• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEORI

A. Deskripsi Teoretik

6. Penilaian Keaktifan Peserta Didik

Keaktifan belajar merupakan kegiatan atau kesibukan peserta didik dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah maupun di luar sekolah yang menunjang keberhasilan belajar peserta didik. Semua proses pembelajaran peserta didik, mengandung unsur keaktifan, akan tetapi antara peserta didik yang satu dengan yang lainnya tidak sama. Oleh karena itu, peserta didik harus berpartisipasi aktif secara fisik dan mental dalam kegiatan belajar mengajar. Keaktifan peserta didik dalam proses belajar merupakan upaya peserta didik dalam memperoleh pengalaman belajar, yang mana keaktifan belajar peserta didik dapat ditempuh dengan upaya kegaiatan belajar kelompok maupun belajar secara perseorangan. Dalam menilai peserta didik yang tergolong aktif atau kurang aktif, maka disusunlah indikator keaktifan.

Keaktifan peserta didik dapat dinilai dari berbagai aspek yang saling melengkapi. Pendapat lain dikemukakan oleh Sudjana (2008: 61), dimana keaktifan peserta didik dapat dilihat dari beberapa hal berikut.

(1) Peserta didik turut serta dalam melaksanakan tugas, (2) terlibat dalam pemecahan masalah, (3) bertanya kepada peserta didik atau guru, (4) berusaha mencari informasi untuk pemecahan masalah, (5) melaksanakan diskusi kelompok, (6) menilai kemampuan diri, (7) melatih diri dalam memecahkan masalah, (8) menerapkan yang diperoleh dalam pembelajaran untuk menyelesaikan tugas.

Jadi dapat disimpulkan bahwa secara garis besar peserta didik dikatakan aktif apabila turut serta melaksanakan tugas yang diberikan pendidik, mengajukan

pertanyaan kepada pendidik maupun peserta didik, berusaha mencari informasi dalam upaya pemecahan suatu masalah, mampu bekerjasama dengan kelompok dan menerapkan segala input yang diterima dalam pembelajaran sebagai wujud output dalam pembelajaran.

Dari delapan indikator keaktifan yang telah dijabarkan oleh Sudjana, peneliti tidak menggunakan kedelapan indikator tersebut dalam menilai keaktifan peserta didik di kelas karena indikator tersebut terlalu banyak, sehingga peneliti akan mengalami kesulitan dalam memberi skor penilaian tersebut. Dengan demikian, peneliti menggunakan tiga indikator penilaian keaktifan menurut Sudjana sebagai berikut (1) bertanya kepada peserta didik lain atau kepada guru apabila tidak memahami persoalan yang dihadapi. Peserta didik yang bertanya kepada guru hanya satu kali, maka belum dikatan bahwa peserta didik aktif. Keaktifan peserta didik akan terlihat jika peserta didik bertanya pada guru lebih dari 3 kali bertanya dalam satu tatap muka dan tentunya pertanyaan yang sesuai dengan tema pembelajaran; (2) turut serta dalam melaksanakan tugas belajarnya. Dalam hal ini, peserta didik akan dianggap aktif jika peserta didik mengikuti pembelajaran dengan menggunakan teknik Cluster dengan bersedia maju ke depan dan menuliskan konsep-konsep pada Cluster. Selain itu, keaktifan peserta didik juga akan nampak saat peserta didik memperhatikan penjelasan guru, mengerjakan soal latihan yang dikerjakan guru baik secara individu maupun kelompok; dan (3) menyampaikan informasi/ pendapat/ jawaban. Keaktifan peserta didik akan terlihat ketika guru bertanya dan peserta didik antusisas menjawab. Peserta didik yang bersedia maju ke

deapan dan membuat Cluster juga termasuk dalam kategori indikator ini. Keberhasilan peserta didik dalam hal keaktifan juga dapat dilihat ketika peserta didik mampu menjawab pertanyaan teman mengenai permasalahan pembelajaran. Untuk lebih spesifiknya, unsur-unsur tersebut dijabarkan dengan skor atau nilai yang menunjukkan tingkatatan unsur dalam tulisan.

Mulyasa (2010: 218) menjelaskan bahwa dari segi proses, pembelajaran dikatakan berhasil apabila seluruhnya atau setidaknya sebagian besar (75%) peserta didik terlibat secara aktif, baik fisik, mental maupun sosial dalam proses pembelajaran. Dari segi hasil, pembelajaran berhasil apabila terjadi perubahan perilaku yang positif dari peserta didik seluruhnya atau setidaknya sebagian besar (75%). Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa pembelajaran sebaiknya tidak hanya mengoptimalkan keberhasilan hasil, melainkan juga mengoptimalkan keberhasilan proses yaitu dengan membangkitkan keaktifan peserta didik dalam pembelajaran.

B.

Penelitian yang Relevan

Penelitian serupa dilakukan oleh Fakhriyan (2012) dengan judul “Upaya Peningkatan Keterampilan Menulis Bahasa Jerman Melalui Teknik Asosiogram Bagi Peserta Didik kelas XI Bahasa SMA N 2 Wonosari”. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan keterampilan menulis Bahasa Jerman peserta didik kelas XI Bahasa SMA N 2 Wonosari dengan menggunakan teknik asosiogram.

Hasil dari penelitian ini adalah penggunaan teknik asosiogram dapat meningkatkan kualitas proses pembelajaran keterampilan menulis deskripsi Bahasa Jerman peserta didik kelas XI Bahasa SMA N 2 Wonosari. Hal ini terlihat dari hasil tes keterampilan menulis deskripsi peserta didik dari siklus I dengan nilai rata-rata sebesar 71 kemudian meningkat pada akhir siklus ke II menjadi 72,68. Terdapat peningkatan sebesar 1,68 antara Siklus I dan II. Dengan demikian keterampilan menulis Bahasa Jerman peserta didik XI Bahasa SMA N 2 Wonosari telah mengalami peningkatan. Ditinjau dari segi proses maupun hasil dengan tindakan asosiogram.

Penelitian tersebut dianggap relevan dengan penelitian berjudul “Upaya Peningkatan Keterampilan Menulis Peserta Didik Kelas XI Bahasa MAN Purworejo melalui teknik Cluster” dikarenakan penelitian tersebut merupakan penelitian tindakan kelas yang menekankan pada upaya peningkatan keterlibatan peserta didik pada pembelajaran keterampilan menulis bahasa Jerman, serta upaya peningkatan prestasi belajar keterampilan menulis peserta didik. Selain itu pada dasarnya teknik Assoziogramm hampir sama dengan Cluster yaitu dengan menuangkan ide-ide terkait dengan tema di atas kertas maka akan membantu memudahkan untuk menulis. Kemudian dengan mengasosiasikan atau menghubungan antar konsep (ide) tersebut maka akan terbentuk rangkaian kalimat yang padu.

Perbedaan antara kedua teknik adalah pada tahap visualisasi. Pada teknik Assoziogramm semua ide terletak melingkari konsep utama. namun pada Cluster, hanya konsep-konsep terdekat dengan konsep utama saja yang

melingkari. Ide selanjutnya terletak pada konsep yang melingkari konsep utama, sehingga akan terbentuk rantai asosiasi atau Assoziationskette. Namun pada prinsipnya adalah sama yaitu penggalian ide untuk mengembangkan imajinasi peserta didik dalam menulis. Selain pada tahap visualisasi, perbedaan terletak pada perbedaan setting penelitian dan subjek penelitian. Penelitian Fakhriyan dilakukan di kelas XI Bahasa SMA N 2 Wonosari tahun 2012 dengan materi Aktivität in der Freizeit sedangkan peneliti melakukan penelitian pada kelas XI Bahasa MAN Purworejo tahun 2014 dengan materi tema Essen und Trinken dan Wohnung.