakan kata berimbuhan yang tepat. Tema karangan tidak ditentukan oleh peneliti. Dengan demikian, siswa bebas berekspresi dan berimajinasi untuk mendeskripsikan apa saja sesuai keinginannnya.

4. Pengumpulan data

Setelah siswa selesai menulis karangan deskripsi, peneliti mengumpulkan karangan yang telah ditulis oleh siswa. Pada tahap ini lazim disebut dengan pengumpulan data. Karangan siswa itulah yang akan dijadikan data penelitian.

5. Pengklasifikasian data

Pengklasifikasian data dapat dilakukan dengan beberapa langkah, yang meliputi:

a. Memilah karangan

Karangan siswa yang sudah terkumpul akan dipilah oleh penulis. Beberapa karangan akan diklasifikasikan berdasarkan tingkat kesalahan yang terdapat dalam karangan tersebut. Selanjutnya,

karangan yang sudah terpilih akan dianalisis.analisis yang dilakukan difokuskan kepada pembentuykan kata berimbuhan (afiks).

b. Memberikan penomoran karangan

Pemberian nomor pada tiap-tiap karangan dilakukan agar penulis lebih mudah dalam proses analisis selanjutnya. Nomor yang diberikan berupa nomor urut dari 1 sampai nomor akhir siswa sesuai abjad.

C. Analisis Data

Analisis data yang dilakukan peneliti adalah mengklasifikasikan jenis-jenis kesalahan yang terjadi pada pembentukan kata berimbuhan. Di antara jenis-jenis data yang akan dijadikan media analisis data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Penyengauan kata dasar

Walaupun pas pertama masuk aku sempat ngrasa takut (kalimat ke 8 karangan ke-1).

Kesalahan afiksasi pada kalimat ini terletak pada penyengauan kata dasar. Kalimat di atas dapat diubah menjadi “Walaupun pas pertama

masuk aku sempat merasa takut”. Kata ngrasa bukan merupakan hasil

pembentukan kata berimbuhan. Jadi, bila kata dasar „rasa‟ mendapatkan

imbuhan me-, kata yang terbentuk adalah „merasa‟. Dengan demikian,

penggunan kata „merasa‟ akan lebih tepat. Selain itu, kata „rasa‟

merupakan kata dasar yang baku dalam bahasa Indonesia. Dengan kata

lain, walaupun tidak mau diberikan imbuhan kata „rasa‟ bisa dipakai

60

waktu pertama kali masuk, rasa takut itu sudah ada dalam diriku”

2. Pemakaian imbuhan (afiks) yang keliru a. Awalan ke- yang keliru

Fitri orangnya lucu suka bikin orang ketawa (kalimat ke 3 karangan 5).

Analisis

Kesalahan afiksasi pada kalimat di atas terletak pada pemakaian prefiks ke- yang salah. Kalimat di atas dapat diubah

menjadi “Fitri orangnya lucu suka bikin orang tertawa”. Imbuhan ke- hanya dapat menempel pada kata bilangan. Selain di depan kata bilangan, awalan ke- tidak dapat dipakai. Pengecualian terdapat pada kekasih dan ketua. Oleh sebab itu, kata ketawa, bukanlah bentuk baku dalam bahasa Indonesia. Jadi, penggunaan kata tertawa akan lebih tepat.

b. Awalan di- yang keliru

1) ...membuat perahu yang di suruh oleh ibunya (kalimat ke 5 karangan 9).

2) Akhirnya perahu itu di tendang dan jadilah tangkuban perahu (kalimat ke 6 karangan 9).

3) Banyak makanan khas yang di cari (kalimat ke 8 karangan 4). 4) Dia sering di panggil Siti (kalimat ke 2 karangan 7).

Kesalahan afiksasi pada kalimat-kalimat di atas pada pemakaian prefiks di- yang salah. Kalimat 1) dapat diubah menjadi

“...membuat perahu yang disuruh oleh ibunya”. Kalimat ke 2) dapat diubah menjadi “ akhirnya perahu itu ditendang dan jadilah tangkuban perahu”. Kalimat ke 3) dapat diubah menjadi “banyak makanan khas

yang dicari”. Selanjutnya kalimat ke 4) dapat diubah menjadi “Dia sering dipanggil Siti”,

Setiap kata dasar yang mendapat imbuhan awal (prefiks) pembubuhannya harus disambung dengan kata dasarnya.. Jadi, bila

kata dasar „suruh‟, „tendang‟, „cari‟, „panggil‟, „klaim‟, mendapatkan imbuhan di-, kata yang terbentuk adalah „disuruh‟, „ditendang‟, dicari‟, „dipanggil‟, dan diklaim. Selain itu, morfem di- bukan merupakan preposisi yang penulisannya dipisah dengan bentuk dasarnya, melainkan merupakan imbuhan dan penulisannya disambung dengan bentuk dasarnya. Salah satu cara untuk mengenal kata yang berawalan di- adalah bahwa hanya kata kerja saja dan kata-kata yang berawalan di- memunyai bentuk lawan awalan me-.

c. Bunyi huruf /k/, /p/, /s/, /t/ yang keliru

1) ...ketika sedang mempunyai masalah (kalimat ke 4 karangan 12). 2) Pulau Jawa yang mempunyai tempat wisata yang indah ( kalimat

ke 6 karangan 13)

3) Iqbal juga mempunyai sifat kejelekan ( kalimat ke 6 karangan 14) Kesalahan afiksasi pada kalimat di atas terletak pada pemakaian bunyi huruf /k/, /p/, /t/, /s/ yang tidak luluh. Kalimat 1)

62

dapat diubah menjadi “Pulau Jawa yang memunyai tempat wisata yang

indah”, dan kalimat 3) dapat diubah menjadi “Iqbal juga memunyai

sifat kejelekan. Kata dasar yang berfonem /k/, /p/, /s/, dan /t/ apabila mendapatkan imbuhan awalan (prefiks) dan gabungan (konfiks), maka fonem awalnya akan luluh, pengecualian apabila terdapat fonem konsonan ganda (bergugus konsonan). Kata produksi (memproduksi), promosi (mempromosikan), presentasi (mempresentasikan), dan lain

sebagainya. Jadi, bila kata dasar „punya‟, kemudian mendapat imbuhan

me-i yang terbentuk adalah „memunyai‟. Dengan demikian, penggunan

kata „memunyai‟ dan akan lebih tepat, karena katanya baku.

d. Pemakaian konfiks yang keliru

1) Di kelas pun setiap hari selalu di bersihkan (kalimat ke 5 karangan 2)

2) ...banyak di kunjungi orang-orang…. (kalimat ke 4 karangan 4). 3) Pantai Anyer sering di padati wisatawan….(kalimat ke 3 karangan

3).

4) Penghargaan pun di pampangkan untuk diper lihat kan ke semua (kalimat ke 5 karangan 6)

5) …bersama keluarga yang sangat di cintainya (kalimat ke 4 karangan 10)

6) Saya harus belajar agar mendapat kan prestasi yang di ingin kan (kalimat ke 5 karangan 10).

7) Taman ini pun di dirikan untuk mengenali beberapa

8) Kelas pun juga di bersihkan setiap hari (kalimat ke 5 karangan 9). 9) Ibu sering membuat masakan / makanan yang di sukai

anak-anaknya (kalimat ke 5 karangan 11)

10)Perahu sangat mudah di lalui oleh wisatawan (kalimat ke 2 karangan 12)

11)Ibu sangat di cintai anaknya (kalimat ke 6 karangan 11)

12)Perahu juga punya pemandangan yang sangat indah (kalimat ke 3 karangan 12)

Kesalahan afiksasi pada kalimat-kalimat di atas ini terletak pada pemakaian konfiks yang salah. Kalimat 1) di atas dapat diubah menjadi

“di kelas pun setiap hari selalu dibersihkan”, kalimat 2) dapat diubah menjadi “...banyak dikunjungi orang-orang….”, kalimat 3) dapat

diubah menjadi “Pantai Anyer sering dipadati wisatawan….”, kalimat 4) dapat diubah menjadi “penghargaan pun dipampangkan untuk di perlihatkan”, kalimat 5) dapat diubah menjadi “…bersama keluarga yang sangat di cintainya”. Kalimat 6) dapat diubah menjadi “Saya harus belajar agar mendapatkan prestasi yang diinginkan”, kalimat 7) dapat diubah menjadi “Taman ini pun didirikan untuk mengenali beberapa provinsi….”, kalimat 8) dapat diubah menjadi “Kelas pun juga dibersihkan setiap hari”, kalimat 9) dapat diubah menjadi “Ibu

sering membuat masakan / makanan yang disukai anak-anaknya”, kalimat 10) dapat diubah menjadi “Perahu sangat mudah dilalui oleh wisatawan”, kalimat 11) dapat diubah menjadi “Ibu sangat dicintai

64

anaknya”, kalimat 12) dapat diubah menjadi “Perahu juga memunyai

pemandangan yang sangat indah”.

Setiap kata dasar yang dibubuhi dengan imbuhan (afiks) pembentukan katanya adalah disambung. Tidak hanya awalan (prefiks), sisipan (infiks), dan akahiran (sufiks) saja, tetapi imbuhan gabungan (konfiks) juga penulisan katanya disambung. Dengan kata lain kata dasar disulis sambung dengan imbuhan yang ada di awal dan

di akhirnya. Kata „bersih‟ apabila diberikan imbuhan di-kan, maka

akan terentuk kata „dibersihkan‟, kata „kunjung‟ apabila mendapat

imbuhan di-i maka akan terbentuk kata „dikunjungi‟, kata „pampang‟

apabila diberikan imbuhan di-kan, maka akan terentuk kata

„dipampangkan‟, kata „cintai‟ apabila diberikan imbuhan di-nya maka

akan terentuk kata „dicintainya‟, kata „ingin‟ apabila diberikan imbuhan di-kan, maka akan terentuk kata „diinginkan‟, kata „diri‟

apabila diberikan imbuhan di-kan, maka akan terentuk kata „didirikan‟, kata „bersih‟ apabila diberikan imbuhan di-kan, maka akan terentuk

kata „dibersihkan‟, kata „cinta‟ apabila diberikan imbuhan di-i, maka

akan terentuk kata „dicintai‟, kata „lalu‟ apabila diberikan imbuhan di

-i, maka akan terentuk kata „dilalui‟, dan kata „punya‟ apabila diberikan

imbuhan me-i, maka akan terentuk kata „memunyai‟. Dengan demikian

pembentukan kata yang benar yang dipakai dalam beberapa kalimat tersebut akan lebih jelas maknanya.

e. Pemakaian sufiks –nya yang keliru

1) Aku suka dengan sikap dan sifat nya (kalimat ke 2 karangan 1). 2) Orang tua nya juga sudah mengenal aku.…( kalimat ke 3 karangan

1)

3) …keluagra dan masalah yang lain nya (kalimat ke 9 karangan 1) 4) Di kelas tempat nya bersih dan rapih (kalimat ke 5 karangan 2) 5) Tempat nya sangat indah (kalimat ke 2 karangan 6)

6) Karyawan nya di sini pun sangat menyenangkan hati (kalimat ke 6 karangan 6)

7) ...berbagai macam pakaian tradisional dan lain nya (kalimat ke 7 karangan 8)

8) Ibu sangat di cintai anak nya (kalimat ke 6 karangan 11)

9) Indonesia merupakan Negara yang terkenal akan karya seni nya ( kalimat ke 1 karangan 13)

Kesalahan afiksasi pada kalimat-kalimat di atas ini terletak pada pemakaian sufiks -nya yang salah. Kalimat 1) di atas dapat

diubah menjadi “Aku suka dengan sikap dan sifatnya”, kalimat 2) dapat diubah menjadi “orang tuanya juga sudah mengenal aku”,

kalimat 3) dapat diubah menjadi “…keluarga dan masalah yang lainnya”, kalimat 4) dapat diubah menjadi “di kelas tempatnya bersih dan rapih”, kalimat 5) dapat diubah menjadi “tempatnya sangat indah”. Kalimat 6) dapat diubah menjadi “karyawannya di sini pun sangat menyenangkan hati, kalimat 7) dapat diubah menjadi “berbagai macam

66

pakaian tradisional dan lainnya”, kalimat 8) dapat diubah menjadi “Ibu sangat dicintai anaknya”, dan kalimat 9) dapat diubah menmjadi “Indonesia merupakan Negara yang terkenal akan karya seninya”.

Setiap kata dasar yang mendapat imbuhan akhir (sufiks) pembubuhannya harus disambung dengan kata dasarnya. Jadi kata

„sifat‟ apabila diberikan imbuhan --nya, maka akan terbentuk kata

„sifatnya‟, kata „orang tuat‟ apabila diberikan imbuhan --nya, maka

akan terbentuk kata „orang tuanya‟, kata „lain‟ apabila diberikan

imbuhan --nya, maka akan terbentuk kata „lainnya‟, kata „tempat‟

apabila diberikan imbuhan --nya, maka akan terbentuk kata

„tempatnya‟, kata „tempat‟ apabila diberikan imbuhan --nya, maka

akan terbentuk kata „tempatnya‟, kata „karyawan‟ apabila diberikan

imbuhan --nya, maka akan terbentuk kata „karyawannya‟, kata „lain‟

apabila diberikan imbuhan --nya, maka akan terbentuk kata „lainnya‟, kata „anak‟ apabila diberikan imbuhan --nya, maka akan terbentuk kata

„anaknya‟, dan kata „seni‟ apabila mendapat imbuhan-nya maka akan

terbentuk kata „seninya‟. Dengan demikian pembentukan kata yang

benar yang dipakai dalam beberapa kalimat tersebut akan lebih jelas maknanya. Selain itu, fungsi akhiran –nya walaupun sebagai klitika pembubuhan afiksnya tetap disambung dengan bentuk dasarnya.

Dokumen terkait