ANALISIS KESALAHAN KATA BERIMBUHAN DALAM
KARANGAN DESKRIPSI SISWA KELAS X SMK
NUSANTARA, LEGOSO, CIPUTAT, TANGERANG TAHUN
PELAJARAN 2011/2012
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan KeguruanUniversitas Islam Negeri Syaraif Hidayatullah Jakarta sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan (S.Pd.)
Oleh
Ani Nurhayati
107013000666
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
CIPUTAT, TANGERANG TAHUN PELAJARAN 2011/2012
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan KeguruanUniversitas Islam Negeri Syaraif Hidayatullah Jakarta sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan (S.Pd.)
Oleh
Ani Nurhayati
107013000666
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING
ANALISIS
KATA
BERIMBUHAN
DALAM
KARANGAN
DESKRIPSI
SISWA
KELAS X SMK NUSANTARA
LEGOSO
CIPUTAT TANGERANG TAHUN AJARAN 2OIII2OI2
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Strata Satu (S1) Sarjana Pendidikan (S.Pd.)
Oleh: Ani Nurhavati
107013000666
NIP. 19820628200912 2 003
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
DALAM KARANGAN DESKRIPSI SISWA KELAS
X
SMK NUSANTARA LEGOSO CIPUTAT TANGERANG TAHUN AJARAN 2011-2012", yang disusun oleh AniNurhayati Nomor Induk Mahasiswa 107013000666 Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Telah melalui bimbingan dinyatakan syah sebagai karya ilmiah yang berhak untuk diujikan pada sidang munaqosah sesuai ketentuan yang ditetapkan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan.Jakarla, 13 Desember 2A11
Panitia Ujian Munaqasah
Ketua Panitia (Ketua J urusan/Prodi)
Mahmudah Fitriyah. ZA, M.Pd. NIP. I 9640212199703 2 002
Penguji I
Drs. JamalD. Rahman, M.Hum.
Penguji II
Mahmudah Fitriyah. ZA" M.Pd. NrP. 19640212199703 2 002
Tanggal 13-12-2011
l3-12-2011
13-12-2011
Mengetahui:
Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan,
LEMBAR PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama
Tempat/Tanggal lahir NIM
Jurusan Judul Skripsi
Ani Nurhayati
Brebes, 06 februari 1988 107013000666
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Analisis
kata
Berimbuhan dalam KaranganDeskripsi Siswa Kelas
X
SMK Nusantara Tahun Ajaran 20ll-2012: Nuryani, S. Pd. M.A.
Et:+1.1-Bl9V.tytltl-r 6"-ww_w Dosen Pembimbing
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1.
Skripsi ini merupakankarya saya sendiri yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memeroleh gelar Sarjana Strata Satu (S1)di Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. I -*2.
Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah "Jakarta.3.
Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah lakafta.Jakafta,
0l Desemser
20ll
METERAITEMPEI, Penulis
P!/rx rlrar\ruN tllcsr 39BC
0
MOTTO :
Memiliki sedikit ilmu (pengetahuan) itu berbahaya, tapi jika tidak memilikinya justru sangat membahayakan.
Tuntutlah ilmu setinggi langit dan raihlah cita secerah mentari.
Sinari ketidaktahuanmu dengan cahaya ilmu yang telah dimiliki, niscaya kehidupan tidak akan berbahaya.
PERSEMBAHAN :
Penulis persembahkan hasil skripsi ini kepada kedua orang tua yang
senantiasa mendoakan penulis, para pendidik yang telah memberikan ilmunya
tanpa pamrih menjadikan penulis tahu apa yang tadinya belum diketahui, dan
kepada seluruh pihak yang telah membantu dan mendoakan penulis.
Terimakasih penulis ucapkan atas segala keikhlasan yang telah kalian
berikan. Semoga apa yang telah jalian berikan mendapatkan pahala dari
ABSTRAK
Ani Nurhayati; 107013000666 “Analisis Kata Berimbuhan dalam Karangan Deskripsi Siswa Kelas X SMK Nusantara Tahun Ajaran 2011-2012”. Penelitian ini dilaksanakan di SMK Nusantara Ciputat pada bulan Juli dan Oktober 2011.
Penulis menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan teknik analisis isi yaitu penulis meneliti suatu objek yang dipaparkan secara lengkap dan jelas tentang segala hal mengenai objek yang diteliti. Untuk mendapatkan data, penulis memisahkan karangan-karangan deskripsi siswa yang terdapat kesalahan-kesalahan pembentukan katanya, kemudian menganalisisnya berdasarkan kriteria-kriteria kesalahan pembentukan kata berimbuhan.
Penelitian ini memfokuskan diri pada analisis kata berimbuhan yang terdapat dalam karangan deskripsi siswa. Dari hasil penelitian ini terdapat kesalahan-kesalahan pembentukan kata berimbuhan yang terbagi menjadi: a) penyengauan kata dasar yakni pada kata „ngrasa‟. Kata „ngrasa‟ bisa diubah
menjadi „merasa‟. Hasil analisis kesalahan penyengauan kata dasar menunjukkan bahwa dari 296 kalimat terdapat 1 penyengauan kata dasar dengan persentase 0,33%, b) prefiks ke- yang keliru, yaitu kata „ketawa‟. Kata „ketawa‟ dapat diubah
menjadi „tertawa‟. Hasil analisis kesalahan prefiks ke- menunjukkan bahwa dari 296 kalimat terdapat 1 pembentukan kata yang keliru dengan persentase 0,33%, c) prefiks di- yang keliru, yakni di antaranya terdapat pada kata „di rasa‟, „di suruh‟,
dan „di tendang‟. Ketiga kata tersebut dapat diubah menjadi „dirasa‟, „disuruh‟, dan „ditendang‟. Hasil analisis kesalahan prefiks di- menunjukkan bahwa dari 296 kalimat terdapat 5 pembentukan kata yang keliru dengan persentase 1,68%, d) bunyi huruf /k/, /p/, /t/, /s/ yang tidak luluh, yakni pada kata „mempunyai‟. Kata
tersebut dapat diubah menjadi „memunyai‟. Hasil analisis kesalahan bunyi huruf /k/, /p/, /t/, /s/ menunjukkan bahwa dari 296 kalimat terdapat 4 bunyi huruf yang tidak luluh, yakni /p/, pada kata memunyai dengan persentase 1,35 %, e) pemakaian konfiks yang keliru, yakni terdapat pada beberapa kata di antaranya:
„di dirikan‟, „di bersihkan‟, „men dapat kan‟, dan „di inginkan‟. Kata-kata tersebut
dapat diubah menjadi: „didirikan‟, „dibersihkan‟, „mendapatkan‟, dan „diinginkan‟
Hasil analisis kesalahan konfiks menunjukkan bahwa dari 296 kalimat terdapat 14 pembentukan kata yang keliru dengan persentase 4,72%, f) pemakaian sufik –nya yang keliru, di antaranya: „lain nya‟, „tempat nya‟, dan „seni nya‟. Kata-kata
tersebut dapat diubah menjadi „lainnya‟, „tempatnya‟, dan „seninya‟. Hasil analisis kesalahan sufiks -nya menunjukan bahwa dari 296 kalimat terdapat 9 pembentukan kata yang keliru dengan presentase 3,04%.
Penelitian ini dapat disimpulkan bahwa dalam karangan deskripsi siswa kesalahan pembentukan kata berimbuhan yang paling banyak terdapat pada pemakaian konfiks yang keliru.
Alhamdulillah segala puji dan syukur penulis haturkan ke hadirat Allah Swt yang Maha suci dan Gofur, yang telah senantiasa memberikan kesehatan lahir dan batin keridloan kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsinya sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar kesarjanaan di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Shalawat beserta salam senantiasa tercurahkan kepada nabi besar Muhammad Saw yang telah membawa umatnya dari zaman kebodohan ke zaman kecerdasan.
Penyusunan skripsi ini dapat penulis selesaikan dengan baik karena ada bantuan dan dukungan dari berbagai pihak kepada penulis, baik berupa moral maupun material. Oleh karena itu, perkenankanlah dalam kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Nurlena Rifa‟i, M.A. Ph.D Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Dra. Mahmudah Fitriyah ZA, M.Pd., sebagai Ketua Jurusan PBSI sekaligus sebagai penasehat akademik yang selalu memberikan nasehat yang berguna untuk penulis.
3. Nuryani, S.Pd. M.A., sebagai dosen pembimbing yang telah banyak membantu penulis dalam penyusunan skripsi ini dan telah bersedia meluangkan waktu, tenaga, dan pikirannya untuk memberikan petunjuk serta pengarahan kepada penulis.
4. Dra. Hindun, M.Pd. dan Seluruh dosen Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia yang telah mengajarkan dan memberikan ilmunya kepada penulis selama proses perkuliahan berlangsung. Semoga Allah memberikan balasan dan pahala berganda atas ilmu yang diberikan dengan ikhlas kepada kami semua.
6. Ayahanda dan Ibunda, atas segala bentuk cinta dan kasih sayangnya kepada ananda yang selalu memberikan doa, motivasi, bantuan moril, dan materil, semoga Allah selalu melimpahkan rahmatNya kepada keluarga kita.
7. Adik-adikku yang tersayang: Fauzi Anwar, Asep Saepudin, Saega Adi Purnama, dan Diniyatul Bana Fahma Tina, serta nenekku yang selalu memberikan bantuan dan semangat kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi.
8. Keluarga besar Bapak Kyai U‟ud Mas‟ud,bapak Carwo Diharjo, bapak Kusdi, bapak Carsim dan bapak Raswito yang selalu mendoakan penulis tetap semangat dalam menuntut ilmu yang Allah ridhoi dan memberikan dukungan serta bantuan moril serta materilnya kepada penulis.
9. Kakak-kakakku, Khaerul Umam, Zainal Arifin Dahlan S.Kom, dan Yuni Ruwanti, S.Pd. serta segenap keluarga besar yang selalu memberikan dukungan dan bantuan baik moril maupun materil yang tak terhingga kepada penulis.
10.Teman-teman seperjuangan mas Owhie, Ahmad, Imeh, Intan, Kokom, Nuni, dan seluruh angkatan 2007 PBSI serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, terima kasih atas segala dukungan dan semangatnya kepada penulis, semoga Allah melindungi kalian semua.
Penulis berdoa dan berharap semoga semua pihak yang telah membantu dengan kebaikan dan ketulusan mendapat balasan dan menjadi ladang amal di sisi Allah Swt. Demikianlah yang dapat penulis sampaikan, semoga skripsi ini berguna dan bermanfaat khususnya bagi penulis, dan umumnya bagi pembaca. Amin
Jakarta, 01 Desember 2011 Penulis
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING ... i
LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI ... ii
LEMBAR PERNYATAAN ... iii
LEMBAR PERSEMBAHAN ... iv
ABSTRAK ... v
KATA PENGANTAR ... vi
DAFTAR ISI ... viii
DAFTAR TABEL ... x
DAFTAR SINGKATAN ... xi
DAFTAR LAMPIRAN ... xii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 9
C. Rumusan Masalah ... 9
D. Tujuan Penelitian... 10
E. Manfaat Penelitian... 10
BAB II LANDASAN TEORI A. Landasan Teori ... 12
1. Hakikat Kata ... 12
2. Hakikat Kata Berimbuhan ... 14
3. Hakikat Karangan ... 38
4. Hakikat karangan Deskripsi ... 40
5. Kesalahan Pembentukan kata Berimbuhan ... 42
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian ... 48
B. Metode Penelitian ... 48
C. Analisis Data ... 55
BAB IV HASIL PENELITIAN A. Persiapan Penelitian ... 57
B. Pengumpulan Data ... 57
C. Analisis Data ... 59
D. Interpretasi Hasil Penelitian ... 66
BAB V PENUTUP A. Simpulan... 74
B. Saran ... 74
DAFTAR PUSTAKA ... 75
(afiks)
Tabel 2 : Frekuensi Kesalahan Pembentukan Kata Berimbuhan Awal (Prefiks)
Tabel 3 : Frekuensi Kesalahan Pembentukan Kata Berimbuhan Akhir (Sufiks)
Tabel 4 : Frekuensi Kesalahan Pembentukan Kata Berimbuhan Gabung (Konfiks)
Tabel 5 : Frekuensi Kesalahan Pembentukan Kata Berimbuhan (AFIKSASI)/KPKB
[image:12.595.114.524.83.470.2]DAFTAR SINGKATAN
1. PglPref me- = Penanggalan Prefiks me- 2. PglPref ber- = Penanggagaln Prefik ber- 3. Pref ke- Kel = Prefiks ke- yang Keliru
4. PmkSuf –ir Kel = Pemakaian Sufiks –ir yang Keliru 5. PLHNBu /c/ = Peluluhan Bunyi /c/
6. Penga KD = Penyengauan Kata Dasar
7. BH /k/, /p/, /s/,/t/ = Bunyi Huruf /k/, /p/, /t/, /s/ yang Tidak Luluh 8. Pref di- Kel = Prefiks di- yang Keliru
Lampiran 1 : Angket
Lampiran 2 : Data Analisis Kata Berimbuhan Karangan Deskripsi Siswa Kelas X SMK Nusantara Legoso Ciputat Tangerang Tahun Ajaran 2011-2012
Lampiran 3 : Surat Pengajuan Judul Skripsi Lampiran 4 : Surat Bimbingan Skripsi
UJI REFERENSI
Nama : Ani Nurhayati
NIM : 107013000666
Fakultas : Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Judul Skripsi : Analisis Kata Berimbuhan dalam Karangan Deskripsi Siswa Kelas X SMK Nusantara Legoso Ciputat Tangerang.
Dosen Pembimbing : Ibu Nuryani, S.Pd. M.A.
No Nama Buku Paraf
Pembimbing 1 Abdul Chaer. Morfologi Bahasa Indonesia. Jakarta: PT. Reneka Cipta,
2008.
2 Achmad HP. Linguistik Umum. Jakarta : Depdikbud, 1996.
3 Anas Sudijono. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2009.
4 Andrew Spencer. Modern Linguistics Series. England: Kind Permission Of J. W. Spear and Son PLC, Enfield EN3 7TB, 1994.
5 Badudu. Inilah Bahasa Indonesia yang Benar. Jakarta: PT. Gramedia, 1983.
6 Budi Santoso. Karya Mahasiswa dan Dosen. “AnalisisKesalahan Berbahasa dalam Skripsi Mahasiswa Jurusan Nonbahasa dan Sastra Indonesia Universitas Islam Malang”. http://www.infodiknas.com/
(diakses hari Rabu, 07 Juni pada pukul 10.10 WIB)
7 Erin Komarudin, Atih Supriatih. Panduan Kreatif Bahasa Indonesia. Bogor: Yudhistira, 2004.
8 Euis Honiarti dan E. Kosasih. Intisari Bahasa dan Sastra Idonesia. Bandung: Pustaka Setia, 1999.
Jakarta: Akademika Perssindo, 2008.
11 E.Zaenal Arifin dan Farid Hadi. 1001 Kesalahan Berbahasa. Jakarta: Akademika Perssindo, 2009
12 Harimurti Kridalaksana. Kelas Kata dalam Bahasa Indonesia. Jakarta: PT. Gramedia, 1986.
13 Harimurti Kridalaksana. Pembentukan Kata dalam Bahasa Indonesia. Jakarta: PT. Gramedia, 2009.
14 Hasan Alwi. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka, 2003.
15 Henry Guntur Tarigan, Djago Tarigan. Pengajaran Analisis Kesalahan Berbahasa. Bandung: PT. Angkasa, 1990.
16 Iskandar. Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta: GP Press, 2009. 17 Masnur Muslich. Tata Bentuk Bahasa Idonesia ( kajian ke arah tata
bahasa deskriptif. Rawamangun: Bumi Aksara, 2006.
18 Mahsun. Metode Penelitian Bahasa. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007.
19 M. Ramlan. Morfologi ‟Suatu Tinjauan Deskriptif. Yogyakarta: UP. Karyono, 1985.
20 Ninik M. Kuntarto. Cermat dalam Berbahasa Teliti dalam Berfikir. Jakarta: Mitra Wacana Media, 2010.
21 Pusat Bahasa Depdiknas. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka, 2008.
22 Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Depdiknas. Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan & Pedoman Umum Pembentuka Istilah. Bandung: Yrama Widya, 2009.
23 Sabarti Akhadiat dkk. Pembinaan Kemampuan Menulis Bahasa Indonesia. Erlangga, 1994.
Jakarta, 01 Desember 2011 Dosen Pembimbing,
Nuryani, S.Pd. M.A.
NIP. 19820628 200912 2 003
25 Samsuri. Analisis Bahasa. Malang: Erlangga, 1987.
26 Sarwidji Suwandi Dan Muhammad Rohmadi. Maju Bersama Bahasa Indonesia. Solo: PT. Tiga Serangkai Pustaka Mandiri, 2008
27 Sudjana. Metoda Statistika. Bandung: Tarsito, 2005.
28 Setya Tri Nugraha. Skripsi Kesalahan Berbahasa. ” Kesalahan-kesalahan Berbahasa IndonesiaPembelajar Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Asing: Sebuah Penelitian Pendahuluan”. http://ialf.edu/kipbipa/pap
(diakses Rabu, 07 Juni 201 pada pukul 09. 43 WIB)
29 Wikipedia, 23 Desember 2007, Wikipedia: Pedoman Ejaan danPenulisan Kata,
MOTTO :
Memiliki sedikit ilmu (pengetahuan) itu berbahaya, tapi jika tidak memilikinya justru sangat membahayakan.
Tuntutlah ilmu setinggi langit dan raihlah cita secerah mentari.
Sinari ketidaktahuanmu dengan cahaya ilmu yang telah dimiliki, niscaya kehidupan tidak akan berbahaya.
PERSEMBAHAN :
Penulis persembahkan hasil skripsi ini kepada kedua orang tua yang
senantiasa mendoakan penulis, para pendidik yang telah memberikan ilmunya
tanpa pamrih menjadikan penulis tahu apa yang tadinya belum diketahui, dan
kepada seluruh pihak yang telah membantu dan mendoakan penulis.
Terimakasih penulis ucapkan atas segala keikhlasan yang telah kalian
berikan. Semoga apa yang telah jalian berikan mendapatkan pahala dari
ABSTRAK
Ani Nurhayati; 107013000666 “Analisis Kata Berimbuhan dalam Karangan Deskripsi Siswa Kelas X SMK Nusantara Tahun Ajaran 2011-2012”. Penelitian ini dilaksanakan di SMK Nusantara Ciputat pada bulan Juli dan Oktober 2011.
Penulis menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan teknik analisis isi yaitu penulis meneliti suatu objek yang dipaparkan secara lengkap dan jelas tentang segala hal mengenai objek yang diteliti. Untuk mendapatkan data, penulis memisahkan karangan-karangan deskripsi siswa yang terdapat kesalahan-kesalahan pembentukan katanya, kemudian menganalisisnya berdasarkan kriteria-kriteria kesalahan pembentukan kata berimbuhan.
Penelitian ini memfokuskan diri pada analisis kata berimbuhan yang terdapat dalam karangan deskripsi siswa. Dari hasil penelitian ini terdapat kesalahan-kesalahan pembentukan kata berimbuhan yang terbagi menjadi: a) penyengauan kata dasar yakni pada kata „ngrasa‟. Kata „ngrasa‟ bisa diubah
menjadi „merasa‟. Hasil analisis kesalahan penyengauan kata dasar menunjukkan bahwa dari 296 kalimat terdapat 1 penyengauan kata dasar dengan persentase 0,33%, b) prefiks ke- yang keliru, yaitu kata „ketawa‟. Kata „ketawa‟ dapat diubah
menjadi „tertawa‟. Hasil analisis kesalahan prefiks ke- menunjukkan bahwa dari 296 kalimat terdapat 1 pembentukan kata yang keliru dengan persentase 0,33%, c) prefiks di- yang keliru, yakni di antaranya terdapat pada kata „di rasa‟, „di suruh‟,
dan „di tendang‟. Ketiga kata tersebut dapat diubah menjadi „dirasa‟, „disuruh‟, dan „ditendang‟. Hasil analisis kesalahan prefiks di- menunjukkan bahwa dari 296 kalimat terdapat 5 pembentukan kata yang keliru dengan persentase 1,68%, d) bunyi huruf /k/, /p/, /t/, /s/ yang tidak luluh, yakni pada kata „mempunyai‟. Kata
tersebut dapat diubah menjadi „memunyai‟. Hasil analisis kesalahan bunyi huruf /k/, /p/, /t/, /s/ menunjukkan bahwa dari 296 kalimat terdapat 4 bunyi huruf yang tidak luluh, yakni /p/, pada kata memunyai dengan persentase 1,35 %, e) pemakaian konfiks yang keliru, yakni terdapat pada beberapa kata di antaranya:
„di dirikan‟, „di bersihkan‟, „men dapat kan‟, dan „di inginkan‟. Kata-kata tersebut
dapat diubah menjadi: „didirikan‟, „dibersihkan‟, „mendapatkan‟, dan „diinginkan‟
Hasil analisis kesalahan konfiks menunjukkan bahwa dari 296 kalimat terdapat 14 pembentukan kata yang keliru dengan persentase 4,72%, f) pemakaian sufik –nya yang keliru, di antaranya: „lain nya‟, „tempat nya‟, dan „seni nya‟. Kata-kata
tersebut dapat diubah menjadi „lainnya‟, „tempatnya‟, dan „seninya‟. Hasil analisis kesalahan sufiks -nya menunjukan bahwa dari 296 kalimat terdapat 9 pembentukan kata yang keliru dengan presentase 3,04%.
Penelitian ini dapat disimpulkan bahwa dalam karangan deskripsi siswa kesalahan pembentukan kata berimbuhan yang paling banyak terdapat pada pemakaian konfiks yang keliru.
A. Latar Belakang Masalah
Dalam kehidupan sehari-hari manusia selalu melakukan komunikasi. Untuk mencapai komunikasi yang baik dan benar dibutuhkan sarana komunikasi yang menunjang. Salah satu alat komunikasi yang efektif adalah bahasa. Dengan bahasa setiap individu dapat mengungkapkan segala perasaan dan pikiran. Selain itu dengan bahasa setiap orang dapat memahami jalan pikiran, ide atau gagasan lawan bicaranya, sehingga komunikasi dapat berjalan dengan lancar tanpa menimbulkan interpretasi dari lawan bicaranya.
2
Contoh:
Tabel 1: contoh daftar kata berimbuhan yang keliru yang dilakukan oleh siswa kelas X SMK Nusantara jurusan APH tahun pelajaran 2010/2011
NO Kata yang Salah Kata yang Benar Keterangan
1 Ke tampanan Ketampanan Ke- merupakan prefiks, bukan preposisi.
2 Ke anekaragaman Keanekaragaman Konfiks ke-an, dibubuhkan pada kata dasar secara bersamaan. 3 Ketidak adilan Ketidakadilan Konfiks ke-an dibubuhkan pada
kata dasar secara bersamaan. 4 Mempengaruhi Memengaruhi Kata dasar yang diawali
konsonan “p” akan luluh jika
dibubuhi prefiks mem-.
5 Mengkordinir Mengordinir Kata dasar yang diawali konsonan “k” akan luluh jika dibubuhi prefiks mem-.
6 Mensosialisasikan Menyosialisasikan Kata dasar yang diawali
konsonan “s” akan luluh jika
dibubuhi prefiks mem-.
7 Mempublikasikan Memublikasikan Kata dasar yang diawali
konsonan “p” akan luluh jika
dibubuhi prefiks mem-.
8 Mentargetkan Menargetkan Kata dasar yang diawali
konsonan “t” akan luluh jika
dibubuhi prefiks mem-.
9 Ke baikan Kebaikan Ke-merupakan prefiks, bukan preposisi
10 Kehadirat Ke hadirat Ke- merupakan preposisi.
[image:21.595.136.540.170.662.2]pada pendidik sendiri sebagai pengajar bahasa. Terjadinya kekeliruan bahasa dapat diakibatkan oleh karena siswa belum memiliki pemahaman yang sempurna mengenai kesalahan yang dimaksud.
Pelajaran Bahasa Indonesia yang baik dan benar pada hakikatnya sudah diajarkan sejak peserta didik berada pada jenjang pendidikan usia dini, sekarang lazim disebut dengan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) sampai ke jenjang Perguruan Tinggi (Universitas). Walaupun demikian, tetap saja kekeliruan bahasa masih sering terjadi bahkan berulang-ulang kali. Ketidakfahaman terhadap tata bahasa Indonesialah yang mengakibatkan orang-orang selalu melanggar aturan resmi yang telah ditentukan oleh pemerintah tersebut. Selain itu, yang mengakibatkan terjadinya kesalahan bahasa adalah acuhnya masyarakat Indonesia terhadap aturan pemerintah tentang tata bahasa Indonesia. Keacuhan masyarakat terhadap aturan tersebut sangat dikhawatirkan dan disayangkan sekali, sebagai pengguna atau penutur asli bahasa Indonesia dengan sengaja tidak memerhatikan kaidah bahasanya sendiri. Kekhawatiran tersebut akan dianggap lazim bagi generasi penerus, dan ini merupakan salah satu dampak negatif yang akan tersalur dalam pemikiran anak-cucu bangsa.
4
kita temukan dalam kegiatan-kegiatan akademik, misalnya: sidang penelitian (munaqasah), seminar pendidikan, presentasi, pidato kenegaraan dan lain sebagainya. Sementara penggunaan ragam bahasa tulis dapat kita temukan pada tulisan-tulisan yang bersifat akademik. Misalnya penulisan hasil penenlitian pendidikan : karya tulis, skripsi, desertasi dan tesis. Contoh-contoh tulisan tersebut di atas dapat ditulis dengan baik dan benar sesuai dengan kaidah penulisan bahasa apabila penulisnya sudah terlatih dengan baik. Pelatihan-pelatihan dapat dilakukan dengan cara membuat tulisan yang ringan terlebih dahulu. Misalnya, menulis sebuah karangan.
Menulis sebuah karangan memang mudah jika menulis dengan tidak memerhatikan kaidah bahasanya. Berbeda dengan penulisan yang mengikuti kaidah bahasa yang telah ditentukan. Dalam hal ini, untuk menghasilkan sebuah karangan yang baik dan benar, siswa harus memahami dan menguasai beberapa aturan dalam penggunaan bahasa. Misalnya, penggunaan kata berimbuhan dalam kalimat. Hal ini wajar karena jika penggunaan kata berimbuhan yang tidak tepat, maka makna dan maksud yang terkandung dalam kalimat-kalimat pada karangan tersebut tidak akan tersampaikan kepada pembaca dengan maksimal, bahkan mungkin pembaca bisa salah tafsir atau terjadi kekeliruan makna pada kata berimbuhan tersebut.
afiksasi kata diproses dengan cara membubuhkan afiks pada bentuk dasar. Berdasarkan tata bentuk bahasa indonesia menuliskan bahwa jenis/bentuk morfem imbuhan dibagi atas 4 bagian, antara lain adalah imbuhan awal (prefiks), imbuhan tengah (infiks), imbuhan akhir (sufiks), dan imbuhan terbelah (konfiks).
Khusus mengenai proses pembentukan kata melalui afiksasi atau pembubuhan afiks (imbuhan), pada umumnya sangat berpotensi mengubah makna dan bentuk kata. Sebagai contoh, dapat dilihat pada kata-kata:baca, putih, batu, dan sebagainya. Jika kata-kata itu dibubuhi afiks menjadi kata membaca, pembaca, terbaca, dan sebagainya. Demikian pula terhadap kata putih dan batu. Maka makna dan bentuk kata-kata tersebut akan berubah, misalnya: baca (melihat serta memahami isi dari apa yang tertulis), membaca (mengeja atau melafalkan apa yang tertulis), terbaca (telah dibaca; dapat dibaca), dan sebagainya. Jadi proses pengimbuhan afiks atau afiksasi sangat penting dan memerlukan ketelitian karena jika salah akan menjadi makna dan bentuknya tidak komunikatif.
Terdapat pula beberapa kekeliruan yang terjadi dalam penulisan kata berimbuhan yang terdapat pada sebuah kalimat antara lain sebagai berikut. 1. “Mohon maaf, saya tidak bisa hadir, semalam saya ketiduran”.
2. “Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan yang maha Esa”.
Pembahasan:
6
penggunaan dan penulisannya. Kata (ketiduran) pada kalimat (1) keliru, dalam hal ini penggunaan kata dalam kalimat. Kata yang tepat digunakan adalah
tertidur, karena secara gramatikal makna konfiks ke-an tidak sama dengan prefiks ter- pada kata dasar “tidur”. Konfiks ke-an pada kata ketiduran
mempunyai makna terkena (tidur). Sedangkan prefiks ter- pada kata tertidur
mempunyai makna tidak sengaja. Untuk itu, kata berimbuhan yang sesuai dengan konteks kalimat (1) adalah tertidur yang secara gramatikal memiliki makna tidak sengaja.
Pembenaran:
1. “Mohon maaf, kemarin saya tidak bisa hadir, karena semalam saya tertidur”.
Kata (kehadirat) pada kalimat (2) keliru, dalam hal ini penulisannya. Kata yang tepat dapat ditulis “ke hadirat”, karena secara gramatikal makna prefiks ke- adalah tidak sengaja, dapat di (dasar) dan kena (dasar). Sedangkan ke- pada kata kehadirat mempunyai makna menunjuk (hadirat). Untuk itu, kata berimbuhan yang sesuai dengan konteks kalimat (2) adalah ke hadirat yang secara gramatikal memiliki makna kepada hadirat.
Pembenaran:
2. “Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan yang maha Esa”.
Tidak dapat dipungkiri, selain karya tulis yang resmi, juga merupakan suatu karya tulis yang berpotensi dalam usaha pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Namun, yang masih menjadi pertanyaan apakah karya tulis, dalam hal ini karangan siswa (anak didik), sudah patut menjadi panutan berbahasa yang baik dan benar? Apakah sudah menerapkan kaidah-kaidah morfologis dalam menggambarkan/melukiskan objek-objeknya? Apakah kalimat yang tersususn dalam karangan deskripsi siswa sudah efektif? Apakah kalimat-kalimat yang digunakan sudah dapat difahami oleh pembaca?
Berdasarkan tujuan penyajiannya, karangan dibedakan menjadi lima jenis, yaitu karangan deskripsi, argumentasi, narasi, eksposisi, dan karangan persuasi. Di antara kelima jenis karangan tersebut, karangan deskripsi merupakan salah satu jenis karangan yang umum digunakan oleh para penulis. Karangan deskripsi dianggap mudah bagi penulis (siswa) dalam proses pengembangannya, selain itu banyak hal yang dapat dideskripsikan (keadaan, peristiwa seseorang). Dengan deskripsi tersebut, penulis mengajak pembaca untuk menikmati dengan pancaindera apa yang dirasakannya
8
karangan tersebut. Pada saat seseorang membaca karangan deskripsi, pertama kali yang Ia baca adalah objek yang dideskripsikan tersebut. Setelah selesai dibaca, kemudian tulisan akan dimasukan ke dalam atau dibiarkan begitu saja, bahkan mungkin akan dibuang. Jarang sekali seorang pembaca meneliti kebahasannya, padahal belum tentu setiap karangan tidak terdapat kesalahan.
Sehubungan dengan uraian yang telah dikemukakan di atas, alasan penulis melakukan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan penggunaan kata berimbuhan (afiks) pada karangan deskripsi siswa kelas x jurusan UJP SMK Nusantara ciputat-tangerang tahun ajaran 2011-2012.
Dari latar belakang masalah yang telah diuraikan, penulis tuangkan dalam skripsi yang berjudul “Analisis Kata Berimbuhan dalam Karangan Deskripsi Siswa Kelas X SMK Nusantara Tahun Pelajaran 2011-2012.”
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka penulis akan mengidentifikasikan masalah sebagai berikut:
1. rendahnya pemahaman siswa mengenai kaidah pemakaian kata berimbuhan (afiks) dalam karangan deskripsi,
2. rendahnya pengetahuan siswa tentang kekeliruan-kekeliruan pada pembentukan kata berimbuhan dalam karangan deskripsi,
3. terdapat beberapa kekeliruan dalam memakai kata berimbuhan dalam karangan deskripsi, dan
4. rendahnya tingkat apresiasi guru terhadap hasil karya siswa.
C. Rumusan Masalah
10
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan di atas, tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini untuk mendeskripsikan penggunaan kata berimbuhan (afiks) pada karangan deskripsi siswa kelas X jurusan UJP SMK Nusantara, Ciputat, Tangerang tahun pelajaran 2011-2012.
E. Manfaat Penelitian
Kegiatan penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi yang bergelut dalam dunia pendidikan. Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Manfaat Teoretis
Dengan adanya penelitian ini, manfaat bagi peneliti di antaranya dapat meningkatkan kualitas ilmu pendidikan dan mampu mengaplikasikannya. Selain itu, peneliti dapat memahami berbagai problematika yang terjadi dalam penggunaan kata berimbuhan pada karangan deskripsi dan dapat menemukan solusi yang berkaitan dengan kesalahan pembentukan kata berimbuhan (afiks). Selain itu, dapat memberikan rekomendasi atas hasil temuan yang kiranya dapat dimanfaatkan dalam proses pembelajaran pada tingkat yang sama.
2. Manfaat Praktis
a. Manfaat bagi pendidik (guru)
b. Manfaat bagi peserta didik (siswa)
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Landasan Teori
1. Hakikat Kata
Istilah kata sering didengar dan digunakan. Para linguis yang bergelut dengan kata, hingga dewasa ini, belum pernah memunyai kesamaan pendapat mengenai konsep apa yang disebut kata. Menurut para ahli bahasa tradisional, pengertian kata pada umumnya adalah satuan bahasa yang memiliki satu pengertian atau kata adalah deretan huruf yang diapit oleh dua spasi, dan memunyai satu arti. Kata atau ayat adalah suatu unit dari suatu bahasa yang mengandung arti dan terdiri dari satu atau lebih morfem.
Dalam bahasa ada bentuk (seperti kata) yang dapat “dipotong
-potong” menjadi bagian yang lebih kecil, yang kemudian dapat
dipotong lagi menjadi bagian yang lebih kecil lagi sampai ke bentuk yang, jika dipotong lagi, tidak memunyai makna. 1
Kata memperbesar, misalnya, dapat kita potong sebagai berikut:
Mem-perbesar
Perbesar
Jika kata besar dipotong lagi, maka be- dan –sar masing-masing tidak memunyai makna. Bentuk mem-, per-, dan besar disebut morfem. Morfem adalah satuan bentuk bahasa terkecil yang memunyai makna
1
secara relatif stabil dan tidak dapat dibagi atas bagian makna yang lebih kecil.2
Harimurti Kridalaksana menunjukkan bahwa suatu kata terbentuk melalui proses morfologis yang bersifat interaktif. Artinya, pembentuk kata tersebut (leksem-leksem) yang mengalami proses morfologis dan menjadi kata dapat kembali ke dalam leksikon dan lalu mengalami proses
morfologis lagi kemudian menjadi kata „baru„.3
Sementara Abdul Chaer mengemukakan bahwa definisi kata berbeda berdasarkan tataran / bidang kajiannya.4 Dalam kajian/tataran morfologis, kata merupakan satuan bahasa terbesar dan dalam sintaksis kata merupakan satuan bahasa yang terkecil dalam pembentukan kalimat atau satuan sintaksis yang lainnya.
Dari uraian di atas dapat penulis simpulkan bahwa kata merupakan satuan bahasa yang hanya akan terbentuk dengan adanya proses morfologis. Morfologis ialah cara pembentukan kata-kata dengan menghubungkan morfem yang satu dengan morfem yang lain.5 Suatu kata yang sudah terbentuk tidak semata-mata jadi dan siap pakai. Artinya, pemakaian kata dalam merangkai suatu kalimat tidak cukup hanya dengan kata dasar saja, tetapi merlukan kata-kata yang berbentuk lain, dalam hal ini misalnya kata berimbuhan (afiks). Oleh karena itu, dalam kajiannya kata akan mengalami proses morfologis yang interaktif, yaitu pembentukan kata baru dari kata yang sudah terbentuk.
2
Pusat bahasa Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta:Balai Pustaka, 2008), hlm.755.
3
Harimurti Kridakahsana, Kelas Kata dalam Bahasa Indonesia (Jakarta:PT. Gramedia, 1986), hlm.34-35.
4
Abdul Chaer, Morfologi Bahasa Indonesia (Jakarta:PT. Rineka Cipta, 2008), hlm.7-8.
5
14
2. Hakikat Kata Berimbuhan (Afiksasi)
Berkomunikasi merupakan suatu media dalam rangka menyampaikan pesan atau informasi dari seseorang/kelompok kepada orang lain/kelompok lain. Pesan akan dapat diterima dengan baik oleh pendengar apabila komunikasi yang terjadi berjalan dengan lancar. Kelancaran komunikasi terjadi apabila susunan-susunan bahasa yang digunakan oleh komunikan komunikatif, selain itu bahasanya juga harus baik dan benar.
“Komponen-komponen dalam berbahasa adalah kata, bentuk kata, dan ungkapan. Agar dapat berkomunikasi dengan baik dan lancar, bentuk-bentuk kata perlu diperhatikan. Bentuk kata terdiri atas kata
dasar, kata berimbuhan dan kata majemuk” (suwandi dan
Rohmadi, 2008: 33).6
Wujud morfem afiks atau morfem imbuhan walaupun sudah banyak diketahui oleh setiap orang, namun tingkat keterfahamannya masih kurang, terutama penggunaannya dalam komunikasi baik lisan maupun tulis. Sehingga ini menjadi dilema bagi para pengajar bahasa. oleh karena
itu perlu ditegaskan kembali apa sebenarnya afiks “afiksasi” itu.
Afiksasi adalah peristiwa pembentukan kata dengan jalan membubuhkan afiks pada bentuk dasar.7 Perlu diketahui bahwa wujud dari bentuk dasar ada yang berupa pokok kata, misalnya: tatar, gigit, temu dan baca; ada yang berupa kata tunggal, misalnya: batu, gergaji, marah, dan sakit (dalam kata membatu, menggergaji, pemarah, dan penyakit); dan ada yang berupa kata majemuk (kompleks), misalnya babi buta, anak tiri, dan kambing hitam.
6
Sarwiji Suwandi dan Nuhammad Rohmadi, Maju Bersama Bahasa Indonesia
(Solo:PT.Tiga Serangkai Pustaka Mandiri, 2008), cet. 1, hlm.33.
7
Morfem imbuhan dalam bahasa Indonesia tergolong ke dalam morfem terikat. Penggunaan morfem imbuhan selalu bergandeng atau digandengkan dengan morfem lain. Dengan kata lain imbuhan (awalan, sisipan, akhiran, dan gabungan) ditulis serangkai dengan kata dasarnya.8
Morfem-morfem yang dilekati morfem imbuhan ini ada yang berbentuk bebas ada pula yang berbentuk terikat. Pembentukan kata dalam bahasa Indonesia mengikuti pola yang rapi dan teratur dan bentukan-bentukan kata tersebut memiliki hubungan antara satu dengan yang lainnya.9
a. Jenis-Jenis Imbuhan (Afiks)
Kata berimbuhan adalah kata yang telah mengalami proses pengimbuhan (afiksasi). Imbuhan atau afiks adalah morfem terikat yang digunakan dalam bentuk dasar untuk pembentukan kata.10 Hasil dari proses pengimbuhan itu disebut kata berimbuhan atau kata turunan. Imbuhan (afiks) menurut posisinya terbagi ke dalam empat bentuk.
1) Awalan atau Prefiks
Awalan (prefiks) adalah afiks yang dibubuhkan di kiri atau sebelum bentuk dasar. Jenisnya adalah sebagai berikut : meN-, ber-, di-ber-, ter-ber-, peN-ber-, per-ber-, se-ber-, dan ke-. Awalan (prefiks) memiliki
8
Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Depdiknas,Pedoman Umum Ejaan Bahasa
Indonesia yang Disempurnakan & Pedoman Umum Pembentuka Istilah (Bandung:Yrama Widya,
2009) hlm.20.
9
E. Zaenal Arifin dan Farid Hadi, 1001 Kedalahan Berbahasa (Jakarta:Akademika
Pressindo, 2009), hlm.68.
10
16
bentuk atau veriasi yang berbeda-beda sesuai dengan fonem bentuk dasar yang dibubuhinya. Bentuk semacam itu dikenal dengan istilah alomorf.
Awalan meN- memiliki alomorf mem-, me-, meny-, meng-, menge-, awalan ber- memiliki alomorf be- dan bel-, awalan peN- juga memiliki alomorf seperti awalan me- antara lain : pem-, peng-, peny-peng-, dan penge. Selanjutnya awalan yang memiliki alomorf adalah awalan ter- yaitu te- dan tel-, dan awalan per- hanya memiliki dua alomorf yaitu pe- dan pel-
Contoh:
No Bentuk dasar Imbuhan (prefiks) Kata berimbuhan
1 cair men- mencair
2 diskusi ber- berdiskusi
3 rawat di- dirawat
4 pandai ter- terpandai
5 tari pen- penari
6 istri per- peristri
7 bulan se- sebulan
8 tua Ke ketua
2) Sisipan atau Infiks
Contoh:
No Bentuk dasar Imbuhan (prefiks) Kata berimbuhan
1 tunjuk -el- telunjuk
2 kilau -em- kemilau
3 gigi -er- gerigi
4 sambung -in- sinambung
3) Akhiran atau Sufiks
Akhiran (sufiks) adalah afiks yang dibubuhkan di kanan atau sesudah bentuk dasar. Jenisnya adalah sebagai berikut: kan, an, -i, dan –nya dan imbuhan akhir (sufiks) hasil dari serapan yaitu: -man, -wan, -wati, -i, -wi, -iah, -is, if, -isme, -isasi, -or, -logi,-
Contoh:
No Bentuk dasar Imbuhan (prefiks) Kata berimbuhan
1 baca -kan bacakan
2 bulan -an bulanan
3 gula -i gulai
4 luas -nya luasnya
5 budi -man budiman
6 usaha -wan usahawan
7 karya -wati karyawati
8 insan -i insani
9 alami -iah alamiah
10 agama -is agamis
11 produk -if produktif
12 egois -isme egoism
13 nasional -isasi nasionalisasi
14 bio -logi biologi
18
4) Konfiks
Konfiks adalah afiks yang dibubuhkan di kiri dan di kanan bentuk dasar secara bersamaan. Jenisnya adalah sebagai berikut: ke-an, per-an, peN-an, ber-an, se-R-nya, me-kan, di-kan, diper-kan, memper-kan, di-i,pe-an , dan me-i
Contoh:
No Bentuk dasar Imbuhan (prefiks) Kata berimbuhan
1 ada ke-an keadaan
2 rumah per-an perumahan
3 cuci pen-an pencucian
4 jatuh ber-an berjatuhan
5 pintar se-nya sepintar-pintarnya
6 letak me-kan meletakkan
7 mandi di-kan dimandikan
8 debat diper-kan diperdebatkan
9 soal memper-kan mempersoalkan
10 cinta di-i dicintai
11 kirim pe-an pengiriman
12 milik me-i memiliki
Selain keempat yang disebutkan di atas, terdapat juga jenis imbuhan berdasarkan asalnya, yakni imbuhan serapan, yaitu imbuhan yang diserap dalam bahasa asing. Imbuhan tersebut,di antaranya adalah sebagai berikut.
a) Dari bahasa Arab:-ah, -i.Fungsinya sebagai penbentuk atau penanda kata sifat.
b) Dari bahasa Sansekerta -man, -wan, -wati. Fungsinya sebagai pembentuk kata benda
Contohnya:budiman, wartawan, peragawati.
c) Dari bahasa Inggris:-is, -if, -al. Fungsinya sebagai pembentuk kata sifat.
Contohnya:egois, deskriptif, formal.
Selanjutnya, terdapat juga jenis imbuhan berdasarkan fungsinya. Dalam hal ini imbuhan dapat berfungsi sebagai
pembentuk kata „baru‟ dari kata yang sudah ada, misalnya kata
kerja menjadi kata benda atau sebaliknya. Sebagai suatu proses, pemerian afiks lebih tepat dimulai dengan afiks pembentuk verba dan diikuti oleh afiks pembentuk nomina serta pembentuk kelas-kelas lain.11
a) Afiks sebagai pembentuk kata kerja (verba), yakni: me-, meN-, ber-, di-, ter-, ter-i, men-kan, meN-i, di-kan, di-i, ter-kan, dan ke-an.
Imbuhan Bentuk dasar Kelas Bentuk berimbuhan
Kelas hasil bentukan
me- laut benda melaut kerja
di- paku benda dipaku kerja
ter pahat benda terpahat kerja
ber- sepeda benda bersepeda kerja
men-i sakit sifat menyakiti kerja
di-kan buku benda dibukukan kerja
11
20
ter-i pagar benda terpagari kerja
me-kan tinggi sifat meninggikan kerja
ter-kan kendali benda terkendalikan kerja
di-i marah sifat dimarahi kerja
ke-an lelah sifat kelelahan kerja
b) Afiks sebagai pembentuk kata benda (nomina), yakni:peN-, pe-, per-, -an, -wan, ke-an, peN-an, per-an, -el-
Imbuhan Bentuk dasar Kelas Bentuk berimbuhan
Kelas hasil bentukan
pen- tulis kerja penulis benda
pe- suruh kerja pesuruh benda
per- tapa kerja pertapa benda
-an timbang kerja timbangan benda
-wan olahraga kerja olahragawan benda
ke-an bersih sifat kebersihan benda
pen-an beri kerja pemberian benda
per-an buat sifat perbuatan benda
-el- tunjuk kerja telunjuk benda
c) Afiks sebagai pembentuk kata sifat ( adjektiva), yakni:men-, ber-, ter-, peN, ke-an, -em-, dan imbuhan akhir asing.
Imbuhan Bentuk dasar Kelas Bentuk berimbuhan
Kelas hasil bentukan
men- kantuk kerja mengantuk sifat
ber- satu benda bersatu sifat
ter- ikat kerja terikat sifat
pen- takut sifat penakut sifat
ke-an girang sifat kegirangan sifat
-i alam sifat alami sifat
-if produksi kerja produktif sifat
-is nasional sifat nasionalis sifat
-iah ilmu benda ilmiah sifat
-wi manusia benda manusiawi sifat
-ik patriot sifat patriotik sifat
-il prinsip benda prinsipiil sifat
-al individu benda individual sifat
-ni gereja benda gerejani sifat
d) Afik sebagai pembentuk kata keterangan (adverbial), yakni:-nya, se-yakni:-nya, se-R-nya.
Imbuhan Bentuk dasar Kelas Bentuk berimbuhan
Kelas hasil bentukan
-nya agak keterangan agaknya keterangan
se-nya baik sifat sebaiknya keterangan
se-r-nya indah sifat seindah-indahnya keterangan
e) Afiks sebagai pembentuk bilangan (numeralia), yakni:se- , -an, ke-, ber-, dan ber-R
Imbuhan Bentuk dasar Kelas Bentuk berimbuhan
Kelas hasil bentukan
ke- lima bilangan kelima bilangan
se- lusin bilangan selusin bilangan
-an juta bilangan bilangan bilangan
ber- dua bilangan berdua bilangan
ber-r ratus bilangan beratus-ratus bilangan
22
a) Bermakna pelaku; bidang bekerja, yakni:pe-, -or, -man, -wan. Contoh:
Bentuk dasar Imbuhan Bentuk berimbuhan
tulis pe- penulis
proyek -or proyektor
seni -man seniman
ilmu -wan ilmuwan
b) Bermakna alat, yakni:pe-, -an, pe-an Contoh:
Bentuk dasar Imbuhan Bentuk berimbuhan
potong pe- pemotong
timbang -an timbangan
dengar pe-an pendengaran
c) Bermakna tempat, yakni:-an, pe-an, per-an. Contoh:
Bentuk dasar Imbuhan Bentuk berimbuhan
kubang -an kubangan
mandi pe-an pemandian
henti per-an perhentian
d) Berrmakna perbuatan, yakni:me-, ber-, , me-kan, me-i, di-kan, di-i, ber-kan.
Contoh:
Bentuk dasar Imbuhan Bentuk berimbuhan
baca me- membaca
tamu ber- betamu
makan di- dimakan
beri me-kan memberikan
terang di-kan diterangkan
sinar di-i disinari
datang ber-an berdatangan
e) Bermakna keadaan, yakni:me-, ber-, ke-an. Contoh:
Bentuk dasar Imbuhan Bentuk berimbuhan
turun me- menurun
bahagia ber berbahagia
hujan ke-an kehujanan
f) Bermakna memunyai sifat, yakni:per-, -an, -wan/-man, -i, --wi, -is, -iah.
Contoh:
Bentuk dasar Imbuhan Bentuk berimbuhan
maaf pe- pemaaf
asin -an asinan
rupa -wan/-man rupawan
insan -i insane
syurga -wi syurgawi
rasional -is rasionalis
alami -iah alamiah
g) Bermakna jumlah, yakni:se- dan ke- Contoh:
Bentuk dasar Imbuhan Bentuk berimbuhan
helai se- sehelai
24
b. Penggunaan Imbuhan
Imbuhan digunakan dengan cara dibubuhkan pada bentuk dasar dan pembubuhannya pun disambungkan lekat dengan benduk dasarnya.12 1) Awalan (prefiks)
a) me-
Awalan me- memiliki variasi bentuk, yakni: me-, mem-, men-, meng-, meny-, dan menge sekarang lazim disebut sebagai alomorf, jadi morfem m e- memiliki alomorf mem-, men-, meny-, meng-, menge-. Variasi tersebut tergantung pada fonem awal bentuk dasar yang dibubuhinya.
Variasi (alomorf) Fonem Contoh
me- l melirik
m memasak
n menanti
ng menganga
r merawat
w mewangi
mem- b membuka
p memukul
meng a mengambil
i mengisap
u mengukur
e mengeja
o mengolah
g menggali
k menguat
kh mengkhayal
12
men- d mendidik
t menulis
meny- s menyapu
menyuap menge- bersuku kata satu mengebom
mengecat
b) ber-
Penggunaan awalan ber memiliki kaidah-kaidah sebagai berikut:
(1) Apabila diikuti bentuk dasar berhuruf awal /r/ atau suku kata pertama berakhiran /er/, maka awalan ber- menjadi be- Contoh: ber + rambut = berambut
ber + kerja = bekerja
(2) Awalan ber- memiliki makna sebagai berikut: (a) Melakukan perbuatan:bernyanyi, berdiskusi (b) Memunyai:beratap, beruang
(c) Memakai/menggunakan/mengendarai:berpakaian, bersepeda
(d) Mengeluarkan/menghasilkan:bertelur, beranak, berbau, berkata
(e) Berada dalam keadaan:bergegas, berbaring
(f) Menyatakan sikap mental/sifat:berbahagia, berhati-hati (g) Menyatakan ukuran, jumlah:berdua, bertahun-tahun. (3) Apabila bertemu dengan kata dasar „ajar‟, ber- berubah
26
Contoh:ber + ajar + belajar13
(4) Apabila diikuti kata dasar selain kaidah di atas, ber- tidak menmgalami perubahan bentuk.
Contoh : ber + balik = berbalik ber + diskusi = berdiskusi
Dalam bahasa Indonesia, penggunaan imbuhan ber- memiliki variasi bentuk sesuai dengan kata dasar yang diimbuhinya. Variasi tersebut lazim disebut dengan alomorf. Alomorf adalah anggota morfem yang sama, yang variasi bentuknya disebabkan oleh pengaruh lingkungan yang dimasukinya.14 Salah satu morfem yang memiliki alomorf adalah ber-, yakni ber-, bel-, dan be-.
Dalam penggunaannya, alomorf tidak hanya terdapat pada tata bahasa bahasa Indonesia saja, akan tetapi dalam tata bahasa bahasa Inggris pun demikian. Hal ini dapat penulis temukan
dalam salah satu bukunya Andrew „Modern Linguistics Series’,
beliau mengemukakan bahwa terdapat hubungan antara morfem dengan alomorfnya. The relationship between morphemes, allomorphs, dan morphs can be represented using
a diagram in the following way: 15
13
Ibid., hlm 16.
14
Pusat Bahasa Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta:Balai Pustaka. 2008), hlm. 32.
15
Morphem (Past Tense)
Allomorph Allomorph Allomorph
Morph /td/
Morph /d/ Morph/t/
Contoh :
Kiss = kist
Sweep= swept
c) di-
Awalan di- memiliki makna perbuatan pasif. Penggunaannya adalah serangkai dengan bentuk dasarnya.
Contoh:di + makan = dimakan di + tulis = ditulis di + tolong = ditolong
Beberapa kata akan memiliki arti beda jika ditulis terpisah. Kata-kata tersebut khusus untuk kata dasar yang dapat berfungsi sebagai kata benda (petunjuk tempat) sekaligus kata kerja.16
Contoh:
dibalik = bentuk pasif dari membalik di balik = di bagian sebaliknya
16
28
dikarantina = bentuk pasif mengarantina di karantina = di (tempat) karantina disalib = bentuk pasif dari menyalib di salib = di (atas) salib.
d) ter-
Awalan ter- memiliki alomorf te-, ter-, dan tel.
(1) ter- berubah menjadi te- apabila dibubuhkan dengan kata dasar yang memiliki fonem awal /r/ dan beberapa suku kata pertamanya berakhiran /er/.
Contoh :ter + rapih=terapih
(2) Awalan ter- ynag berubah menjadi tel sangat terbatas , ini hanya terjadi pada bentuk-bentuk dasar tertentu saja, antara
lain pada kata „antar‟ dan „anjur‟.
Contoh:ter + lantar = telantar ter + anjur = telajnur
(3) Selain dari ketentuan ter- di atas, awalan ter-tidak mengalami perubahan.
Contoh:ter + ambil = terambil ter + pakai = terpakai ter + tulis = tertulis
pembentuk kata sifat yaitu, terpandai, tercantik dan lain-lain. Makna awalan ter-
(1) Sudah di atau dapat di:tertulis, terbaca; (2) Perbuatan tidak disengaja:terambil, terinjak; (3) Tiba-tiba:terrjatuh, teringat;
(4) Dapat/kemungkinan;terankat, ternilai; (5) Paling:tertua,tertua;
(6) Sampai ke:terulang,terbuka.
e) pe-
Penggunaan awalan pe- sesuai dengan fonem yang dibubuhinya, awalan pe- memiliki beberapa alomorf sama seperti awalan me-, yaitu:pe-, pen-, pem-, peng-, peny-, dan penge. Awalan me- sebagai kata kerjanya, sedangkan awalan pe- sebagai kata bendanya. Selain itu, awalan pe- juga ada yang dipengaruhi oleh awalan ber-
Contoh:17
me- pe- men- pen-
merawat perawat menari penari melukis pelukis menjua l penjual
meng- peng- meny- peny-
mengarang pengarang menyapu penyapu menggali penggali menyusun penyusun
17
M. Ramlan, Morfologi Suatu Tinjauan Deskriptif (Yogyakarta:UP. Karyono, 1985),
30
menge- penge- ber- pe-
mengetik pengetik berdagang pedagang mengecat pengecat berlayar pelayar
Awalan pe- memiliki makna sebgai berikut :
(1)yang melakukan perbuatan:penulis, pembaca, pelukis (2)bidang pekerjaan:petinju, pedagang, pengusaha (3)alat:penggaris, pengeruk, pemukul
(4)memiliki sifat:pemalu, pemaaf, pemberani (5)penyebab:pemanis, perbesar, pelebar.
f) per-
Penggunaan awalan per- sesuai dengan fonem bentuk dasar yang dibubuhinya, awalan per- memiliki alomorf per- dan pe-. Awalan ini tidak bisa digunakan secara mandiri, akan tetapi selalu membutuhkan imbiuhan yang lainnya. Misalnya, -kan dan -an.
Contoh : per-kan + timbang = pertimbangkan per-an + usaha = perusahaan Awalan per- memiliki arti:
(1) menjadikan, membuat jadi sesuatu:perbudak, perhamba (2) memanggil, atau menganggap sebagia:pertuan, peradik (3) membgai, membuat jadi dua:perdua, perlima
g) se-
Awalan se-, berawal dari sama dengan esa, yang berarti satu. Awalan se- memiliki makna sebagai berikut:
(1) berati satu:sebuah, sebutir, seorang
(2) berarti seluruh/seisi:sedesa, serumah, sekampung (3) berarti sama-sama:seperjuangan, seperguruan (4) sama dengan: setinggi ( gunung), sekuat (besi) (5) menyatakan waktu : sesudah, sebelum, sesampainya.
h) ke-
Penggunaan awalan ke- tidak produktif. Maksudnya, sedukit sekali kata berimbuhan yang dibentuknya.
Makna awalan ke- adalah sebagai berikut:
(1) bermakna tingkat atau kumpulan:kelima, keseratus (2) bermaknya yang di (dasar):ketua, kekasih.
b. Sisipan (infiks)
Sisipan atau imbuhan tengah adalah jenis imbuhan yang dibubuhkan di tengah kata dasar. Imbuhan yang termasuk ke dalam jenis ini adalah : -el-, -em-, -er- dan -in-. Penggunaaan sisipan umumnya tidak produktif. Pemakaiannya hanya terbatas pada kata-kata tertentu.
Arti sisipan -el-, -em-, -er-, dan -in-
1) banyak dan bermacam-macam:gerigi, gemunung, temali
32
3) mempunyai sifat seperti (dasar):gelembung, gemilang, temurun, telunjuk.
4) berkelanjutan: terus-menerus:sinambung.
c. Akhiran (sufiks)
1) -kan dan -i
Akhiran -kan dan –i sama-sama berfungsi membentuk kata kerja. Kedua imbuhan tersebut hanya digunakan dalam kalimat perintah saja, kecuali kalau ditambahkan awalam me- di- ter-, maka dapat membentuk suatu kata secara utuh sehingga imbuhan – kan dan -i dapat digunakan dalam konteks berita.
Contoh :
Coba kamu bacakan buku itu!
Ajari dia cara membaca dengan baik dan benar!
Arti akhiran -kan adalah sebagai beriku:
a) menyatakan perbuatan untuk orang lain:bacakan, tuliskan b) membuat jadi:tinggikan, besarkan
c) tidak sengaja:termanfaatkan
d) pengantar objek sebagai pengganti kata depan:bermandikan, bertaburkan.
Arti akhiran –i adalah sebagai berikut:
2) -an
Imbuhan –an tidak memunyai variasi bentuk, karena morfem –an tidak mengalami perubahan dalam penggabungannya dengan unsur-unsur lain.18 Imbuhan –an memiliki fungsi pembentuk kata benda, dan memiliki makna sebagai berikut:
a) menyatakan tempat:pangkalan, kubangan b) menyatakan alat:timbangan, hapusan c) menyatakan hal atau cara:didikan pimpinan
d) menyatakan akibat atau hasil perbuatan:hukuman, balasan e) menyatakan sesuatu yang di (dasar):suruhan, catatan f) menyatakan seluruh, atau kumpulan:lautan, durian g) menyatakan tiap-tiap:bulanan, harian
h) menyatakan mempunyai sifat (dasar):asinan, kuningan. 3) -nya
Dalam pemakaiannya imbuhan -nya dibedakan menjadi dua macam, yaitu:
a) sebagai klitika, pengganti orang ke tiga tunggal, yang berarti pemilik
contoh : rumah + nya = rumahnya buku + nya = bukunya
b) sebagai akhiran berfungsi sebagai berikut: (1) membentuk kata benda:ramainya, dinginnya
18
Erin Komarudin dan Atih Supriatih, Panduan Kreatif Bahasa Indonesia
34
(2) menjelaskan kata yang di depannya:ambilah obatnya (3) menjelaskan situasi:ia belajar dengan tekunnya (4) menyertai kata keterangan:agaknya, sebenarnya. Akhiran-akhiran hasil serapan
Akhiran yang merupakan hasil serapan terbagi atas empat antara lain:
1) -man, -wan, dan wati.
Ketiga akhiran tersebut merupakan serapan dari bahasa sansekerta dan memiliki fungsi penbentuk kata benda
Arti imbuhan terebut adalah sebnagai berikut: (a) orang yang ahli:negarawan, rohaniwan
(b) orang yang memiliki pekerjaan:usahawan, karyawati (c) orang yang memiliki sifat:rupawan, budiman.
2) -i, -iah, -wi,-is dan -if
Akhiran tersebut berfungsi membentuk kata sifat dan mengandung makna memiliki sifat , misalnya:insan, alamiah, agamis, proterktif, manusiawi
3) -isme dan -isasi
Arti akhiran tersebut adalah:
(a) -isme, bermakna faham/ajaran:liberalisme, egiosme
(b) -isasi, memiliki makna proses/hal yang berhubungan dengan (dasar):nasionalisasi, liberalisasi
5) -or, menyatakan pelaku pada (dasar):moderator, proklamator, promotor.
d. Gabungan (konfiks)
Konfiks adalah imbuhan yang dibubuhkan di awal dan di akhir kata dasar. Imbuhan ini memiliki jenis sebagai berikut:
1) me-kan dan di-kan gabungan me-kan memiliki variasi (alomorf) sebagaiman yang dimiliki me-. arti imbuhan me-kan adalah sebagai berikut
a) melakukan pekerjaan untuk orang lain:membacakan, memasakkan
b) menyebabkan atau membuat jadi (dasar):memecahkan, menghancurkan
c) melakukan perbuatan:menyemprotkan, menuliskan d) mengarahkan:meminggirkan, membelakangkan e) memasukan:memenjarakan.
Untuk gabungan di-kan menyatakan perbuatan yang pasif, sebagai kebalikan dari me-kan.
2) memper-i
Gabungan memper-i membentuk kata kerja dengan makna sebagai berikut:
a) kausatif/menyebabkan sesuatu terjadi:memerbaiki b) intensitas pekerjaan terus menerus:memelajari. 3) ke-an
36
misalnya:keamanan, kemanusiaan, keadilan, juga membentuk sebagai kata kerja misalnya:ketiduran dan kehujanan. Adapun makna yang terkandung dalam gabungan ke-an adalah sebagai berikut:
a) suatu hal atau peristiwa yang telah terjadi:kewajiban
b) menyatakan tempat atau daerah:kecamatan, kerajaan, kedutan
c) menderita suatu (dasar) atau kena:kehujanan, ketiduran, kedinginan
d) suatu perbuatan tidak sengaja:ketinggalan, keguguran e) menyatakan terlalu (dasar)kebesaran, ketinggian
f) menyerupai (dasar):kekanak-kanakan, kemerahan, kehijauan.
4) ber-an
ber-an merupakan imbuhan yang memiliki funsi membentuk kata kerja dan memiliki makna saling (dasar).
contoh: ber + salam + an = bersalaman ber + tatap + an = bertatapan
5) pe-an dan per-an
Contoh: pendidikan berkaitan dengan mendidik Pengendalian berkaitan dengan mengendalikan
Fungsi gabungan pe-an adalah membentuk kata benda dan kata kerjanya awalan me-. Arti gabungan imbuhan pe-an antara lain: a) hal yang berhubungan dengan (dasar):penanaman,
penebanagn pendidikan
b) prosers atau perbuatan:pendaftaran, pemberontakan c) hal (dasar):pengakuan, penyamaran
d) alat (dasar):penciuman, pendengaran e) tempat (dasar):penampungan.
Per-an, memiliki variasi gabungan yang sama dengan imbuhan per-, yakni per-an, pe-an, dan pel-an. Gabunmgan ini mempunyai keterkaitan makna dengan awalan ber-.
Contoh:perhentian berkaitan dengan berhenti perkebunan berkaitan dengan berkebun.
Fungsi per-an adalah membentuk kata benda dan kata kerjanya adalah awalan ber. Adapun arti daripada gabungan ini adalah sebagai berikut :19
a) perihal:perbukuan, peristilahan b) hasil perbuatan:pertahana, pernyataan c) menyatakan tempat:perhentian, percetakan d) menyatakan daerah:perkebunan, pertokoan
19
38
e) menyatakan jumlah/banyak:persyaratan, peralatan, perlengkapan.
6) ber-kan
Arti gabungan ber-kan adalah sebagai beriku: a) memiliki/memakai:bersenjatakan, berdasarkan b) singkatan dari kata akan:berharapkan, bermimpikan c) sebagai pemanis:bersuntingkan, bertaburkan
7) ber-an
arti gabungan ber-an antara lain: a) banyak pelaku:berdatangan, berlarian b) perbuatan yang diulang-ulang:bergulingan
c) pekerjaan timbal-balik/saling:bersalaman, berpelukan. 8) se-nya
Gabungan se-nya hanya memiliki satu makna yaitu menyatakan superlative/tingkat paling yang dapat dicapai. Contoh: sepandai-pandainya, secantik-cantiknya.
3. Hakikat Karangan
Ada beberapa ahli yang berpendapat mengenai definisi dari kata karangan. Hal tersebut akan penulis paparkan di bawah ini:
bahasa.20 Sedangkan menurut ahli yang lain mengatakan bahwa karangan adalah salah satu tulisan yang merupakan hasil pekerjaan dari mengarang.
Berdasarkan dua pendapat di atas, dapat penulis simpulkan bahwa karangan dapat diartikan dengan rangkaian atau penyusunan ide atau buah pikiran dan perasaan ke dalam rangkaian kalimat secara teratur dengan satu kesatuan yang utuh. Karangan juga merupakan salah satu jenis tulisan resmi, yakni tulisan yang memerlukan ketelitian dalam pemakaian bahasanya. Mengarang dapat diartikan dengan merangkai atau menyusun ide atau buah pikiran dan perasaan ke dalam rangkaian kalimat secara teratur dengan satu kesatuan yang utuh.
Karangan merupakan proses menulis. Sebagai suatu proses, penulisan karangan dapat dibagi menjadi tiga tahap, yaitu tahap prapenulisan, tahap penulisan, dan tahap pascapenulisan. Target penyusunan karangan adalah kerangka karangan, yakni kerangka tulis yang menggambarkan bagian-bagian karangan dalam bentuk yang sistematis.21
Karangan yang bersifat formal, seperti makalah penelitian, tesis, atau karangan ilmiah lainnya, menuntut beberapa persyaratan yang harus dipenuhi persyaratan itu meliputi isi, bahasa, dan teknik penyajiannya.22
20
Euis Honiatri dan E.Kosasih, Intisari Bahasa dan Sastra Indonesia (Bandung: Pustaka Setia,2003), hlm.129.
21
E. Kusnadi, H. Mahsusi, Mahir Berbahasa Indonesia (Jakarta:FITK Pers, 2006), hlm.25.
22
40
Jenis-Jenis Karangan
Berdasarkan tujuan penyajiannya, karangan dibedakan menjadi lima jenis karangan, yaitu: karangan deskripsi, narasi, argumentasi, persuasi, dan karangan eksposisi. Sedangkan jenis karangan berdasarkan bentuknya adalah terbagi atas tiga jenis yaitu karangan berbentuk puisi, prosa, dan drama. Sementara jenis karangan berdasarkan masalah penyajiannya, karangan terbagi atas empat jenis, yaitu: karangan ilmiah, popular, popular ilmiah, dan surat.
4. Hakikat Karangan Deskripsi
Karangan deskripsi adalah suatu karangan yang menggambarkan suatu objek dengan tujuan agar pembaca seolah-olah melihat sendiri objek yang digambarkan itu.23 Sebuah karangan yang bertujuan melukiskan atau menggambarkan objek tertentu (keadaan, peristiwa seseorang) dengan tujuan agar pembaca seolah-olah melihat sendiri objek yang digambarkan tersebut, Karangan deskripsi dianggap mudah bagi penulis (siswa) dalam proses pengembangannya, selain itu banyak hal yang dapat dideskripskan (keadaan, peristiwa seseorang). Dengan deskripsi tersebut, penulis mengajak pembaca untuk menikmati dengan pancaindera apa yang dirasakannya.
a. Pendekatan Deskripsi
Pendekatan deskripsi maksudnya adalah suatu metode yang akan dilakukan penulis dalam mendeskripsikan sesuatu. Pada saat
23
menjelaskan/menggambarkan sesuatu, penulis mengharapkan agar pikiran pembaca dapat terpengaruhi oleh deskripsinya melalui pancaindera pembacanya.
Dalam proses pembuatannya, mengarang yang bertujuan untuk menggambarkan atau mendeskripsikan suatu objek memiliki tiga alternatif pendekatan yang dapat dipilih oleh penulis sebelum membuat karangan tersebut. Pertama, pendekatan relistis yaitu deskripsi yang dibuat terhadap suatu objek yang tengah diamati dilukiskan seobjektif mungkin. Kedua, impresionalistis, yaitu pendekatan deskripsi untuk mendapatkan tanggapan emosional pembaca, ataupun kesan pembaca.
Ketiga, pendekatan menurut sikap pengarang, yaitu bagaimana sikap penulis pada saat mendeskripsikan objeknya.
b. Ciri-Ciri Karangan Deskripsi
Sebagai pembeda dengan jenis karangan yang lain, karangan deskripsi memiliki beberapa ciri khusus yang dimilikinya, antara lain sebagai berikut:
1) bersifat informatif
2) pembaca diajak untuk menikmati sesuatu yang ditulis
3) susunan peristiwa tidak menjadi pertimbangan utama, yang penting pesan penulis tersampaikan kepada pembaca.24
24
42
c. Jenis-Jenis Karangan Deskripsi
Karangan deskripsi dapat digolongkan menjadi dua jenis, yaitu dskripsi benda atau orang, dan deskripsi tempat atau keadaan. Deskripsi benda atau orang yatiu deskripsi yang menggambarkan ciri-ciri suatu benda (orang). Penggambaran itu dapat dilakukan dengan cara menggambarkan keadaan fisik, watak secara psikologis, dan tindakan yang dilakukan oleh objek. Deskripsi tempat atau keadaan adalah deskripsi yang menggambarkan keadaan suatu tempat, terutama yang berhubungan dengan letak suatu benda.
d. Rambu-Rambu Pendeskripsian Objek
Tugas utama seorang penulis karangan deskripsi adalah menghadirkan objek seobjektif mungkin, sehingga pembaca seolah-olah dapat menghayati objek itu sebagai penghayatan dan pengalamannya sendiri. Oleh karena itu, penulis harus mengetahui rambu-rambu pendeskripsian yang benar, antara lain (1) menentukan apa yang akan dideskripsikan, (2) merumuskan tujuan pendeskripsian, (3) menetapkan bagian yang akan dideskripsikan, dan (4) merinci dan mensistematiskan hal-hal yang menunjang kekuatan bagian yang akan dideskripsikan.
5. Kesalahan Pembentukan Kata Berimbuhan (Afiks)
beberapa kesalahan penulisannya. Menurut beberapa ahli, termasuk di dalamnya adalah guru bahasa berpendapat bahwa kesalahan berbahasa itu mengganggu pencapaian penggunaan bahasa.25 oleh karena itu, kesalahan yang sering dibuat oleh siswa harus dikurangi dan kalau bisa harus dihapuskan. Kesalahan yang terdapat pada bahasa bukan hanya terdapat pada pengajaran bahasa lisan saja, melainkan terdapat juga pada sistem penulisannya. Hal ini dapat diartikan bahwa bahasa tulis juga memerlukan analisis kesalahan.
Dalam penelitian ini, penulis akan mendeskripsikan beberapa kesalahan yang sering terjadi pada penulisan kata. Secara umum terdapat beberapa kesalahan yang terjadi pada pembentukan kata (afiksasi), antara lain:26
a. penanggalan awalan (prefiks) me- b. penaggalan awalan (prefiks) ber- c. awalan (prefiks) ke- yang keliru
d. pemakaian akhiran (sufiks) –ir yang keliru e. peluluhan bunyi /c/
f. penyengauan kata dasar
g. bunyi huruf /k/, /s/, /t/, dan /p/ yang tidak luluh h. padanan yang tidak serasi
i. pemakain di, ke, dari, daripada, dan terhadap
25
Henry Guntur dan Djago Tarigan, Pengajaran Analisis Kesalahan Berbahasa ( Bandung: Angkasa, 1990), hlm. 67
26
44
j. pemakaian akronim
k. bentuk jamak dalam bahasa Indonesia.
B. Penelitian yang Relevan
Beberapa penelitian mengenai kesalahan pembentukan kata berimbuhan para pembelajar di jenjang menengah sampai ke perguruan tinggi antara lain ditulis oleh Daroe Iswatiningsih (2000), Elit Sinta Dewi (2010) , dan Wati Herawati (2008).
Droe Iswatiningsih (2000) dalam penelitiannya yang berjudul “Analisis Kesalahan Berbahasa Indonesia pada Karya Tulis Mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa Dan Sastra Indonesia Angkatan 1999/2000 Universitas Muhammadiyah
Malang”, menguraikan tentang pentingnya bahasa dalam berkomunikasi baik
ketidak pastian (ketidakpastian); 3) sintaksis, yakni a) penyusunan kalimat yang diawali dengan kata penghubung, dan kalimat belum selesai, dan 4) Kata mubazir.
Droe Iswatiningsih mengkaji secara keseluruhan kesalahan berbahasa dalam sebuah karya tulis mahasiswa, tidak hanya kesalahan dalam bidang
morfologi (pembentukan kata berimbuhan„afiksasi‟), tetapi kesalahan dalam
ejaan sintaksis, dan kata mubazi