• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penilaian Didikan subuh a. Penilaian Perorangan

SI IAIN Padang

B. Temuan Khusus

3. Penilaian Didikan subuh a. Penilaian Perorangan

Berdasarkan observasi penulis pada tanggal 5 Januari 2020 melihat guru melakukan penilaian santri dengan mengikut sertakan santri dalam menilai santri. Disamping itu penulis melakukan wawancara penulis dengan informan I mengatakan bahwa penilaian

yang tampil. Dalam penampilan santri dinilai oleh 3 kelompok yang tidak tampil atau pendengar. Penilaian diakukan oleh salah seorang anggota kelompok pendengar yang disepakati oleh masing-masing kelompok. Masing masing-masing kelompok diberi papan skor 6, 7, 8, 9 yang paling rendah 6 dan yang paling tinggi adalah 9. (Ifrah Hayati, S. Ag, Wawancara Pribadi, Rao Rao, 5 Januari 2020)

Senada dengan itu informan II mengatakan penilaian perorangan dilakukan oleh guru dibantu oleh partisispasi santri, hal ini dilakukan agar santri yang tampil merasakan bahwa penampilannya tidak bisa seadanya dan main-main karena dinilai oleh kawan-kawannya yang lain. Hal ini juga berlaku bagi mereka yang menilai, akan merasakan bahwa mereka juga akan tampil Minggu depannya maka, tidak bisa memberi nilai teman asal-asalan dan juga nanti harus memepersiapkan diri untuk tampil maksimal. (Ramadhanus, Wawancara Pribadi, Rao Rao, 5 Januari 2020)

Gambar 4.3 Penilaian Perorangan

b. Penilaian Kelompok

Sedangkan mengenai penilaian kelompok berdasarkan wawancara dengan informan I mengatakan bahwa penilaian kelompok memiliki kategori penilaian diantaranya:

Nilai kehadiran diberikan kepada kelompok berdasarkan jumlah yang hadir, apabila jumlah hadir lengkap maka jumlah pointnya x 10, apabila santri tidak hadir kurang 10, apabila anggota kelompok membawa anggota keluarga lebih dari 1 orang maka pointnya akan ditambah juga 10 sebagai nilai tambahan bagi kelompok.

2) Nilai Kerapian Kelompok

Penilaian kerapian kelompok ini teknisnya adalah setiap anggota kelompok akan mendapatkan point 500, apabila dari anggota masing-masing kelompok yang melanggar pakaiannya yang tidak rapi, dan tidak mampu menjaga posisi duduk yang baik atau bergerak-gerak tidak jelas akan ditegur dan dikurangi nilainya 10 setiap kali ditegur.

3) Nilai harian

Nilai harian yaitu gabungan penilaian dalam seminggu terakhir oleh seluruh anggota kelompok. Apabila ada salah satu anggota yang tidak melaksanakan shalat 1x, maka akan dikurangi pointnya 10, begitu seterusnya. (Ifrah Hayati, S. Ag, Wawancara Pribadi, Rao Rao, 5 Januari 2020) Senada dengan penyampaian informasi dari informan I, informan II menambahkan bahwa penilaian kelompok ini dilakukan untuk memilih kelompok terbaik, karena nantinya setiap satu atau dua kali putaran akan direkap seluruh nilai masing-masing kelompok dan akan diberikan hadiah kepada kelompok terbaik maka dengan demikian santri jadi lebih termotivasi bagaimana dengan kehadiran mereka, kerapian kelompok, keaktifan dan penguasaan materi tampil, serta tentang ibadah mereka dalam satu pekan terakhir akan mereka jaga, karena apabila shalat mereka tinggal maka teman-teman kelompoknya akan

didalam kelompok akan mengurangi nilai dan jikalau nilai dkurangi otomatis hadiah tidak akan mereka dapatkan. (Ramadhanus, Wawancara Pribadi, Rao Rao, 5 Januari 2020)

Untuk memperkuat hasil penelitian maka peneliti mewawancarai santri selaku informan IV dan V yaitu M. Farhan dan Khairunnisa mengatakan bahwa penilaian perorangan akan dinilai oleh anggota kelompok yang pendengar. Sedangkan penilaian kedua yaitu penilaian kelompok. Guru di awal pelaksanaan didikan subuh mengecek seluruh ibadah shalat santri, dan selama kegiatan selalu memantau kerapian masing-masing kelompok. (M. Farhan dan Khairunnisa, Wawancara Pribadi, Rao Rao, 5 Januari 2020)

C. Pembahasan

Pembahasan ini menguraikan lebih rinci tentang temuan penelitian yang diperoleh di lapangan sebagaimana yang telah diuraikan di atas. 1. Perencanan Sebelum Kegiatan Didikan Subuh

a. Membentuk kelompok didikan subuh

Adapun menurut (Afrizon, 2004: 5) mengatakan bahwa untuk melaksanakan kegiatan didikan subuh, ada beberapa persiapan yang harus dilakukan oleh pembina menjelang pelaksanaannya. Adapun persiapan yang harus dilakukan sebelum kegiatan didikan subuh tersebut adalah Kelompok didikan subuh dibentuk dengan cara dibagi minimal menjadi dua kelompok pelaksanaan didikan subuh. Dalam pengelompokan tersebut harus diperhatikan Setiap kelompok harus memiliki jumlah anggota yang sama, misalkan jumlah peserta 100 bisa dibagi empat maka akan berjumlah 25 orang per kelompok.

Masing-masing kelompok harus memiliki kualitas dan kemampuan yang sama, kemampuan peserta ini dapat saja

atau tingkatan pada klaksikal TPA bersangkutan. Kelompok pelaksana didikan subuh di atas tidak bersifat permanen, namun dapat saja dibubarkan bila kegiatan sudah berlangsung minimal 2 kali putaran. Bila kelompok sudah terbentuk maka selanjutnya dilaksanakan :

1) Pemberian nama kelompok, Untuk nama-nama kelompok ditentukan oleh guru dengan pertimbangan mudah dingat, mempunyai nilai-nilai sejarah dan pendidikan bagi peserta misalnya nama-nama khalifah, sahabat nabi, pejuang Islam dan lain-lain.

2) Penyusunan pengurus kelompok, Pengurus kelompok diharapkan diharapkan disusun dan ditentukan oleh anggota kelompok sendiri dengan susunan minimal ketua, wakil ketua, sekretaris, wakil sekretaris, bendahara, dan lain-lain.

Berdasarkan observasi yang penulis lakukan di lapangan ditemukan bahwa guru membagi kelompok menjadi empat kelompok. Kelompok 1, 2, dan 3, beranggotakan 38 orang sedangkan kelompok 4 berjumlah 37 orang. Semua santri berjumlah sebanyak 151 orang.Masing-masing kelompok memiliki satu orang guru pembimbing/pembina. Masing-masing kelompok diberi nama dengan nama-nama para tokoh atau pejuang Islam baik yang ada semasa dengan Nabi, atau yang ada di Indonesia seperti buya Hamka, Prof. Dr. Mahmud Yunus, Thaib Ummar dan lain-lain.

Setelah itu kepengurusan dibentuk sebanyak 3 orang kepengurusan yang terdiri dari ketua, sekretaris, dan bendahara. Hal ini sudah sejalan dengan teori yang dipaparkan oleh teori di atas. Bahwa dalam kegiatan didikan subuh yang baik tersebut dapat diupayakan dengan membentuk kelompok, memberinya nama serta membentuk kepengurusan mini dalam kelompok tersebut.

bahwa TPA Miftahurrasyidiyyah Rao-Rao membagi santri menjadi empat kelompok, lalu memberi nama masing-masing kelompok serta membentuk kepengurusannya. Hal ini jarang ditemui di tempat penyelenggara didikan subuh lainnya. Sehingga ini membuat kegiatan didikan subuh di TPA Miftahurrasyidiyyah lebih unggul dibandingkan TPA lainnya.

b. Materi dan penyedian bahan pelajaran

Dalam pelaksanaan didikan subuh yang tampil dalam setiap minggu hanya satu kelompok dengan membawakan susunan acara yang sama berdasarkan kurikulum yang digunakan. Bahan pelajaran yang akan dibawakan oleh kelompok tersebut diupayakan berbentuk:

1) Peserta didik mencari sumber bahan pelajaran sendiri

2) Guru menulis atau mendiktekan bahan pelajaran atau materi kepada peserta didika subuh

3) Menyediakan buku-buku khusus yang berisi materi yang akan dibawakan

Materi-materi yang telah ditampilkan pada kegiatan didikan subuh minimal satu kali putaran, maka dilaksanakan monitoring dan evaluasi penyerapan, evaluasi dapat dilaksanakan dengan bentuk cerdas cermat antar kelompok atau ulangan tertulis pada setiap anak didik. (Afrizon, 2004: 5)

Berdasarkan observasi yang penulis lakukan di lapangan menemukan bahwa mengenai persiapan materi guru memang memberikan berupa bahan yang dituliskan berupa konsep agar bisa dihafal santri seperti bahan pidato sedangkan materi yang ringan-ringan santri mencari sendiri berupa buku ajar Pendidikan Agama Islam disekolah dan pustaka TPA. Dengan teori di atas pada umumnya memang telah terealisasikan oleh TPA Miftahurrasyidiyah Rao-Rao. Sehingga dalam pelaksanaan

diperolehnya.

c. Latihan pra didikan subuh

Pada saat pelaksanaan didikan subuh, kelompok yang tampil hanyalah kelompok terpilih. Pemilihan kelompok dipilih seminggu sebelum kegiatan didikan subuh dengan menggunakan lot. Sedangkan kelompok yang tidak terpilih dianggap sebagai kelompok pendengar dan penilai. Latihan ini terbagi kepada dua cara yaitu:

1) Latihan Mandiri

Latihan mandiri adalah latihan yang dilaksanakan oleh masing-masing kelompok tanpa didampingi oleh pembina tapi dikoordinir langsung oleh pengurus kelompok masing-masing baik dari segi waktu dan tempat pelaksanaannya.

2) Latihan Terstruktur

Latihan ini merupakan latihan yang langsung dikoordinir oleh guru pembimbingnya. Sebaiknya dilaksanakan berdekatan dengan hari pelaksanaan didikan subuh, seperti pada sabtu sore atau malam minggu. Tujuan dari pelatihan ini adalah mengkoreksi dan memperbaiki materi-matri yang akan ditampilkan oleh santri atau kelompok pelaksana didikan subuh. Disamping itu juga memberikan saran terhadap kesiapan mental, mengukur kesiapan anggota kelompok untuk membawa acara yang telah dipercayakan kepadanya juga memberikan arahan-arahan yang dibutuhkan dalam pelaksanaannya. (Afrizon, 2004:8)

Berdasarkan observasi yang telah penulis lakukan diketahui bahwa latihan pra didikan subuh yang dilakukan oleh TPA Miftahurrasyidiyah Rao-Rao adalah pada hari Jumat yaitu latihan terstruktur. Latihan terstruktur ini dipimpin atau dimentori oleh guru pembina kelompok masing-masing, yang mana setiap

latihan mandiri tidak terlalu tampak pelaksanaanya, namun bukan berarti tidak ada karena kelompok yang tampil memiliki ketua kelompok yang akan memastikan anggota sudah menguasai materi.

Apabila teman kelompoknya tidak siap dengan materi yang akan ditampilkannya mereka berlatih dengan sesama teman kelompoknya di rumah temannya sepulang sekolah. Dapat dianalisa bahwa latihan pra didikan subuh di TPA Miftahurrasyidiyyah Rao-Rao dalam pengelolaan secara terstruktur sudah sangat baik namun disini yang masih belum terkoordinir dengan baik adalah latihan mandiri santri yang belum terjadwal atau terarahkan dengan baik. Sehingga latihan yang dilakukan santri hanya sebatas bertanya apabila ada diantara santri yang mengalami keraguan atau semacamnya.

Berdasarkan teori di atas dan yang telah dilakukan di TPA Miftahurrasyidiyyah Rao-Rao terlihat hanya sedikit yang belum tampak yaitu latihan mandiri oleh santri, sedangkan latihan terstruktur berjalan dengan baik.

d. Kerja Sama Orang Tua dan Guru

Seharusnya kegiatan didikan subuhini bisa dikelola oleh guru dengan sebaik mungkin, hal ini dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:

1) Sebelum acara dilaksanakan dua hari sebelum hari H, diberikan pemahaman kepada santri untuk dapat bangun sebelum subuh dan melaksakan salat subuh berjamaah dimasjid, dalam halini guru dapat memberikan hadiah sebagai motifasi bagi anak yang bangunnya sebelum subuh. Dan bagi yang terlambat diberi hukuman yang mendidik berupa menghafal sebagian kecil ayat-ayat al-qur‟an dan lain sebagainnya.

kali akan melaksanakan acara didikan subuh seharusnya anak-anak dilatih sebagai petugas atau yang ikut tampil dalam acara didikan subuh tersebut. Hal ini sangat membantu anak-anak supaya lebih professional dalam melaksankan tugasnya untuk terlibat dalam acara didikan subuh.

3) Para tutor hendaknya melibatkan pengurus Masjid atau mushalla dan orang tua murid untuk bekerja sama dalam pengawasan dan pembinaan didikan subuh tersebut. (Budi Harto, Vol. 8, i. 4, 2015: 172)

Berdasarkan hasil observasi yang penulis lakukan terkait kerja sama antara orang tua dan guru ditemukan bahwa guru dan orang tua membangun kerja sama dalam bentuk akad atau janji yang berisi:

1) Orang tua wajib mengantarkan anaknya dan shalat berjamaah dimushalla TPA

2) Orang tua wajib shalat subuh berjamaah di Mushala TPA Miftahurrasyidiyah

3) Apabila santri datang tanpa orang tua maka santri dikurangi poinnya dan berimbas juga pada kelompok lain.

4) Apabila 3 kali santri ataupun orang tua tidak hadir maka orang tua harus bersedia menerima konsekuensi anaknya dikeluarkan dari TPA

5) Santri memberikan infaq setiap kali didikan subuh namun jumlah tidak ditentukan(semampunya)

6) Apabila santri dihukum dalam proses didikan subuh orang tua tidak boleh membenarkan kesalahan santri dan memang harus turut mendukung kearifan dan kebijakan guru TPA.

TPA Miftahurrasyidiyah Rao-Rao memang telah melakukan kerja sama yang sangat baik dengan orang tua terkait suksesnya pelaksanaan kegiatan didikan subuh di TPA Miftahurrasyidiyah tersebut. Terbukti melalui kuantitas kehadiran santri dari melaksanakan shalat subuh berjamaah.

Hal ini penulis pandang sebagai faktor penyebab keberhasilan nomor satu dari pelaksanaan kegiatan didikan subuh yang diselenggarakan di TPA Miftahurrasyidiyyah Rao-Rao tersebut. Sehingga mampu menghadirkan orang tua santri semuanya dan juga ikut melaksanakan kegiatan shalat subuh secara berjamaah di lokasi TPA Miftahurrasyidiyyah Rao-Rao. Disamping itu kerja sama ini mampu membuat tingkat kehadiran santri jadi tinggi. Hal semacam ini yang membedakan pelaksanaan kegiatan didikan subuh di TPA Miftahurrasyidiyyah Rao-Rao terlihat berbeda dari TPA yang lainnya. Memang jarang sekali ditemui bahwa orang tua santri datang mengantarkan anaknya di awal waktu subuh dan ikut shalat subuh secara berjamaah di lokasi tersebut.

2. Pelaksanan Kegiatan Didikan Subuh a. Peserta Didikan Subuh

Secara umum peserta Didikan Subuh terdiri dari anak-anak, remaja dan orang tua, namun jumlahnya hari ini lebih banyak terdiri dari santri lembaga pendidikan baik pendidikan yang bersifat formal maupun non formal seperti TPA/TPSA, MDA, MIS dan lain-lain dengan usia rata-rata duduk disekolah dasar sampai sekolah lanjutan pertama. Kehadiran orang dewasa seperti wali murid/orang tua, pemimpin, jama‟ah atau lain-lain lebih banyak hanya sebagai pendengar dan mengamati penampilan anak-anak dalam membawakan pelajaran didikan subuh ( Afrizon, 2004 : 2)

TPA Miftahurrasyidiyah adalah terdiri dari sekitar 151 santri yang berusia rata-rata 6-15 tahun. Disamping itu juga ada orang tua santri yang mengikuti acara didikan subuh bagi yang tidak memiliki kesibukan.

b. Materi Didikan Subuh

Menurut Afrizon (2004: 5) menyatakan materi didikan subuh santri mandiri terbagi kepada:

1) Materi Pokok

Materi pokok atau utama adalah materi yang selalu ditampilkan dalam acara didikan subuh, penampilan dan materi ini dapat dianggap sebagai ciri pokok kegiatan didikan subuh dimulai dengan shalat subuh berjama‟ah dan diikuti oleh penampilan:

a) Pembacaan kalam illahi dan sari tilawah b) Pengumandangan adzan subuh

c) Memimpin do‟a bangun tidur

d) Memimpin janji dan mars didikan subuh e) Tambahan pelajaran

2) Materi Pendukung

Materi ini merupakan materi yang dibawakan berdasarkan kurikulum didikan subuh dan setiap putarannya berbeda seperti:

a) Membaca/memimpin rukun Islam b) Mebaca/memimpin rukun Islam

c) Membaca/memimpin rukun wudhuk dan lain-lain 3) Materi Tambahan

Materi tambahan adalah penampilan yang bersifat selingan atau berfungsi sebagai hiburan kecil untuk peserta didikan subuh seperti:

c) Penampilan drama dan lain-lain

Berdasarkan observasi yang peneliti lakukan di lapangan menemukan bahwa materi yang digunakan sudah mencakup kepada Aspek materi pokok dan pendukung sedangkan materi tambahan seperti nasyid, puisi dan qasidah rebana TPA Miftahurrasyidiyah belum pernah melakukannya beberapa tahun yang lalu namun sekarang vakum karena guru dalam melatih nasyid dan qasidah rebana tidak ada. Diketahui memang berdasarkan teori dalam buku Afrizon di atas TPA Miftahurrasyidiyah bukan tidak menampilkan materi tambahan, tetapi mengalami ke vakuman sekitar 2 tahun belakang. Berdasarkan teori di atas dapat dikatakan bahwa mengenai materi yang ditampilkan oleh santri memang perlu sedikit tambahan lagi yaitu materi seperti nasyid, qasidah rebana dan puisi untuk memperkaya materi dalam kegiatan didikan subuh di TPA Miftahurrasyidiyah Rao-Rao tersebut.

3. Penilaian Kegiatan Didikan Subuh

Untuk memonitor, memantau dan memotivasi santri maka setiap penampilan santri dihargai dengan memberi penilaian yang diberikan berdasarkan:

a. Nilai Perorangan

Nilai perorangan ini adalah nilai yang didapatkan berdasarkan kepada penampilan setiap peserta didikan subuh dalam membawakan bahan pelajaran.

b. Nilai Kelompok

Nilai kelompok ini merupakan nilai-masing peserta didikan subuh yang dihitung berdasarkan kelompok baik sebagai pelaksana atau hanya sebagai peserta atau pendengar/pengamat. Nilai ini

nilai harian.

Berdasarkan hasil observasi peneliti di lapangan guru memang telah melakukan penilaian perorangan dengan andil santri lain dalam menentukan nilai. Sedangkan penilaian kelompok guru yang melakukan penilaian tersendiri dengan menilai beberapa Aspek yaitu: kehadiran, kedisiplinan, dan harian kelompok. Penilaian perorangan dilakukan hanya saat penampilan, namun penilaian kelompok sejak dari awal duduk sebelum mulai acara, sampai dengan selesai proses ini berlangsung. Artinya bagaimana prilaku santri dalam pelaksanaan didikan subuh bisa saja menambah atau mengurangi nilai kelompok mereka. Bagi kelompok terbaik maka akan diberikan hadiah oleh guru berupa ATK ( alat-alat tulis) dan sesekali hadiah jalan-jalan yang berbau edukasi lokasi dan tujuannya. Berdasarkan teori di atas dapat dipahami bahwa penilaian yang dilakukan oleh guru di TPA Miftahurrasyidiyah sudah sesuai dengan teori di atas.

Berdasarkan observasi yang peneliti lakukan di lapangan TPA Miftahurrasyidiyah Rao-Rao peneliti memandang TPA Miftahurrasyidiyah Rao-Rao menggunakan strategi sebagai berikut:

1) Guru memberikan snack setiap selesai kegiatan didikan subuh selesai

2) Guru menyediakan hadiah bagi kelompok terbaik berupa alat-alat tulis, kerudung dan peci setiap beberapa kali putaran

3) Sesekali hadiah bagi kelompok terbik adalah jalan-jalan ketempat rekreasi sekaligus mempunyai nilai eduksi

4) Guru juga menyediakan beberapa pilihan olahraga bagi santri selepas didikan subuh seperti, futsal, badminton, tenis meja dan catur

subuh guru memberikan semacam Ice Breaking kepada santri sehingga santri sangat antusias dan ceria

6) Biasanya setelah satu putaran tampil tema guru tidak melaksanakan kegiatan didikan subuh,melainkan didikan subuh benuansa cerdas cermat terhadap masing-masing kelompok. Sehingga membuat santri seolah-olah berada pada bulan suci ramadhan karena acara cerdas cermat biasanya ditemukan pada bulan ramadhan umumnya.

Dengan beberapa strategi di atas penulis menyimpulkan bahwa strategi di atas memang jarang ditemukan ditempat lain sehingga tidak heran kiranya santri merasakan didikan ubuh bukan lagi sebuah acara yangbersifat tradisional, namun sudah memiliki gaya dan corak baru dalam pelaksanaannya.

79 PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang penulis lakukan di TPA Miftahur-rasyidiyah Rao-Rao dapat penulis simpulkan sebagai berikut:

1. Perencanaan yang dilakukan oleh TPA Miftahur-rasyidiyyah ada beberapa bentuk yaitu yang pertama membentuk santri menjadi beberapa kelompok. Kedua menyiapkan materi didikan subuh dengan didiktekan dan dituliskan. Ketiga mengadakan latihan pra didikan subuh pada hari Jum‟at ba‟da Ashar yang didmpingi oleh pembina kelompok masing-masing. Keempat guru mengadakan kerja sama dengan orang tua santri untuk berjalannya kegiatan didikan subuh dengan baik.

2. Pelaksanaan kegiatan didikan subuh di TPA Miftahurrasyidiyyah Rao-Rao memiliki peserta berusia rata-rata 6-12 tahun disamping itu juga diikuti oleh orang tua santri. Dilakukan di Mushalla TPA Miftahurrasyidiyyah Rao-Rao tersebut setiap minggu pagi dimulai sejak shalat subuh berjamaah sampai selesai. Materi yang ditampilkan beragam yaitu sebanyak 12 tema berbeda. Setiap satu tema ditampilkan sebanyak empat kali karena kelompok yang disusun ada sebanyak empat kelompok

3. Dalam kegiatan didikan subuh di TPA Miftahurrasyidiyah Rao-Rao memiliki sistem penilaian perorangan dan kelompok. Penilaian perorangan dilakukan oleh guru dan dibantu leh kelompok santri yang menjadi audient atau pendengar. Sedangkan penilaian kelompok dilakukan oleh guru semata dengan memperhatikan kedisiplinan kelompok, kerapian, dan penilaian ibadah shalat mereka selama seminggu terakhir. Bagi kelompok terbaik maka akan diberikan hadiah berupa alat-alat tulis atau bahkan hadiah jalan-jalan keluar daerah yang mengandung unsur edukasi.

B. Saran

Berdasarkan penelitian yang penulis lakukan maka penulis memberikan saran agar kegiatan didikan subuh sudah baik ini mampu lebih

dan santri. 1. Pimpinan

Adapun saran terhadap pimpinan yaitu alangkah lebih baiknya jika mendatangkan pemateri yang mampu memberikan pelatihan-pelatihan kompetensi terhadap guru sehingga kemampuan guru yang ada di TPA Mifathur-rasyidiyah yang sangat baik itu menjadi lebih baik lagi. Karena kita berada dizaman moderen guru harus lebih menarik dibandingkan HP, TV, dan permainan lainnya.

2. Guru

Saran yang mampu penulis berikan kepada guru yang sudah berpengalaman dibanding penulis yaitu agar selalu melek terhadap perkembangan-perkembangan pelaksanaan kegiatan didikan subuh diamanapun didikan subuh yang baik langsung diamati,tiru dan modifikasi atau dikenal dengan istilah ATM

3. Santri

Saran penulis kepada santri adalah menjalanididikan subuh ini dengan lebih serius lagi. Jangan dijadikan hanya sebatas mengejar hadiah atau takut dikeluarkan dari TPA. Lebih dari itu jadikanlah moment indah daan baik ini sebaik-baiknya, karena disekolah formal belum tentu memberikan pembinaan sebaik ini.

C. Implikasi

Implikasi dari penelitian ini pelaksanaan kegiatan didikan subuh di TPA Miftahur-rasyidiyah Rao-Rao ini dapat dijadikan bahan evaluasi bagi semua pihak agar dapat membantu pelaksanaan didikan subuh yang baik, bahkan lebih baik lagi. Serta dari pelaksanaan didikan subuh tersebut dapat diamalkan dan dipraktikkan oleh guru TPA yang mengajar di setiap TPA yang aktif melaksanakan didikan subuh.

Afrizal. 2015. Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Afrizon. 2004. Pedoman Praktis Didikan Subuh Santri Mandiri. Batusangkar Ahmadi Rulam. 2014. Metodologi Penelitian Kualitatif. Yogyakarta: Ar-Ruzz

Media

Al-Gamidi Abdullah. 2011. Cara Mengajar (Anak/Murid) ala Luqman al-Hakim. Jakarta Selatan: Sabil

Aly, Hery Noer. 1999. Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Logos Bisri A. 1999. Kamus Al-Bisri. Surabaya: Pustaka Progresif

Drajat dzakiah. 2008. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara.

Harto, Budi. 2015. Pembentukan Pembiasaan Anak Melalui Lembaga Didikan Subuh, Solok : STIE El Hakim

H. Muhammad, Su‟aib. 2010. Lima Pesan Al-Qur‟an Jilid Pertama. Malang: UIN Maliki Press

Ibrahim Shalih, Su‟ad. 2011. Fiqh Ibadah Wanita. Jakarta: Sinar Grafita Offset Khanifatulah. 2013. Pembelajaran Inovatif. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media Mansur. 2007. Pendidikan Anak Usia Dini. Yogyakarta: Pustaka Belajar. Maunah, Binti. 2005. Diktat Ilmu Pendidikan. Tulungagung: Stain Pers.

Muliawan, Jasa Ungguh. 2015. Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Rajawali Pers Munir A, Sudarsono. 2001. Dasar-Dasar Agama Islam. Jakarta: PT Rineka Citra

Dokumen terkait