• Tidak ada hasil yang ditemukan

PELAKSANAAN KEGIATAN DIDIKAN SUBUH DI TPA MIFTAHURRASYIDIYYAH RAO-RAO KECAMATAN SUNGAI TARAB

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PELAKSANAAN KEGIATAN DIDIKAN SUBUH DI TPA MIFTAHURRASYIDIYYAH RAO-RAO KECAMATAN SUNGAI TARAB"

Copied!
98
0
0

Teks penuh

(1)

PELAKSANAAN KEGIATAN DIDIKAN SUBUH DI TPA

MIFTAHURRASYIDIYYAH RAO-RAO KECAMATAN SUNGAI TARAB

SKRIPSI

Ditulis Sebagai Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana (S-1)

Jurusan Pendidikan Agama Islam

Oleh:

IQBAL IBNUL AZIZ NIM.15300100042

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK) INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

BATUSANGKAR 2020

(2)
(3)
(4)
(5)

Nama Lengkap : IQBAL IBNUL AZIZ Panggilan : Iqbal (M‟Tek)

Status : Belum Menikah Golongan Darah : O

TTL : Tanjung Barulak, 1 Desember 1996

Alamat : Jorong Guguak Nyariang, Nagari Bunga Tanjung, Kecamatan Batipuh, Kabupaten Tanah Datar, Sumbar Nama Orang Tua

Ayah : Maswardi Ibu : Nurhayati RiwayatPendidikan SD : SDN 15 Bunga Tanjung SMP : MTs. TI Tanjung Barulak SMA : SMKN 1 Batipuh

S1 : Jurusan Pendidikan Agama Islam di IAIN Batusangkar Motto : 10 itu bukan hanya 5+5, bisa juga 3+7, artinya jalan

kesuksesan itu berbeda dan beragam karena sukses adalah satu kata yang memiliki 1001 defenisi

No.HP/WA : 0813-7274-8735

(6)

Niscaya Allah akan mengangkat (derajat) orang-orang yang beriman

diantaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat

(QS : Al-Mujadilah 11)

Ya Allah,

Waktu yang sudah kujalani dengan jalan hidup yang sudah menjadi takdirku,

sedih, bahagia, dan bertemu orang-orang yang memberiku sejuta pengalaman

bagiku, yang telah memberi warna-warni kehidupanku.

Kubersujud dihadapan Mu,

Engaku berikan aku kesempatan untuk bisa sampai

Di penghujung awal perjuanganku

Segala Puji bagi Mu ya Allah,

Alhamdulillah..Alhamdulillah..Alhamdulillahirobbil‟alamin..

Sujud syukurku kusembahkan kepadamu Tuhan yang Maha Agung nan Maha Tinggi nan Maha Adil nan Maha Penyayang, Lantunan Al-fatihah beriring Shalawat dalam silahku merintih,menadahkan doa dalam syukur yang tiada terkira, terima kasihku untukmu.

Kupersembahkan sebuah karya kecil ini untuk Ayahanda dan Ibundaku tercinta, yang tiada pernah hentinya selama ini memberiku semangat, doa, dorongan, nasehat dan kasih sayang serta pengorbanan yang tak tergantikan hingga aku selalu kuat menjalani setiap rintangan yang ada didepanku.,,Ayah,.. Ibu...terimalah bukti kecil ini sebagai kado keseriusanku untuk membalas semua

(7)

tanganku menadah”.. ya Allah ya Rahman ya Rahim... Terimakasih telah kau tempatkan aku diantara kedua malaikatmu yang setiap waktu ikhlas menjagaku,, mendidikku,,membimbingku dengan baik,, ya Allah berikanlah balasan setimpal syurga firdaus untuk mereka dan jauhkanlah mereka nanti dari panasnya sengat hawa api nerakamu..

Untukmu Ayah (Maswardi), Amak (Nurhayati) ...Terimakasih....

Kepada teman seperjuangan yang memang sulit untuk dilupakan dorongan dan motivasinya Ilham Setiawan, Ali Akbar, Azizul Hasbi Alda, dan Helina Selfia

yang telah menopang dikala jatuh dan patah semangat

"Hidupku terlalu berat untuk mengandalkan diri sendiri tanpa melibatkan bantuan Tuhan dan orang lain.

Terimakasih kepada dosem Pembimbing Skripsi ibuk Dra. Fatmawati, M. Ag yang telah membimbing saya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan,

kemudian terimakasih kepada dosen penguji munaqasah Bapak Prof. Dr. H. Hasan Zaini dan IbukRizki Pebrina M.A yang telah memberikan kritik dan saran sehingga skripsi ini menjadi lebih baik.

Teruntuk sahabat-sahabatku,

PAI A 2015 Tak ada lagi kata-kata yang bisa ku ucapkan selain terimakasih, yang telah ikut bergabung dalam drama perkuliahan yang akan selalu di ingat dengan suka dan dukanya. Semoga kalian semua sukses.

Untuk ribuan tujuan yang harus dicapai, untuk jutaan impian yang akan

dikejar, untuk sebuah pengharapan, agar hidup jauh lebih bermakna, hidup tanpa

(8)

Never give up!

Sampai Allah SWT berkata “waktunya pulang”

Atas segala kekhilafan salah dan kekuranganku,

kurendahkan hati serta diri menjabat tanganmeminta beribu-ribu kata maaf

tercurah.

Batusangkar, 5 Februari 2020

(9)

i

Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Jurusan Pendidikan Agama Islam Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Batusangkar 2020.

Kegiatan didikan subuh di TPA Mifthurrasyidiyah Rao-Rao merupakan suatu kegiatan ekstra yang dilakukan setiap Minggu Pagi. Fenomena yang penulis temukan disana adalah semua santri dan wali murid sudah berada dilokasi TPA untuk melaksanakan shalat subuh berjamaah, kehadiran santri yang sangat tinggi, dan ada evaluasi ibadah mingguan mereka dihadapan orang tua mereka menjelang pelaksanaaan didikan subuh tersebut terlebih dahulu.. Rumusan masalah penelitian ini adalah Bagaimana bentuk-bentuk perencanaan, bentuk pelaksanaan, dan penilaian kegiatan didikan subuh di TPA Miftahur-rasyidiyyah Rao-Rao”. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan bentuk-bentuk perencanaan, bentuk pelaksanaan, dan penilaian kegiatan didikan subuh di TPA Miftahurrasyidiyyah Rao-Rao.

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian lapangan atau field research dengan menggunakan metode deskriptif kualitatif. Teknik pengumpulan data penelitian ini diperoleh dari hasil observasi, wawancara peneliti dengan guru-guru TPA, pimpinan dan beberapa santri di TPA Miftahurrasyidiyyah Rao-Rao.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan tentang pelaksanaan kegiatan didikan subuh di TPA Miftahurrasyidiyyah Rao-Rao kecamatan Sungai Tarab telah melakukan perencanaan dengan membagi santri menjadi beberapa kelompok pada kegiatan didikan subuh, Guru menyiapkan materi didikan subuh dan memiliki pedoman/kurikulum, Guru memberikan pelatihan terhadap santri dua hari menjelang pelaksanaan didikan subuh, dan guru melibatkan orang tua santri untuk bekerja sama dalam pelaksanaan didikan subuh. Bentuk pelaksanaannya adalah didikan subuh memiliki acuan dan materi yang jelas, guru menyediakan hal-hal unik dan tergolong baru dalam kegiatan didikan subuh seperti cerdas cermat, dan Ice Breaking. Peserta didikan subuh di TPA Miftahurrasyidiyyah Rao-Rao tersebuta yaitu santri yang usianya rata-rata 6-12 tahun. Di samping itu orang tua santri juga hadir sebagai audient atau peserta tambahan kegiatan didikan subuh. Penilaian dilakukan dengan menggunakan penilaian perorangan, penilaian perorangan ini melibatkan santri lain atau kelompok pendengar sebagai partisipan dalam memberi nilai. Kedua yaitu penilaian kelompok guru memberikan penilaian dan reward terhadap kelompok santri terbaik. Hadiah diberikan dalam bentuk alat-alat tulis dan ada juga berbentuk tiket jalan-jalan ke tempat-tempat yang memiliki unsur edukasinya.

(10)

ii Assalamualaikum wr.wb

Alhamdulilllahirobbil’alamin, Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Pelaksanaan Kegiatan Didikan Subuh di TPA Miftahurrasyidiyyah Rao-rao Kecamatan Sungai Tarab”. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri.

Teristimewa sekali penulis ucapkan terima kasih kepada kedua orang tua tercinta, Ayahanda (Maswardi) dan ibunda (Nurhayati) yang telah memberikan dukungan motivasi dan nasehat tak terhingga baik moril maupun material yang mensuport dengan penuh perhatian dan penuh kasih sayang peneliti dalam menyelesaikan skripsi.

Peneliti telah banyak mendapat bantuan, dorongan, petunjuk dan bimbingan dari berbagai pihak dalam menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, izinkan peneliti mengucapkan rasa hormat dan terima kasih kepada:

1. Rektor IAIN Batusangkar, Bapak Dr. H. Kasmuri, MA yang telah memberikan kesempatan dan fasilitas sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. 2. Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Batusangkar Bapak Dr.

Sirajul Munir, M.Pd yang telah memberikan persetujuan penulisan skripsi ini. 3. Ibu Susi Herawati, S.Ag., M.Pd selaku ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam

yang telah memberikan izin dan kesempatan kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

4. Ibuk Dra. Fatmawati, M.Ag selaku pembimbing yang telah bersedia dan sabar dalam membagi waktu, tenaga dan telah membimbing, mengarahkan penulis selama penulisan skripsi ini.

(11)

iii

Ramadanus, M. Irsyad, Yun Alfat dan Ibuk Nuraini, Ifrah Hayati, S.Ag, Nadrawati, Diana Fitri, Refdawati, Nursyamsiyyah, S.Ag, Hafdaniwati, S.Pd.I selaku guru TPA dan Seluruh Santri TPA Miftahur-rasyidiyyah Rao-rao Kecamatan Sungai Tarab.

8. Teman-teman Mahasiswa jurusan PAI angkatan 2015

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis mohon maaf atas kekhilafan dan kekeliruan yang terdapat dalam skripsi ini serta penulis sangat mengharapkan masukan dan saran yang dapat membangun demi kesempurnaan skripsi ini sehingga, dapat dijadikan sebagai acuan bagi peneliti lain dalam melakukan penelitian berikutnya.

Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua, khususnya bagi penulis sendiri dan semoga dapat dinilai sebagai ibadah oleh Allah SWT. Aamiin Yaa Rabbal‟aalamiin.

Batusangkar, Januari 2020 Peneliti

IQBAL IBNUL AZIZ NIM. 15 300 100 042

(12)

iv

DAFTAR ISI iv

DAFTAR TABEL vii

DAFTAR GAMBAR viii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah 1

B. Fokus Penelitian 5

C. Pertanyaan Penelitian 5

D. Tujuan Penelitian 5

E. Manfaat Penelitian dan Luaran Penelitian 6

F. Defenisi Operasional 6

BAB II KAJIAN TEORI

A. Tinjauan Tentang Taman Pendidikan Al-Qur‟an (TPA) 7 1. Pengertian Taman Pendidikan Al-Qur‟an 7

2. Fungsi Dan Tujuan TPA 10

3. Pelajaran Tambahan TPA 12

4. Rendahnya Kualitas SDM Dan Tantangan TPA 13

5. Peluang Dan Kunci Sukses TPA 14

B. Didikan Subuh 15

1. Pengertian Didikan Subuh 15

2. Tujuan Dan Pelaksanaan Didikan Subuh 16

3. Manfaat Didikan Subuh 18

4. Landasan Hukum Didikan Subuh 19

C. Perencanaan Dan Pelaksanaan Didikan Subuh 20

1. Perencanaan Kegiatan Didikan Subuh 20

(13)

v

B. Lokasi Dan Waktu Penelitian 43

C. Subjek Penelitian 43

D. Instrumen Penelitian 44

E. Sumber Data 44

F. Teknik Pengumpulan Data 44

G. Teknik Penjamanan Keabsahan Data 45

H. Teknik Analisis Data 45

Bab IV Hasil Penelitian

A. Temuan Umum 48

1. Profil Yayasan 48

2. Kegiatan Didikan Subuh Miftahur-Rasyidiah Rao-Rao 48 3. Visi Dan Misi Yayasan Miftahur-Rasyidiah Rao-Rao 49 4. Data Pendidik Yayasan Miftahur-Rasyidiah Rao-Rao 50

B. Temuan Khusus 50

1. Perencanaan Sebelum Kegiatan Didikan Subuh 51

2. Pelaksanaan Kegiatan Didikan Subuh 62

3. Penilaian Didikan Subuh 65

C. Pembahasan 68

1. Perencanaan Sebelum Kegiatan Didikan Subuh 68

2. Pelaksanaan Kegiatan Didikan Subuh 74

3. Penilaian Kegiatan Didikan Subuh 76

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan 79

(14)

vi

(15)
(16)

viii

(17)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan pada hakikatnya adalah upaya manusia dalam meningkatkan sumber daya manusia agar dapat mengembangkan potensi dirinya sehingga mampu menghadapi perubahan yang terjadi. Sebagai mana dalam UU SIDIKNAS No 20 Tahun 2003 Bab 1 Pasal 1 yang berbunyi: pendidikan adalah usaha sadar terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spritual keagamaan, pengendalian diri akhlak mulia, serta keterampilan yang dibutuhkan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Pada dasarnya pendidikan adalah laksana eksperimen yang tidak pernah selesai sampai kapan pun, sepanjang ada kehidupan manusia di dunia ini. Dikatakan demikian, karena pendidikan merupakan bagian dari kebudayaan dan peradaban manusia yang terus berkembang. Hal ini sejalan dengan pembawaan manusia yang memiliki potensi kreatif dan inovatif dalam segala bidang kehidupan. (Hasbullah, 2009 : 9).

Dalam menuntut ilmu dapat melalui beberapa lembaga pendidikan, yang mana jenis-jenis lembaga pendidikan yang ada dapat dibagi menjadi 3 bagian, yang pertama lembaga pendidikan informal. Lembaga pendidikan informal adalah pendidikan yang terjadi ditengah-tengah keluarga dimana keluarga merupakan wadah pertama kali seorang anak memperoleh bimbingan didikan dan bimbingan langsung oleh anggota keluarganya. Ciri-cirinya adalah tidak terikat tempat dan waktu, dapat berlangsung tanpa guru dan tanpa kurikulum.

Yang kedua lembaga pendidikan formal yaitu lembaga pendidikan yang dilaksankan disekolah sekolah mulai dari jenjang pra-sekolah hingga ke perguruan tinggi baik bersifat umum maupun bersifat khusus. Ciri-ciri pendidikan formal diantaranya adalah diselenggarakan dalam kelas yang terpisah menurut jenjangnya, ada persyaratan usia, ada jangka waktu belajar, ada jadwal waktu belajar, dan ada kurikulum. Yang ketiga adalah lembaga pendidikan non-formal yaitu lembaga yang dilaksanakan diluar lingkungan

(18)

keluarga seperti lembaga kursus. Ciri-cirinya adalah program yang dibuat sesuai kebutuhan masyarakat, materinya bersifat praktis, biaya relatif murah, jenjang kelas tidak menunjukan tingkatan kelas yang jelas.

Salah satu tempat terjadinya kegiatan belajar mengajar pada lembaga pendidikan non formal adalah Masjid. Masjid merupakan tempat para ulama membentuk forum studi dalam bentuk lingkaran atau halaqah untuk mengkaji al-Qur‟an, fiqh dan bahasa serta sastra. (Heri Noer Alay, 1999: 2)

Semakin berkembang dan tersebarnya jumlah masjid dari perkotaan sampai ke pelosok desa, merupakan potensi utama dalam mengoptimalkan peranan masjid sebagai sarana pembinaan umat, dengan mengimplementasikan fungsi-fungsi masjid sebagai berikut: 1. Fungsi persatuan dan Ukhuwah Islamiyah, maksudnya adalah dengan berkumpulnya umat Islam dalam rangka melaksankan shalat jama‟ah di masjid akan mengarahkan segenap Muslimin dan Muslimat untuk semakin memperkokoh keutuhan persatuan dan persaudaraan (Ukhuwah Islamiyah); 2. Fungsi masjid sebagai Pewaris nilai-nilai ajaran agama Islam, dengan memposisikan masjid menjadi tempat pengajaran, pendidikan Islam dan pengembangan ilmu; 3. Fungsi Dakwah, yakni masjid dapat dimanfaatkan para Da‟i (Muballigh dan Muballighat) untuk memberikan fatwa atau nasehat agama kepada segenap umat Islam di sekitarnya; 4. Sebagai penghimpun khasanah ilmu pengetahuan dengan menempatkan sarana perpustakaan; 5. Masjid dapat berfungsi sebagai tempat bermusyawarah terhadap berbagai persoalan umat.

Adapun bentuk lembaga pendidikan non formal yang terdapat di Masjid salah satunya adalah Taman Pendidikan Al-Qur‟an (TPA). TPA adalah suatu wadah pendidikan yang terdapat di Masjid yang merupakan tempat para santriwa/i belajar al-Qur‟an seperti membaca, mengaji, menulis serta menghafalkan ayat suci al-Qur‟an yang dibimbing oleh para ustad dan ustadzah dengan berbagai macam metode yang nantinya akan melahirkan hafizh dan hafizhah. Selain itu, TPA adalah lembaga pendidikan tingkat dasar di luar sekolah, pesertanya secara umum memang ditujukan pada anak-anak usia Taman Kanak-kanak (TK), dan (SD) tetapi ada juga ditemui anak-anak

(19)

usia SLTP bahkan terkadang SLTA yang ingin lancar membaca al-Qur‟an, merangkap sebagai ustad atau ustadzah bagi peserta TPA yang lain.

TPA adalah lembaga pendidikan di luar sekolah yang berfungsi sebagai pengajaran dasar-dasar pelaksanaan ibadah dalam agama Islam, oleh sebab itu bersifat alamiah. Sangat perlu untuk menghindari bentuk-bentuk pemaksaan dalam pembelajarannya. Karena menjauhkan anak-anak dari sifat kekanak-kanakannya dan ini merupakan konsep mendasar pengalaman sebagai proses pembelajaran dalam Islam. Materi yang diajarkan dalam TPA adalah membaca al-Qur‟an, doa-doa sehari-hari, hafalan surat pendek, praktik wudhu dan tata cara sholat yang baik. (Jasa Ungguh, Muliawan, 2015: 301-302).

Salah satu program yang dimiliki oleh TPA disini ialah program didikan subuh. Didikan subuh merupakan kegiatan yang potensial dalam mendidik anak-anak tentang ajaran Islam. Didikan subuh juga merupakan sebuah metode pendidikan Islam yang sangat urgen dalam media membentuk karakter muslim yang diharapkan bersama, karena membangun karakter muslim pada siswa sebaiknya disiapkan dari dini dengan karakter yang sudah disiapkan dari awal tersebut akan sangat mudah membentuk kepribadian mereka untuk masa selanjutnya.

Menurut Darmawi dalam Jurnal (Budi Harto, Vol. 8, i. 4, 2015 : 168) menyatakan bahwa didikan subuh merupakan suatu usaha pendidikan Islam yang fungsional dan praktis yang dilaksanakan pada waktu subuh dengan menjadikan masjid dan mushola sebagai pusat kegiatan untuk membentuk manusia yang bertaqwa kepada Allah swt. Dengan diadakannya didikan subuh bagi anak-anak akan dapat melatih dan mendorong dirinya untuk dapat melaksanakan amal ibadah baik yang wajib maupun yang sunnah, seperti sholat lima waktu sehari semalam, sholat sunnat, lafal adzan dan iqomah, melatih hafalan Al-Qur‟an, hadits-hadits pilihan, do‟a sehari-hari, pidato, dan lain-lain.

Semenjak dini anak-anak muslim sudah dididik supaya dekat dan cinta kepada masjid, dan menjadikan hatinya dekat dengan masjid. Hal ini akan

(20)

sangat berguna bagi masa depan anak, masa remaja dan dewasa mereka akan lebih mudah mengarahkannya ke masjid karena sudah dilatih sedari kecil. Menurut Al-Nahlawi dalam Ahmad Tafsir (2016 :201-202) menyatakan bahwa metode untuk menanamkan rasa iman adalah diantaranya, metode Hiwar ( percakapan) Qur‟ani dan Nabawi, metode kisah, metode Amtsal (perumpamaan), metode keteladanan, metode pembiasaan, metode „ibrah dan mau‟izah, metode targhib dan tarhib

Di antara metode di atas salah satu metode yang digunakan dalam didikan subuh adalah metode pembiasaan, targhib dan tarhib dan metode keteladanan . Inti dari metode pembiasaan yaitu pengulangan (Ahmad Tafsir 2016:214). Dalam kegiatan didikan subuh yang diadakan dalam satu kali dalam satu minggu dapat penulis lihat disana terjadi yang namanya metode pembelajaran yang sangat baik yaitu metode targhib, tarhib, keteladanan dan pembiasaan.

Didikan subuh pada dasarnya dilakukan oleh setiap TPA yang ada di Tanah Datar. Beigitu juga TPA Miftahurrasyidiyah Rao-Rao kec. Sungai Tarab. Merupakan Salah satu TPA yang cukup mahsyur di telinga masyarakat Batusangkar terutama masyarakat kec. Sungai Tarab. Berdasarkan survei penulis pada tanggal 2 November 2019, penulis mewawancarai kepala TPA Miftahurrasyidiyah Rao-Rao tersebut dan mendapatkan informasi bahwa setelah hasil penilaian yang dilakukan oleh pemerintah kabupaten Tanah Datar mengatakan bahwa TPA MiftahurRasyidiyah Rao-Rao Kecamatan Sungai Tarab adalah TPA terbaik dalam menyelenggarakan Didikan Subuh diantara banyaknya TPA yang berada di kab. Tanah Datar.

Penulis melakukan observasi ke TPA tersebut guna mengamati langsung bagaimana pelaksanaan didikan subuh di Rao-Rao tersebut. Beberapa hal sebagai fenomena yang penulis amati disitu selain dari pernyataan kepala TPA tersebut yang menyatakan didikan subuh di Miftahur-rasyidiyyah Rao-Rao sebagai didikan subuh terbaik, adalah yang pertama, semua santri, guru, dan wali murid sudah dilokasi sebelum sholat subuh berjamaah. Kedua, wali murid ikut Shalat subuh berjamaah bersama santri.

(21)

Ketiga, pada minggu pagi tersebut seluruh santri di evaluasi dihadapan orang tuanya mengenai ibadahnya terutama ibadah sholatnya.

Dari hasil observasi dan wawancara yang penulis lakukan dengan guru tersebut maka penulis tertarik ingin mengetahui lebih jauh mengenai pelaksanaan didikan subuh di TPA Miftahurrasyidiah dalam bentuk skripsi yang berjudul “Pelaksanaan Didikan Subuh di TPA Miftahurrasyidiyyah Rao-Rao Kecamatan Sungai Tarab ”.

B. Fokus Penelitian

Agar lebih terarahnya pembahasan ini maka penulis merasa perlu untuk memberikan fokus penelitian yaitu “Pelaksanaann Kegiatan Didikan Subuh di TPA Miftahurrasyidiyyah Rao-Rao Kecamatan Sungai Tarab”.

C. Pertanyaaan Penelitian

Berdasarkan fokus penelitian di atas maka yang menjadi pertanyaan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana Bentuk Perencanaan Kegiatan Didikan Subuh Di TPA Miftahurrasyidiyyah Rao-Rao ?

2. Bagaimana Bentuk Pelaksanaan Didikan Subuh Di TPA Miftahurrasyidiyyah Rao-Rao ?

3. Bagaimana Bentuk Penilaian Didikan Subuh Di TPA Miftahurrasyidiyyah Rao-Rao ?

D. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk Mendeskripsikan Bagaimana Bentuk-Bentuk Perencanaan Didikan Subuh Di TPA Miftahurrasyidiyyah Rao-Rao ?

2. Untuk Mendeskripsikan Bagaimana Bentuk-Bentuk Pelaksanaan Didikan Subuh Di TPA Miftahurrasyidiyyah Rao-Rao ?

3. Untuk Mendeskripsikan Bagaimana Bentuk-Bentuk Penilaian Didikan Subuh Di TPA Miftahurrasyidiyyah Rao-Rao ?

(22)

E. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini diantaranya: 1. Manfaat Bagi TPA

a. Sebagai bahan evaluasi terhadap pelaksanaan didikan subuh TPA Miftahurrasyidiyah Rao-Rao.

b. Agar bisa menjadi bahan percontohan bagi TPA lain. 2. Manfaat Bagi Penulis

a. Untuk menambah khazanah ilmu pengetahuan terutama tentang keilmuan pendidikan agama yang nantinya penulis akan menjadi seorang guru pendidikan agama Islam.

b. Sebagai syarat untuk mendapatkan gelar S1 sarjana pendidikan di kampus IAIN Batusangkar.

F. Defenisi Operasional

Untuk menghindari keraguan-keraguan dalam penafsiran yang berbeda maka penulis perlu memberikan penegasan istilah atau pengertian pada judul skripsi ini sebagai berikut :

Pelaksanaan didikan subuh yaitu proses kegiatan yang akan penulis lihat dari segi perencanaan, proses berlangsungnya dan apa saja yang menjadi faktor penghambat dan pendukungnya. Pelaksanaan yang penulis maksud disini adalah pelaksanaan didikan subuh yang ada di TPA Miftahurrasyidiyah Rao-Rao.

TPA (Taman Pendidikan Al-qur’an) adalah lembaga pendidikan di luar sekolah yang berfungsi sebagai pengajaran dasar-dasar pelaksanaan ibadah dalam agama. Jadi maksud penulis disini adalah pelaksanaan didikan subuh yang dilakukan di TPA Miftahur-rasyidiyah Rao-Rao. Bagaimana proses pelaksanaan yang dilakukan oleh pihak TPA Miftahur-rasyidiah Rao-Rao. Agar dapat dilihat seutuhnya tahap demi tahap pelaksanaanya tersebut.

(23)

7 BAB II KAJIAN TEORI

A. Tinjauan Tentang Taman Pendidikan Al-Quran (TPA) 1. Pengertian Taman Pendidikan Al-Quran (TPA)

Sebelum penulis mengarahkan dan menjelaskan kaitannya dengan masalah Taman Pendidikan Al-Quran (TPA), karena masalah ini ada kaitannya dengan masalah pendidikan, tidak salah apabila penulis menjelaskan terlebih dahulu tentang apa pengertian pendidikan itu sendiri. Hal ini bertujuan untuk memahami dengan sepenuhnya mengenai masalah pendidikan tersebut. Adapun pengertian pendidikan sebagai berikut :

Pendidikan adalah usaha yang sadar, teratur dan sistematis di dalam memberikan bimbingan kepada orang lain yang sedang berproses menuju kedewasaan (Maunah, 2005, hal.6) . Di samping itu juga ada beberapa tokoh yang mendefinisikan kaitannya dengan masalah pendidikan antara lain :

a. Menurut Langeveld

Pendidikan adalah setiap usaha, pengaruh, perlindungan dan bantuan yang diberikan kepada anak tertuju kepada kedewasaan anak itu, atau lebih tepat dapat membantu anak agar cukup cakap melaksanak tugas hidupnya sendiri. Pengaruh itu datangnya dari orang dewasa atau yang diciptakan oleh orang dewasa seperti sekolah, buku, putaran hidup sehari-hari dan sebagainya dan ditujukan kepada orang yang belum dewasa.

b. Menurut Ahmad Tafsir

Pendidikan adalah usaha meningkatkan diri dalam segala aspeknya, yang melibatkan guru maupun tidak, baik formal maupun informal. Terdapat pula pengertian pendidikan menurut pandangan Islam. Secara terminologi, para ahli pendidikan Islam telah mencoba memformulasi pengertian pendidikan Islam. Di antara batasan yang sangat variatif tersebut adalah :

(24)

1) al-Syaibaniy

Pendidikan Islam adalah proses mengubah tingkah laku individu peserta didik pada kehidupan pribadi, masyarakat, dan alam sekitarnya.

2) Muhammad Fadhil al-Jamaly

Pendidikan Islam adalah upaya mengembangkan, mendorong serta mengajak peserta didik hidup lebih dinamis dengan berdasarkan nilai-nilai yang tinggi dan kehidupan yang mulia.

3) Ahmad D. Marimba

Pendidikan Islam adalah bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani peserta didik menuju teerbentuknya kepribadiannya yang utama. 4) Ahmad Tafsir

Pendidikan Islam adalah bimbingan yang diberikan oleh seseorang agar ia berkembang secara maksimal sesuai dengan ajaran Islam.

Pengertian pendidikan seperti yang lazim dipahami sekarang belum terdapat di zaman Nabi. Tetapi usaha dan kegiatan yang dilakukan oleh Nabi dalam menyempurnakan seruan agama dengan berdakwah, menyampaikan ajaran, memberi contoh, melatih keterampilan berbuat, memberi motivasi dan menciptakan lingkungan sosial yang mendukung pelaksanaan ide pembentukan pribadi muslim itu, telah mencakup arti pendidikan dalam arti sekarang.

Orang Arab Mekah yang tadinya penyembah berhala, musyrik, kafir, kasar dan sombong maka dengan usaha dan kegiatan Nabi mengislamkan mereka, lalu tingkah laku mereka berubah menjadi penyembah Allah Tuhan Yang Maha Esa, mukmin, muslim, lemah lembut dan hormat pada orang lain. Mereka telah berkepribadian muslim sebagaiman yang dicita-citakan oleh ajaran Islam. Dengan itu berarti Nabi

(25)

telah mendidik, membentuk kepribadian, kepribadian yang muslim dan sekaligus berarti bahwa Nabi Muhammad SAW adalah seorang pendidik yang berhasil. Apa yang beliau lakukan dalam membentuk manusia, kita rumuskan sekarang dengan pendidikan Islam.

Cirinya ialah perubahan sikap dan tingkah laku sesuai dengan petunjuk ajaran Islam. Untuk itu perlu adanya usaha, kegiatan, cara, alat dan lingkungan hidup yang menunjang keberhasilannya. Dengan demikian, secara umum dapat dikatakan bahwa pendidikan Islam itu adalah pembentukan kepribadian muslim (Nizar, 2002: 31-32).

Sekarang kembali kepada pokok permasalahan yaitu tentang Taman Pendidikan Al-Qur‟an (TPA). Taman pendidikan Al-Qur‟an (TPA) merupakan salah satu cabang atau bagian dari Pendidikan yang ada didalam agama Islam. Sedangkan Pengertian Taman Pendidikan Al-Qur‟an (TPA) sendiri adalah suatu lembaga pendidikan dan pengajaran Islam untuk anak 7 sampai 12 tahun, untuk menjadikan anak mampu membaca Al-Qur‟an dengan benar sesuai dengan target pokoknya (Drajat, 2008: 27-28).

Jadi yang dinamakan dengan Taman Pendidikan Al-Qur‟an (TPA) pendidikan untuk baca dan menulis Al-Quran di kalangan anak-anak dan suatu lembaga pendidikan Islam masuk dalam jenis lembaga non formal, dimana lembaga tersebut sangat membatu anak dalam proses pembelajaran membaca Al-Qur‟an secara fasih, benar yang sesuai dengan kaidah-kaidah atau aturan-aturan yang berlaku di dalam cara membaca Al-Qur‟an dan tidak dilupakan setelah bisa anak bisa mengamalkan dalam kehidupan sehari-hari.

Dari uraian di atas mengenai masalah Taman Pendidikan Al-Qur‟an (TPA) terdapat kesinambungan yang sangat penting dan sangat berarti bagi perkembangan anak, karena dapat menegembangkan kepribadiannya yang nantinya bisa mengembangkan segala potensi-potensinya yang ada dalam dirinya sendiri.

(26)

2. Fungsi dan Tujuan Taman Pendidikan Al-Quran ( TPA ) Taman Pendidikan Al-Quran ( TPA ) berfungsi sebagai :

a. Lembaga non-formal agar tidak terjadi kemerosotan agama dan generasi Qur‟ani

b. Meningkatkan kualitas umat khususnya ummat Islam dan keberhasilan pembangunan di bidang agama.

c. Mengarahkan generasi muda pada jalan yang benar dan lurus , sehingga bisa mencapai kesempurnaan manusiawi yang merealisasikan kebahagiaan hidup dunia dan akhirat .

Mengenai masalah fungsi Taman Pendidikan Al-Qur‟an (TPA) juga ada kesamaan dengan fungsi pendidikan Islam antara lain :

Menurut Hasan Langgulung pendidikan Islam mempunyai fungsi : a. Menyiapkan generasi muda untuk memegang peranan-peranan tertentu

dalam masyarakat pada masa yang akan datang.

b. Memindahkan ilmu pengetahuan yang bersangkutan dengan peranan-peranan tersebut dari generasi yang tua kepada generasi muda.

c. Memindahkan nilai-nilai yang bertujuan memelihara keutuhan dan kesatuan masyarakat yang menjadi sangat mutlak bagi kelanjutan hidup suatu masyarakat dan peradaban. Dengan kata lain tanpa nilai-nilai keutuhan (Integrity) dan kesatua (Integration) suatu masyarakat tidak akan terpelihara yang pada akhirnya akan berkesudahan kehancuran masyarakat itu sendiri (Mansur, 2007 : 135-136).

Dalam pendidikan Islam, Sunnah Rasul mempunyai dua fungsi yang pertama Menjelaskan sistem pendidikan Islam yang terdapat dalam Al-Quran dan menjelaskan hal-hal yang tidak terdapat di dalamnya. Yang kedua Menyimpulkan metode pendidikan dari kehidupan Rasulullah bersama sahabat, perlakuannya terhadap anak-anak, dan pendidikan keimanan yang pernah dilakukannya (Munardji, 2000 : 4).

Secara umum taman pendidikan Al-Quran bertujuan dalam rangka untuk menyiapkan anak didiknya menjadi generasi Qurani, yaitu

(27)

komitmen dan menjadikan Al-Quran sebagai pandangan hidup sehari-hari. Hal ini sesuai dengan petunjuk dalam buku pedoman TKA-TPA Nasional, yaitu : dapat membaca Al-Quran dengan benar sesuai dengan ilmu tajwid, dapat melakukan shalat dengan baik dan terbiasa hidup dalam suasana yang islami, dapat menulis huruf-huruf Al-Quran, hafal surat-surat pendek, ayat-ayat pilihan dan doa sehari-hari.

Kemampuan membaca Al-Quran dengan baik dan benar merupakan tujuan pokok dan perdana yang harus dicapai dan sekaligus dimiliki oleh setiap peserta santri. Pada saat pelaksanaan penerimaan anak setiap lembaga pendidikan islam, kemampuan membaca Al-Quran hendaknya dijadikan sebagai materi pertama dan utama, sedang materi-materi yang lain sebagai penunjang. Materi penunjang juga penting, namun prioritas kedua setelah membaca Al-Quran, sedangkan materi-materi penunjang baru diberikan setelah para santri masuk ke program lanjutan. Dalam arti, materi penunjang tersebut sebagai pendukung atau sebagai tambahan saja setelah materi membaca Al-Quran tersebut (Nizar, 2002, hal.35).

Dari tujuan di atas tadi dapat diuraikan tujuan Taman Pendidikan Al-Qur‟an (TPA) tiada lain untuk mencetak generasi Islam yang Qur‟ani yang mempunyai akhlak yang mulia, selain itu juga selalu menjalankan perintah-perintah Allah dan menjahui larangan-larangan Allah. Maksudnya adalah santri dituntut untuk bisa membaca Al-Qur‟an dengan baik dan benar sesuai dengan kaidah-kaidah yang berlaku dalam Al-Qur‟an. Di samping itu juga untuk menciptakan generasi yang akan datang yang Islami yang berakhlak mulia, dikerenakan di zaman modern seperti sekarang ini, merupaka zaman yang sangat penuh keterbukaan informasi, tanpa dibarengi suatu akhlak yang mulia seseorang mudah terjerumus dan terpengaruh perbuatan-perbuatan yang tercela atau perbuatan-perbuatan yang amoral, yang bisa menjerumuskan dirinya sendiri.

Selain itu Tujuan Taman Pendidikan Al-Quran ( TPA ), juga masih ada kaitannya dengan tujuan pendidikan Islam. Secara praktis, Muhammad

(28)

Athiyah al-Abrasyi, menyimpulkan bahwa tujuan utama dari pendidikan islam ialah pembentukan akhlak dan budi pekerti yang sanggup menghasilkan orang-orang yang bermoral, laki-laki maupun wanita, jiwa yang bersih, kemauan keras, cita-cita yang benar dan akhlak yang tinggi, tahu arti kewajiban dan pelaksanaannya, menghormati hak-hak manusia, tahu membedakan buruk dengan baik, memilih suatu fadhilah karena cinta pada fadhilah, menghindari suatu perbuatan yang tercela karena ia tercela, dan mengingat Tuhan dalam setiap pekerjaan yang mereka lakukan (Mansur, 2007: 134-135).

Berdasarkan tujuan pendidikan di atas, dapat dipahami bahwa pendidikan Islam merupakan proses membimbing dan membina fitrah peserta didik secara maksimal dan bermuara pada terciptanya pribadi peserta didik sebagai muslim paripurna (insan al-kamil). Melalui sosok pribadi yang demikian, peserta didik diharapkan akan mampu memadukan fungsi iman, ilmu dan amal secara integral bagi terbinanya kehidupan yang harmonis, baik dunia maupun akhhirat.

3. Pelajaran Tambahan Taman Pendidikan Al-Qur‟an ( TPA )

Penulis perlu memberikan bekal terhadap anak di waktu memasuki pendidikan dasar dengan kemampuan membaca Al-Quran dengan baik dan benar, sekaligus juga memahami dasar-dasar keagamaan yang paling penting. Oleh sebab itulah di waktu anak sudah memasuki Program Sorogan Al-Quran, maka perlu diberikan tambahan pelajaran Tauhid, Fiqh dan Akhlak secara praktis, yakni shalat dan do‟a-do‟a pendek yang berkaitan dengan kebiasaan setiap hari, cerita-cerita yang mengandung unsur penanaman budi pekerti yang baik serta menjauhi segala macam yang jelek. Yang kesemuanya itu masih disampaikan dengan praktis (artinya : belum menyangkut pada pemahaman keilmuan), sehingga tidak terlalu membebani pikiran anak (Nizar, 2002: 38).

(29)

4. Rendahnya Kualitas Sumber Daya Manusia dan Tantangan TPA

Taman Pendidikan Al-Quran di Indonesia merupakan suatu lembaga pendidikan non formal, keberadaan lembaga tersebut sangat mempengaruhi keberhasilan lembaga pendidikan formal di Indonesia. Terbukti banyaknya lembaga pendidikan formal yang outputnya lemah di bidang agama Islam, karena hal itu disebabkan terbatasnya faktor pendukung, misalnya terlalu sedikitnya jam pelajaran Pendidikan Agama Islam dalam pendidikan formal, banyaknya guru agama yang rendah kualitasnya, dan lebih-lebih tidak ada kemauan atau niat ikhlas untuk meningkatkan pengetahuan agama bagi anak didiknya.

Di samping itu, perlu adanya pengembangan dan pembinaan guru yang bertujuan agar para guru memiliki pengetahuan dasar tentang Taman Pendidikan Al-Quran serta memiliki ketrampilan dalam kaitannya dengan tugas mendidik anak Taman Pendidikan Al-Quran. Program pembinaan dan pengembangan guru direncanakan dan disusun sedemikian rupa sehingga setiap pelaksanaan pembinaan mempunyai dampak yang positif bagi guru dalam meningkatkan kemampuannya yang dapat menunjang kegiatan belajar mengajar.

Mengenai tantangan Taman Pendidikan Al-Quran merupakan kenyataan obyektif di tengah-tengah masyarakat Indonesia baik, di kota maupun desa. Tantangan dalam hal ini dibatasi pada bidang pendidikan dan moral keagamaan umat Islam di Indonesia.

a. Tantangan Internal

Tantangan Internal yang cenderung meningkat dan merata di mana-mana antara lain : meningkatnya angka kebodohan ummat Islam ( terutama generasi mudanya ) dalam hal membaca Al-Quran, maupun pengetahuan agama lainnya. Dan, melemahnya pertahanan dan ketahanan mental ummat Islam.

b. Tantangan Eksternal

Maksudnya adalah gerakan pemikiran dan aksi-aksi yang bersifat kultural maupun struktural, berasal dari kelompok manusia

(30)

yang berpijak pada pemikiran non Islam, secara langsung maupun tidak langsung ummat Islam menjadi sasaran (Mansur, 2007 : 142-145).

5. Peluang dan Kunci Sukses Taman Pendidikan Al-Quran

Ada beberapa peluang yang dianggap sebagai faktor pendukung terhadap adanya TPA sebagai sub sistem pendidikan nasional, karena keberadaan TPA sebagai pondasi dasar keberhasilan pendidikan selanjutnya. Adanya titik temu diantara berbagai kelompok ummat Islam yang memandang bahwa membaca Al-Quran hukumnya wajib, jaminan UUD 1945 pasal 29, UU SISDIKNAS RI bahwa tujuan pendidikan nasional adalah mencita-citakan lahirnya anak Indonesia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, mayoritas jumlah pendududk Indonesia beragama Islam, tumbuhnya kegairahan para pemikir dan pengelola lembaga pendidikan Islam untuk memperbaiki, meningkatkan dan memperbaharui mutu pendidikan, munculnya metode belajar membaca Al-Quran.

Mengenai kunci sukses dalam mengelola TPA sangat tergantung pada kualitas SDM pengelolanya. Lembaga pendidikan itu mencita-citakan adanya harapan atau hasil memuaskan bagi semua elemen terkait. Kuci sukses tersebut antara lain :

a. Ide jelas. b. Niat ikhlas. c. Wawasan luas.

d. Penataan administrasi yang rapi.

e. Figur pengelola atau pelaksana yang handal.

f. Dukungan kuat dan kerjasama yang harmonis di tengah-tengah masyarakat (Mansur, 2007: 142-148).

(31)

B. Didikan Subuh

1. Pengertian Didikan Subuh

Menurut bahasa didikan subuh terdiri dari dua kata yaitu kata “ didikan ” dan “subuh ”. secara bahasa didikan atau pendidikan artinya adalah proses pembentukan dan pembinaan karakter, akhlak, dan wawasan manusia dengan cara diberikan ilmu dan pengalaman dari seorang guru. Sedangkan kata subuh artinya waktu setelah terbit fajar menjelang matahari terbit. Didikan subuh dapat diartikan sebagai serangkaian kegiatan acara yang dilaksanakan pada waktu setelah pelaksanaan sholat subuh bertempat dimasjid atau surau yang melibatkan banyak orang (Afrizon, 2004 : 1).

Sedangkan menurut Darmawi dalam (Harto, Vol. 8, i.4, 2015: 168) Didikan subuh merupakan suatu usaha pendidikan Islam yang fungsional dan praktis yang dilaksanakan pada waktu subuh dengan menjadikan masjid dan mushola sebagai pusat kegiatan untuk membentuk manusia yang bertaqwa kepada Allah swt. Dapat disimpulkan bahwa didikan subuh adalah suatu kegiatan belajar mengajar yang dilakukan atau diselenggarakan di TPA yang mana disana ada materi yang dikonsep atau dirancang dengan mengarah kepada tujuan agar lebih mengenalkan anak-anak pada agama Allah swt. Agar menjadi pribadi yang berilmu sehingga dengan ilmunya tersebut dia bisa mengerjakan amal-amal yang diharapkan nanti amalan tersebut dapat menjadikanya pribadi yang bertaqwa sebagaimana banyaknya dalam Al-Qur‟an yang mana ujung ayatnya sering berbunyi “mudah-mudahan kamu menjadi orang yang bertaqwa”.

Didikan subuh juga merupakan subuah lembaga pendidikan Islam yang sangat urgen dalam media membentuk karakter siswa pra dan dasar dalam membangun karakter dari usia dini menjadi karakter muslim yang diharapkan. Karena membangun karakter muslim pada siswa sebaiknya disiapkan dari dini dengan karakter yang sudah disiapkan dari awal tersebut akan sangat mudah membentuk kepribadian mereka untuk masa selanjutnya.

(32)

2. Tujuan Pelaksanaan Didikan Subuh

Bila ditinjau dari sejarah pelaksanaanya dan kondisi yang dapat dilihat sekarang ini maka didikan subuh memiliki tujuan :

a. Tujuan Umum

Tujuan pembinaan didikan subuh ini adalah untuk meningkatkan keterampilan dan pengetahuan para guru-guru atau pembimbing acara didikan subuh sehingga akan mampu melatih anak dalam didikan Subuh untuk pencapaian akhlak anak-anak kepada aklak yang Islami. Kegagalan guru dalam melaksanakan didikan subuh berarti kegagalan dalam menciptakan anak-anak berakhlak islami.Supaya didikan subuh berhasil dengan baik, maka sangat perlu membina para guru pembimbing didikan subuh.

b. Tujuan Khusus

1) Pembinaan ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan para guru pembimbing didikan Subuh dalam memberikan bimbingan dan latihan pada santri didikan subuh.

2) Supaya dalam pelaksanaan acara didikan Subuh lebih tertata dengan baik sesuai dengan menejemen yang profesional sehingga hasil yang diharapkan akan lebih baik yaitu membentuk karakter Islami.

3) Pelatihan dan pembinaan didikan Subuh ini diharapkan bergunan bagi anak didik dalam pelasanaan Islam secara praktis artinya bisa langsung diamalkan dalam kehidupan sehari-hari.

4) Agar pembimbing didikan subuh bisa bara lebih professional dalam mengelola acara didikan subuh, ada Inovasi baru dalam setiap acara Sehingga kegiatannya tidak terkesan monoton, biar membuat suasana lebih bergairah. (Harto, 2015: 170)

(33)

Jika ditinjau dari sejarah pelaksanaannya dan kondisi yang dapat dilihat sekarang ini, maka didikan subuh memiliki tujuan antara lain: a. Mendidik masyarakat, khususnya generasi muda Islam untuk dapat

melaksanakan ibadah yang telah diperintahkan Allah SWT

b. Mengimarahkan Masjid, Surau, dan Mushalla dengan kegiatan yang bernilai pendidikan dan ibadah

c. Melatih masyarakat khususnya generasi muda untuk bangun diwaktu subuh serta melaksanakan shalat subuh secara berjamaah

d. Melatih peserta untuk berani tampil dan menyampaikan ide serta pemikirannya dihadapan orang ramai atau dihadapan publik

e. Memupuk rasa ukhwah Islamiyyah sesama ummat Islam. (Afrizon, 2004: 2)

Jadi dengan uraian di atas maka dapat kita pahami bahwa didikan subuh memiliki tujuan yang bukan hanya mengarah kepada santri saja, namun juga kepada guru atau pendidiknya sebagai ajang mengaplikasikan ilmunya, tentang bagaimana cara menyelenggarakan didikan subuh. Mulai dari perencanaan, pelaksanaan dan nanti masuk pada tahap pengevaluasian kegiatan didikan subuh tersebut, sehingga dengan adanya kegiatan didikan subuh yang berkelanjutan yaitu setiap hari Minggu pagi. Diharapkan ada yang nanmanya peningkatan nilai dan hasil didikan subuh tersebut, melalui evaluasi yang dilakukan secara bertahap atau terprogram.

Disamping itu didikn subuh juga wadah yang berfungsi sebagai tempat mempersiapkan kader Islam yang tangguh, mampu membiasakan diri bangun pagi dan melaksanakan shalat subuh secara berjamaah, memberanikan diri tampil dihadapan orang ramai, sehingga nantik kemampuan public speaking meraka ini adalah modal untuk dapat menyampaikan ide dan aspirasinya keelak jika santri sudah menginjak usia dewasa. Hal ini tentu tidak bisa dengan modal teori saja, maka dari itu anak-anak langsung memperaktikkannya tampil dihadapan guru dan kawan-kawannya.

(34)

3. Manfaat Didikan Subuh a. Manfaat Umum

Manfaat pelatihan kegiatan didikan Subuh ini adalah: Diharapkan dengan adanya pelatihan didikan Subuh ini maka kegiatan didikan Subuh untuk anak-anak dapat dikelola dengan baik serta efektif dan efesien sehingga menghasilkan anak didikan Subuh yang cinta Masjid dan berakhlak Islam.

b. Manfaat Khusus

1) Pelatihan didikan Subuh ini berguna untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan manajemen pengelolaan didikan Subuh oleh para pembimbing didikan Subuh. Sehingga dapat menerapkan metode yang benar kepada anak-anak didikan Subuh.

2) Pelatihan didikan Subuh ini diharapkan dapat menambah, memotivasi anak didik untuk lebih mencintai Masjid atau musalla sebagai pusat kegiatan keagamaan.

3) Pelatihan didikan Subuh ini diharapakan berguna dan menjadikan anak-anak mempunyai pengetahuan dan keterampilan tentang tata cara beribadah dalam Islam, dimana pengetahuan dan keterampilan tersebut sangat terbatas didapat oleh anak didik di lembaga formal (sekolah).

Seperti yang kita rasakan saat sekarang ini, bahwa kita berada pada era digital, yang artinya kita sedang berada pada masa android dan jangkauan internet sangat mudah untuk kita nikmati dan akses tanpa susah payah, cukup dengan HP yang ada digenggaman tangan maka, akses dunia luar pun dapat kita pantau, disatu sisi ini jadi sebuah hal yang menggembirakan bagi kita yang mana apabila kita menggunakan dengan cerdas, maka kita bisa dengan mudah menambah wawasan dan eduksai melalui Internet tanpa harus kepustaka dan sekolah menimbanya, atau diartikan kita bisa belajar otodidak.

(35)

Namun disisi lain kita dikhawatirkan dengan nasib anak-anak, generasi pelanjut bangsa dan agama, yang mana kalau saja orang tua tidak jeli dalam era ini dalam mengontrol anak, anaknya dalam menggunakan atau mengkonsumsi Android yang memiliki akses Internet, maka tentu hal ini memberi pengaruh banyak sedikitnya tentang prilaku keberagamaanya yaitu agama Islam. Sehingga untuk mengatasi masalah tersebut belum efektif kalau hanya menanamkan rasa keberagamaan anak-anak hanya diberikan disekolah, atau lembaga formal saja.

Dengan begitu disini didikan subuh sangat bermanfaat untuk prilaku keberagamaan anak/santri. Dapat kita lihat bagaimana didikan subuh dapat mendidik anak/santri untuk dapat menariknya memakmurkan masjid. Dengan melaksanakan shalat subuh berjamaah khususnya pada hari Minggu pagi tersebut. Seperti yang kita ketahui shalat yang cukup berat dilaksanakan yaitu shalat subuh. Sehingga disini program didikan subuh sangat bermanfaat untuk dapat melatih anak/santri untuk mencintai masjid sedari dini, sehingga kala remaja dan dewasanya masjid bukan lagi tempat yang asing dan sulit untuk mereka tujuan.

Sebagaimana hadits nabi yang artinya “perintahkanlah anak-anak kalian untuk melaksanak-anakan shalat pada usia tujuh tahun dan pukullah mereka saat sepuluh tahun”. (H.R Abu Dawud)Begitu jelas perintah nabi tentang bagaimana mendidik anak-anak untuk melaksanakan shalat, memang betul-betul harus diltih sejak kecilnya. Dengan tegas nabi menyuruh untuk memukulnya jika sudah berusia sepuluh tahun tetapi tidak juga melaksanakan shalat.

4. Landasan Hukum Didikan Subuh

Salah satu undang-undang yang mengatur tentang didikan subuh adalah peraturan daerah kabupaten Tanah Datar nomor 1 tahun 2015, tentang penyelenggaraan pendidikan BAB VII penyelenggaraan

(36)

pendidikan nonformal bagian pertama pasal 35 ayat 2. Penyelenggaraan satuan pendidikan nonformal sebagaimana dimaksud pada ayat 1 meliputi satuan pendidikan :

a. Taman Pendidikan Qur‟an (TPA) / taman pendidikan seni Al-Qur‟an (TPSA).

b. Lembaga kursus dan lembaga pelatihan c. Kelompok belajar

d. Pusat kegiatan belajar masyarakat e. Majlis ta‟lim

f. Lembaga pendidikan Al-Qur‟an g. Lembaga didikan subuh &

h. Pendidikan anak usia dini jalur non formal

C. Perencanaan dan Pelaksanaan Didikan Subuh 1. Perencanaan kegiatan didikan subuh

Dalam sebuah pembelajaran atau kegiatan yang dilaksanakan dalam proses belajar mengajar, kita tidak luput dengan yang namanya perencanaan, begitu juga dengan kegiatan didikan subuh yang diselenggarakan di TPA. Bahkan ketika perencaan telah dibuat sekalipun, masih banyak dari tujuan dan sasaran didikan subuh tidak berjalan dengan baik, apalagi kegiatan didikan subuh tidak memiliki perencanaan sebelum melaksanakan kegiatan didikan subuh itu.

Seharusnya hal ini bisa dikelola oleh guru dengan sebaik mungkin, hal ini dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:

a. Sebelum acara dilaksanakan dua hari sebelum hari H, diberikan pemahaman kepada santri untuk dapat bangun sebelum subuh dan melaksakan salat subuh berjamaah dimasjid, dalam halini guru dapat memberikan hadiah sebagai motifasi bagi anak yang bangunnya sebelum subuh. Dan bagi yang terlambat diberi hukuman yang mendidik berupa menghafal sebagian kecil ayat-ayat al-qur‟an dan lain sebagainnya.

(37)

b. Sehari atau dua hari sebelum acara didikan subuh. Setiap kali akan melaksanakan acara didikan subuh seharusnya anak-anak dilatih sebagai petugas atau yang ikut tampil dalam acara didikan subuh tersebut. Hal ini sangat membantu anak-anak supaya lebih professional dalam melaksankan tugasnya untuk terlibat dalam acara didikan subuh.

c. Para tutor hendaknya melibatkan pengurus Masjid atau mushalla dan orang tua murid untuk bekerja sama dalam pengawasan dan pembinaan didikan subuh tersebut.

Agar didikan subuh berkualitas baik dari acara maupun dampak kepada santri, seharusnya para tutor atau guru MDA yang trerlibat dalam mengelola didikan subuh perlu dilatih sehingga professional dalam melaksanakan didikan subuh. Hal ini dapat dilakukan secara serempak sekenagarian. Dengan mendatangkan nara sumber dari instansi pemerintah departemen agama (kemenag) dan swasta yang sudah profesional. Dengan adanya pelatihan tersebut akan membuka cakrawala para tutor lebih luas lagi dalam melaksanakan acara didikan subuh, akan lebih menjadikan mereka lebih professional dan berkwalitas. Pelatihan tersebut biasa dibuat satu kali dalam sebulan, dalam pelatihan tersebut juga bisa dievaluasi kelemahan-kelemahan yang ada di lapangan, dan mencarikan solusinya.

Kemungkinan ada kiat-kiat bagi tutor lainnya untuk dapat mengatasi kelemahan yang ada di lapangan tersebut sehingga bisa membagi pengalaman untuk tutor lainnya. Pada sisi lain dengan adanya pertemuan atau pelatihan tiap bulan dapat membagi informasi tentang kemajuan kemajuan yang diperoleh para tutor dalam mengembangkan didikan subuh, bagaimana keadaan didikan subuh pada suatu tempat dan dibandingkan dengan tempat lainnya. Hal ini sedikit banyaknya dapat memperkaya pengalaman para tutor. Sesuatu y ang tidak dimiliki oleh tutor yang satu dapat dilengkapi oleh tutor lainnya. Selain hal di atas dapat juga melakukan

(38)

studi banding ke TPA yang sudah melaksanakan acara didikan subuh denganBaik dan benar sehingga para tutor kaya dengan ilmu dan pengalaman. Jurnal (Harto, Vol. 8, i.4, 2015: 172)

Adapun menurut (Afrizon, 2004: 5) mengatakan bahwa untuk melaksanakan kegiatan didikan subuh, ada beberapa persiapan yang harus dilakukan oleh pembina menjelang pelaksanaannya. Adapun persiapan yang harus dilakukan sebelum kegiatan didikan subuh tersebut adalah: a. Membentuk kelompok didikan subuh

Kelompok didikan subuh dibentuk dengan cara dibagi minimal menjadi dua kelompok pelaksanaan didikan subuh. Dalam pengelompokan tersebut harus diperhatikan Setiap kelompok harus memiliki jumlah anggota yang sama, misalkan jumlah peserta 100 bisa dibagi empat maka akan berjumlah 25 orang per kelompok. Masing-masing kelompok harus memiliki kualitas dan kemampuan yang sama, kemampuan peserta ini dapat saja menggacu pada tingkatan disekolah formal seperti SD atau SLTP, atau tingkatan pada klaksikal TPA bersangkutan. Kelompok pelaksana didikan subuh di atas tidak bersifat permanen, namun dapat saja dibubarkan bila kegiatan sudah berlangsung minimal 2 kali putaran. Bila kelompok sudah terbentuk maka selanjutnya dilaksanakan :

1) Pemberian nama kelompok, Untuk nama-nama kelompok ditentukan oleh guru dengan pertimbangan mudah dingat, mempunyai nilai-nilai sejarah dan pendidikan bagi peserta misalnya nama-nama khalifah, sahabat nabi, pejuang Islam dan lain-lain.

2) Penyusunan pengurus kelompok, Pengurus kelompok diharapkan diharapkan disusun dan ditentukan oleh anggota kelompok sendiri dengan susunan minimal ketua, wakil ketua, sekretaris, wakil sekretaris, bendahara, dan lain-lain.

(39)

b. Materi dan penyedian bahan pelajaran

Dalam pelaksanaan didikan subuh yang tampil dalam setiap minggu hanya satu kelompok dengan membawakan susunan acara yang sama berdasarkan kurikulum yang digunakan. Bahan pelajaran yang akan dibawakan oleh kelompok tersebut diupayakan berbentuk: 1) Peserta didik mencari sumber bahan pelajaran sendiri

2) Guru menulis atau mendiktekan bahan pelajaran atau materi kepada peserta didika subuh

3) Menyediakan buku-buku khusus yang berisi materi yang akan dibawakan

Materi-materi yang telah ditampilkan pada kegiatan didikan subuh minimal satu kali putaran, maka dilaksanakan monitoring dan evaluasi penyerapan, evaluasi dapat dilaksanakan dengan bentuk cerdas cermat antar kelompok atau ulangan tertulis pada setiap anak didik.

c. Latihan pra didikan subuh

Pada saat pelaksanaan didikan subuh, kelompok yang tampil hanyalah kelompok terpilih. Pemilihan kelompok dipilih seminggu sebelum kegiatan didikan subuh dengan menggunakan lot. Sedangkan kelompok yang tidak terpilih dianggap sebagai kelompok pendengar dan penilai. Latihan ini terbagi kepada dua cara yaitu: 1) Latihan Mandiri

Latihan mandiri adalah latihan yang dilaksanakan oleh masing-masing kelompok tanpa didampingi oleh pembina tapi dikoordinir langsung oleh pengurus kelompok masing-masing baik dari segi waktu dan tempat pelaksanaannya.

2) Latihan Terstruktur

Latihan ini merupakan latihan yang langsung dikoordinir oleh guru pembimbingnya. Sebaiknya dilaksanakan berdekatan dengan hari pelaksanaan didikan subuh, seperti pada sabtu sore

(40)

atau malam minggu. Tujuan dari pelatihan ini adalah mengkoreksi dan memperbaiki materi-matri yang akan ditampilkan oleh santri atau kelompok pelaksana didikan subuh. Disamping itu juga memberikan saran terhadap kesiapan mental, mengukur kesiapan anggota kelompok untuk membawa acara yang telah dipercayakan kepadanya juga memberikan arahan-arahan yang dibutuhkan dalam pelaksanaannya. (Afrizon, 2004:8)

2. Kegiatan Didikan Subuh a. Peserta Didikan Subuh

Secara umum peserta Didikan Subuh terdiri dari anak-anak, remaja dan orang tua, namun jumlahnya hari ini lebih banyak terdiri dari santri lembaga pendidikan baik pendidikan yang bersifat formal maupun non formal seperti TPA/TPSA, MDA, MIS dan lain-lain dengan usia rata-rata duduk disekolah dasar sampai sekolah lanjutan pertama. Kehadiran orang dewasa seperti wali murid/orang tua, pemimpin, jama‟ah atau lain-lain lebih banyak hanya sebagai pendengar dan mengamati penampilan anak-anak dalam membawakan pelajaran didikan subuh ( Afrizon, 2004 : 2).

Namun kebanyakan yang tampak didalam proses pelaksanaanya yang menghadiri didikan subuh tersebut hanya santri yang rata-rata menduduki bangku sekolah dasar (SD). Meskipun ada beberapa santri yang menduduki bangku sekolah lanjutan pertama (SLTP). Dengan begitu dapat kita artikan bahwa peserta didikan subuh memiliki rentang usia rata-rata usia 6-12 tahun.

b. Waktu Pelaksanaan & Tempat Pelaksanaan Didikan Subuh 1) Didikan Subuh Rutin

Acara didikan subuh secara umum diadakan sekali seminggu dan dilaksanakan setelah salat subuh berjamaah. Anak-anak diwajibkan salat subuh berjamaah dimasjid atau musalla tersebut. Dengan peraturan tersebut anak-anak sudah

(41)

terbiasa bangun sebelum salat dimulai (Budi Harto, Vol. 8, i.4, 2015: 168). Tempat pelaksanaan didikan subuh adalah masjid atau mushalla sebagai tempat penyelenggaraanya. Sebab salah satu fungsi masjid adalah sebagai tempat proses belajar mengajar seperti yang telah dicontohkan oleh Rasulullah SAW.

2) Didikan Subuh Gabungan

Didikan subuh gabungan berguna bagi santri agar santri tidak jenuh. Pembina perlu mengatur waktu untuk minggu kelima agar bisa melaksanakan kegiatan selingan seperti lomba antara kelompok atau melakukan didikan subuh yangbersifat gabungan beberapa didikan subuh. (Afrizon, 2004: 13)

Jadi dapat kita pahami bahwa diantara bentuk lain dari didikan subuh itu diantaranya didikan subuh gabungan dan lomba antar kelompok guna mengurangi kejenuhan santri dalam menghadapi agenda didikan subuh. Dengan begitu maka ada inovasi baru dari kegiatan didikan subuh yang diharapkan nanti mampu menjadi wadah perubahan bagi generasi Islam kedepannya. c. Materi Didikan Subuh

Menurut Afrizon(2004:5) menyatakan materi didikan subuh santri mandiri terbagi kepada:

1) Materi Pokok

Materi pokok atau utama adalah materi yang selalu ditampilkan dalam acara didikan subuh, penampilan dan materi ini dapat dianggap sebagai ciri pokok kegiatan didikan subuh dimulai dengan shalat subuh berjama‟ah dan diikuti oleh penampilan: (a) Pembacaan kalam illahi dan sari tilawah

(b) Pengumandangan adzan subuh (c) Memimpin do‟a bangun tidur

(d) Memimpin janji dan mars didikan subuh (e) Tambahan pelajaran

(42)

2) Materi Pendukung

Materi ini merupakan materi yang dibawakan berdasarkan kurikulum didikan subuh dan setiap putarannya berbeda seperti: (a) Membaca/memimpin rukun Islam

(b) Mebaca/memimpin rukun Islam

(c) Membaca/memimpin rukun wudhuk dan lain-lain 3) Materi Tambahan

Materi tambahan adalah penampilan yang bersifat selingan atau berfungsi sebagai hiburan kecil untuk peserta didikan subuh seperti:

(a) Penampilan qasidha rebana (b) Penampilan puisi Islam

(c) Penampilan drama dan lain-lain d. Penilaian dan Evaluasi Didikan Subuh

Untuk memonitor, memantau dan memotivasi santri maka setiap penampilan santri dihargai dengan memberi penilaian yang diberikan berdasarkan:

1) Nilai Perorangan

Nilai perorangan ini adalah nilai yang didapatkan berdasarkan kepada penampilan setiap peserta didikan subuh dalam membawakan bahan pelajaran.

2) Nilai Kelompok

Nilai kelompok ini merupakan nilai-masing peserta didikan subuh yang dihitung berdasarkan kelompok baik sebagai pelaksana atau hanya sebagai peserta atau pendengar/pengamat. Nilai ini terdiri dri nilai kehadiran, kerapian, kedisiplinan, keaktifan dan nilai harian.

e. Kegiatan Didikan Subuh

Dalam jurnal (Harto, Vol. 8, i.4, 2015: 168) didikan Subuh yang baik itu dapat melatih dan mendorong santri untuk dapat melaksanakan amal ibadah, baik yang wajib maupun yang sunnat,

(43)

seperti salat lima waktu sehari semalam, salat-salat sunnah, lafad azan dan iqamah, menghafal Al-Qur‟an dan hadis-hadis pendek serta doa sehari-hari lengkap dengan artinya.

1) Shalat

a) Pengertian Shalat

Asal makna sholat adalah (Ash-sholah), yang berarti berdoa. Agama islam mengajarkan kepada para pemeluknya untuk senantiasa mengingat Allah dengan melakukan ibadah sholat. Adapun yang dimaksud dengan ibadah shalat ini adalah ibadah yang tersusun dari beberapa perkataan dan beberapa perbuatan yang dimulai dengan takbir dan diakhiri dengan salam (Munir dan Sudarso, 2001: 47). Shalat adalah merupakan tiang agama, ia adalah merupakan lambang seorang terhadap tuhanya. Dan amalan paling utama adalah shalat, dan amalan yang paling utama yang akan dihisab dihari kiamat adalah amalan shalat.

Islam memberikan perhatian yang sangat besar terhadap masalah shalat dan memerintahkan agar pemeluknya sungguh-sungguh dalam mendirikanya. Sebaliknya, Islam memberikan peringatan keras kepada mereka yang meninggalkan shalat. Demikian tegasnya perintah ini karena shalat memiliki urgensi yang sangat tinggi dan mulia karena ia adalah rukun Islam yang paling mulia setelah shalat. Dari Ibnu Umar dia berkata, Rasulullah bersabda:

الله ُلُٕص َس َلاَق : َلاَق آًََُُْػ ُالله ًَ ِض َس َشًَُػ ٍِْتا ٍَِػ

:ﷺ

ًَُُِت

ِلا

شًَْخ ىَهَػ ُو َلَْص

:

ُلُٕص َس اًذاًَحُي اٌَأ َٔ ُالله الاِإ ََّنِإ لا ٌَْأ ِجَدآََش

ٌَاَضَي َس ِو َْٕص َٔ ، ِّجَحْنا َٔ ، ِجاَك ازنا ِءاَرٌِإ َٔ ، ِج َلَاصنا ِواَقِإ َٔ ، ِالله

Artinya: “Islam didirikan atas lima perkara, persaksian bahwa tiada tuhan selain Allah, Muhammad utusan Allah, mendirikan

(44)

shalat, menunaikan zakat, haji, dan puasa ramadhan (Abdullah Al-Ghamidi, 2011: 179 ).

Dari dua pengertian di atas tadi dapat kita pahami bahwa kedudukan shalat sangatlah penting. Sehingga apabila kita mendirikan shalat maka perumpamaanya seperti seorang yang mendirikan atau menegakkan tiang agama, dan sebaliknya. Barang siapa yang menyengaja meninggalkanya maka seakan telah terang-terangan meruntuhkan agama. Dan kalaulah tidak dilakukan shalat, maka terlepaslah kita dari hadist nabi di atas yang mengatakan islam dibangun atas lima perkara dintaranya adalah shalat. Sehingga kalaulah seorang yang mengaku Islam namun tidak shalat, maka tidaklah bisa dia murni dikatakan islam, karena tidak memenuhi sesuai yang disyarat oleh Rasulullah.

Dalil al-Qur‟an sangatlah banyak yang menegaskan tentang sholat ini diantaranya :

إًٍُِقٌُ َٔ َءاَفَُُح ٌٍَِّذنا َُّن ٍٍَ ِصِهْخُي َ االلَّ أُذُثْؼٍَِن الاِإ أ ُشِيُأ اَي َٔ

ِحًٍََِّقْنا ٌٍُِد َكِنَر َٔ َجاَك ازنا إُذ ْؤٌُ َٔ َج َلَاصنا

Artinya : “Dan tidaklah mereka disuruh melainkan supaya menyembah allah dengan memurnikan ketaatan kepadanya dalam menjalankan agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan sholat dan menunaikan zakat...” (QS. Al-Bayyinah[98]: 5).

ي ِشْكِزِن َج َلَاصنا ِىِقَأ َٔ ًَِْذُثْػاَف اَََأ الاِإ ََّنِإ َلا ُ االلَّ اَََأ ًُِاَِإ

Artinya : “Seungguhnya aku ini adalah Allah, tidak ada tuhan selain aku, dan dirikanlah sholat untuk mengingatku” (QS. Thaha [20] : 14) Abdullah Al-Ghamidi (2011 : 190 ).

Ayat di atas menerangkan dan menegaskan kepada kita tentang kewajiban shalat disisi Allah adalah no dua setelah mentauhidkanya. Dalam al-Qur‟an ditegaskan kedudukanya

(45)

dan dalam hadits Rasulullah penjelasanya tentang tata cara pelaksanaan shalat.

a) Kedudukan Shalat Dalam Islam

Shalat adalah ibadah yang pertama kali diturunkan Allah SWT, dimana perintah itu disampaikan oleh Allah tanpa perantara, yaitu melalui rasulnya yang mulia nabi Muhammad SAW pada malam mi‟raj. Shalat itu diwajibkan atas nabi SAW pada malam nabi di Isra‟ dan Mi‟raj kan pada mulanya sebanyak lima puluh kali, kemudian dikurangi hingga lima kali sehari semalam. Walaupun dikurangi menjadi lima kali, tetapi tetap mendapat ganjaran sebanyak lima puluh kali.

Shalat juga merupakan amalan hamba yang mula-mula dihisab pada hari kiamat. Shalat adalah wasiat terakhir yang diamanahkan oleh nabi SAW kepada umatnya ketika beliau mengalami sakratul maut. Orang-orang yang membaca ayat-ayat al-Qur‟an tentu akan banyak menemui bahwa bahwa Allah SWT shalat itu bersamaan dengan dzikir atau mengingat Allah SWT sebagaimana firman Allah dalam Qur‟an surah al-Ankabut ayat : 45 sebagai berikut :

ىََُْٓذ َج َلَاصنا اٌِإ َج َلَاصنا ِىِقَأ َٔ ِباَرِكْنا ٍَِي َكٍَْنِإ ًَ ِحُٔأ اَي ُمْذا

ٌَُٕؼَُْصَذ اَي ُىَهْؼٌَ ُ االلَّ َٔ ُشَثْكَأ ِ االلَّ ُشْكِزَن َٔ ِشَكًُُْْنا َٔ ِءاَشْحَفْنا ٍَِػ

Artinya: Bacalah kitab yang telah diwahyukan kepadamu daan laksanakanlah sholat. Sesungguhnya shalat itu mencegah perbuatan keji dan mungkar dan ketahuilah mengingat Allah itu adalah perkara yang besar, Allah mengetahui apa yang kamu

(46)

Dalam sebuah hadits rasulullah bersabda:

سااثَػ ٍِْتا ٍَْػ

ٍَِّْهَػ ُ االلَّ ىاهَص اًِثاُنا اٌَأ آًََُُْػ ُ االلَّ ًَ ِض َس

ىَنِإ ْىُُٓػْدا َلاَقَف ًٍٍََِْنا ىَنِإ َُُّْػ ُ االلَّ ًَ ِض َس اًراَؼُي َثَؼَت َىاهَص َٔ

َكِنَزِن إُػاَطَأ ْىُْ ٌِْئَف ِ االلَّ ُلُٕص َس ًََِّأ َٔ ُ االلَّ الاِإ ََّنِإ َلا ٌَْأ ِجَدآََش

َأَف

و ٌَْٕ ِّمُك ًِف خا ََٕهَص َشًَْخ ْىٍَِْٓهَػ َض َشَرْفا ْذَق َ االلَّ اٌَأ ْىًُِْٓهْػ

حَهٍَْن َٔ

..…

)يساخثنا ِأس(

Artinya: dari ibnu Abbas r.a bahwasanya nabi SAW. Mengutus Mu‟adz ke Yaman, lalu beliau bersabda kepadanya “ajaklah mereka bersaksi bahwa tiada tuhan selain Allah dan sungguh aku adalah utusan Allah jika mereka mentaatinya maka katakanlah kepada mereka bahwa mereka diwajibkan shalat 5 waktu sehari semalam. (H. R. Bukhori)

Dengan demikian dapat kita pahami bahwa kedudukan shalat dalam Islam adalah perkara yang benar-benar tidk bsa dianggap remeh karna adanya penegasan Allah dalam Al-qur‟an bahwa itu sungguh perkara yang sangat besar. Dalam kaidah bahasa arab apabila Allah berkata menggunakan kalimat sungguh atau daalam istilah arabnya tauqid atau penegasan, maka hal itu dimaksudkan agar kita mempunyai perhatian lebih terhadap hal tersebut. b) Macam-Macan Shalat

Secara umum shalat terbagi menjadi dua macam yaitu Shalat fardhu (shalat lima waktu) dan Shalat tathawwu‟ atau shalat sunnah. Shalat wajib atau fardu dibagi pula menjadi 2 yaitu yang pertama shalat fardhu „ain yaitu Disebut fardhu ain karena kewajiban ini harus dilakukan oleh setiap orang Islam tanpa kecuali, baik laki-laki ataupun perempuan, yang berakal sehat, dewasa (Baligh), bersih dari haid dan nifas bagi wanita. Misalnya shalat fardhu „ain tersebut yaitu Zhuhur, Ashar, Maghrib, Isya dan Subuh. Menurut hukum fiqh, fardhu „ain adalah

(47)

suatu pekerjaan yang jika dikerjakana akan mendatangkan pahala bagi pelakunya, dan jika ditinggalkan akan menimpakan dosa atas yang terkena kewajibaan tersebut. Permulaan turunnya perintah wajib shalat ialah pada malam isro‟ setahun sebelum tahun hijiriyah.

Yang kedua yaitu fardhu kifayah yaitu Dinamakan fardhu kifayah karena ia merupakan suatu kewajibaan yang apabila telah dilakukan oleh sebagian orang maka terlepaslah kewajibaan itu atas sebagian yang lain (Munir dan Sudarsono, 2001 : 48-49). Jadi, shalat terbagi menjadi dua macam bagian, yang pertama ialah shalat fardu „ain, hukum bagi shalat fardu „ain ialah wajib, apabila dikerjakan akan mendapat pahala dan apabila ditinggalkan akan mendapat dosa. Dan yang kedua ialah shalat fardu khifayah, yang merupakan suatu kewajiban yang apabila telah dilaksanakan oleh sebagian orang maka terlepaslah kewajiban itu atas sebagaian yang lainnya.

c) Waktu Shalat Fardhu

Shalat fardhu (shalat lima waktu) dilakukan lima kali sehari semalam dalam lima waktu pula, yaitu Zhuhur, Ashar, Magrib, Isya dan Subuh. Allah swt. Berfirman dalam Qur‟an surat an-Nisa‟ ayat 103 :

ُرٍَْضَق اَرِئَف

ْىُكِتُُُٕج ىَهَػ َٔ اًدُٕؼُق َٔ اًياٍَِق َ االلَّ أُشُكْراَف َج َلَاصنا ُى

ٍٍَُِ ِي ْؤًُْنا ىَهَػ ْدََاَك َج َلَاصنا اٌِإَج َلَاصنا إًٍُِقَأَف ْىُرََُْْأًَْطا اَرِئَف

اًذُٕق َْٕي اًتاَرِك

Artinya: Maka apabila kamu Telah menyelesaikan shalat(mu), ingatlah Allah di waktu berdiri, di waktu duduk dan di waktu berbaring. Kemudian apabila kamu Telah merasa aman, Maka Dirikanlah shalat itu (sebagaimana biasa). Sesungguhnya shalat itu adalah fardhu yang

Gambar

Gambar 4.1  Pembentukan Kelompok
Gambar 4.3  Penilaian Perorangan

Referensi

Dokumen terkait